Gita
Gita
Oleh:
Kelompok 2
XI MIPA 7
SEJARAH INDONESIA
SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LATAR BELAKANG
Setelah kekalahannya dalam Peperangan era Napoleon di Eropa,
pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha
menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di
wilayah jajahannya termasuk di kerajaan-kerajaan Nusantara. Salah satu di
antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Pemerintahan kerajaan
dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah dipengaruhi dan
tunduk kepada Belanda. Sedangkan Belanda dipimpin oleh Daendels. Cara
Daendels memerintah dianggap tidak berbudaya dan melanggar tata krama
yang menimbulkan kemarahan dari keraton. Daendels sering meminta akses
pengelolaan sumber daya alam dan perbudakan rakyat Jawa dengan
tekanan kekuatan militer. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha
dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Praktek monopoli
tersebut sangat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat
menderita.
.
Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya
memerintahkan pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan, mengubah
rencananya dengan melewati Tegalrejo, yaitu melintasi makam dari leluhur
Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro
tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda.
Perang Diponegoro atau Perang Jawa adalah pemberontakan yang
dilancarkan oleh masyarakat Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.
Perang ini merupakan kekacauan terbesar yang terjadi pada kekuasaan
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Berlangsung selama lima tahun (1825-
1830). Pertempuran terjadi secara terbuka bertempat di puluhan desa.
Pangeran Diponegoro menyerbu pusat-pusat kekuatan Belanda ketika musim
penghujan tiba. Sementara Belanda pada musim yang sama akan
mengusahakan untuk melakukan gencatan senjata
Siapa Pangeran Diponegoro?
Pangeran Diponegoro merupakan pangeran dari
Kesultanan Yogyakarta. Lahir tanggal 11 November 1785,
nama aslinya adalah Raden Mas Mustahar yang kemudian
diganti menjadi Raden Mas Ontowirya seiring usia sesuai
tradisi keraton. Raden Mas Ontowirya adalah putra dari
Gusti Raden Mas Suraja (Sultan Hamekubuwana III)
Pangeran Diponegoro merupakan salah satu pahlawan
nasional yang turut melawan penjajahan Belanda dengan
sikap yang begitu sederhana, berwibawa dan bijaksana.
Di bawah bimbingan Ratu Ageng, beliau tumbuh
menjadi pemuda yang alim dan merakyat. Saat ayahnya
naik tahta menjadi Hamengkubuwono III pada 1812, ia
diberi gelar pangeran dengan nama “Sultan Abdul Hamid
Herucokro Amirul Mukminin Sayyidin Panatagama
Khalifatullah Tanah Jawa”.
Sebab Terjadinya Perang
Umum Khusus
Wilayah Kesultanan Mataram Peristiwa Tegalrejo 1825, Residen Smissaert
semakin sempit dan merosot & Patih Danurejo akan membuat jalan baru dan
kedaulatannta. Sedangkan ara Raja memasang anjir (pathok/pancang) melewati
sebagai penguasa pribumi mulai pekarangan / tanah makam milik nenek moyang
kehilangan kewibawaannya. Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa izin.
Masuknya adat Barat ke dalam Setelah itu, anjir/pathok dicabut oleh pengikut
kraton. Pangeran Diponegoro, lalu dipasang kembali
Rakyat menderita karena beban yang dengan dijaga oleh prajurit dan dilanjutkan
semakin besar sepert pajak, kerja peperangan.
rodi, dan pungutan lain. Asisten Residen Smissaert yaitu Chaviller
Pengambilan tanah milik para diperintahkan untuk menangkap Pangeran
bangsawan oleh pemerintah Hindia- Diponegoro.
Belanda (Gebernemen) Rumah Pangeran Diponegoro diserbu dan dibakar
habis oleh serdadu Belanda dibawah pimpinan
Chavailer.
Data Sekunder
Waktu :
20 Juli 1825 – 28 Marat 1830
Lokasi :
Tanah Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I.Yogyakarta)
Tokoh Utama :
Pangeran Diponegoro (Raden Mas Ontowiryo)
Awal Mula Perang Diponegoro
Cikal bakal meletusnya peristiwa sejarah Perang Diponegoro adalah kedatangan
Marsekal Herman Willem Daendels di Batavia pada 1808. Perang tersebut terjadi karena
Pangeran tidak menyetujui campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.
Belanda mulai banyak mencampuri urusan internal keraton, seperti masalah pungutan
pajak yang tinggi kepada para petani, bahkan memaksa para penduduk Jawa membangun
jalur transportasi dari Anyer hingga Panarukan.
Kekecewaan Pangeran Diponegoro semakin memuncak ketika rencana pembangunan
jalur transportasi tersebut akan melewati makam leluhur dan kediaman neneknya. Patih
Danureja, atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api
melewati makam leluhurnya. Pasak-pasak penanda yang telah dipasang para pekerja,
dicabut oleh Pangeran Diponegoro dan digantikan dengan tombak sebagai pernyataan
perang.
Perang Diponegoro merupakan perang yang terjadi antara pasukan penjajah Belanda
di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang
pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro Perang Diponegoro merupakan
salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah
Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini
sebagai Perang Jawa.
Strategi Perang Diponegoro
Serangan Belanda
• Pada tanggal 4 Oktober 1825, Belanda diketahui menyerang pos Diponegoro
di Gua Selarong. Ternyata pos Gua Selarong telah kosong dan dipindahkan
ke Dekso di bawah pimpinan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo.
• Di tahun 1826, Pasukan Ali Basyah Sentot berhasil mengalahkan Belanda di
wilayah Barat (Kulonprogo). Disusul dengan kemenangan Pangeran
Singosari yang telah mengalahkan Belanda di Gunung Kidul.
• Benteng pertahanan Belanda di Perambanan berhasil diserang. Sedangkan
Plered sebagai pos pertahanan Diponegoro berhasil dipertahankan.
• Dalam melancarkan serangannya, Pangeran Diponegoro menggunakan
taktik gerilya, yaitu perang yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi,
penuh kecepatan, berpencar dan berpindah pindah dari satu tempat ke
tempat lain
Perlawanan Mancanegara
• Adanya dukungan penuh dari para Bupati
dan masyarakat di luar wilayah
Yogyakarta untuk terus melawan Belanda
• Terjadinya serangan secara serempak
antara lini Barat, Timur, maupun Utara