Muhammad Ikhsan
41120110135
Dosen Pengajar
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa karena berkatnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tugas besar ini dibuat dengan tujuan
menyelesaikan tugas besar mata kuliah Perencanaan Jaringan Irigasi dan Drainase
Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bapak Acep Hidayat selaku
dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan Jaringan Irigasi dan Drainase, dan semua
pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara moril dan materi dalam
pembuatan makalah ini.
Sekian sepatah duakata dari saya sebagai penulis semoga tugas besar yang penulis buat
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan dampak yang baik bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat dikethaui bahwa
hubungan antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak beradab-abad yang
lalu. Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya, balk di negara kita
rnaupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul dan berkembang dari lembah
dan tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir, Mesopotamia, dll.) Beberapa hal
penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber daya
air, dapat disebutkan antara lain :
a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati : Untuk kelangsungan
hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan nabati. Jenis makanan ini
didapat manusia dari usahanya dalam mengolah tanah dengan tumbuhan
penghasil makanan, Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya, tanaman
tersebut memerlukan penanganan khusus, terutama dalam pengaturan akan
kebutuhan airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang
berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air sungai untuk
pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil air tersebut berupa
bangunan yang sederhana dan sementara berupa tumpukan batu, kayu dan
tanah, sampai dengan bangunan yang permanen seperti bendung, waduk dan
bangunan-bangunan lainnya.
b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya Seperti telah
diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai adalah mitra yang
baik bagi kehidupan manusia.
Namun, dalam keadaan dan saatsaat tertentu, sungaipun adalah musuh manusia
yang akan merusak kenyamanan dan keamanan hidupnya. Pada setiap kejadian
dan kegiatan yang ditimbulkan oleh sifat dan perilaku sungai, manusia kemudian
berfikir dan berupaya untuk sebanyak-banyaknya memanfaatkan sifat dan perilaku
sungai yang menguntungkan dan memperkecil atau bahkan berusaha
menghilangkan sifat yang merugikan kehidupannya. Manusia lalu untuk
memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-bendungan, pusat listrik
tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan akan dapat melindungi
1
manusia terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, misalnya waduk,
krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas lainnya. Kenyataan sejarahpun
kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa bersahabat dan melestarikan
keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan runtuh
kejayaannya, kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan oleh
bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, namun kebanyak merupakan proses
akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan beberapa
sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan manusia.
2
1.7 Sistematika Penulisan
Penyusunan dan pembahasan masalah yang berhubungan dengan skripsi ini disusun
secara sistematis terbagi dalam lima bab, yaitu:
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang dari permasalahan yang diajukan, serta tujuan
penulisan.
5. BAB V PENUTUP
Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran dari keseluruhan isi
makalah .
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di China : ± 4.000 tahun Sebelum Masehi air untuk irigasi.± 200 tahun Sebelum
Masehi Bendungan Tzu Kiang (sungai Huang Ho) air untuk irigasi ± 200.000 Ha.
± Abad 7, dibangun Saluran Induk 1.120 KM.
Di Mesir : ± 3.200 tahun Sebelum Masehi, Air Sungai Nil untuk irigasi,
bangunan peluap/pelimpah. ± 500 tahun Sebelum Masehi, Bendungan dengan
panjang ± 100 M, tinggi 12 M untuk irigasi ±100 Ha.
Di Indonesia : ± 300 tahun Sebelum Masehi, Air untuk irigasi di Pulau Jawa.
Tahun ± 1852, Bendungan Glapen di Kali Tuntang , Jawa Tengah untuk
perkebunan kapas ± 14.000 Ha. Tahun ± 1908, Bendung Lengkong di Kali
Brantas, Jawa Timur untuk tanaman tebu dan irigasi pertanian ± 40.000 Ha. Irigasi
Banjar Cahyana di Banyumas, Waduk Pejalin di Malahayu Brebes dan irigasi
Pemali – Comal di Pekalongan. Tahun 1957, Bendungan Serbaguna Jatiluhur Kali
Citarum untuk irigasi 230.000 Ha dan PLTA 125 MW.
4
yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber
daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi secara selaras.
Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi.Sejalan
dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran
dalam pengelolaan sumber daya air.
a. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
b. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,
air hujan, dan air laut yang berada di darat.
c. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
d. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
dibawah permukaan tanah.
e. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
5
f. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang petranian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irihasi tambak.
g. Sistem Irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
h. Penyediaan Air Irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan
waktu, jumlah, dan mutu, sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang
pertanian dan keperluan lainnya.
i. Pembuangan Air Irigasi, selanjutnya disebut Drainase, adalah pengaliran
kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah
irigasi.
j. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
k. Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
l. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi sadap, banguanan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
m. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
dari, saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagi sadap, banguanan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
n. Jaringan Irigasi Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier, saluran kuarter dan
saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan
pelengkapnya.
Definisi diatas terlihat bahwa mata kuliah Irigasi dan bangunan air dimaksudkan
untuk memahami dan menerapkan pengetahuan Sumber Daya Air mulai dari
tahap perencanaan, pendayagunaan, pembangunan, pemeliharaan dan
pengendalian terhadap daya rusak air
6
BAB 3
METODOLOGI
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan secara koordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan Sumber Daya Air.
a. air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan
lainnya;
b. air tanah pada cekungan air tanah;
c. air hujan; dan
d. air laut yang berada di darat.
Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air
permukaan lainnya dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi
sumber air yang bersangkutan.
7
terpadu dalam pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya
pencegahan terhadap kerusakan air tanah.
Ketentuan mengenai pengembangan air tanah diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan dengan
mengembangkan teknologi modifikasi cuaca. Badan usaha dan perseorangan
dapat melaksanakan pemanfaatan awan dengan teknologi modifikasi cuaca
setelah memperoleh izin dari Pemerintah. Ketentuan mengenai pemanfaatan awan
untuk teknologi modifikasi cuaca diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat dilakukan dengan
memperhatikan fungsi lingkungan hidup. Badan usaha dan perseorangan dapat
menggunakan air laut yang berada di darat untuk kegiatan usaha setelah
memperoleh izin pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah. Ketentuan mengenai pemanfaatan air laut yang berada di darat
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Proyek Pengembangan Sumber
Daya Air harus diselesaikan secara khusus dan unik, karena sangat tergantung dari
kondisi topografi setempat, kondisi sosial, politik dan budaya setempat dan harus
melibatkan berbagai bidang keahlian secara terpadu. Dalam mempelajari
pengendalian dan pengaturan pemanfaatan air maka akan timbul berbagai
pertanyaan, diantaranya adalah :
a. Berapa banyak jumlah air yang dapat diharapkan? (dari aliran air
minimum, maksimum, tahunan, volume banjir, air tanah).
b. Berapa banyak jumlah air yang dapat dimanfaatkan? (untuk air minum,
irigasi, Pembangkit Listrik Tenaga Air, industri, lalulintas dan
sebagainya).
c. Bagaimana pengendalian terhadap kelebihan air? (dengan pengaturan
banjir, sistem drainase, pengelolaan air limbah dan sebagainya).
d. Bangunan apa saja yang diperlukan dalam Pengembangan Sumber Daya
Air? (Waduk, Bendung, Bendungan, Saluran, Pelimpah, Tanggul dan
sebagainya).
8
e. Bagaimana pengaruh Pengembangan Sumber Daya Air terhadap
pelestarian lingkungan? (margasatwa, tumbuhan, air tanah, budaya dan
politik).
f. Apakah Pengembangan Sumber Daya Air mempunyai nilai ekonomis dan
finansial?
1) Kwantitas Air
Seberapa banyak air yang dapat diharpkan dan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi tujuan kegunaannya, untuk mengetahui jawaban dari
pertanyaan tersebut harus melalui penerapan Hidrologi, yaitu Ilmu yang
mempelajari kejadian - kejadian serta distribusi air alamiah dibumi.
Dengan mempelajari Hidrologi, dapat diketahui : daur hidrologi (Cyclus
Hidrologi) prakiraan aliran air sungai dimasa datang, air tanah dan
sebagainya.
