Anda di halaman 1dari 71

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

ANALISIS KEBIJAKAN DAN APLIKASI

Mata Kuliah : Kebijakan Publik (Public Policy)


Periode : Program Akademik 2019-2020
Dosen : Dr. Ir. Abdul Samad M, MM
1
PENGERTIAN KEBIJAKAN PUBLIK
1. Thomas Dye: kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or
not to do).

2. Lasswell dan Kaplan: melihat kebijakan sebagai sarana untuk


mencapai tujuan, menyebut kebijakan sebagai program yang
diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a projected
program of goals, values and practices).

3. Carl Friedrich: Yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah


adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau kehendak (purpose).

4. H. Hugh Heglo: kebijakan sebagai “a course of action intended to


accomplish some end,” atau suatu tindakan yang bermaksud untuk
mencapai tujuan tertentu.

5. Jones: kebijakan sebagai “……behavioral consistency and


repetitiveness associated with efforts in and through government to
resolve public problems” (perilaku yang tetap dan berulang dalam
hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah
untuk memecahkan masalah umum).
2
Lanjutan Pengertian

6. R. S. Parker, kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu


atau serangkaian prinsip atau tindakan yang dilakukan oleh
suatu pemerintah pada periode tertentu ketika terjadi
suatu subjek atau krisis.

7. Anderson, kebijakan publik adalah kebijakan – kebijakan


yang dikembangkan oleh lembaga atau badan pemerintah.
Implikasi dari pengertian ini:
✓ Bahwa kebijakan itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau
merupakan suatu tindakan yang berorientasi tujuan.
✓ Bahwa kebijaksanaan itu berisi tindakan – tindakan atau pola
tindakan pejabat pemerintah.
✓ Bahwa kebijaksanaan itu merupakan apa yang benar – benar
dilakukan oleh pemerintah.
✓ Bahwa kebijaksanaan itu berdasarkan pada peraturan atau
perundang – undangan yang bersifat memaksa.
3
Lanjutan Pengertian

8. Nakamura & Smalwood, kebijakan publik adalah serangkaian


instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana
untuk mencapai tujuan tertentu.
9. Amara Raksasataya, kebijakan adalah sebagai suatu taktik
atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
sehingga suatu kebijakan akan memuat tiga elemen, yaitu:

✓ Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.


✓ Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
✓ Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan
pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi yang
ditetapkan.

4
Rumusan sederhana definisi kebijakan publik

Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara,


khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan
negara yang bersangkutan.
Kebijakan adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa
awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada
masyarakat yang dicita-citakan.

Kebijakan Publik Ideal 5


KEBIJAKAN PUBLIK DAN
APLIKASI
▪ Kebijakan Publik ( KP ) adalah faktor yang
me leverage – mempengaruhi /mengungkit
kehidupan bersama.

▪ Dlm teori Pareto, KP adalah faktor 20%


menyebabkan terjadinya 80 %. Dengan
demikian bahwa KP merupakan faktor
kritikal bagi kemajuan atau kemunduduran
suatu Negara – Bangsa. Artinya , keunggulan
suatu Negara – bangsa ditentukan oleh
kemampuan Negara tsb mengembangkan KP
yg unggul.
▪ Mengapa pembaharuan Politik tdk berhasil
memperbaiki kehidupan secara signifikan
???.Karena Politik diperlukan ‘ tetapi yg lbh
diperlukan adalah Pembaruan KP atas premis
bhw politik , se unggul apapun tdk memadai lagi
krn YANG DIPERLUKAN ADALAH KEBIJAKAN
PUBLIK YG UNGGUL.

▪ Sehebat apapun demokrasi yg dihasilkan dari


suatu sistim politik jika system politik yg
demokratis itu tdk mampu mengembangkan
Kebijakan2 Publik yg unggul tdk ada gunan ya
krn KP adalah output yg nyata dan paling utama
dari setiap sistim politik dan Kebijakan Publik
adalah BENTUK RIIL DARI POLITIK.
TUJUAN KEBIJAKAN PUBLIK

1. Mendistribusi sumber daya negara kepada masyarakat,


termasuk alokasi, realokasi, dan redistribusi, versus
mengabsorbsi atau menyerap sumber daya ke dalam
negara.

2. Regulatif versus Deregulatif


● kebijakan regulatif bersifat mengatur dan membatasi
(tarif, pengadaan barang dan jasa, HAM, proteksi
industri dsb)
● kebijakan deregulatif bersifat membebaskan
(privatisasi, penghapusan tarif, pencabutan daftar
negatif investasi dsb)

9
KANDUNGAN KEBIJAKAN
Wewenang membuat kebijakan hanya ada pada jabatan-
jabatan yang tinggi.

Pada jabatan-jabatan tersebut terdapat fungsi mengatur


(regulasi) masyarakat.

Pada jabatan-jabatan yang lebih rendah terdapat fungsi


pelaksanaan atau teknis.

Hubungan antara jenjang jabatan dengan kandungan


kebijakan bersifat positif.

Ini menunjukan, makin tinggi kedudukan suatu jabatan,


makin besar kandungan kebijakan dalam tugasnya.
10
Jenjang Jabatan dan Kebijakan

Jenjang Jabatan

JK

Kebijakan

Keterangan: JK, garis hubungan jenjang jabatan dengan kebijakan


Makin tinggi kedudukan suatu jabatan, makin besar kandungan
kebijakan dalam tugasnya. 11
ARTI PENTING STUDI KEBIJAKAN PUBLIK
(Dye, 1981, Anderson, 1979)

1. Kegunaan:
a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

b. Membantu Para Praktisi dalam memecahkan masalah


Publik

c. Untuk Tujuan Politik

12
2. Jenis-Jenis Kebijakan Publik
• Kebijakan publik, hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak
dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan.
• Kebijakan publik memilih dan tidak memilih dapat dipahami dalam
“matrik pilihan”

