Pendaftaran Dan Peralihan Rahasia Dagang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

Nama : 1.

Justicia Diko (19300110)

2. Nabila Fitriani (19300112)

Kelas : C

Rahasia Dagang dan Penyelesaian Atas Pelanggarannya

A. Ruang Lingkup Rahasia Dagang

1. Pengertian Rahasia Dagang

Rahasia dagang adalah padanan kata untuk undiscloused information

sebagaimana tertulis dalam TRIPs. Istilah undiscloused information menberi jaminan

bagi mereka yang memang tidak ingin membuka informasi usahanya yang berada

dalam kontrolnya, dengan beberapa syarat antara lain : (i) informasi tersebut memang

rahasia dalam pengertian bahwa informasi itu bukan seperangkat konfigurasi atau

perakitan (assembly) yang persis dari komponen-komponen yang umumnya dikenal

oleh lingkungan orang yang biasa berurusan dengan informasi tersebut, dan (ii)

informasi itu dijaga kerahasianannya.

Dalam Black’s Law Dictionary yag dikategorikan sebagai rahasia dagang

meliputi formula-formula, pola, formula atau bahan kimia, proses industry, perawatan

atau pengawetan bahan-bahan, pola mesin atau alat lain, daftar langganan atau alat

kompilasi informasi yang digunakan seseorang dalam bisnisnya yang mana

memberikan orang tersebut kesempatan untuk memperoleh keuntungan melebihi dari

siangannya yang tidak tahu atau tidak menggunakan itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Rahasia adalah

sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui oleh orang lain.

Sedangkan dagang adalah pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli

untuk memperoleh keuntungan. Menurut Ahmad Ramli pengertian rahasia dagang

adalah segala informasi yang sangat strategis sifatnya, memiliki potensi, dan secara
actual mengandung nilai ekonomi yang tinggi karena dapat digunakan untuk alat

bersaing dengan para competitor.  

Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

(UURD), khususnya pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Rahasia Dagang adalah

informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis,

mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga

kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.” Sedangkan yang dimaksud dengan

hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang timbul berdasarkan

Undang-Undang Rahasia Dagang.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dilihat bahwa Rahasia Dagang

adalah sebuah informasi yang sangat berharga untuk perusahaan, karenannya harus

dijaga kerahasiaannya. Keberhargaan informasi ini timbul karena informasi tersebut

dapat mendatangkan keuntungan ekonomis kepada perusahaan

2. Pengaturan Rahasia Dagang

Pengaturan tentang rahasia dagang di Indonesia masih baru. Dasar dari

pengaturan ini adalah diratifikasinya Agreement Establishing the World Trade

Organization (persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagang Dunia atau WTO)

yang mencakup juga Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 sehingga perlu

diatur tentang rahasia dagang. Di Indonesia rahasia dagang diatur pertama kali melalui

Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang. Pada awalnya

perlindungan hukum menyangkut segala bentuk praktek-praktek persaingan tidak

sehat telah diatur oleh rambu-rambu dan norma-norma pada Pasal 1365 KUHPerdata

dan Pasal 382 bis KUHP.

3. Hak Milik Rahasia Dagang


Pasal 4 UU Rahasia Dagang mengatur tentang kewenangan atau hak yang

dimiliki oleh pemilik rahasia dagang terhadap rahasia dagangnya untuk :

a. menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya

b. memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia

dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk

kepentingan yang bersifat komersial.

Berdasarkan pasal ini, pemilik rahasia dagang mempunyai hak monopoli untuk

menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya dalam kegiatan bisnis untuk

memperoleh keuntungan ekonomis. Ketentuan ini juga berarti bahwa hanya pemilik

rahasia dagang yang berhak untuk memberikan ijin kepada pihak lain untuk

menggunakan rahasia dagang yang dimilikinya melalui perjanjian lisensi. Selain itu,

pemilik rahasia dagang juga berhak melarang pihak lain untuk menggunakan atau

mengungkapkan rahasia dagang yang dimilikinya kepada pihak ketiga apabila

pengungkapan tersebut dilakukan untuk kepentingan yang bersifat komersial. Di

samping hak-hak tersebut dalam UU Rahasia Dagang disebutkan pula bahwa pemilik

rahasia dagang juga memiliki kewajiban, yaitu harus bersedia mengungkapkan setiap

bagian dari rahasia dagang serta proses penggunaannya secara lengkap untuk

kepentingan pembuktian di hadapan pengadilan.