2) Kwalitas Air
Selain jumlah air yang cukup, diperlukan mutu air sesuai dengan standard
dan kegunaannya, misal air minum, air irigasi, air industri dan
pambuangan air limbah. Pengujian kimiawi serta bakteriologis biasa
dilaksanakan untuk menetapkan jumlah serta sifat - sifat kotoran didalam
air.
3) Bangunan Air
Bentuk dan ukuran bangunan air seringkali tergantung pada sifat hidrolik
dan harus mengikuti azas mekanika fluida. Bangunan air sering kali
mempunyai bentuk lengkap untuk disesuaikan dengan tuntutan azas
mekanika fluida sehingga memerlukan perhitungan detail yang rumit,
9
bahwa kadang kala diperlukan uji model didalam laboratorium sebelum
dilaksanakan pembangunannya dilapangan.
4) Lingkungan
Dalam Pengembangan Irigasi tidak dapat terlepas dari pengaruh
lingkungan disekitarnya. Kondisi daerah aliran sungai (DAS) sangat
menentukan kelestarian sumber daya air. Pengaruh bangunan air terhadap
perkembangan morfologi sungai, pengaruh lingkungan selama
pembangunan, pengelolaan dan setelah masa usia layannya selesai.
Disamping itu pengaruh terhadap perubahan kondisi sosial, politik dan
budaya dilingkungan bangunan pengembangan irigasi.
5) Unsur Ekonomis dan Finansial
Setiap pengembangan Irigasi harus dilakukan studi kelayakan untuk
mengevaluasi dari berbagai segi terhadap keuntungan yang diperoleh.
Tinjauan ekonomis adalah tinjauan terhadap nilai keekonomian suatu
pengembangan sumber daya air, bila dibandingkan dengan pembangunan
lain yang mempunyai tujuan yang sama, sedangkan tinjauan financial
adalah suatu studi / tinjauan nilai ekonomian pengembangan sumber daya
air dengan membandingkan besaran investasi yang diperlukan terhadap
keuntungan yang diperoleh selama usia layan bangunan pengembangan
sumber daya air.
6) Unsur Sosial, Politik dan Budaya
Hampir semua pembangunan irigasi dibiayai oleh badan pemerintah
tertentu, proyek irigasi, pengendali banjir, pengelola air bersih, air limbah
dan pembangkit listrik. Pembangunan irigasi tergantung dari kebijakan /
batasan perencana suatu daerah, peraturan dan undang - undang yang ada.
Pembangunan irigasi dapat tertunda karena masyarakat dan adat budaya
setempat tidak menyetujuinya misal, merusak situs peninggalan nenek
moyang, masyarakat tidak mengijinkan daerahnya digunakan untuk irigasi
dan sebagainya.
10
pola aliran air yang telah berlangsung lama. Beberapa permasalahan yang
mungkin timbul oleh Irigasi:
11
timbul agradasi, yaitu penumpukan material sediment transport dibagian
hulu bendung / bendungan, sedangkan dibagian hilir mengalami degradasi
yaitu penurunan permukaan dasar sungai dibagian hilir bangunan irigasi,
lebih lagi apabila terjadi pengambilan material sediment (pasir) pada
sungai. Hal ini sangat membahayakan pondasi bangunan air disepanjang
daerah aliran sungai tersebut, seperti bengunan perkuatan tanggul, kolom
(pier) dan abutment jembatan dan lain-lain.
12
pembahasan lebih rinci akan di titikberatkan kepada kebijakan Sumber Daya Air
untuk irigasi dibawah Departemen Pekerjaan Umum.
13
Bagan struktur pemerintah antar lembaga dan hubungan antar lembaga khususnya
yang terkait dengan pengembangn irigasi dapat dilihat sebagai berikut :
14
dilaksanakan dengan pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan
padaketerkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu
dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
a. Peta Wilayah Sungai yang menunjukan suatu daerah rencana irigasi termasuk
wilayah sungai mana dan daerah pengawasan Balai atau Balai Besar
Departemen Pekerjaan Umum sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 12 tahun
2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai
15
b. Peta Topografi dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 lengkap dengan garis
kontur dengan interval 0,50 m daerah datar dan 1,00 m untuk daerah
perbukitan. Pemetaan harus menggambarkan kondisi riil dilapangan seperti
tata tanaman bangunan, dan batas desa/batas administrasi wilayah yang ada.
