Anda di halaman 1dari 2

Naqia Salsabila Taslim/ HI 6

402019518073
Liberalisme, Konstruktivisme, dan Kosmopolitanisme dalam Studi
Transnasionalisme
Pada dasarnya perspektif Liberalisme merupakan perspektif arus utama
tradisionla yang cukup bertolak belakang dengan perspektif realisme. Liberalism
memiliki pandangan yang sangat optimis terhadap manusia dan kapabilitas akal yang
dimilikinya. Perspektif liberalism berasumsi bahwa pada dasarnya implikasi kabilitas
akal manusia mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama manusia.
Perspektif liberalism menekankan pada dampak-dampak baik dari hubungan antara
manusia, yakni terciptanya suatu hubungan mutual dan kooperatif untuk mencegah
terjadinya perang dan mengakhiri hal-hal yang bersifat konfliktual. Kemajuan perspektif
ini juga dikarenakan asumsi-asumsi rasional yang mengedepankan kebebasan individu
sehingga menjadi lebih relevan dengan konsep kebangkitan dunia modern.
Korelasinya dengan transnasionalisme adalah hubungan kooperatif transnasional
yang tidak hanya terjadi antar negara dengan negara lainnya dalam artian hubungan
pemerintah. Liberalism lebih jauh lagi membahas mengenai hubungan individu dan
swasta yang terbilang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan hubungan antar
pemerintah. Perspektif liberalism juga menekankan bahwasannya hubungan
transnasional yang terhitung sangat banyak akan menjadi lebih damai dengan
meningkatnya hubungan kooperatif sebagai gerakan preventif terjadinya konflik.
Liberalism menentang adanya sentralisasi actor seperti yang dilakukan oleh
perspektif sebelumnya yakni realisme yang menjadikan negara sebagai actor tunggal.
Dalam perspektif ini terdapat diversifikasi actor dalam hubungan internasional bukan
hanya actor negara namun juga terdapat actor-aktor non-negara yang memiliki peran
vital untuk menjaga perdamaian di ranah transnasional. Liberalism menganggap
eksistensi actor non-negara seperti Multi National Corporation (MNC), NGO (Non-
Governmental Organization), IGO, gerilya, dan individu memiliki peran yang sangat
besar dalam interaksi antar negara dalam hubungan transnasional. Perspektif liberalism
juga dapat menjadi jawaban dari ancaman keamanan dan ekonomi di era modern.
Konstruktivisme merupakan salah satu teori yang lahir dari teori kritis, teori
konstruktivisme pada dasarnya bukan hanya dipakai pada disiplin ilmu Hubungan
Internaisonal melainkan juga dipakai dala ilmu Sosiologi. Namun pada sekitar tahun
1990-ah konstruktivisme dikembangkan oleh pakar ilmu Hubungan Internasional.
Sebagaimana liberalism dan realisme yang menjadi teori klasik terdahulu,
konstruktivisme memiliki beberapa kesamaan dengan kedua perspektif tersebut. Namun
hal yang membedakannya adalah focus pembahasan pada hal-hal yang bersifat materiil
atau tangible, sedangkan konstruktivisme lebih menitik-beratkan pada hal-hal non-
materiil atau intangible. Konstruktivisme memfokuskan pada pembahasan mengenai
latar belakang yang kemudian memunculkan actor-aktor baru dalam hubungan
internasional, sehingga dari keselarasan latar belakang, ide, serta gagasan mampu
mempengaruhi kemunculan dan keterkaitan actor-aktor transnasional.
Konstruktivisme menganggap bahwasannya struktur dana gen menjadi hal yang
sangat penting untuk memupuk hubungan transnasional yang baik. Lingkungan social
yang dipenuhi actor-aktor yang membwa kepentingan masing-masing dibelakangnya
membutuhkan peranan norma, institusi, serta organisasi internasional agar dapat
mengatur agen yang ada didalamnya yakni actor-aktor yang terlibat dalam hubungan
transnasional baik actor negara maupun actor non-negara.
Kosmopolitanisme memiliki definisi yang beragam namun secara umum
dipahami sebagai masyarakat sipil dunia merupakan entitas global yang hidup dan
memiliki kode etik dalam politik global. Kosmopolitanisme juga lahir karena adanya
komunal yang memiliki satu prinsip yang harus dijunjung tinggi dan diapatuhi oleh
semua anggota yang berada didalamnya. Immanuel Kant menegaskan definisi
kosmopolitanisme yang lebih modern yakni pengembangan eksistensi
kosmopolitanisme universal yakni masyarakat sipil global merupakan masyarakat
politik yang berkelompok dengan baik dan mencapai keteraturan yang sempurna.
Dalam hal ini kosmopolitanisme memiliki ambisi yakni mencapai hubungan yang
sempurna, kosmopolitanisme terbentuk berdasarkan satu prinsip untuk mematuhi kode
etik pada politk global. Pendekatan kosmopolitanisme juga dianggap mampu
menyelesaikan isu-isu global yang semakin dinamis dan kompleks.

Anda mungkin juga menyukai