SKRIPSI
Oleh
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Semarang, Februari 2011
Penguji
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar – benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iv
MOTTO :
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
• Mama dan Papa tercinta yang senantiasa
selalu memberikan do’a, kasih sayang,
keikhlasan, pengorbanan dan dukungan.
• Almamater Universitas Negeri Semarang
• Ade-ade ku dan seluruh keluarga tersayang
yang selalu memberikan motivasi serta
keluarga besar Warisman Yusuf.
• Dian siswoyo yang selalu memberikan
dukungan.
• Sahabat BFF, orang terdekat, teman
seperjuangan “Akuntansi S1 2006” yang
selalu memberikan dukungan.
• Segenap Dosen Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi yang telah berjasa
dalam mendidik dan membimbing kami.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berjudul “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah
waktunya. Segenap usaha dan kerja penulis tidak mungkin membuahkan hasil
tanpa kehendak-Nya. Segala halangan dan rintangan tidak akan mampu dilalui
Ekonomi. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang sangat berarti bagi penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan
skripsi.
vi
4. Drs. Fachrurrozie M.Si, dan Bestari Dwi Handayani, S.E, M.Si Akt dosen
Negeri Semarang.
Penulis
vii
SARI
Awaniz, Berlian Nur. 2011. “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Eks Karesidenan
Pekalongan”. Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I. Drs. Fachrurrozie M.Si. II. Bestari Dwi Handayani,
S.E, M.Si Akt.
Kata Kunci : Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja
Daerah.
Dana Alokasi Umum adalah merupakan jenis transfer dana antar
tingkat pemerintahan yang tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu.
Dana alokasi umum ini dimaksudkan untuk menggantikan transfer berupa
subsidi daerah otonom dan inpres. Pendapatan asli daerah adalah merupakan
penerimaan yang diperoleh daerah yang bersumber sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
pendapatan lain -lain yang sah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial variabel berpengaruh terhadap
belanja daerah.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah
daerah se Eks Karesidenan Pekalongan. Sampel penelitian ini adalah laporan
realisasi pendapatan dan belanja daerah pemerintah daerah se Eks Karesidenan
Pekalongan tahun 2004-2008. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi
linier berganda.
Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi Y = -140.862.197.333,89 +
1,090X1 + 5,356X2 secara simultan menunjukkan F hitung = 92,314 dengan
nilai signifikansi 0,000 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga H1
yang menyatakan ada pengaruh positif antara dana alokasi umum dan
pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah diterima. Variabel (X1) diperoleh
nilai t hitung 11,964 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan HA
diterima, sehingga H2 yang menyatakan ada pengaruh dana alokasi umum
terhadap belanja daerah diterima. Variabel pendapatan asli daerah (X2) diperoleh
t hitung 8,174 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan HA
diterima, sehingga H3 yang menyatakan ada pengaruh pendapatan asli daerah
terhadap belanja daerah diterima.
Simpulan dalam penelitian ini secara simultan variabel dana alokasi
umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah.
Hasil uji hipotesis juga menunjukkan adanya pengaruh signifikan. Saran dalam
penelitian ini pemerintah diharapkan dapat memeberikan akuntabilitas terhadap
penggunaan dana tersebut, sehingga diharapkan denganadanya akuntabilitas dan
transparasi dari penggunaan dana tersebut maka dana akan digunakan
sebagaimana mestinya. Dan pendapatan asli daerah pemerintah diharapkan bisa
mengalokasikan dana sebagaimana mestinya sehingga nantinya tidak terjadi
devisit pada anggaran yang telah direncanakan.
viii
ABSTRACT
Awaniz, Berlian Nur. 2011. “The Effect og General Allocation Fund (DAU) and
Revenue (PAD Againts) Ex-Local Expenditures in Pekalongan Residency. “thesis
Department of Accounting, Faculty of Economics. State University of Semarang.
Supervising I. Drs. Fachrurrozie M.Si. II Bestari Dwi Handayani, S.E, M.Si Akt.
Keywords: General Allocation Fund, Regional Revenue and Expenditures.
General allocation Fund is a kind of intergovernmental transfers that are
no tied tospecific spending programs. General allocation fund is intended to
replace the transfers of subsidies autonomous regions and Presidential Instruction.
Revenue is the revenueobtained by the originating sector, local, taxes, levies, local
property management outcomes that are separated and other income are
legitimate. The purpose of this study was to determine the effect of partial
variables simultaneously and the effect the shoppingarea.
The population in this study is a local goverment financial reports
Pekalongan Residency Ex. Samples are reports of income and expenditure of local
goverment areas as the year Ex Pekalongan Residency 2004-2008. Methods of
data collection in this research a method of documentation. The data analysis
technique used is multiple linear regression. The result of simultaneous
information.