Kegiatan tidak /
Kegiatan Strategis
kurang Strategis
Masyarakat mampu I Pemerintah II Masyarakat
melaksanakan (dgn masyarakat)
Masyarakat tidak IV Pemerintah
III Pemerintahan
mampu untuk (dibiarkan)
melaksanakan

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran VI


Pendidikan Perdagangan Alat pertahanan Perintisan
Alat trans/ Jl. tol Industri Infrastruktur Catatan sipil
13
Siklus Skematik Kebijakan Publik

Perumusan
Kebijakan Publik

Isu/ Implementasi
Masalah Publik Kebijakan Publik
Output
Outcome
Evaluasi
Kebijakan Publik

14
Dari siklus skematik tersebut, dapat dijelaskan:
1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila
masalahnya bersifat strategis kemudian isu ini diangkat
sebagai agenda politik untuk diselesaikan

Perumusan
2. Isu ini kemudian menggerakan Pemerintah untuk
Kebijakan Publik merumuskan kebijakan publik dalam rangka
menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan
tersebut akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan
warganya.
3. Setelah dirumuskan, kebijakan publik dilaksanakan baik
oleh Pemerintah, masyarakat, atau Pemerintah bersama
Isu/ Implementasi dengan masyarakat
Masalah Publik Kebijakan Publik
4. Dalam proses perumusan, implementasi dan pasca
Output implementasi, diperlukan evaluasi untuk menilai apakah
kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan
Outcome
benar dan diimplementasikan dengan baik dan benar
pula.
Evaluasi
Kebijakan Publik 5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang
dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat
langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
6. Dalam jangka panjang kebijakan menghasilkan
outcome dalam bentuk impak kebijakan yang
diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang hendak
dicapai dengan kebijakan tersebut.
15
Lanjutan Siklus Skematik Kebijakan Publik

Dari skema kebijakan publik ada tiga kegiatan pokok yang


berkenaan dengan kebijakan publik.
1. Perumusan kebijakan
2. Implementasi kebijakan
3. Evaluasi kebijakan
dan dengan penambahan:
4. Revisi kebijakan yang merupakan perumusan kembali dari
kebijakan.

16
Proses Kebijakan Secara Umum

Evaluasi
kebijakan

Monitoring
Kebijakan

Isu Perumusan Implementasi Kinerja Pelanjutan


kebijakan kebijakan kebijakan Kebijakan Kebijakan

Revisi
Kebijakan
Isu
kebijakan Penghentian
(baru) Kebijakan

Lingkungan Kebijakan
17
Tugas pokok/misi organisasi publik

1. Tugas pelayanan (publik) adalah tugas memberikan pelayanan kepada


umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau
dengan biaya sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu
pun mampu menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh negara yang
dilaksanakan melalui salah satu lengannya, yaitu lengan eksekutif
(pelaksana, pemerintah).
2. Tugas pembangunan adalah tugas meningkatkan kesejahteraan ekonorni
masyarakat. Tugas ini fokus pada upaya membangun produktivitas dari
masyarakat dan mengkreasikan nilai ekonomi atas produktivitas ekonomi
tersebut. Tugas pembangunan menjadi misi organisasi ekonomi atau
lembaga bisnis.

3. Tugas pemberdayaan adalah membuat setiap warga masyarakat mampu


meningkatkan kualitas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas ini
adalah tugas yang non-for-profit. Organisasi – organisasi nirlaba adalah
organisasi yang memiliki kompetensi pokok (core competence) di bidang
pemberdayaan.
18
KEBIJAKAN PUBLIK YANG MEMBERIKAN MANFAAT

1. Effectiveness (efektivitas)
2. Efficiency (Efisiensi)
3. Adequacy (cukup), yaitu kriteria yang berkaitan dengan variasi
antarsumberdaya dan tujuan yang ingin dicapai:
a. Pencapaian sasaran tertentu dengan biaya tertentu
b. Pencapaian salah satu diantara banyak sasaran dengan biaya tetap
c. Pencapaian tujuan tertentu dengan biaya yang dapat berubah
d. Pencapaian salah satu diantara banyak sasaran dengan biaya yang
dapat berubah.

4. Equity (adil)
5. Responsiveness (terjawab)
6. Approprianteness (tepat)
19
WILAYAH KEBIJAKAN PUBLIK
1. Publik interest (kepentingan publik)
2. Public opinion (opini publik)
3. Public goods (barang-barang publik)
4. Publik law (hukum publik)
5. Public sector (sektor publik)
6. Public health (kesehatan publik)
7. Public transport (transportasi publik)
8. Public education (pendidikan publik)
9. Public sevice broadcasting (siaran layanan publik)
10. Public accountability (akuntabilitas publik)
11. Public toilets (toilet publik)
12. Public order (ketertiban umum)
13. Public debt (utang publik)

20
KARAKTERISTIK KEBIJAKAN PUBLIK
(Peter Bridgmen&Glyn Davis,2000)

1. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan


yang dipahami.

2. Melibatkan keputusan beserta dengan konsekuensinya.

3. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu.

4. Pada hakikatnya adalah politis.

5. Bersifat dinamis.

21
PARADIGMA KEBIJAKAN
Pemikiran Reinventing Government (Gaebler & Osborne, 1993)
Terdiri dari 10 prinsip pokok, yaitu Pemerintah:
1. Yang bersifat katalik,
2. Memberdayakan masyarakat
3. Mondorong semangat kompetisi
4. Berorientasi pada misi
5. Mementingkan hasil dan bukan cara
6. Mengutamakan kepentingan pelanggan
7. Berjiwa wirausaha
8. Berupaya memecahkan masalah atau bersifat antisipatif
9. Cenderung desentralisasi
10. Berorientasi pada pasar
22
Dengan 10 prinsip reinventing government maka kebijakan publik di
masa mendatang harus memperhatikan :

1. Pemerintah harus bertanggungjawab atas tersusunnya kebijakan dengan


memainkan perannya sebagai katalisator. Pemerintah merumuskan
kebijakan, sedangkan yang melaksanakan tidak harus pemerintah
sendiri.
2. Pemerintah dalam menyusun kebijakan harus melibatkan masyarakat
karena masyarakat adalah pelanggannya. Partisipasi masyarakat harus
diberdayakan agar aspirasi mereka dapat terungkap.
3. Kebijakan-kebijakan itu harus mendorong tumbuhnya proses belajar dan
inovasi dikalangan masyarakat, sehingga masyarakat makin lama
semakin berdaya. Masyarakat dapat memecahkan masalahnya sendiri
dan tidak terlalu tergantung pada pemerintah sekaligus dapat belajar
untuk memecahkan masalahnya sendiri.