B. Obyek Rahasia Dagang

Menurut undang-undang No. 30 Tahun 2000 Pasal 2, obyek ruang lingkup Rahasia

Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan atau informasi

lain di bidang tekhnologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui

oleh masyarakat umum. Misalnya Coca-cola menggunakan rahasia dagang yaitu informasi

teknik senyawa untuk melindungi formulanya, bukan paten. Hal ini untuk menghindari

adanya batas waktu. Jika formula dilindungi hak paten maka akan berakhir paling lama 20
tahun. Pada saat ini usia Coca Cola sudah lebih dari 100 tahun, hak ini karena formulanya

dilindungi dengan rahasia dagang. Metode produksi misalnya teknologi pemrosesan

anggur, formula ramuan rokok. Di bidang lain, misalnya informasi non teknik. Data

mengenai pelanggan, data analisis, administasi keuangan, dll.

C. Syarat Perlindungan Rahasia Dagang

Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi tersebut

sejatinya bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui

upaya-upaya sebagaimana mestinya.

1) Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak

tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.

2) Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan informasi tersebut

dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat komersial atau dapat

meningkatkan keuntungan secara ekonomi.

3) Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang

menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap

hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu. Artinya

selama waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI dapat mengijinkan atau

melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan informasi (Rahasia Dagang).

D. Pendaftaran dan Peralihan Rahasia Dagang

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang tidak mengatur

secara spesifik mengenai prinsip yang dianut dalam rahasia dagang sebagai bagian dari

kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual menganut dua prinsip dalam melakukan

perlindungan hukum yakni: first to file system dan first to use system. First to file system

merupakan sistem pendaftaran ini didasarkan pada pendaftaran pertama. Artinya, jika ada
dua orang mendaftarkan kekayaan intelektual pada hari yang sama dengan objek yang

sama, pihak yang mendaftarkan terlebih dahululah yang dipriotaskan untuk diproses.

Sedangkan first to use system didasarkan pada pengguna pertama. Artinya, pemilik

kekayaan intelektual yang akan didaftar adalah orang pertama yang meggunakan kekayaan

intelektual tersebut.

Untuk rahasia dagang sendiri karena sifat kerahasiaannya tidak diwajibkan

menganut sistem tersebut karena dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000

tentang Rahasia Dagang menyatakan bahwa rahasia dagang akan mendapat perlindungan

apabila informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga

kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana mestinya. Informasi dianggap bersifat rahasia

apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara

umum oleh masyarakat. Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat

kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha

yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Informasi

dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah

melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Pasal tersebut menjelaskan bahwa rahasia dagang tidak termasuk dalam first to file

system karena tidak ada pembahasan dalam undang-undang rahasia dagang mengenai

pendaftaran. Akan tetapi, apabila ditarik dalam first to use system akan sukar dibuktikan

siapa pemegang haknya apabila terjadi masalah terhadap rahasia dagang. Oleh karena itu

kerahasiaan yang terdapat pada rahasia dagang berbeda dengan hak cipta yang menganut

siapa yang pertama kali memublikasikan ialah pemiliknya. Namun, dalam hal pengalihan

rahasia dagang wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal yang saat ini adalah Dirjen

Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM serta diumumkan dalam berita

umum rahasia dagang.