Pemetaan harus dengan sistem koordinat yang terikat dengan sistem
koordinat nasional.
yang mudah/lunak )
masing-masing saluran.
16
Contoh : Bendungan bening : B.B.O
dilewati.
17
18
3.6 Contoh Tataletak (Layout) Petak tersier
19
3.7 Hubungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Kebutuhan Air Tanaman
Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.Air
tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi.
Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai tau waduk dan
dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air
di sawah.
Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan seperti :
20
Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka :
Jika tidak ada hujan (R = 0), maka jumlah air irigasi IR = (ET + Pd + P&I)
Jika hujan deras (R lebih besar dari ET + Pd + P&I, pada saat ini air irigasi
tidak dibutuhkan, bahkan diperlukan pembuangan air (drainase) agar
lahan tidak tergenang air secara berlebihan.Kelebihan maupun
kekurangan air pada lahan pertanian berakibat buruk terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman
21
akibat penguapan. Penguapan bisa terjadi melalui permukaan air (evaporasi)
maupun daun-daun tanaman (transpirasi). Bila kedua proses penguapan tersebut
terjadi bersama-sama terjadilah Evapotranspirasi. Dengan demikian besar
kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses
Evapotranspirasi.
22
Bagan hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan air
tanaman adalah :
Dirancang
Dihitung
dengan pola
dengan tanam tertentu
Kebutuhan Air
Didapat Eto k didapat
Tanaman ET = k . ETo
Umur tanaman
23
Koefisien tanaman bulanan
Lokasi Catatan
1 2 3 4 5 6
Ciujung, Cisadane, Rentang, 0.90 1.10 1.35 1.20 0.90 0.80 Masa tumbuh
Glapan, Sedadi, Pekalen, 160 hari
Sampean
Gambarsari, Pesanggrahan 0.55 0.90 1.12 1.27 1.20 0.80 160 hari
Salah satu tujuan irigasi adalah membagi sejumlah air yang sama pada lahan yang
seluas mungkin. Untuk itu dilakukan berbagai macam cara salah satunya adalah
memperkecil kebutuhan air irigasi (IR). Upaya memperkecil IR bisa dilakukan
dengan memperkecil kebutuhan air tanaman (ET). Upaya memperkecil kebutuhan
air tanaman (ET) hanya dapat dilakukan dengan memperkecil koefisien tanaman
(k), karena besarnya evapotranspirasi potensial (Eto) sukar dimanipulasi karena
sangat berhubungan dengan keadaan iklim.
Mengubah faktor koefisien tanaman (k) berarti mengubah jenis, varitas dan umur
tanaman. Yaitu dengan memilih tebu sebagai pengganti padi, mengubah waktu
tanam pada bulan tertentu. Kegiatan mengatur jenis tanaman, varitas tanaman dan
masa pertumbuhan tanaman biasanya disebut pengaturan POLA TATA TANAM.
Dengan demikian usaha mengatur pola tata tanam dimaksudkan untuk mengubah
besar koefisien tanaman (k) agar didapat besaran ET tertentu.
24
Diketahui nilai rata-rata bulanan koefisien tanaman (k) jagung jenis tertentu
seperti berikut :
Jika penanaman jagung dimulai pada awal Januari, maka kebutuhan air tanaman
(ET) dapat diketahui seperti :
ET = k . ETo
Dari tabel di atas tampak bahwa jika awal tanam dimulai pada awal Januari, maka
besar RT bulan Februari sebesar 3.11 mm/hari. Dengan mengubah awal tanam
menjadi awal Februari, maka terjadi perubahan ET, pada bulan Februari menjadi
2.00 mm/hari.
25
Badan pertanian dan pangan PBB (FAO) merekomendasikan rumus
Penman untuk dipakai dalam perhitungan ETo.
• Prinsip ketiga rumus untuk menghitung Eto adalah Eto = c . ETo*
• ETo sangat dipengaruhi keadaan iklim, sedangkan keadaan iklim sangat
berhubungan erat dengan letak lintang daerah.