23
Lanjutan 10 prinsip reinventing government

4. Kebijakan yang dirumuskan harus berorientasi pada pasar,


termasuk pasar sosial, yaitu tidak lain dari pada kebutuhan
masyarakat. Tuntutan suatu kebutuhan masyarakat juga
harus dilihat sebagai peluang pasar.

5. Kebijakan yang bersifat preventif perlu dilakukan dan hasil


atau kinerja kebijakan harus diprioritaskan.
Kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan seringkali tidak
dikoordinasikan kebijakan-kebijakan yang lain sehingga
sering berbenturan dalam hal implementasi dan hasil.
Banyak masalah yang timbul justru sebagai akibat kurang
adanya integrasi yang baik antar kebijakan yang dibuat.

24
Masalah Publik
1. Pengertian Masalah Publik

a. SUATU KONDISI DAN ATAU SITUASI YANG MENGHASILKAN


KEBUTUHAN-KEBUTUHAN ATAU KETIDAK PUASAN PADA RAKYAT,
UNTUK MANA PERLU DICARIKAN CARA-CARA PENANGGULANGANNYA
(JAMES E. ANDERSON,1979

b. KEBUTUHAN MANUSIA YANG PERLU DIATASI ATAU DIPECAHKAN


(CHARLES O. JONES, 1984).

c. KEBUTUHAN-KEBUTUHAN, NILAI-NILAI, KESEMPATAN-


KESEMPATAN YANG TIDAK TEREALISIR, DAN HANYA DAPAT
DICAPAI MELALUI TINDAKAN KEBIJAKAN PUBLIK (DUNN, 1994,
EDISI INDONESIA, 1998: 210-213).

25
Lanjutan 1. Pengertian Masalah Publik

• Sebuah masalah dikatakan sebagai masalah privat apabila masalah


tersebut dapat diatasi tanpa memengaruhi orang lain (Jones,
1991:71) atau tanpa harus melibatkan pemerintah.

• Sebagai contoh, ketika seorang penduduk miskin di kota kesulitan


membeli beras karena harganya yang terus membumbung tinggi,
sebetulnya itu adalah masalah pribadi. Tetapi ketika beberapa
penduduk yang mengalami nasib yang sama mulai mengorganisir
dan melakukan tuntutan kepada pemerintah upaya menurunkan
harga beras, maka kita menyaksikan bahwa masalah kenaikan
harga beras tersebut bergeser dari masalah pribadi manjadi
masalah publik.

• Suatu gejala menjadi masalah publik ketika gejala tersebut


dirasakan sebagai kesulitan bersama oleh sekelompok masyarakat
dan hanya dapat diatasi melalui intervensi pemerintah.

26
Lanjutan pengertian

• Oleh karena itu, masalah publik dapat dipahami sebagai belum


terpenuhinya kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang diinginkan oleh
publik, dan pemenuhannya hanya mungkin melalui kebijakan
pemerintah.

• Sesuatu dianggap masalah apabila ada kesenjangan antara das sollen


dengan das sein. Menurut Hogerwerf masalah itu merupakan
“ketidaksesuaian antara sesuatu ukuran (asas, norma, tujuan) dan
suatu gambaran dari suatu keadaan yang sedang berlangsung atau
diperkirakan terjadi”.

• Masalah antara lain tergantung dari ukuran-ukuran yang dipakai dan


gambaran yang dilihat. Oleh karena itu ukuran dan gambaran dari
keadaan yang sedang berlangsung dapat berbeda-beda tergantung
dari orang yang bersangkutan.

27
Lanjutan pengertian

• Masalah-masalah sosial perlu dirumuskan bukan hanya oleh yang


menjalankan kebijakan, tetapi juga oleh obyek-obyek kebijakan.
Sesuatu dapat dianggap masalah baik oleh individu, kelompok
masyarakat atau publik, atau mungkin hanya dianggap masalah oleh
salah satu pihak.
• Dengan kata lain masalah itu ada pada individu, kelompok, dan
masyarakat, baik di masyarakat tradisional maupun modern, baik pada
masyarakat pedesaan maupun pada masyarakat perkotaan.

• Masalah-masalah publik adalah yang mempunyai dampak yang luas


dan mencakup konsekuensi-konsekuensi bagi orang-orang yang tidak
secara langsung terlibat.

• Limbah industri, polusi udara/lingkungan, pengangguran, kemacetan


lalu-lintas merupakan contoh masalah bagi masyarakat atau wilayah
perkotaan. Untuk memecahkan masalah tersebut tidak dapat sendiri-
sendiri, tetapi harus dipecahkan bersama pemerintah.
28
Kriteria Isu/Masalah
• Isu yang dianggap telah mencapai tingkat kritis sehingga
tidak bisa diabaikan;
• Isu yang sensitif, yang cepat menarik perhatian masyarakat;
• Isu yang menyangkut aspek tertentu dalam masyarakat,
misalnya isu SARA di Indonesia;
• Isu yang menyangkut banyak pihak sehingga mempunyai
dampak yang luas dalam masyarakat kalau diabaikan;
• Isu yang berkenaan dengan kekuasaan dan legitimasi;
• Isu yang berkenaan dengan tren yang sedang berkembang
dalam masyarakat. Contoh, isu teknologi, tentang
manajemen modern dan deregulasi dewasa ini.

