Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TENTANG PENYAKIT MENULAR

NAMA : KHALISHA KAMILIYA RAMADINA


ABSEN : 17
MAPEL: PJOK

SMP NEGERI 12 KOTA DEPOK

PENYAKIT CAMPAK
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai
pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin telah dikembangkan
lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta
orang setiap tahun dan menyebabkan 1 juta kematian. Insiden
terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit
campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai
beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah 1 penyakit infeksi yang dapat dicegah
dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia.
Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun
( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak
telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan
pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada
waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi
komplikasi penyakit ini

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian campak?
2. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
3. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak?
4. Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?
5. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?
6. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan Penyakit campak?

TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian campak
2. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak
3. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak
4. Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak
5. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegah Penyakit
campak
6. Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan Penyakit
campak

Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan
measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam
bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola
(nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di
tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat
mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu :
a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai
dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadiumerupsi dan
stadium konvalisensi, yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis
dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam,
scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson,
EGC, 2000).
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dar
iseseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3,
2001).

 Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular


yang masih menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut
disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di
dunia terdapat 145.700 orang meninggal akibat campak, sedangkan
sekitar 400 kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita
(WHO, 2015). Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit
endemik di negara berkembang termasukIndonesia. Di Indonesia,
campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang
terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943
kasus campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013
sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang
terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau
dan Kalimantan Timur.

 Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000
penduduk.Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar
4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok
umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1- 4 tahun sebesar 30% dan 27,6%.
2 Campak confirm merupakan penyakit campak yang cara diagnosisnya
dengan menggunakan tes serologi di laboratorium. Angka kejadian
campak confirmdi Jawa Tengah cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
data tiap tahun mengalami peningkatan yang drastis. Dari tahun 2013 ke
2014 kasus campak terjadi peningkatan sebanyak 276 kasus. Tahun 2014
di Jawa Tengah terdapat 308 kasus campak confirm, sedangkan pada
tahun 2013 hanya terdapat 32 kasus. Kasus campak confirmdari tahun
2013 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan secara drastis. Tahun
2014 Kabupaten Sukoharjo menduduki peringkat ke lima kasus campak
terbanyak di Jawa Tengah yang berjumlah 308 kasus (Dinkes Jateng,
2014).

 Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini


meliputi demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan
munculnya ruam makulopapuler yang menyeluruh di tubuh. Menurut
Nugrahaeni (2012), kejadian campak disebabkan oleh adanya interaksi
antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu komponen
mengakibatkan keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak.
Berdasarkan penelitian Mujiati (2015) dan Giarsawan dkk (2012), faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur, status gizi,
status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan
hunian, ventilasi, riwayat kontak,dan pengetahuan ibu. Menurut Widagdo
(2012) penyakit campak dapat mengakibatkan kematian. Terjadinya
kematian dapat dipicu dengan komplikasi penyakit yaitu
bronkhopneumonia yang timbul akibat penurunan daya tahan anak yang
menderita campak. 3 Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak
yaitu dengan imunisasi balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013,
imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat
campak di Indonesia(Kemenkes RI, 2015).

Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena campak,
karena imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
termasuk campak (Nugrahaeni, 2012). Menurut hasil penelitian Rahmayanti
(2015), tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian campak (OR=
0,112). Namun, Giarsawan dkk (2012) menyimpulkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi akan berisiko sebesar 16,92 kali terkena campak dibandingkan
yang diimunisasi. Menurut Widagdo (2012), campak sangat mudah menular.
Sebesar 90% penderita memiliki riwayat kontak dengan penderita lain.
Penyebaran virus terjadi melalui droplet besar dari saluran nafas, namun ada
juga yang menular melalui droplet kecil lewat udara yang dihirup. Orang yang
pernah kontak dengan penderita lain biasanya tertular setelah 14-15 hari dari
virus tersebut masuk (Setiawan, 2008).Masuknya virus campak pada pengungsi
dengan orang-orang yang rentan masih cukup tinggi sehingga dapat
mengakibatkan KLB yang berat dengan angka kematian yang tinggi. Sehingga
riwayat kontak sangat berbahaya dan dapat menyebabkan KLB (Chin,2006).
Menurut penelitian Mujiati (2015), anak yang pernah kontak dengan penderita
campak meningkatkan 3,7 kali untuk menderita campak dibandingkan yang
tidak kontak. 4 Berdasarkan rekapitulasi data Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo tentang kasus campak pada balita dalam 3 tahun terakhir selalu
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 ditemukan 1 kasus campak confirm
diantara 23 campak klinis yang ditemukan di wilayah Sukoharjo. Selanjutnya
tahun 2014 ditemukan 44 campak klinis kemudian dilakukan pemeriksaan
serologi, dinyatakan 7 kasus campak confirm. Tahun 2015 campak klinis
meningkat menjadi 166 kasus, dan dari hasil pemeriksaan serologi dinyatakan
39 kasus confirm campak.
Peningkatan yang terjadi cukup signifikan pada tahun 2015. Sejak bulan
Oktober 2015 Kabupaten Sukoharjo ditunjuk sebagai pilot project Case Based
Measles Surveilans ( Surveilans Campak Berbasis Individu) oleh Kementerian
Kesehatan. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Sukoharjo memiliki kinerja
yang baik. Cakupan imunisasi campak di Kabupaten Sukoharjo dalam 3 tahun
terakhir selalu mengalami peningkatan. Cakupan imunisasi pada tahun 2013
sebanyak 95,4% dan pada tahun 2014 sebanyak 106,1%, namun tahun 2015
mengalami penurunan sebanyak 99,6%. Angka ini sudah mencapai target
Universal Child Immunization (cakupan UCI)yaitu sebesar 90%. Namun
berdasarkan data penderita yang terkena campak sebanyak 35,71% tidak
pernah mendapatkan imunisasi, 16,33% tidak tahu status imunisasinya dan
46,94% pernah mendapatkan imunisasi. Data kasus tersebut menunjukkan
bahwa imunisasi masih mempengaruhi terjadinya campak pada balita usia 9-59
bulan (Dinkes, 2015).
Peneliti melakukan survei pendahuluan terhadap 9 ibu balita yang terkena
campak pada tanggal 30 April 2016 di wilayah Kartasura dan Grogol 5
Kabupaten Sukoharjo. Hasil survei menunjukkan bahwa 80 % anak yang
menderita campak memiliki riwayat kontak dengan penderita campak yang
lain. Sedangkan 70% anak yang menderita campak tidak diimunisasi. Riwayat
imunisasi yang masih rendah dan riwayat kontak dengan penderita campak
yang lain dimungkinkan akan menjadi faktor risiko terhadap kejadian campak
pada balita diwilayah kabupten Sukoharjo. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk menganalisis status imunisasi dan riwayat kontak dengan kejadian
campak pada balita di Kabupaten Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Apakah ada
hubungan antara status imunisasi dan riwayat kontak dengan kejadian campak
pada balita di Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Menganalisis hubungan status imunisasi dan riwayat kontak dengan kejadian
campak pada balita di Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan khusus a. Menghitung
cakupan status imunisasi pada balita di Kabupaten Sukoharjo. b. Menghitung
riwayat kontakpada balita di Kabupaten Sukoharjo. c. Menghitung kejadian
campak pada balita di Kabupaten Sukoharjo. d. Menganalisis hubungan status
imunisasi dengan kejadian campak pada balita di Kabupaten Sukoharjo. 6 e.
Menganalisis hubungan riwayat kontak dengan kejadian campak pada balita di
Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Merupakan suatu
pengalaman berharga untuk meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian,
selanjutnya juga bisa digunakan untuk perbandingan bagi penelitian
selanjutnya. 2. Bagi Dinas Kesehatan Sukoharjo Hasil penelitian ini, diharapkan
dapat menjadi masukan untuk mengkaji dan mencari solusi untuk menekan
angka kejadian penyakit campak di masyarakat 3. Bagi Masyarakat Diharapkan
dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Penyakit campak
dan cara pencegahnya
Penyakit campak (dikenal dengan nama measles, morbili) dan rubella
merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada
anak dan orang dewasa di Indonesia. Anak dan orang dewasa yang belum
pernah mendapat imunisasi MR atau yang belum pernah mengalami penyakit
ini berisiko tinggi tertular.1 Campak dan rubella merupakan penyakit infeksi
menular saluran napas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat
menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia),
radang otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian. Rubella biasanya berupa
penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester
pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan
pada bayi yang dilahirkan. Penyakit campak dan rubella tidak dapat diobati,
namun penyakit ini dapat dicegah melalui imunisasi. Campak dan rubella
mempunyai gejala yang hampir sama dan karena tingginya kasus rubella maka
pemerintah membuat kebijakan baru dengan mengkombinasi vaksin untuk
mecegah penyakit campak dan rubella yang dapat dilakukan melalui imunisasi
dengan vaksin MR. 2