• Perbedaan dari ketiga rumus tadi ialah dalam penerapan besaran c dan
ETo*, yang berhubungan dengan macam data iklim yang dipergunakan.
• Perhitungan ETo* membutuhkan data-data iklim yang benar-benar terjadi
di suatu tempat (data terukur).
• Rumus Penman membutuhkan data terukur :
- Temperatur udara (t)
- Kecepatan angin (u)
- Kelembaban relatif (RH)
- Kecerahan matahari (n/N)
- Letak lintang
• Pada daerah tertentu bisa jadi tidak semua data terukur bisa didapat,
sehingga rumus Penman tidak bisa dipakai dan sebagai gantinya
digunakan rumus lainnya seperti rumus Blaney Cridle yang membutuhkan
data terukur lebih sedikit.
• Secara umum perbedaan kebutuhan data terukur yang dibutuhkan untuk
menghitung ETo* adalah :
26
• Untuk menyesuaikan perbedaan hasil perhitungan ETo*,
sehubungan dengan berbedanya data iklim terukur, maka masing-
masing rumus mempunyai angka koreksi yaitu c.
• Besaran c ditetapkan berdasarkan perkiraan keadaan iklim dari
daerah yang ditinjau, dengan demikian penetapan harga c juga
berbeda-beda dari ketiga rumus tadi.
• Perbedaan penetapan angka koreksi c adalah :
ETO = c x ET*
dengan
dimana :
27
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir
(angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah. Harga Ra
seperti (Tabel 2)
= 0,27 (1 + 0,864 u)
(ea – ed)= perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang
sebenarnya
ed = ea . Rh
28
c = angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan
kondisi cuaca siang dan malam. Harga C tertera pada Tabel 3
T ea W F (t)
0
C Mbar
Januari 13.0 14.3 14.7 15.0 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1
Februari 14.0 15.0 15.3 15.5 15.7 15.8 16.0 16.1 16.0
Maret 15.0 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3
April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14.0
Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6
Juni 15.0 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6
Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8
Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14.0 13.7 12.2
September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15.0 14.9 13.3
Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6
29
November 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16.0 15.6
Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16.0 16.0
Bulan C Bulan C
30
3. Penentuan efisiensi irigasi
Kebutuhan air untuk tanaman adalah air yang habis terpakai untuk
pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air ini diperhitungkan dengan mengalikan
koefisien tanaman dengan harga Ep (Evapotranspirasi potensial) atau dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Cu = K * Ep
Dimana :
- K = koefisien tanaman
- Ep = Evapotranspirasi potensial
Sebagai contoh, besar koefisien tanaman (K) padi dan jagung dengan
varitas tertentu di Jawa Timur adalah sebagai berikut.
2. Laju Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah (ke dalam tanah) dari daerah lapisan
tanah tidak jenuh ke dalam daerah lapisan tanah jenuh air. Perkolasi di dalam
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
- Tekstur tanah
- Permeabilitas tanah
31
3. Kebutuhan Air Untuk Pengelolaan Dan Persemaian
Perhitungan curah hujan rata rata wilayah dari curah hujan di beberapa
titik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1
R= x ( R1 + R2 + R3 + .....Rn )
n
dimana :
2. Cara Thiesen
32
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata,
maka cara perhitungan curah hujan rata-rata dapat dilakukan dengan
memperhitungkan luasan daerah pengaruh tiap titik pengamatan.
A1 x R1 + A2 x R2 + ......An x Rn
R=
A1 + A2 + ...... + An
A1 x R1 + A2 x R2 + ......An x Rn
R=
A
R = W1 . R1 + W2 . R2 + ....... + Wn . Rn , dimana :
A1, A2, ..... An = luas daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
Untuk analisis frekuensi pada seri waktu yang relatif pendek, yang
merupakan suatu contoh terbatas dari populasi seluruhnya, rumusnya adalah
:
m
P= x100%
n +1
33
Dimana :
n = banyaknya pengamatan
Curah hujan yang mencapai permukaan tanah tidak selalu dapat digunakan
oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Pada saat tertentu, jika curah hujan
yang jatuh intensitasnya rendah, maka akan habis menguap.