The result obtained by the regression equation Y = -
140.862.197.333,89+1.090X1+
5.356 X2 simultaneously shows Fcount = 92.314 with significant value 0.000 <0.
05hence H0 is rejected and the HA is received, so the H1 which states there is a
positiveinfluence on the general allocation fund and local revenues to
expenditures is received. Variable (X1) obtained t value 11.964 with significant
value 0.000 < 0.05 hence H0 is rejected and the HA is received, so the H2 which
states have the effect of block grants local shopping receipt. Variable-source
revenue (X2) obtained t count with significant value 0.000 8.174 < 0.05 hence H0
is rejected and the HA is received, so that the H3 which states there in the
influence of local revenues to expenditures is received.
Conclusion in this study simultaneously the general allocation fund and
variablerevenue positive effect on local spending. Hypotesis test result also
showed asignificant effect. Suggestion in this study are expected to give
goverment accountability for the use of these funds, so hopefully with the
accountability and transparency of the use of these funds, the funds will be used
as appropriate. Goverment revenue is expected to allocate the funds properly so
that they would not happen devisit on the planned budget.
ix
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Tingkat Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Eks Karesidenan
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Eks Karesidenan
Gambar 4.4 Diagram Normalitas dengan diagram grafik Distribusi normal ..... 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak Januari 2001 bangsa dan negara Indonesia memulai babak baru
pada daerah kabupaten dan daerah kota dimulai dengan adanya penyerahan
1
2
secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang
dalam hal keuangannya karena kinerja keuangan menjadi tolak ukur kesiapan
otonomi yakni pemerintah harus lebih mandiri dari segala hal termasuk dari segi
keuangan.
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berupa sistem keuangan yang
diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang jelas
Keuangan Pusat dan Daerah, membawa perubahan mendasar pada sistem dan
3
tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat. Disamping itu,
akuntabel. Akan tetapi pada praktiknya, transfer dari pemerintah pusat seringkali
dijadikan sumber dana utama oleh pemerintah daerah untuk membiayai operasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD). Tujuan dari transfer ini
pusat dalam bentuk sumbangan dan bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak,
4
pelayanan publik. Adanya transfer dana ini bagi pemerintah daerah sebagai
pendanaan diharapkan dapat digali melalui sumber pendanaan sendiri yaitu PAD,
digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan
Masalah yang sering terjadi pada belanja dan anggaran belanja daerah
pada umumnya adalah belanja aparatur yang ada dalam belanja publik, hingga
mencapai lebih dari 50% dari total anggaran belanja publik yang meberikan
beberapa dampak yaitu pemborosan dibagian aparatur, dimana hal ini menjadi
5
sektor, banyak kepentingan dan banyak masyarakat. Bagi yang tidak mempunyai
Analisis Pengaruh DAU dan PAD terhadap prediksi belanja daerah studi kasus di
wilayah Jawa Tengah dan DIY. Hasil penelitiannya diperoleh secara empirik
menunjukan bahwa DAU dan PAD berpengaruh positif terhadap prediksi belanja
daerah. Dari penelitian tersebut didapat bahwa koefisien regresi DAU sebesar
0,778 dan koefisien regresi PAD sebesar 1,964 dan juga didapatkan bahwa
variabel DAU dan PAD dapat menjelaskan sebesar 71,3% berpengaruh terhadap
pengaruh belanja daerah. Data yang digunakan oleh peneliti adalah poling data
dimana data yang diambil yaitu data tahun 2004-2008, dari hasil tersebut dapat
dilihat variabel DAU dan PAD memberikan pengaruh terhadap belanja daerah.
PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah baik di Pulau Jawa, Bali, bahkan
Sumatra. Pada hasil analisis di Pulau Sumatra, diperoleh hasil yaitu, PAD
pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar daripada pengaruh PAD
et al (2002), Legrenzi & Milas (2001), Zampelli (1986) dan Sukriy & Halim
(2004). (Maemunah, 2006). (Bambang Kesit, 2004) Analisis Pengaruh DAU dan
PAD terhadap Prediksi Belanja Daerah studi empirik di wilayah Jateng dan DIY.
6
belanja daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari pemerintah
pusat , dan juga menunjukkan bahwa DAU dan PAD berpengaruh positif
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah di Eks Karesidenan
Pekalongan yang terdiri dari beberapa daerah yaitu Kabupaten Brebes, Kota
Belanja Daerah dan juga ingin mengetahui kemampuan DAU dan PAD secara
berjudul:
“Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
7
2. Manfaat Praktis
BAB II
LANDASAN TEORI
Di era otonomi daerah seperti saat ini kemandirian suatu daerah adalah
tuntutan utama yang tak dapat dielakkan lagi. Kesiapan sumber daya pun
harus dapat diatasi, mengingat kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah
tanpa harus tergantung kembali dengan pemerintah pusat seperti yang terjadi
kebijakan yang paling utama bagi daerah adalah Anggaran Pendapatan dan
juga tidak membebani secara berlebihan daerah yang bersangkutan. Untuk itu
8
untuk dilaksanakan.
yang bersangkutan.
kepatutan.
perekonomian daerah.
lain.