Data World Health Organization (WHO) 2016 menyatakan bahwa jumlah


kejadian campak sebanyak 132.137 kasus dan kejadian rubella sebanyak
22.361 kasus yang terjadi secara global di seluruh dunia.3,4 Pada tahun 2016,
terdapat 89.780 kematian akibat campak di dunia, walaupun cakupan
imunisasi campak mencapai 85% untuk anak-anak dibawah umur satu tahun.
Cakupan imunisasi campak di dunia telah mengalami peningkatan sebesar 13%
dari tahun 2000 sampai tahun 2016. Imunisasi campak juga dinyatakan telah
berhasil mencegah kematian anak sebesar 20,4 juta kematian antara tahun
2000 sampai tahun 2016.5

Di negara ASEAN (Association of Southheast Asian Nations), penyakit campak


ada sebanyak 80.860 kasus di tahun 2016 dan menurun menjadi 75.377 kasus
pada tahun 2017.6 Persentase imunisasi campak di negara ASEAN telah
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase jumlah anak berumur
dibawah 1 tahun yang mendapat imunisasi campak di negara ASEAN tahun
2015 Universitas Tarumanagara 2 sebesar 86%. Di Indonesia, persentase
jumlah anak berumur dibawah 1 tahun yang mendapat imunisasi campak tidak
jauh berbeda dengan keseluruhan persentase negara di ASEAN yaitu mencapai
82% di tahun 2015.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia, pada tahun 2016 cakupan
imunisasi campak di Indonesia telah mencapai 93%, sedangkan untuk cakupan
imunisasi campak untuk provinsi DKI Jakarta telah mencapai 96,3% Pada tahun
2016, di Indonesia terdapat 12.681 kasus campak dan ternyata hanya 4.466
yang diberikan vaksinasi. 8 Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas
Kembangan pada tahun 2017 cakupan imunisasi MR masih cukup rendah yaitu
sekitar 28,076%
Keberhasilan pencegahan penyakit campak dan rubella melalui imunisasi pada
balita tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan imunisasi
campak dan rubella. Pengetahuan ibu balita merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi ketepatan imunisasi campak dan rubella namun
penelitian terkait pengetahuan ibu mengenai campak dan rubella maupun
ketepatan imunisasi campak dan rubella belum pernah dilakukan sebelumnya
di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu
balita terhadap ketepatan imunisasi campak dan rubella di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara pengetahuan ibu
tentang penyakit campak dan rubella dengan ketepatan waktu imunisasi
campak dan rubella”

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Diketahui gambaran pengetahuan ibu balita dengan ketepatan
imunisasi campak dan rubella sehingga dapat dilakukan upaya meningkatkan
cakupan imunisasi campak dan rubella agar dapat menurunkan angka kejadian
campak dan rubella beserta komplikasinya pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan.
Diketahui tingkat pengetahuan ibu balita tentang penyakit campak dan rubella
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan. 2. Diketahui ketepatan
waktu imunisasi campak dan rubella pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan. 3. Diketahuinya hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang campak dan rubella dengan ketepatan waktu
imunisasi campak dan rubella di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam: 1.5.1 Bagi ibu balita di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Melalui penelitian ini ibu
balita mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi campak dan
rubella. Universitas Tarumanagara

Anda mungkin juga menyukai