29
PERUMUSAN MASALAH
DALAM ANALISIS KEBIJAKAN
PENGENALAN SITUASI
MASALAH MASALAH

PERUMUSAN
PEMETAAN MASALAH SOLUSI
MASALAH KEBIJAKAN
MASALAH
TIDAK
BENAR
YA
PEMECAHAN
MASALAH

SOLUSI PEMECAHAN KEMBALI


KEBIJAKAN MASALAH

TIDAK YA
MASALAH
TERPECAHKAN

30
Agenda Setting
Private Problem Private Problems adalah masalah-masalah yang
mempunyai akibat yang terbatas, atau hanya menyangkut
pada satu atau sejumlah kecil orang yang terlibat secara
langsung.
Public Problems adalah masalah-masalah
Public Problems
yang mempunyai akibat lebih luas termasuk
akibat-akibat yang mengenai orang-orang
yang secara tidak langsung terlibat.

Political Issues
Issues adalah perbedaan pendapat
Systematic Agenda: issue masyarakat tentang solusi dalam
dirasakan oleh lah (policy action) menangani lah (policy action).
semua warga masyarakat politik
yang patut mendapat perhatian Systemic Agenda
publik dan issue tersebut berada
dalam yuridiksi kewenangan
pemerintah.
Institutional Agenda
Institutional Agenda: serangkaian issue yang secara tegas
membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang aktif dan serius
dari pembuat keputusan yang syah/otoritatif.
31
No Tataran Masalah
1 Private MASALAH-MASALAH YANG MEMPUNYAI AKIBAT YANG
Problem TERBATAS, ATAU HANYA MENYANGKUT PADA SATU ATAU
SEJUMLAH KECIL ORANG YANG TERLIBAT SECARA
LANGSUNG.
2 Public Problem MASALAH-MASALAH YANG MEMPUNYAI AKIBAT LEBIH
LUAS TERMASUK AKIBATAKIBAT YANG MENGENAI
ORANG-ORANG YANG SECARA TIDAK LANGSUNG
TERLIBAT.
3 Policy Issue PERBEDAAN PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG SOLUSI
DALAM MENANGANI MASALAH (POLICY ACTION).
4 Systemic Issue ISSUE DIRASAKAN OLEH SEMUA WARGA MASYARAKAT
POLITIK YANG PATUT MENDAPAT PERHATIAN PUBLIK
DAN ISSUE TERSEBUT BERADA DALAM YURIDIKSI
KEWENANGAN PEMERINTAH.
5 Institutional ISSUE DIRASAKAN OLEH SEMUA WARGA MASYARAKAT
Agenda POLITIK YANG PATUT MENDAPAT PERHATIAN PUBLIK
DAN ISSUE TERSEBUT BERADA DALAM YURIDIKSI
KEWENANGAN PEMERINTAH.

32
Tahapan Perumusan Masalah Publik
Meta
Masalah

Pencarian Masalah Pendefinisian Masalah

Situasi Masalah
Masalah Substantif

Pengenalan Masalah Spesifikasi Masalah

Masalah
Formal
33
Ilustrasi Tahapan Perumusan Masalah
Tahapan Ilustrasi Contoh
Situasi Implementasi otonomi daerah yang mendasarkan pada undang-
Masalah undang No. 32 Tahun 2004 di bidang manajemen kepegawaian
telah membatasi mobilitas pegawai negeri sipil (PNS) dalam
meniti karirnya.
Meta 1. PNS mengalami kesulitan untuk mutasi/pindah kerja dari
Masalah kabupaten /kota yang lain baik dalam satu propinsi maupun
antar propinsi.
2. Karir PNS yang baik akan cepat menthok (berhenti) di daerah
kerena terbatasnya jabatan eselon yang ada, dan sulit bagi
mereka untuk pindak ke propinsi atau pemerintah pusat.
3. Ada kecendrungan faktor etnik/kesukuan dipertimbangkan
dalam pengangkatan PNS di daerah.
4. Kualitas PNS di daerah tertentu sulit ditingkatkan karena
jumlah anggaran daerah untuk meningkatkan kualitas PNS
terbatas.
5. Sistem rekrutmen yang bersikap lokal dapat mengakibatkan
kualitas PNS yang diterima kurang baik. 34
Lanjutan Ilustrasi Tahapan Perumusan Masalah

Tahapan Ilustrasi Contoh


Masalah 1. Dari aspek finansial pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk
Substantif memberikan anggaran rutin bagi PNSnya karena terbatasnya
anggaran daerah, khususnya PAD. Demikian juga kesulitan dalam
peningkatan mutu PNS baik melalui pelatihan maupun pendidikan
karena kurang tersedianya finansial dan infrastruktur pendukung
yang lain.
2. Dari aspek politis, penyerahan manajemen kepegawaian pada
pemerintah kabupaten, kota dan propinsi telah membatasi mobilitas
dan karir PNS dan juga ada fenomena lahirnya premordialisme,
ketertutupan daerah dalam merekrut calon pegawainya.
3. Dari aspek spikologis, penyerahan manajemen kepegawaian pada
daerah dapat mengurangi kepuasan PNS, terutama guru-guru SMP
dan SMU yang sebelumnya di bawah otoritas pemerintah pusat.

Masalah Dengan mendasarkan pada situasi masalah, meta masalah, dan masalah
Formal subtantif, maka manajemen PNS sebaiknya berada pada otoritas siapa?
Apakah pada pemerintah pusat, pemerintah propinsi atau pemerintah
kabupaten/kota.
35
Kendala Merumuskan Masalah Publik

a. Kurang tersedianya data dan informasi yang baru (up to date).


Dalam praktiknnya, tidak mudah menemukan data baru pada
instansi pemerintah.

b. Rendahnya kualitas data informasi karena rendahnya


kompetensi petugas pengumpul dan pengolah data atau
terjadinya “bias” pelaporan dengan alasan tertentu.

c. Sistem manajemen data yang belum standar, yang menyangkut


masalah klasifikasi, penyajian, keteraturan pengolahan, dan
ukuran yang digunakan. Sebagai contoh, ukuran dan klasifikasi
kemiskinan antar instansi yang satu dengan yang lain dapat
berbeda.

