Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ETIKA PROFESI DALAM AUDIT ENERGI LISTRIK

Disusun Oleh :
Muhammad Lutfi
2120080006

PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUMATERA UTARA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan energi listrik. Energi
sendiri memiliki pengertian, energi adalah kemampuan untuk melakukan
pekerjaan yang berasal dari pemanfaatan jasmani untuk menghasilkan suatu hal
terjadi. Sebagai contoh dari pemanfaatan energi listrik yaitu untuk membantu
aktivitas manusia dengan penggunaan lampu sebagai sumber penerangan.
Terdapat banyak hal yang terkait dengan pemanfaatan energi listrik oleh manusia.
Seiring perkembangan zaman semakin banyak pemanfaatan energi listrik dengan
inovasi terbarunya yang di kembangkan oleh manusia itu sendiri. Contohnya,
seperti televisi yang dimodifikasi untuk menghemat tempat dan memiliki banyak
fitur di dalamnya. Saat ini, hampir semua alat pekerjaan memanfaatkan energi
listrik yang penggunaannya dapat mempermudah sebagianbesar pekerjaan
manusia dengan inovasi yang dikembangkan oleh manusia itu sendiri.

Peranan listrik ini menjadi semakin penting mengingat adanya kenaikan


tarif dasar listrik yang mau tak mau memaksa berbagai pihak berlomba-lomba
untuk melakukan penghematan. Kenaikan harga listrik dunia rata-rata 7%
setahun, sedangkan Indonesia sudah dicanangkan akan ada kenaikan 6% tiap 4
bulan. Salah satu alasan kenaikan harga ini adalah untuk membangun pembangkit
baru guna mencukupi kebutuhan kenaikan konsumsi listrik. Jika setiap konsumen
bisa menghemat antara 5 – 10% saja, maka ada kemungkinan pada tahun ini tidak
diperlukan pembangkit baru.

Pemerintah bisa ikut berperan untuk mendukung program penghematan


energi ini dengan memberikan insentif pada pelaksanaannya. Sesungguhnya
program hemat energi ini memberikan keuntungan pada semua pihak, konsumen
bisa mengurangi pembayaran rekening, perusahaan listrik tidak dikejar-kejar
membuat pembangkit baru, pemerintah bisa mengurangi jumlah rencana hutang.
Program penghematan listrik adalah bukan sekedar masalah teknis semata,
melainkan merupakan pertimbangan dan keputusan manajemen, terutama ditinjau
dari segi keuangan.
Dalam Audit energi merupakan kegiatan penelitian pemaanfaatan energi
untuk mengetahui keseimbangan dan mengidentifikasi peluang-peluang
penghematan energi. Melalui audit energi, kita dapat mengetahui pola distribusi
energi, sehingga bagian yang mengkonsumsi energi terbesar dapat diketahui. Dari
hasil audit energi juga dapat diketahui besarnya peluang potensi penghematan
apabila dilakukan peningkatan efisiensi.

Apabila dalam sebuah rumah tangga, AC adalah perangkat penggerogot


listrik terbesar maka bisa dibayangkan berapa banyak batubara harus dibakar
untuk memenuhi listrik sebuah Mal, industri, pabrik-pabrik.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses manajemen energi yang efektif haruslah berdasarkan pada tujuan
yang telah ditetapkan dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memberi batasan suatu
program manajemen energi di industri, perlu ditentukan secara teliti jenis dan
jumlah energi yang digunakan di setiap tingkat proses manufaktur. Oleh karena
itu, diperlukan suatu prosedur pencatatan penggunaan energi secara sistimatis dan
berkesinambungan. Pengumpulan data kemudian diikuti dengan analisa dan
pendefinisian kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan. Gabungan
antara pengumpulan data, Analisa data dan definisi kegiatan konservasi disebut
sebagai audit energi.
2.1 Jenis Audit Energi
Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian
data yang sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara
khusus, yang dirancang untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan
suatu audit bergantung pada besar dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari
audit itu sendiri.
Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat dilaksanakan dalam
waktu satu atau dua hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk
instalasi pabrik yang lebih komplek diperlukan waktu yang lebih lama. AEA
terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Survei manajemen energi.


Surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan
manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang
mempengaruhi proyek konservasi.
b. Survei energi (teknis)
Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi
peralatan dari pemakai energi yang penting (misalnya boiler dan sistem uap)
serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan
dilakukan dengan menggunakan sesedikit mungkin instrumentasi portable.
Auditor energi akan bertumpu pada pengalamannya dalam mengumpulkan
data yang relevan dan mengadakan observasi yang tepat, sehingga
memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara cepat.

2.2 Tujuan Audit Energi


Setelah mendapatkan hasil uji, auditor energi menganalisa hasil tersebut
melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi pendukung yang ada
(misalnya tabel, bagan). Kemudian hasil uji tersebut digunakan untuk menyusun
neraca energi, dimulai dari setiap peralatan yang diuji dan selanjutnya instalasi
pabrik seluruhnya. Dari neraca energi, dapat ditentukan efisiensi peralatan dan ada
tidaknya peluang penghematan biaya energi. Setelah itu, dilakukan pengujian
lebih rinci terhadap setiap peluang, perkiraan biayanya dan manfaat dari pilihan-
pilihan yang telah ditentukan. Dalam beberapa hal, auditor energi tidak dapat
memberikan rekomendasi mengenai suatu investasi khusus, mengingat resikonya
atau karena total investasinya terlalu besar. Dalam hal ini, auditor energi akan
memberikan suatu rekomendasi mengenai studi kelayakan (misalnya penggantian
boiler, perubahan tungku pembakaran, penggantian sistem uap air dan perubahan
proses).
Hasil akhir AET akan berupa laporan terinci yang memuat rekomendasi
disertai dengan manfaat dan biaya terkait serta program pelaksanaannya. Secara
umum cukup sulit untuk menyimpulkan besarnya penghematan yang dapat
diidentifikasi melalui audit energi. Namun begitu, penghematan biasanya
mendekati jumlah yang cukup berarti, sekalipun melalui audit energi yang paling
sederhana. Sebagai petunjuk kasar, audit energi awal diharapkan dapat
mengidentifikasi penghematan sebesar 10 persen, yang umumnya dapat dicapai
melalui tindakan house keeping pada instalasi pabrik atau tindakan lain yang
memerlukan investasi modal kecil. Audit energi terinci seringkali dapat mencapai
penghematan sebesar 20 persen atau lebih untuk jangka menengah dan panjang.