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
bahwa belanja daerah adalah penurunan aktiva atau kenaikan utang yang
digunakan oleh berbagai kegiatan dalam suatu periode akuntansi atau periode
anggaran tertentu.
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang telah ditetapkan undang-undang,
belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada
propinsi/ kabupaten/ kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan, serta
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil
representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan
kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya
pegawai.
untuk bantuan biaya produksi kepada perusahaan/ lembaga tertentu, agar harga
jual produksi barang/ jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat
kepada pihak lain sebagai hibah dalam bentuk uang, barang dan atau jasa. Hibah
Pemerintah Daerah
Belanja bagi hasil kepada propinsi/ kabupaten/ kota dan pemerintah daerah
adalah belanja yang telah dianggarkan sebagai dana bagi hasil yang bersumber
dari pendapatan kabupaten/ kota kepada propinsi, kabupaten/ kota kepada desa,
dari:
kota
a. Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layak
Pemerintah desa
Pemerintah desa adalah pemberian bantuan yang bersifat umum atau khusus dari
Belanja tidak terduga adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa atau tidak diharapkan berulang dan tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan
pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari setahun, dan atau pemakaian
pakai habis, bahan/ material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan
bermotor, cetak dan penggandaan, sewa gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat
berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atribut, pakaian kerja, pakaian khusus dihari-hari tertentu, perjalanan
dinas, perjalanan pindah tugas, pemulangan pegawai dan lain-lain belanja barang
dan jasa.
pembangunan aset tetap berwujud yang nilai manfaatnya lebih dari setahun, dan
daerah. Pembentukan aset tersebut meliputi pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-
pembangunan ini pada akhirnya akan menghasilkan kapital publik dan dapat
masyarakat.
daerah.
Bagi hasil pajak adalah bagian daerah yang berasal dari pendapatan pajak
bumi dan bangunan (PBB), pendapatan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB), pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri, dan PPh Pasal 21 orang pribadi (termasuk PPh
bumi.
dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu
daerah terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi
sesungguhnya berasal dari dana yang dikumpulkan dari bagian hasil penerimaan
daerah otonom dan inpres. Adapun tujuan dari transfer ini adalah untuk
antara daerah dan pusat dan antar daerah. Sehingga dana alokasi umum tiap
daerah tidak akan sama besa rnya. Daerah yang mempunyai pendapatan asli
daerah rendah akan mendapatkan dana alokasi umum yang tinggi, dan begitu
juga sebaliknya daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah tinggi akan
negeri netto yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Dana alokasi umum suatu daerah dialokasikan atas dasar celah
fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal dihitung berdasarkan kebutuhan fiskal
dihitung berdasar jumlah pegawai negeri sipil daerah . Proporsi dana alokasi
alokasi umum dilaksanakan tiap bulan masing -masing sebesar 1/12 dari dana
selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan kapasitas fiskal
(fiscal capacity) derah dan Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS daerah.
Dimana :
AD : Gaji PNS daerah
CF : Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal
menduduki jabatan
6. Gaji untuk CPNS Formasi tahun 2005 yang telah ditetapkan oleh Menpan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Formula kebutuhan fiskal :
Dimana :
pendanaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Dimana :
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. Ada tiga kriteria dari kebutuhan khusus seperti ditetapkan dalam
DAU.
daerah penghasil.
transfer yang bersifat spesifik untuk tujuan-tujuan yang sudah digariskan. Dasar
yaitu dengan penentuan daerah tertentu yang menerima Dana Alokasi Khusus
daerah. Arah kegiatan Dana Alokasi Khusus yaitu dalam beberapa bidang, yaitu :
yang bermutu, yang diperuntukan bagi SD, baik negeri maupun swasta
kecil.
kota.
irigasi termasuk jaringan reklamasi rawa dan jaringan irigasi desa yang
kesehatan masyarakat.
DAK.
hutan pantai, pemantapan fungsi hutan lindung, taman hutan raya dan
penyuluhan kehutanan.
12. Dana Alokasi Khusus Sarana dan Prasarana Pedesaan, yang ditujukan
pemasaran.
Bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari propinsi terdiri dari bagi hasil
pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan diatas air, bea balik nama kendaraan
bermotor, bea balik nama kendaraan diatas air, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah, serta pajak
akan selalu meningkat. Dan tiap daerah diberi keleluasaan dalam menggali
penerimaan yang diperoleh daerah yang bersumber sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain -
daerah. Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan
34 Tahun 2000 menyebutkan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang
pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah
pinsi), berupa pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, bea
balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan
air pemukiman, dan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daer ah di
dalam pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
kepentingan orang pribadi atau badan Retribusi daerah terdiri dari pelayanan
pengujian kapal perikanan, pemakaian kekayan daerah, pasar grosir dan atau
pertokoan, penjualan produksi daerah, ijin peruntukan tanah, ijin trayek dan lain-
beberapa kelompok yakni retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi
1. Retribusi jasa umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
badan.
2. Retribusi jasa usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
lingkungan.
daya alam, sumber daya manusia dan sektor industri. Dengan adanya otonomi
daerah maka inilah saatnya bagi daerah untuk mengelola kekayaan daerahnya
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMD ini bersama sektor swasta atau
perekonomian daerah.
belanja daerah dapat diupayakan oleh daerah dengan cara-cara yang wajar dan
keuangan dan non keuangan, pinjaman kepada masyarakat, dan juga bisa dengan
menerbitkan obligasi daerah. Ataupun dari hasil penjualan aset daerah yang tidak
dipisahkan, penerimaan jasa dan giro, penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi
atas kekayaan daerah (TGR), komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar
hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan
bentuk transfer yang paling penting adalah Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus, selain bagi hasil transfer merupakan konsekuensinya dari tidak
tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah pusat dan
daerah. Mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah dan untuk
mandiri. Sumber pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, Pinjam Daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Dari
Penggunaan dana yang bersumber dari PAD dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhannya.
daerah terhadap belanja daerah oleh Kesit Bambang Prakosa (2004) mengenai
dan DIY)”. Penelitian ini menunjuk kan bahwa besarnya belanja daerah
dipengaruhi jumlah dana alokasi umum yang diterima dari pemerintah pusat.
dalam model prediksi belanja daerah, daya prediksi dana alokasi umum
terhadap belanja daerah tetap lebih tinggi dibanding daya prediksi pendapatan
asli daerah.
pusat diharapkan dana tersebut dapat di gunakan secara efektif dan efisien oleh
peneliti menemukan bahwa respon pemerintah daerah berbeda dalam transfer dan
pendapatan sendiri. Artinya, ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka
simulasi atau belanja daerah yang ditimbulkanya berbeda dengan simulasi yang
Sesuai dengan prioritas utama dari belanja daerah yaitu melidungi dan
fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
dapat memprediksi belanja tahun ini, namun sebaliknya belanja tahun lalu tidak
sumber daya pada periode yang bersangkutan, namun dengan batasan aturan
atau belanja pemerintah daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun Namun dalam
studi empiris hal tersebut selalu terjadi artinya stimulasi terhadap pengeluaran
daerah yang di timbulkan oleh transfer tersebut sering lebih besar di bandingkan
erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah.
Disamping itu studi (Kesit Bambang 2004:105) menemukan bahwa transfer tahun
lalu tidak dapat memprediksi belanja tahun ini, namun sebaliknya belanja tahun
Belanja
Daerah Y
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) X2
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
2.8 Hipotesis
Pekalongan.
BAB III
METODE PENELITIAN
kuantitatif, dimana data yang diperoleh diwujudkan dalam bentuk angka, skor, dan
pemerintah daerah se Eks karesidenan Pekalongan yang terdiri dari data realisasi
Pendapatan Asli Daerah, data realisasi Dana Alokasi Umum, data realisasi Belanja
Daerah yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) di kota Semarang
menjadi 2 yaitu :
35
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN
pelaksanaan desentralisasi.
1) Alokasi dasar
menduduki jabatan
f) Gaji untuk CPNS Formasi tahun 2005 yang telah ditetapkan oleh
Menpan
2) Celah fiskal
wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah,
lainnya.
Ketentuan mengenai hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah, hasil
saham milik daerah, dan pendapatan daerah yang sah antara lain : Hibah,
anggaran.
metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai Dana Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Daerah pada pemeintah daerah se Eks
Karesidenan Pekalongan yang diperoleh dari Kantor BPS (Badan Pusat Statistik)
Semarang dan metode Studi Pustaka, Studi Pustaka adalah metode informasi yang
tambahan.
adalah melalui :
variabel dalam penelitian ini yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli
variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga untuk
melihat apakah model regresi yang digunakan sudah baik. Model regresi yang
Sminov terhadap masing-masing variabel. Dan juga dapat dilihat dari penyebaran
independent, dimana :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
1. Multikoloniearitas
bebas yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau
multikolinearitas.
berikut:
independent variable.
multikolinieritas.
adalah nilai Tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10
2. Autokolerasi
yang diurutkan menurut urutan waktu (data time series) dan apakah
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena
observasi berikutnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
periode berikutnya.