Berdasar pengertian di atas, maka perlu dibedakan antara curah hujan efektif
dan curah hujan nyata :
• Curah hujan nyata, adalah sejumlah curah hujan yang jatuh pada
suatu daerah pada kurun waktu tertentu.
• Curah hujan efektif, adalah sejumlah curah hujan pada suatu daerah
dan dapat dipergunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Jadi
curah hujan efektif ini merupakan sebagian saja dari sejumlah curah
hujan nyata.
a. Jumlah curah hujan harian kuran dari 5 mm, dianggap tidak efektif
jadi dapat diabaikan.
34
3.10.2.2 Kebutuhan Air di Sawah
Wr = Cu + Pd + P + Nr - Re
dimana :
35
𝑊𝑟
𝐷𝑟 = 𝑥𝐴
𝑒𝑓𝑓
dimana :
36
Berdasarkan peta kontur topografi awal yang tersedia, pada umumnya di P Jawa
skala 1 : 25000 atau skala yang lain, sedangkan di luar P Jawa tersedia skala 1 :
50000 atau lebih besar, direncanakan gambaran umum tata letak jaringan irigasi
pendahuluan.
37
Gambar 1. Tata letak Pendahuluan
38
Gambar 2 . Ploting Trase Saluran
39
3.11.3 Perhitungan tinggi muka air jaringan irigasi
Muka air di bangunan sadap tersier pada saluran primer atau sekunder
dihitung dengan rumus berikut :
P = A+a+b+c+d+e+f+g+ h+Z
Dimana :
- P = Muka air di saluran primer atau sekunder.
- A = Elevsi sawah
- a = lapisan air di sawah = 10 cm
- b = kehilangan energi di saluran kuarter ke sawah (= 5 cm).
- c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter (=5 cm)
40
- d = Kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran.
Sama dengan I x L
- e = kehilangan tinggi energi di boks bagi( = 5 cm)
- f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (=5 cm).
- g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap.
- h = variasi tinggi muka air ( = 0.18 h100)
- Z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier
lainnya
41
BAB 4
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi.
Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu
diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Didasarkan pada pertimbangan
diatas, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik
Indonesia memutuskan : Menetapkan Undang – Undang Tentang Sumber Daya
Air Nomor 7 tahun 2004. Bahwa untuk melaksanakan Pasal 41 ketentuan
Undang Undang No 7 tahun 2004, telah diterbitkan dan ditetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Irigasi Nomor 20 Tahun 2006 sebagai dasar pelaksanaan
usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan irigasi.
Foto Udara, diperlukan sebagai peta dasar untuk rencana daerah irigasi yang
cukup luas dengan melihat kemungkinan alternatif penempatan bangunan
pengambilan dari sungai yang terdekat. Foto udara dapat diperoleh dari Badan
Koordinasi Survey dan Pertanahan Nasional (BAKORSURTANAL) dengan
skala bekisar 1 : 10 000 hingga 1: 250 000 tergantung daerahnya, misal : makin
ke daerah terpencil makin besar skalanya.
42
a. Peta Wilayah Sungai yang menunjukan suatu daerah rencana irigasi termasuk
wilayah sungai mana dan daerah pengawasan Balai atau Balai Besar
Departemen Pekerjaan Umum sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 12 tahun
2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai
b. Peta Topografi dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 lengkap dengan garis
kontur dengan interval 0,50 m daerah datar dan 1,00 m untuk daerah
perbukitan. Pemetaan harus menggambarkan kondisi riil dilapangan seperti
tata tanaman bangunan, dan batas desa/batas administrasi wilayah yang ada.
Pemetaan harus dengan sistem koordinat yang terikat dengan sistem
koordinat nasional.
• Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air
yang hilang akibat proses Evapotranspirasi
43
Evaporasi dan transpirasi berperan penting dalam semua kajian tentang
keseimbangan air dan perencanaan dalam pengembangan sumber daya air.
Evaporasi adalah proses fisik yang mengubah suatu cairan atau bahan padat
menjadi gas. Penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan disebut transpirasi.