Rahasia dagang memang tidak diwajibkan didaftarkan pada Dirjen Kekayaan

Intelektual Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan perlindungan Hukum,

akan tetapi untuk mendapatkan pengakuan dan pembuktian mengenai kepemilikan rahasia

dagang, ada pemilik rahasia dagang yang mendaftarkan rahasia dagangnya pada Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM. Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2000 tentang rahasia dagang tidak mengatur secara jelas mengenai tata cara dan

syarat-syarat pendaftarannya dan tidak juga mewajibkan rahasia dagang untuk didaftarkan.

Adanya pemilik rahasia dagang yang telah mendaftarkan rahasia dagangnya juga untuk

menjaga kerahasiaan rahasia dagang, dengan adanya pendaftaran maka pemilik rahasia

dagang tidak perlu khawatir mengenai pembuktian kepemilikan rahasia dagang apabila

terjadi masalah ke depannya. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual bisa menjadi saksi

dalam hal menyelesaikan masalah mengenai kepemilikan rahasia dagang. Walaupun

undang-undang tidak mengatur mengenai kewajiban pemilik rahasia dagang untuk

mendaftarkan rahasia dagangnya.

Dengan demikian, pemilik rahasia dagang hanya perlu menyimpan dan

merahasiakan rahasia dagangnya supaya tidak diketahui oleh umum dan tetap

mendapatkan perlindungan hukum. Berbeda dengan pendaftaran rahasia dagang yang

tidak diatur secara jelas dalam undang-undang rahasia dagang, mengenai pengalihan

rahasia dagang dalam Undang-Undang No 30 Tahun 2000 tentang rahasia dagang wajib

dicatatkan pada Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM supaya

mendapatkan kepastian hukum.

E. Pelanggaran Terhadap Rahasia Dagang

Ketentuan mengenai Pelanggaran Rahasia Dagang diatur dalam BAB VII Pasal 13

dan Pasal 14 UU Rahasia Dagang, Pasal 13 menyatakan bahwa Pelanggaran Rahasia

Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang,
mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk

menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan. Pasal 14 menyatakan seseorang dianggap

melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia

Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Sistem hukum yang ada di Indonesia mengenai persaingan curang diatur

secara umum dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai

perbuatan melawan hukum. Begitu juga terdapat dalam Pasal 322 jo. Pasal 323 jo. Pasal

382 Kitab undang-undang hukum pidana dan secara khusus diatur dalam Undang-Undang

No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Dengan menetapkan Undang-undang

rahasia dagang, Indonesia merasa telah melaksanakan kewajiban memberikan

perlindungan terhadap praktek pelanggaran persaingan curang yang diatur dalam

Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights Section.

Pelanggaran rahasia dagang dapat pula dikualifikasikan sebagai suatu bentuk tindak

pidana, yang mengancam pelakunya dengan sanksi-sanksi pidana seperti tersebut dalam

KUHP yang berbunyi sebagai berikut: “Barang siapa dengan sengaja membuka

rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang

maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau

denda dst.”

Ketentuan lainnya menyatakan: “Barang siapa dengan sengaja memberitahukan hal-

hal khusus tentang suatu perusahaan dagang, kerajinan atau pertanian, di mana ia bekerja

atau dahulu bekerja, yang olehnya supaya dirahasiakan diancam dengan pidana penjara

paling lama sembilan bulan dst.” Ketentuan KUHP tersebut memiliki makna

sebagai berikut:
1) Bahwa seseorang dilarang membuka rahasia yang wajib disimpannya berdasarkan

jabatannya atau pencahariannya. Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi dasar

kewajiban untuk tidak membocorkan rahasia itu adalah kedudukan atau jabatan yang

diembankannya;

2) Bahwa rahasia itu tidak terbatas pada rahasia saat itu tetapi meliputi juga

rahasia-rahasia yang seharusnya ia pegang dan jaga pada waktu sebelumnya;

3) Hal-hal khusus (informasi) yang menyangkut suatu perusahaan dagang kerajinan, atau

pertanian dikategorikan sebagai satu obyek informasi yang harus dirahasiakan;

4) Pihak tersebut terikat pekerjaan baik saat ini maupun masa lalu, dalam hal ini harus

ada kejelasan dalam waktu berapa lama seseorang dianggap tidak lagi terikat untuk

merahasiakan informasi tersebut.

Dalam perkembangannya, masalah perdagangan dan industri internasional tidak

hanya berkaitan dengan barang dan jasa semata-mata, tetapi di dalamnya juga terlibat

sumber daya lain berupa informasi yang berguna bagi kegiatan usaha dan bernilai

ekonomi tinggi dalam menjalankan kegiatan usaha industri maupun perdagangan.

Berkenaan dengan hal itu maka para investor dan pelaku bisnis merasa sangat

berkepentingan terhadap adanya perlindungan rahasia dagangnya melalui sistem

perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sesuai dengan standar internasional. Bagi

mereka perlindungan memadai terhadap rahasia dagang pada umumnya merupakan salah

satu dasar pertimbangan untuk melakukan perdagangan dan investasi di suatu Negara.

Dipandang dari sudut pandang hukum hal ini dapat dipahami dan sangat beralasan,

sebab pelanggaran terhadap rahasia dagang pada gilirannya secara ekonomis akan sangat

merugikan para penemu dan pemilik hak tersebut. Rahasia dagang menjadi faktor yang

esensial dalam upaya persaingan dagang yang jujur (fair competition), sekaligus

merupakan komoditas yang sangat berharga dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
F. Penyelesaian Hukum Dalam Rahasia Dagang

Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Dalam UU Rahasia Dagang disebutkan

mekanisme penyelesaian sengketa yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11 UU Rahasia Dagang:

1) Pemegang hak rahasia dagang atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4, berupa:

a. Gugatan ganti rugi; dan/atau

b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan ke Pengadilan Negeri.

Pasal 12 UU Rahasia Dagang:

“Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, para pihak dapat

menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian

sengketa.”

Menurut Pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang pemegang hak rahasia dagang

atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak

melakukan pelanggaran rahasia dagang untuk melakukan:

a. Gugatan ganti rugi

Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, tanggal 5 Maret 1975

No. 1078 K/Sip/1975 dan Mahkamah Agung RI tanggal 17 Oktober 1973 No. 325

K/Sip/1973, gugatan ganti rugi harus dirinci secara jelas. Dan apabila gugatan ganti

rugi tersebut tidak dirinci secara jelas maka haruslah ditolak seluruhnya atau dinyatakan

tidak diterima. Pengadilan dapat memutuskan bahwa tergugat yang

menyalahgunakan informasi rahasia penggugat harus memberi ganti rugi kepada

penggugat atas kerugian yang dialaminya. Seringkali sangat sulit menghitung kerugian
komersial secara akurat yang dialami penggugat sebagai akibat penyalahgunaan

informasi.

b. Penghentian semua perbuatan berkaitan dengan pemanfaatan tanpa hak

Bila terbukti terjadi pelanggaran rahasia dagang hukuman selain adanya ganti rugi

ada sanksi lain yaitu penghentian semua perbuatan berkaitan dengan usaha yang terkait

dengan cara perolehan rahasia dagang yang dengan cara memanfaatkan tanpa hak.

Yaitu apabila seseorang mengambil rahasia dagang dari perusahaan lain kemudian

mendirikan usaha baru sejenis dengan memanfaatkan rahasia dagang yang di dapat dari

perusahaan lain maka bisa saja terjadi sanksi yang demikian. Sedangkan untuk

prosesnya diajukan ke Pengadilan Negeri. Sanksi pidana yang bersifat alternatif dan

kumulatif dicantumkan dengan harapan agar pelaksanaan UU Rahasia Dagang ini dapat

berjalan baik dan memberikan pilihan bagi hakim agar dapat memberikan putusan yang

adil. UU ini juga memberikan kesempatan bagi korban atau pelapor untuk mengajukan

gugatan perdata untuk mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan

tergugat atau terpidana jika perkara pidana itu telah berkekuatan hukum tetap.