Tabel 3.1
TABEL Durbin Watson
Dw Kesimpulan
(Algifari, 1997:79)
3. Heteroskedastisitas
regresi yang tidak sama. Model regresi yang baik adalah yang berkondisi
dalam suatu model regresi adalah dengan melihat grafik plot antara
a. Jika terdapat pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
linier berganda. Hal ini dimaksudkan untuk menguji kandungan DAU dan PAD
terhadap belanja daerah dengan melihat kekuatan hubungan antar belanja daerah
dengan DAU dan PAD. Model regresi linier berganda tersebut adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Belanja Daerah
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien Regresi untuk X1 dan X2
X1 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X2 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
µ = Faktor lain (faktor penggangu)
dilihat jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh antara DAU
dan PAD terhadap Belanja Daerah, sebaliknya apabila F hitung < F tabel, maka
Ho diterima, artinya tida ada pengaruh antara DAU dan PAD terhadap Belanja
Daerah.
independen terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilihat jika t hitung > t tabel,
maka Ho ditolak artinya ada pengaruh antara DAU dan PAD terhadap Belanja
Daerah. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima artinya tidak ada
2
Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh
mendekati 1 (satu), maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) akan dilakukan dengan melihat
2 2
pada koefisien korelasi parsial R , nilai R varibel bebas yang paling tinggi akan
terikat.
menggunakan rumus :
= (Sudjana 2002:386)
efektif dari masing-masing variabel bebas. Semakin besar nilai r2 digunakan maka
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
alokasi umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah
desentralisasi.
Tabel 4.1
Gambaran Dana Alokasi Umum Eks Karesidenan Pekalongan
Tahun 2004 s/d 2008
Dana Alokasi Umum (X1)
Kota /
Kab. 2004 2005 2006 2007 2008
45
Kab.
Pekalongan 225.474.380.445 253.342.000.500 231.810.500.000 249.577.965.000 465.324.091.000
Kota
Pekalongan 117.778.150.000 132.335.000.000 145.568.500.000 161.581.035.000 264.051.790.000
Tabel 4.2
Pergerakan Dana Alokasi Umum Eks Karesidenan Pekalongan
Tahun 2004 s/d 2008
Tahun
Kota / Kab.
2005 2006 2007 2008
Karesidenan Pekalongan tahun 2004 s/d 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
50,00
40,00
20,00
10,00
0,00
2005 2006 2007 2008
-10,00
-20,00
Tahun
Gambar 4.1
Grafik Tingkat Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Eks Karesidenan
Pekalongan tahun 2004 s/d 2008
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2008 nilai dana alokasi umum eks Karesidenan
Kota Tegal dan Pemalang. Sedangkan yang mengalami kenaikan paling pesat
Pekalongan tahun 2004 s/d 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Deskripsi Dana Alokasi Umum Eks Karesidenan Pekalongan
Tahun 2004-2008
2004 2005 2006 2007 2008
Mean 267.888.449.134 282.386.240.214 331.749.568.571 358.950.000.000 467.926.495.280
Median 225.474.380.445 253.342.000.500 310.889.230.000 330.774.664.000 465.324.091.000
Standard
Deviation 119.533.639.740 116.690.798.567 165.924.239.680 177.934.329.740 177.594.241.000
Minimum 117.778.150.000 132.335.000.000 145.568.500.000 161.581.035.000 243.791.892.960
Maximum 397.938.411.000 442.153.791.000 609.597.000.000 657.982.000.000 716.426.000.000
karesidenan Pekalongan tahun 2004 s/d 2008 yaitu Brebes; Pemalang; Batang;
Kota Tegal; Kab. Tegal; Kab. Pekalongan; serta Kota Pekalongan menunjukkan
jumlah rata-rata alokasi terbanyak terjadi pada tahun 2008 sebanyak Rp.
pada tahun 2004 sebesar Rp. 267.888.449.134. Untuk nilai alokasi terendah, yaitu
pada tahun 2004 sebesar Rp. 117.778.150.000, dan nilai alokasi dana tertinggi
terdapat pada tahun 2008 sebesar Rp. 716.426.000.000. Dari hasil tersebut
Karesidenan Pekalongan tersebut dari tahun 2004 s/d 2008 fluktuatif/tidak stabil.
yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan daerah yang sah
lainnya.
Pekalongan dari tahun 2004 s/d 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Gambaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) eks Karesidenan
Pekalongan Tahun 2004 s/d 2008
Pendapatan Asli Daerah (X2)
Kota / Kab.
2004 2005 2006 2007 2008
Tabel 4.5
Pergerakan Pendapatan Asli Daerah Eks Karesidenan Pekalongan
Tahun 2004 s/d 2008
Tahun
Kota / Kab.
