SOP Irigasi Bladder Dan Bladder Training
SOP Irigasi Bladder Dan Bladder Training
NIM: 2019012174
Kelas: PSIK 4A
A. Pengertian
Irigasi bladder atau irigasi kandung kemih melalui kateter merupakan pencucian
urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine yang menetap dengan larutan steril
yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, sediment dapat terkumpul didalam
selang dan dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan urin tetap berada
ditempatnya.
B. Tujuan
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya dikarenakan darah atau pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi lokal
C. Metode
1. Irigasi kandung kemih secara tertutup.
2. Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk mengistilasi kandung kemih.
D. Respon klien yang membutuhkan tindakan segera
Tindakan irigadi bladder atau irigasi kandung kemih sangat diperlukan adanya
perhatian khusus apabila respon klien:
1. Pasien mengeluh nyeri atau spasme kandung kemih karena irigasi terlalu dingin
2. Adanya darah atau bekuan darah dalam selang irigasi
A. Pengertian
Pemasangan kateter urine atau kateterisasi perkemihan merupakan suatu tindakan
memasukkan selang karet atau plastic melalui uretra dan masuk ke dalam kandung
kemih.
B. Tujuan
1. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih
2. Mendapatkan urine steril untuk spesimen
3. Pengkajian residu urine
4. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medulla spinalis, gangguan
neuromuscular, serta pascaoperasi besar
5. Mengatasi obstruksi aliran urine
6. Mengatasi retensi perkemihan
C. Indikasi
1. Distensi abdomen
2. Akan mengalami operasi atau tindakan pemedahan atau post operasi (dimana
dikhawatirkan akan membasahi daerah operasi)
3. Decompresi kandung kemih selama atau setelah tindakan operasi
4. Klien dengan inkontinensia (dimana tidak ada cara ataupun solusi yang lain)
5. Membutuhkan pengukuran urin yang lebih akurat
6. Mengalami retensi urin yang akut
7. Mengalami obstruksi seperti pembesaran prostat, striktur uretra, prolapse organ
pelvis,
8. Mengalami penyakit terminal, koma.
D. Kontraindikasi
Klien yang mengalami retensi urin yang masih dapat dilakukan dengan cara selain
pemasangan kateter (misalnya kateter kondom)
E. Persiapan
1. Bak steril yang berisi :
a. 1 pinset silurgis
b. 2 pinset anatomis
c. Depper
d. Bengkok
e. kom kecil
f. lembar kassa
g. duk bolong
1. Kateter steril
2. Urine bag dan gantungannya
3. pasang sarung tangan steril
4. Spuit steril ukuran 10cc atau 20cc
5. Cairan steril (aqua destilata) untuk mengisi balon
6. Mangkok kecil berisi kapas sublimat
7. Cairan desinfektan (savlon, betadine)
8. Jelly
9. Perlak pengalas
10. Bengkok bersih
11. Selimut ekstra
12. Plester dan gunting
13. Orentang dalam tempatnya
14. Sampiran
F. Prosedur
I. Fase pra interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat-alat didekat pasien
4. Menjaga privasi pasien
II. Fase orientasi
1. Salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya
2. Perkenalkan diri apabila ini menjadi pertemuan antara perawat dan klien
3. Tanyakan keluhan dan kaji keadaan spesifik klien
4. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan,
serta tujuan dan prosedurnya
5. Jelaskan kontrak waktu dan perkiraan lamanya prosedur yang akan dijalani
6. Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien atau keluarga (informant consent)