Apabila seseorang terbukti melakukan Pelanggaran Rahasia Dagang seseorang dengan

cara sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau

mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga rahasia dagang yang

bersangkutan atau apabila ia memperoleh atau menguasai suatu rahasia dagang dengan

cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp

300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) Delik dalam Tindak Pidana Rahasia Dagang adalah

merupakan delik aduan. Sehingga, bila terjadi perdamaian antara pelaku dan korban,

pelaporan atau pengaduan itu dapat dibatalkan atau ditarik dari kepolisian. Bahwa
dalam delik aduan, pengaduan dapat dibatalkan dan ditarik kembali sepanjang sudah

ada perdamaian.

c. Penyelesaian melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa

Selain penyelesaian sengketa melalui pengadilan seperti yang disebutkan dalam Pasal

12 UU Rahasia Dagang memungkinkan adanya penyelesaian melalui non pengadilan

artinya dapat melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Diantaranya dapat

diselesaikan melalui arbitrase, konsiliasi, mediasi, med-arb, negosiasi. Cenderung

beberapa penyelesaian sengketa alternatif ini tidak jarang menghasilkan sebuah

penyelesaian win-win solution karena bisa ditentukan oleh kedua belah pihak bahkan

tanpa aturan yang terkadang bersifat kaku. Penyelesaian secara alternatif penyelesaian

sengketa terkadang merupakan cerminan budaya asli dari sosiologis masyarakat kita

yang mana mengedepankan penyelesaian melalui musyawarah untuk mencapai

mufakat.

1. Arbitrase

Arbitrase diatur dalam UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa. Arbitrase merupakan mekanisme penyelesaian sengketa

dengan bantuan pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga bertindak sebagai hakim yang

diberi kewenangan penuh oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa. Oleh

karena itu ia berhak mengambil keputusan (award) yang bersifat final dan mengikat

(final and binding).

2. Mediasi

Pada prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan

melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non

intervensi) dan tidak berpihak (impartial) serta diterima kehadirannya oleh pihak-

pihak yang bersengketa. Pihak ketiga tersebut disebut mediator atau penengah yang
tugasnya membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan

masalahnya, tetapi tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

Dengan mediasi diharapkan dicapai titik temu dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi para pihak, yang selanjutnya akan dituangkan sebagai kesepakatan

bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator, tetapi di tangan

para pihak yang bersengketa. Berkenaan dengan tempat mediasi, Cara ini

sesungguhnya penyelesaian sengketa yang cukup mudah dan efisien. Masing-masing

pihak menunjuk juru runding yang sering disebut dengan “negisiator”.

3. Konsiliasi

Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk

mencapai persetujuan dan penyelesaian. Rumusan konsiliasi dapat ditemukan dalam

Pasal 1 angka 10 dan alinea 9 Penjelasan Umum, yakni konsiliasi merupakan satu

lembaga alternative dalam penyelesaian sengketa. Dengan demikian, konsiliasi

merupakan proses penyelesaian sengketa alternative dan melibatkan pihak ketiga

yang diikutsertakan untuk menyelesaikan sengketa. Konsiliator dalam proses

konsiliasi harus memiliki peran yang cukup berarti. Oleh karena itu, konsiliator

berkewajiban untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya mengenai duduk

persoalannya.
Daftar Pustaka

Setiawan,A. dkk (2018) Eksistensi Pendaftaran Rahasia Dagang dan Implementasi

Perlindungannya (Studi di Kanwil KEMENKUMHAM Jawa Tengah). Law & Justice Jurnal.

3(2). 77-78

https://sis.binus.ac.id/2018/08/15/perlindungan-hukum-terhadap-rahasia-dagang/

https://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/rahasia-dagang-dan-kaitannya-dengan-undang-

undang-nomor-4-tahun-1999-tentang-larangan-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-

tidak-sehat/

Anda mungkin juga menyukai