2005 2006 2007 2008
Karesidenan Pekalongan tahun 2004 s/d 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
60,00
40,00
Nilai Pertumbuhan DAU
20,00
0,00
2005 2006 2007 2008
-20,00
-40,00
-60,00
Tahun
Gambar 4.2
Grafik Tingkat Pertumbuhan PAD Karesidenan Pekalongan
tahun 2004 s/d 2008
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2008 nilai dana alokasi umum eks Karesidenan
Kabupaten Pekalongan.
Tabel 4.6
Deskripsi Pendapatan Asli Daerah (PAD ) di Eks Karesidenan
Pekalongan
Tahun 2004-2008
Mean 28.489.183.156 35.386.176.552 39.898.609.067 37.727.904.112 49.973.269.457
Median 25.735.108.000 29.079.225.142 31.030.140.000 34.121.314.000 50.683.485.396
Standard
Deviation 11.184.913.781 15.776.738.919 14.556.530.276 13.037.358.413 16.975.264.124
Minimum 15.864.596.690 15.192.710.883 24.384.504.390 25.613.626.000 29.817.480.867
Maximum 46.043.702.918 54.263.099.000 59.457.261.000 63.363.141.231 71.896.767.269
tertinggi terdapat pada tahun 2008 sebesar Rp. 49.973.269.457; sedangkan nilai
Kemudian nilai maksimal dari PAD terdapat pada tahun 2008 sebesar Rp.
71.896.767.269; dan nilai minimum terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp.
Kota Tegal; Kab. Tegal; Kab. Pekalongan; serta Kota Pekalongan. Indikasi dari
daerah eks Karesidenan Pekalongan, sehingga menjadikan nilai PAD yang tidak
konstan.
Tabel 4.7
Deskripsi Belanja Daerah di Eks Karesidenan Pekalongan
Tahun 2004-2008
2004 2005 2006 2007 2008
Mean 322.616.089.620 350.620.203.044 453.646.797.571 435.854.043.571 620.707.470.859
Median 278.436.133.076 309.373.481.196 473.990.148.000 415.249.624.599 672.945.318.285
Standard
Deviation 178.729.548.448 191.739.913.921 261.108.446.719 334.574.731.726 292.779.303.655
Minimum 83.753.373.908 94.104.914.504 105.735.858.993 53.014.448.000 125.501.406.448
Maximum 547.804.662.930 608.671.847.700 808.841.220.000 926.371.088.000 973.243.123.522
belanja daerah terendah terdapat pada tahun 2004 sebesar Rp. 322.616.089.620.
Nilai tertinggi/maximum dari belanja daerah terdapat pada tahun 2008 sebesar Rp.
53.014.448.000.
kumpulkan dan diteliti termasuk data berdistribusi normal atau tidak, maka
15.0 (lampiran 7), yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4.
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.3
Diagram Normalitas dengan Diagram P-P Plot
Kenormalan data dapat dilihat dengan menggunakan grafik normal P-P Plot of
umum (X1), pendapatan asli daerah (X2), dan belanja daerah (Y) memiliki titik-
titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
Histogram
10
8
Frequency
Mean =-3.75E-16
Std. Dev. =0.97
0 N =35
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
Gambar 4.4
Diagram Normalitas dengan Grafik Distribusi Normal
Gambar 4.4, terlihat bahwa garis secara simetris melengkung membentuk pola
kerucut, hal ini juga menggambarkan data berdistribusi normal. Sehingga dari
hasil uji normalitas, yang menyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal,
maka hal ini model regresi layak dipakai sebagai prediksi berdasarkan masukan
Tabel 4.8
Uji normalitas menggunakan kolmogorov smirnov z
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pendapatan
Dana alokasi asli daerah Belanja
umum (X1) (X2) daerah (Y)
N 35 35 35
Normal Parameters a,b Mean 3,4178E+011 38295028469 4,4E+011
Std. Deviation 1,6169E+011 15311884129 2,7E+011
Most Extreme Absolute ,142 ,180 ,102
Differences Positive ,142 ,180 ,102
Negative -,083 -,072 -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,839 1,065 ,606
Asymp. Sig. (2-tailed) ,482 ,207 ,856
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
variabel yaitu variabel dana alokasi umum (X1), pendapatan asli daerah (X2), dan
belanja daerah (Y) masing-masing memiliki nilai signifikansi lebih tinggi dari
alokasi umum (X1), dan pendapatan asli daerah (X2) dapat disajikan seperti pada
Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Variabel Tolerance VIF
0,414 2,415
‐ Dana alokasi umum (X1)
‐ Pendapatan asli daerah (X2) 0,414 2,415
mengalami gejala multikolinearitas. Hal ini tampak pada nilai tolerance untuk
kedua variabel independen tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 1. Jadi hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10 (Ghozali, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas
Dari regresi diperoleh angka DW sebesar 1,934 (lihat lampiran 6). Dengan jumlah
data (n) sama dengan 35 dan jumlah variabel (k) sama dengan 2 serta α= 5%
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Durbin Watson
Model Summaryb
uji mapping Durbin Watson (DW). Karena nilai DW (Durbin Watson) = 1,934
terletak antara 4-dU dan dU maka model persamaan regresi yang diajukan tidak
Scatterplot
3
Regression Standardized Predicted
1
Value
-1
-2
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
Gambar 4.5
Diagram Heterokedastisitas
menggambarkan data) menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang
jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak dipakai.
pengaruh dana alokasi umum (X1) dan pendapatan asli daerah (X2) secara
(lampiran 5).