36
Proses Analisis Kebijakan Yang Berorientasi Pada Masalah
(William N. Dunn, 1999)

Kinerja
Kebijakan

Evaluasi
Peramalan

Perumusan
Masalah

Peru
musan Peru
Hasil Masala Masalah musan Masa Depan
Kebijakan h Kebijakan Masala Kebijakan
h

Perumusan
Masalah
Pemantaua Rekomendasi
n

Aksi
Kebijakan

37
Analisis Kebijakan Publik
1. Pengertian

● CARL W. PATTON & DAVID S. SAVICKY (1993)


“Tindakan yang perlu dilakukan sebelum dibuat kebijakan,
baik kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan yang
dibuat sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada”.

● Quade E.S (1982)

“Bentuk kajian terapan untuk memperoleh pemahaman yang


mendalam atas isu-isu sosial untuk dapat dikedepankan
menjadi sebuah solusi yang lebih baik”

38
Lanjutan Pengertian

William N Dunn (1999)

• Merupakan kegiatan pokok dalam perumusan kebijakan karena


memberikan pijakan awal mengapa sebuah kebijakan harus dibuat.

• Proses intelektual yang mengawali perumusan kebijakan yang


biasanya bersifat politis.

• Analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang


menggunakan berbagai metode pengkajian multilevel dalam
konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara
kritis menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan

39
Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual yang dilakukan dalam
proses politik.
Analisis kebijakan tidak dimaksudkan menggantikan politik dan membangun
elit teknokratis.
Menurut Dunn, (mengutip Thomas R. Dye), analisis kebijakan berupa
interaksi :

Pelaku
Kebijakan

Lingkungan Kebijakan
Kebijakan Publik

40
Proses Analisis Kebijakan
Ke 1. Merumuskan masalah.
Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang
belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk kemudian
diperbaiki atau dicapai melalui tindakan publik.

Masalah kebijakan memiliki ciri-ciri:


1. terdapat sifat kebergantungan antar masalah kebijakan.
2. mempunyai subjektivitas.
3. buatan manusia karena merupakan produk penilaian subjektif dari
manusia, dan
4. bersifat dinamis

Fase – fase perumusan masalah kebijakan disusun sebagai berikut:


1. pencarian masalah
2. pendefinisian masalah
3. spesifikasi masalah
4. pengenalan masalah
41
Ke 2, Peramalahan masa depan kebijakan.
Peramalan atau forecasting adalah prosedur membuat
informasi aktual tentang situasi sosial di masa depan atas
dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan.
Peramalan mengambil tiga bentuk, yaitu:
1. peramalan ekstrapolasi, yaitu ramalan yang didasarkan atas
ekstrapolasi hari ini ke masa depan, dan produknya disebut
proyeksi. Teknik yang dapat dipergunakan antara lain analisis
antarwaktu, estimasi tren linear, pembobotan eksponensial,
transformasi data, katastrofi metodologi.

2. peramalan teoretis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatu


teori, dan produknya disebut prediksi. Teknik yang dapat
digunakan antara lain pemetaan teori, model kausal, analisis
regresi, estimasi titik dan interval, analis korelasi. Apabila
pada peramalan ekstrapolatif menggunakan logika
induktif, pada peramalan teoretis menggunakan logika deduktif.

42
3. peramalan penilaian pendapat,
Ramalan yang didasarkan pada penilaian para ahli atau pakar, dan produknya
disebut perkiraan (conjecture).
Teknik yang dapat digunakan antara lain delphi kebijakan, analisis dampak
silang, penilaian fisibilitas (kelayakan).

Peramalan mempunyai tantangan, yaitu berkenaan dengan isu:


(1) akurasi ramalan,
(2) kondisi komparatif masa depan, dan
(3) konteks, yaitu konteks institusional, temporal, dan historikal.

Masa depan pun terdiri atas tiga jenis,


• masa depan yang potensial atau sering disebut masa depan
altematif,
• masuk akal (plausible), dan
• normatif, yang merupakan gabungan antara potensial dan plausibel

43
Ke 3, Rekomendasi kebijakan.
Rekomendasi kebijakan mengharuskan analis kebijakan menentukan
alternatif yang terbaik dan alasannya karena prosedur analisis kebijakan
berkaitan dengan masalah etika dan moral.
Rekomendasi pada dasarnya adalah pernyataan advokasi, dan advokasi
mempunyai empat pertanyaan yang harus dijawab, yaitu apakah:

1. dapat ditindaklanjuti (actionable)?


2. bersifat prospektif?
3. bermuatan "nilai" -selain fakta?
4. etik?

Kriteria Penilaian
• Technical Feasibility
• Economic and Financial Feasibility
• Political Viability
• Administrative Operability

44
KRITERIA PENILAIAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK (1)

No Kriteria Keterangan
1 EFEKTIVITAS • APABILA SUATU ALTERNATIF TERTENTU
DAPAT MENGHASILKAN OUTCOMES YANG
DIINGINKAN.
2 EFISIENSI • BESARNYA USAHA DAN UPAYA YANG
DIPERLUKAN UNTUK MENGHASILKAN
SUATU TINGKAT EFEKTIVITAS TERTENTU,
YANG UMUMNYA DIUKUR DARI BIAYA.
3 ADEQUASI • SEBERAPA JAUHKEMAMPUAN SUATU
TINGKAT EFEKTIVITAS TERTENTU
MEMENUHI KEPERLUAN, NILAI, ATAU
KEMUNGKINAN MENIMBULKAN MASALAH
BARU.
• MENEKANKAN PADA KUATNYA
HUBUNGAN ANTARA ALTERNATIF
KEBIJAKAN DENGAN HASIL YANG
DIHARAPKAN.
45
lanjutan kriteria penilaian analisis kebijakan publik (1)

No Kriteria Keterangan
4 PEMERATAAN •DISTRIBUSI EFEK ATAU
AKIBAT DAN
UPAYA DI ANTARA BERBAGAI
KELOMPOK SASARAN YANG BERBEDA
DALAM MASYARAKAT.
5 RESPONSIVENESS •SEPERAPA JUAH SUATU KEBIJAKAN
MEMENUHI ATAU MEMUASKAN
KEPERLUAN, PREFERENSI, ATAU NILAI-
NILAI SUATU KELOMPOK MASYARAKAT
TERTENTU.
6 APPRORIATENESS •NILAIATAU MANFAAT DARI SUATU
TUJUAN PROGRAM DAN KETAHANAN
SUATU ASUMSI-ASUMSI YANG
MENDASARI TUJUAN.