2.3 Prosedur Audit Energi


Pelaksanaan audit energi merupakan gabungan interaksi antara tim auditor
dan obyek audit. Agar interaksi berjalan dengan baik dan efektif, Langkah -
langkah yang perlu dilakukan adalah:
- Inisiasi kegiatan audit;
- Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit;
- Pelaksanaan audit;
- Evaluasi dan Pelaporan
Gambar 1 merupakan bagan alir pelaksanaan audit yang menggambarkan
berbagai kegiatan awal calon pelaksana sampai ke kegiatan akhir audit energi.
Tahap 1 dan Tahap 2 merupakan tahapan yang dilakukan oleh calon auditor
sampai pada kesimpulan apakah audit dapat dilakukan secara keseluruhan atau
hanya dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan evaluasi awal yang dilakukan.
Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Audit Energi
Setelah mendapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan audit akan dilakukan,
maka perlu ditentukan berbagai langkah atau prosedur yang akan dilakukan.
Prosedur yang dipakai akan bervariasi menurut ruang lingkup audit yang
diusulkan serta menurut ukuran dan jenis fasilitas. Prosedur berikut ini secara
umum biasa digunakan untuk pelaksanaan/eksekusi audit energi .
Langkah 1:
Perencanaan keseluruhan kegiatan audit yang akan dilakukan. Tindakan ini
mencakup penentuan tujuan audit, pembagian fasilitas pabrik menjadi bagian
pelaksanaan atau cost center, pemilihan anggota team audit serta pemberian
tanggung jawabnya, dan pemilihan instrumen yang diperlukan.
Langkah 2:
Inisiasi pertemuan dan diskusi teknis dengan tim pendamping industri obyek.
Langkah 3:
Pengamatan singkat lapangan (walk through survey) yang sekaligus dapat
melakukan in house training terhadap tim pendamping industri obyek.
Langkah 4:
Pengumpulan data pemakaian energi dan data produksi yang diambilkan dari
bagian atau cost center tertentu (form data sheet, data historis, dan lain-lain). Jika
diperlukan, dapat diadakan uji coba sistem/peralatan untuk mendapatkan data
tambahan mengenai unjuk kerja dari peralatan khusus serta unit-unit atau cost
center tertentu.
Langkah 5:
Pengolahan data dan evaluasi awal untuk mendapatkan neraca energi, neraca
massa, intensitas energi serta mengidentifikasi peluang penghematan energi
(PPE). Hasil identifikasi PPE selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan daftar
PPE berdasarkan besaran penghematan yang mungkin diperoleh.
Langkah 6:
Presentasi dan diskusi dengan tim pendamping industry obyek terhadap berbagai
temuan dan hasil daftar PPE awal yang diperoleh. Langkah ini dilakukan
sekaligus untuk melakukan klarifikasi berbagai data dan informasi sehingga pada
saat pelaksanaan analisis rinci dilakukan dengan basis data dan informasi yang
benar dan juga dapat diterima oleh kedua pihak.
Langkah 7:
Melakukan evaluasi dan analisis rinci terhadap PPE yang diperoleh.
Langkah 8:
Menyusun Laporan audit energi mencakup berbagai rekomendasi PPE dan
manajemen energi yang disampaikan kepada industri obyek.

2.4 Etika Dalam Audit Energi


Etika bagi seorang teknik elektro khususnya dalam bidang audit energi
listrik sudah tercantum dalam IEEE dan UU RI No 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan. Adapun etika dalam tersebut antara lain :
a. Menerima tanggung jawab dalam pengambilan keputusan engineering yang
taat asas keamanan, kesehatan dan kesejahteraan publik dan segera
menyatakan secara terbuka faktor-faktor yang dapat membahayakan publik
atau lingkungan
b. Menghindari konflik interess nyata atau yang terperkirakan sedapat mungkin,
dan membukanya pada para pihak yang terpengaruh ketika muncul.
c. Akan jujur dan realistis dalam bekerja.
d. Menolak sogokan dalam segala hal.
e. Mencari, menerima dan menawarkan kritik, pekerjaan teknik harus mengakui
dan memperbaikinya.
f. Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa bergantung pada factor-
faktor seperti ras, agama, jenis kelamin keterbatasan fisik, umur dan asal
kebangsaan
g. Membantu rekan sejawat dan rekan kerja dalam penggembangan profesi
mereka dan mendukung mereka dalam mengikuti kode etik ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa pascasarjana tidak
mengenyampingkan etika dalam profesinya.
b. Untuk para pembaca, harus selalu diingat bahwa etika dan moral dalam
profesi itu sangat penting, karena berkaitan dengan kehidupan yang akan
datang dan bersangkutan dengan kesejahteraan masyarakat.
c. Dalam audit energi listrik, etika sangat penting untuk menghindari konflik
kepentingan sehingga hasil audit dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
3.2 Saran
Profesi keteknikan hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

Anda mungkin juga menyukai