Tabel 4.11
Uji pengaruh dana alokasi umum (X1) dan pendapatan asli daerah (X2)
terhadap belanja daerah (Y)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -140862197333,89 5E+010 -2,890 ,007
Dana alokasi umum (X1) 1,090 ,173 ,665 6,294 ,000
Pendapatan asli daerah (X2) 5,356 1,828 ,309 2,930 ,006
a. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
Y = a + b1X1 + b2X2
a = Konstanta
dana alokasi umum (X1), dan pendapatan asli daerah (X2) memiliki pengaruh
tinggi dana alokasi umum (X1) dan pendapatan asli daerah (X2), maka belanja
daerah (Y) akan semakin meningkat. Artinya setiap kenaikan sebesar satu satuan
pada dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah, maka belanja daerah akan
meningkat.
Uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu uji hipotesis
alokasi umum (X1) dan pendapatan asli daerah (X2) secara simultan/bersama-sama
program bantu SPSS ver. 15.0 (lampiran 5). Hipotesis yang dapat dirumuskan
Tabel 4.12
Hasil uji F
ANOVAb
freedom) = 2 dan DF2 = 32 (35-2-1) diperoleh nilai F tabel 3,29. Hasil F hitung
sebesar 92,314 > F tabel 3,29 menunjukkan adanya pengaruh dana alokasi umum
Sedangkan hasil signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α=5%). Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dinyatakan hipotesis “ada pengaruh antara dana
alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli derah (PAD) terhadap belanja daerah di
parsial. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program bantu SPSS ver.
a. Pengaruh dana alokasi umum (DAU) (X1) terhadap belanja daerah (Y)
Rumusan Hipotesis :
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -68446121653,9 5E+010 -1,469 ,151
Dana alokasi umum (X1) 1,478 ,124 ,901 11,964 ,000
a. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
(X1) diperoleh nilai t hitung sebesar 11,964 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
tabel sebesar 1,691. Dari hasil ini menunjukkan bahwa nilai t hitung 11,964 > t
tabel 1,691 yang mana nilai ini mengindikasikan adanya pengaruh positif dana
alokasi umum (X1) terhadap belanja daerah (Y). Sedangkan nilai signifikansi
sebesar 0,000 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (α=5%)
hipotesis yang menyatakan “ ada pengaruh antara dana alokasi umum (DAU)
Rumusan Hipotesis :
Tabel 4.14
Hasil Uji t Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Belanja Daerah (Y)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -105744194126,5 7E+010 -1,483 ,148
Pendapatan asli daerah (X2) 14,165 1,733 ,818 8,174 ,000
a. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
(X2) diperoleh nilai t hitung sebesar 8,174 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
tabel sebesar 1,691. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai t hitung 8,174 > t tabel
1,691 yang mana nilai ini mengindikasikan adanya pengaruh positif pendapaan
asli daerah (X2) terhadap belanja daerah (Y). Sedangkan nilai signifikansi sebesar
0,000 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (α=5%) menggambarkan
pengaruh yang signifikan pendapatan asli daerah (X2) terhadap belanja daerah
menyatakan “ ada pengaruh antara pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja
(lampiran 5), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
0,852. Hal ini berarti bahwa 85,2% belanja daerah (Y) dapat dijelaskan oleh
variabel dana alokasi umum (X1), dan pendapatan asli daerah (X2). Sedangkan
selebihnya (100%-85,2% = 14,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Dana Alokasi Umum (X1) terhadap Belanja Daerah (Y)
pengaruh positif dana alokasi umum (X1) terhadap belanja daerah (Y). Kondisi
tersebut mengindikasikan semakin tinggi dana alokasi umum, belanja daerah akan
semakin meningkat. Artinya setiap kenaikan dana alokasi umum sebesar satu
satuan, akan meningkatkan belanja daerah. Hasil ini diperkuat dengan hasil
hipotesis (dengan uji t) dimana dari hasil uji hipotesis mengindikasikan adanya
pengaruh positif dan signifikan, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
menyatakan “ada pengaruh antara dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja
alokasi umum yang diterima dari pemerintah pusat. Abdul Halim (2003)
digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan
4.3.2 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (X2) terhadap Belanja Daerah (Y)
pengaruh positif pendapatan asli daerah (X2) terhadap belanja daerah (Y). Kondisi