46
KRITERIA PENILAIAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK (2)

No Kriteria Dimensi
1 TECHNICAL •EFEKTIVITAS, PENCAPAIAN TUJUAN,
FEASIBILITY APAKAH ALTERNATIF KEBIJAKAN
MENCAPAI HASIL (AKIBAT) YANG
DIHARAPKAN, ATAU MENCAPAI TUJUAN
DARI DIADAKAN TINDAKAN.

2 ECONOMIC AND •EFISIENSI (BIAYA DAN HASIL),


FINANCIAL BERKENAAN JUMLAH USAHA YANG
FEASIBILITY. DIPERLUKAAN UNTUK MENGHASILKAN
TINGKAT EFEKTIVITAS TERTENTU,
YANG UMUMNYA DIUKUR DENGAN
BIAYA.

47
lanjutan kriteria penilaian analisis kebijakan publik (2)

No Kriteria Dimensi
3 POLITICAL VIABILITY. •Acceptability, Apakah alternatif
•Acceptability kebijakan diterima oleh aktor
•Appropiateness
kebijakan dan kelompok sasaran
•Appropiateness, Apakah
•Responsive
kebijakan sesuai dengan nilai-
•Legal suitability
nilai masyarakat.
•Equity
•Responsive, Persepsi
masyarakat, apakah kebijakan
akan memenuhi kebutuhan
mereka.
•Legal suitability, Apakah
kebijakan didukung oleh
perangkat hukum yangmemadai.
•Equity, Apakah efek dan dampak
kebijakan sama dan seimbang
antar kelompok masyarakat.
48
lanjutan kriteria penilaian analisis kebijakan publik (2)

No Kriteria Dimensi
4 ADMINISTRATIVE DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN PADA
OPERABILITY. KONTEKS SOSIAL, POLITIK, DAN
ADMINISTRASI YANG BERLAKU.

• APAKAH TERSEDIA STAF YANG CUKUP.


• APAKAH INSTANSI TERKAIT AKAN
MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PROGRAM.
• APAKAH TERSEDIA SARANA UNTUK
MELAKSANAKAN KEBIJAKAN PROGRAM.
• APAKAH KEBIJAKAN DAPAT
DILAKSANAKAN TEPAT WAKTU.

49
PENILAIAN ALTERNATIF
NO KRITERIA ALTERNATIF
KET
A B C

1 Technical Feasibility

2 Economic and
Financial Feability
3 Political Viability

4 Adminstrative
Operability
JUMLAH

RANKING

50
TEMUKAN DAN PAHAMI HAKEKAT
PERSOALAN, DAN RUMUSKAN

KAJIAN
MASALAH
RUMUSKAN SECARA JELAS DAN
AN

REALISTIS, DAN TERUKUT


TUJUAN
PENENTU

CARA MENCAPAI TUJUAN: (1)


PENGAMATAN, PERBAIKI SECARA
BERANGSUR, DAN HASIL KAJI YANG
KAN AL-
RUMUS-

TERNATIF

DIHADAPI

TUANGKAN MODEL DALAM


BENTUK:
(2) SKEMATIK,
SUSUN
MODEL

(3) FISKAL,
(4) GAME, DLL.

JELAS DAN KONSISTEN: PRAGMATIS,


KAN

ADMINISTRATIF, NILAI-NILAI ABSTRAKS


TENTU-

KRITERIA

FUNDAMENTAL
LANGKAH-LANGKAH POLICY ANALYSIS

DAPTKAN GAMBARAN TENTANG


TIF

TINGKAT EFEKTIVITAS, FISINILITAS,


PILIHAN

ETS, DAN FILOSOFIS.


ALTERNA

GAMBARAN DARI SEJUMLAH PILIH-AN


YANG TEPAT DENGAN TUJUAN,
LINGKUNGAN, ADMINISTRATIF, DAN
ASI

51
AN RE-

EKONOMI.
RUMUSK

KOMEND-
POLA PEMBUATAN KEPUTUSAN
PURE
IDEAL DAN UNIVERSITAS

MODEL
RATIONAL

SAMA DENGAN 1
DITAMBAH
KEPUTUSAN
MODEL
RASIONAL

PALING
ECONOMICAL

EKONOMIS DAN
EFISIEN BUAT
EKSPERIMEN,
MEMPEROLEH
ALTERNATIF
DECISION

PALING EFEKTIF
MODEL-MODEL PERUMUSAN KEBIJAKAN

PERUBAHAN YANG SEDIKIT


DARI KEBIJAKAN YANG SUDAH
ADA
TAL MODEL

FOKUS PADA
PROSES PEMILIHAN
ALTERNATI 1 YANG
MODEL

PALING
SEQUENTIAL INCREMEN- SATISFAYING

MEMUASKAN
PEMBUATAN
KEPUTUSAN YANG
SANGAT RASIONAL
EXTRA

MODEL
RATIONAL

IDENTIFIKASI NILAI, KEGUNAAN


TIVE

PRAKTIS
52
MODEL
OPTIMAL

INTEGRA
MENURUT PROSES, STRUKTUR
ORGANISASI PEMERINTAHAN
ISTITU-
TIONAL

DIBUAT HANYAOLEH “KELOMPOK


ELITE

ELIT” ANGGAP DIRI LEBIH MAMPU


MASSA

ATAS DESAKAN “KELOMPOK


KEPENTINGAN”
MODEL-MODEL PEMBUATAN KEBIJAKAN

KELOMPOK

DEMANDS SUPPORT
DAN RESAURCES DARI
LINGKUNGAN INPUT
SISTEM
POLITIK

MENJADI OUTPUT.