Jika penguapan dari tanah atau melalui permukaan air dan transpirasi terjadi
bersama-sama maka kombinasi proses tersebut dinamakan
EVAPOTRANSPIRASI.
- Evapotranspirasi
Dalam perencanaan rinci diperlukan data peta kontur topografi yang lebih detail
dengan menggunakan skala 1 : 5000 atau mengingat luasnya lahan bila perlu juga
dilakukan foto udara untuk mendapatkan peta rinci agar dapat di lanjutkan dengan
perencanaan jaringan irigasi.
Langkah-langkah perencanaan detail meliputi :
1. Melakukan penelusuran trase seperti pada peta 1:5000.
2. Melakukan pengukuran potongan memanjang dan melintang terhadap trase
saluran dan melakukan penyelidikan tanah pada trase saluran.
3. Melakukan revisi dan penyesuaian terhadap trase saluran.
4. Melakukan pengecekan lokasi bangunan sadap dan muka air yang diperlukan.
5. Melakukan pengecekan lokasi bangunan pembawa.
6. Melakukan perencanaan pendahuluan bangunan utama (bendung) dan
menentukan kehilangan-kehilangan tinggi energi di bangunan.
7. Membuat profil memanjang pendahuluan.
8. Melakukan ploting trase saluran yang telah disesuaikan dengan kondisi lokasi
bangunan pengatur dan bangunan pembawa serta batas petak tersier pada peta
skala 1:5000 atau peta lebih detail
9. Membuat program penyelidikan tanah detail pada lokasi bendung, bangunan
utama/prasarana, saluran pembawa dan saluran drainase.
44
10. Melakukan desain rinci pada bendung dan kelengkapannya dan bangunan
utama pada saluran primer dan sekundeir sesuai kapasitas dan kondisi tanah.
45
BAB 5
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya berasal dari hujan sebagai hasil
penguapan dari air laut. Siklus Hidrologi adalah proses peralihan dari penguapan
air laut bergerak keatas menjadi dingin, membeku menjadi titik – titik air yang
berkumpul banyak dan turun menjadi hujan. Pengelolaan sumber daya air perlu
diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis
antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi.Sejalan dengan semangat
demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam
pengelolaan sumber daya air.
5.2 Saran
Trase saluran harus dipilih sedemikian rupa sehingga antara galian dan
timbunan harus seimbang. Jika material tanah setempat tidak memenuhi syarat
sebagai konstruksi timbunan, maka tanah tersebut harus dibuang dan untuk
konstruksi timbunannya perlu mendatangkan tanah tempat lain. Untuk itu
perlu dipertimbangkan apakah perubahan trase ke arah yang lebih tinggi
(berarti lebih banyak cut dari pada fill) masih lebih ekonomis dibandingkan
trasenya di daerah rendah tapi perlu mendatangkan banyak material tanah dari
46
luar untuk konstruksi timbunannya. Namun demikian saluran diatas timbunan
harus diperhatikan sistem pemadatannya dan harus dihindari terjadinya
penurunan tanah timbunan yang akan mengakibatkan kerusakan pada saluran.
Jika memungkinkan bangunan sadap berbagai petak tersier harus digabung
dalam satu bangunan bagi. Pada saluran garis tinggi penggabungan bangunan
sadap ini harus diteliti tata letaknya, apakah dengan adanya penggabungan ini
menyebabkan adanya irigasi melingkar (counter irrigation) ataukah tidak.
Adanya irigasi melingkar (counter irrigation) sebaiknya dihindari, karena ada
sejumlah areal yang tidak mendapatkan air dan perlu dibandingkan biaya
akibat perubahan panjang saluran.
47
DAFTAR PUSTAKA
9. Hydrologi for Engineers, Ray K. Linsley Ir. Max. A. Kohler, Joseph 1.11.
Apaulhus. Mc.grawhill, 1986.
10. Mengenal dasar dasar hidrologi, Ir. Joice martha, h. Wanny Adidarma
Dipl.It Nova, Bandung.
11. Hidrologi & Pemakaiannya, jilid 1, Prof Ir. Soemadyo, diktat kuliah
ITS. 1976.
48