akan semakin meningkat. Artinya setiap kenaikan pendapatan asli daerah sebesar
satu satuan, akan meningkatkan belanja daerah. Hasil ini diperkuat dengan hasil
hipotesis (dengan uji t) dimana dari hasil uji hipotesis mengindikasikan adanya
pengaruh positif dan signifikan, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
menyatakan “ada pengaruh antara pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja
daerah. Selain itu, menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
4.3.3 Pengaruh Dana Alokasi Umum (X1) dan Pendapatan Asli Daerah (X2)
umum (X1) dan pendapatan asli daerah (X2) secara simultan berpengaruh positif
terhadap belanja daerah. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi dana alokasi
umum dan pendapatan asli daerah, akan meningkatkan belanja daerah. Hasil ini
juga diperkuat dari uji hipotesis, dimana nilai signifikansi lebih rendah dari 0,05,
sehingga hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh antara dana alokasi umum
(DAU) dan pendapatan asli derah (PAD) terhadap belanja daerah di Karesidenan
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
daerah (Y) hasil tersebut mengindikasikan semakin tinggi dana alokasi umum,
maka belanja daerah akan semakin meningkat. Hasil uji hipotesis menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan variabel dana alokasi umum terhadap belanja
daerah, sehingga hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh antara dana alokasi
diterima.
asli daerah, belanja daerah akan semakin meningkat. Artinya setiap kenaikan
pendapatan asli daerah sebesar satu satuan akan meningkatkan belanja daerah.
Hasil ini diperkuat dengan hasil uji hipotesis yang menunjukkan pengaruh yang
yang menyatakan “ada pengaruh antara pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
67
daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Hasil uji hipotesis juga
hipotesis yang menyatakan ”ada pengaruh antara dana alokasi umum (DAU) dan
dapat diterima
5.2 Saran
sebagai berikut:
mestinya
DAFTAR PUSTAKA
69
www.djpk.depkeu.go.id
www.indonesia.go.id
LAMPIRAN 2
DESKRIPSI VARIABEL
Statistics
Statistics
Statistics
LAMPIRAN 3
Pengaruh Dana Alokasi Umum (X1), dan Pendapatan Asli Daerah (X2)
terhadap Belanja Daerah (Y)
Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Pendapatan asli daerah (X2),
a . Enter
Dana alokasi umum (X1)
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
Model Summary
ANOVAb
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -140862197333,89 5E+010 -2,890 ,007
Dana alokasi umum (X1) 1,090 ,173 ,665 6,294 ,000
Pendapatan asli daerah (X2) 5,356 1,828 ,309 2,930 ,006
a. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
LAMPIRAN 4
Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Pendapatan asli daerah (X2),
a . Enter
Dana alokasi umum (X1)
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,0E+024 2 1,018E+024 92,314 ,000a
Residual 3,5E+023 32 1,103E+022
Total 2,4E+024 34
a. Predictors: (Constant), Pendapatan asli daerah (X2), Dana alokasi umum (X1)
b. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -1E+011 5E+010 -2,890 ,007
Dana alokasi umum (X1) 1,090 ,173 ,665 6,294 ,000 ,414 2,415
Pendapatan asli daerah
5,356 1,828 ,309 2,930 ,006 ,414 2,415
(X2)
a. Dependent Variable: Belanja daerah (Y)
LAMPIRAN 5
UJI NORMALITAS
Histogram
10
8
Frequency
Mean =-3.75E-16
Std. Dev. =0.97
0 N =35
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Keterangan :
Dari gambar histogram diatas, terlihat bahwa garis normalitas secara simetris
membentuk pola kerucut, sehingga kesimpulannya data mempunyai distribusi normal.
Sedangkan jika dilihat dari grafik P‐P Plot menunjukkan bahwa titik‐titik (yang
menggambarkan data) menyebar dan membentuk pola tertentu searah dengan garis
diagonal, hal ini juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (Ghozali, 2005).
Pendapatan
Dana alokasi asli daerah Belanja
umum (X1) (X2) daerah (Y)
N 35 35 35
Normal Parameters a,b Mean 3,4178E+011 38295028469 4,4E+011
Std. Deviation 1,6169E+011 15311884129 2,7E+011
Most Extreme Absolute ,142 ,180 ,102
Differences Positive ,142 ,180 ,102
Negative -,083 -,072 -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,839 1,065 ,606
Asymp. Sig. (2-tailed) ,482 ,207 ,856
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
LAMPIRAN 6
UJI HETEROKEDASTISITAS
Scatterplot
3
Regression Standardized Predicted
1
Value
-1
-2
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
Keterangan :