THOMAS R. DYE DAN NICHOLAS HENRY, DALAM ISLAMY, 1992


DENGAN PROSES DATA DAN
SUMBER DAYA, ANALISIS,
RAMALAN, AKIBAT, DAN
BANDINGKAN DENGAN
KEBIJAKAN RASIONAL
RATIONAL

SIVE MODEL
COMPREHEN-

KEBIJAKAN DENGAN PERUBAHAN


SEDIKIT DARI YANG SUDAH ADA
INCRE-
MENTAL

GABUNGAN ASPEK POSITIF


MIX

NING

DARI MODEL 5 DAN 6


SCAN-

53
Rekomendasi kebijakan mempunyai enam kriteria utama, yaitu:

1. efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu altematif mencapai hasil


yang diharapkan.
2. efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas yang dikehendaki.
3. kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan
adanya masalah.
4. perataan (equity), berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat
kebijakan.
5. responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompokkelompok
masyarakat yang menjadi target kebijakan.
6. kelayakan (appropriateness), berkenan dengan pertanyaan apakah
kebijakan tersbut tepat untuk suatu masyarakat?
54
Pemantauan hasil kebijakan.

Pemantauan atau monitoring merupakan prosedur analisis


kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang
sebab dan akibat kebijakan publik.
Pemantauan, setidaknya memiliki empat fungsi dalam analisis
kebijakan, yaitu eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan, dan kepatuhan
(compliance).
Hasil kebijakan dibedakan antara keluaran (outputs), yaitu produk
layanan yang diterima kelompok sasaran kebijakan, dan impak (impacts),
yaitu perubahan perilaku yang nyata pada kelompok sasaran kebijakan.
Dunn (2004), membedakan jenis tindakan kebijakan menjadi dua:

• Kebijakan regulatif, tindakan kebijakan yang dirancang untuk


menjamin kepatuhan terhadap standar atau prosedur tertentu.
• Kebijakan alokatif, tindakan mengalokasikan sumber daya tertentu pada
sasaran kebijakan.

Baik kebijakan regulatif maupun alokatif dapat memberikan akibat yang


bersifat distributif ataupun redistributif. 55
Evaluasi Kinerja Kebijakan.
Evaluasi menekankan pada penciptaan premis-
premis nilai dengan kebutuhan untuk menjawab
pertanyaan: "Apa perbedaan yang dibuat?" Kriteria untuk
evaluasi diterapkan secara restrospektij (ex post),
sementara kriteria untuk rekomendasi diterapkan secara
prospektij (ex ante). Kriteria evaluasi kebijakan sama
dengan kriteria rekomendasi kebijakan, yaitu:

Tipe Kriteria Pertanyaan


Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
Efisiensi Berapa banyak dipergunakan sumber daya?
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan telah
memecahkan masalah?
Peralatan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan
(equity) merata pada kelompok target yang berbeda?
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,
preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu?
Ketepatan Apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna
atau bernilai? 56
Makalah Kebijakan (Policy Paper)

Makalah kebijakan adalah bentuk dari rekomendasi analisis


kebijakan yang dibahas baik oleh Dunn, Patton & Savicky,
maupun Weimar & Vining di atas.

Bentuknya merupakan sebuah report analysis yang dibuat secara


lengkap, komprehensif, dan sangat detail.

Hampir semua rekomendasi kebijakan yang normal dan umum


dikenal dalam bentuk seperti ini.

57
Model Policy Paper (Willian N. Dunn, 1999)

Ringkasan Eksekutif

Bab I Latar Belakang Masalah


A. Deskripsi Situasi Masalah
B. Hasil Sebelum Usaha Pemecahan Masalah

Bab II Lingkungan dan Ragam Masalah


A. Penilaian Kinerja Kebijakan Masa Lalu
B. Pentingnya Situasi Masalah
C. Kebutuhan untuk Analisis

Bab III Pernyataan Masalah


A. Definisi Masalah
B. Pelaku Utama
C. Tujuan dan Sasaran
D. Ukuran Efektivitas
E. Solusi yang Tersedia
58
Lanjutan Policy Paper

Bab IV Alternatif Kebijakan

A. Deskripsi Alternatif
B. Perbandingan Konsekuensi Kebijakan
C. Dampak Ganda dan Eksternalitas
D. Hambatan dan Fisibilitas Politik

Bab V Rekomendasi Kebijakan

A. Kriteria Alternatif Rekomendasi


B. Deskripsi Alternatif yang Dipilih
C. Kerangka Strategi Implementasi
D. Penyediaan Pementauan dan Evaluasi
E. Keterbatasan dan Konsekuensi yang Tidak
Terantisipasi

Referensi 59
Policy Paper Model UNDP
1. Introduction
2. Background
3. Reasons for UNDP Support
4. Programme Strategy
5. Execution, Implementation, Coordination, Funding Arrangements
6. Stakeholders and Beneficiaries
7. Development Objective
8. Immediate Objective
9. Inputs
10. Risks
11. Prior Obligation and Pre-Requisites
12. Programme Monitoring, Review, Reporting, and Evaluation
13. Legal Context
14. Budget
60
POLICY PAPER MODEL JOKO WIDODO

I. PENDAHULUAN
II. FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

A. AGENDA SETTING
B. POLICY PROBLEM FORMULATION
C. POLICY DESIGN
1). TUJUAN KEBIJAKAN
2). ALTERNATIF KEBIJAKAN
3). PENYUSUNAN MODEL ALTERNATIF KEBIJAKAN
4). PENILAIAN DAN PERANGKINGAN ALTERNATIF
5.). REKOMENDASI ALTERNATIF

III. STRATEGI PELAKSANAAN ALTERNATIF KEBIJAKAN


IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

61
Policy Paper Model Ringkas
Ringkasan Eksekutif

Bab I. Pendahuluan

Bab II. Analisis Situasi, yang berisi analisis tentang isu kebijakan, dengan fokus pada alasan
mengapa isu tersebut diangkat sebagai isu kebijakan, khususnya berkenaan dengan
pembenaran terhadap isu tersebut. Pada bagian ini telah disampaikan tiga alternatif
kebijakan yang dapat diambil.

Bab III. Alternatif Kebijakan


A. Rekomendasi 1, yang berisi analisis tentang isu kebijakan terhadap rekomendasi
pertama.

B. Rekomendasi 2, yang berisi analisis tentang isu kebijakan terhadap rekomendasi


kedua.

C. Rekomendasi 3, yang berisi analisis tentang isu kebijakan terhadap rekomendasi


ketiga.

Bab IV. Rekomendasi terpilih dan Strategi Implementasi, yang berisi pilihan rekomendasi dan
rekomendasi lanjutan apa yang harus dilakukan sebagai tindak lanjutnya.
A. Rekomendasi Terpilih
B. Strategi Implementasi

Bab V. Penutup, yang berisi simpulan dari naskah kebijakan.


Kepustakaan 62
ANALISIS KEBIJAKAN VS EVALUASI KEBIJAKAN

1. Analisis Kebijakan

• Is a must bagi perumusan kebijakan, tidak terlalu


ditekankan pada implementasi kebijakan dan lingkungan
kebijakan

• Analisa kebijakan yang baik adalah yang bersifat preskriptif


karena perannya memberikan rekomendasi kebijakan

2. Evaluasi Kebijakan
• Dilakukan pada perumusan, implementasi kebijakan dan
lingkungan kebijakan

63
SYARAT KECAKAPAN ANALIS KEBIJAKAN
(PATTON & SAVICKY 1993)

1. Mampu cepat mengambil fokus pada kriteria keputusan yang paling


sentral,
2. Mempunyai kemampuan analisa multi-disiplin, jika pun tidak,
mampu mengakses kepada sumber pengetahuan di luar disiplin
yang dikuasainya,
3. Mampu memikirkan jenis-jenis tindakan kebijakan yang dapat
diambil,
4. Mampu menghindari pendekatan toolbox (atau texsbook) untuk
menganalisa kebijakan, melainkan mampu menggunakan metode
yang paling sederhana namun tepat dan menggunakan logika untuk
mendesain metode jika metode yang dikehendaki memang tidak
bersedia,
5. Mampu mengatasi ketidakpastian,

64
Lanjutan Syarat Kecakapan Analis Kebijakan

6. Mampu mengemukakan dengan angka (tidak hanya asumsi-asumsi kualitatif),


7. Mampu membuat rumusan analisa yang sederhana namunjelas,
8. Mampu memeriksa fakta-faktayang diperlukan,
9. Mampu meletakan diri dalam posisi orang lain (empati), khususnya sebagai
pengambil kebijakan dan publikyang menjadi kontribusinya,
10. Mampu menahan diri hanya untuk memberikan analisa kebijakan, bukan
keputusan,
11. Mampu tidak saja mengatakan “ya” atau “tidak” pada usulan yang masuk, namun
juga mampu memberikan definisi dan analisa dari usulan tersebut,
12. Mampu menyadari bahwa tidak ada kebijakan yang sama sekali benar, sama sekali
rasional, dan sama sekali komplet,
13. Mampu memahami bahwa ada batas-batas intervensi kebijakan publik,
14. Mempunyai etika profesi yang tinggi.

65
KRITERIA PROFESI ANALIS KEBIJAKAN

1. Mampu mentransformasikan textbook menjadi praktek.


2. Memahami sistem politik dan proses politik tempatnya bekerja
3. Mempunyai karakter entrepreneur daripada birokrat
4. Mempunyai kemauan untuk belajar memiliki multi kompetensi
dengan cepat
5. Bekerja dengan mempertimbangkan unsur-unsur etik

66
ANALISIS KEBIJAKAN SEBAGAI ILMU

Isu Kebijakan:
Kebijakan Publik Hasil Kebijakan
Problem - Goal

Input Output Outcome

“Analisis
Kebijakan”

Proses Evaluasi Kebijakan

67
KEBIJAKAN SEBAGAI PROSES
• Setelah analisis kebijakan, selanjutnya memasuki dimensi paling inti dari
kebijakan publik, yaitu proses kebijakan. Di sini kebijakan publik dilihat
sebagai proses kegiatan
• Dengan demikian kebijakan publik dilihat sebagai satu kesatuan sistem
yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara sinambung, saling
menentukan dan saling membentuk.
• Model proses kebijakan yang paling klasik dikembangkan oleh David
Easton (1995).
ENVIRONMENT ENVIRONMENT
DEMANDS

OUTPUT
A
INPUT

DECISIONS
POLITICAL
SUPPORT OR POLICIES
SYSTEM

FEEDBACK
Pendekatan Sistem dari Easton 68
Proses Kebijakan Menurut Dye

Idebtification Policy
Agenda Policy Policy Policy
of policy Implemen
setting formulation legitimation evaluation
problem tation

Predictio and Policy Policy Implemen Policy


Economist Maker
Prescription choise tation outcome

Sosiety Centered Forces State Centered Forces


Classes Technocrats
Interest Graup Bureaucrats
Parties and Voters State Interest

Proses Kebijakan menurut Meier


69
Proses Kebijakan Menurut Sofian Effendi

Rumusan Kinerja
Kebijakan Kebijakan

Implementasi
Kebijakan

Lingkungan
Kebijakan

Proses Kebijakan
Evaluasi
Proses Politik
Kebijakan

Isu 1 2 3 4
Kebijakan Formulasi Implementasi Kinerja
(Agenda Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Pemerintah)

Input Proses Output

Lingkungan Kebijakan

70
Proses Kebijakan yang Ideal
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai