Anda di halaman 1dari 19

BATU ALAM

1. PENGERTIAN:  
Batu alam adalah :  semua bahan yang menyusun kerak bumi dan
merupakan suatu agregat mineral-mineral yang telah mengeras akibat proses
secara alami seperti, membeku, pelapukan, mengendap dan adanya proses
kimia.
Unsur-unsur yang membentuk batuan yang merupakan lapisan
(kerak) luar bumi :

 Oksigen    (O2)     : 49,4 %


 Silisium    (Si)        : 25,4 %
 Aluminium (Al)       : 7,5 %
 Besi ( Fe )              : 4,7 %
 Kalsium (Ca)          : 3,4 %
 Natrium (Na)          : 2,6 %
 Kalium (K)             : 2,4 %
 Magnesium (Mg)     : 2,0 %

1.2. SIKLUS (TERBENTUKNYA) BATU ALAM


1.3. JENIS-JENIS BATU ALAM 

 Menurut proses kejadiannya :

     Batuan Beku, yaitu batuan alam  yang terjadi karena magma


yang berasal dari inti bumi  mendapat tekanan dalam keadaan
panas sekali dan keluar dalam bentuk cair ke permukaan bumi.
Karena pengaruh udara dingin, cairan ini membeku menjadi
batu. Batuan ini biasanya berupa batu gunung yang massif dan
tebal lapisannya. Contoh batuan beku adalah : obsidian, perlit,
Andesit, basalt, dll.
     Batuan Sedimen (batuan lapisan/endapan), yaitu  batuan karena
pengerasan, pengaruh cuaca, terbawa arus sungai kemudian
terendapkan pada dasar sungai, danau atau laut. Contoh batuan
sedimen adalah : kapur (batu gamping), batu bara, batu karang,
dll.

 Batuan metamorf ( batuan alihan/batuan ubahan), yaitu batuan


sediment yang terkena pengaruh panas dan tekanan yang cukup
beasr sehingga terjadi perubahan pada bentuk dan komposisi.
Contoh batuan metamorf adalah : batu bara menjadi intan, batu
marmer, batu sabak, antrasit, dll.

Batu bara adalah jenis batuan sedimen, dengan kandungan karbon sebagai mineral utama dan
juga hidrogen, belerang serta oksigen dalam mineral sekundernya. Tingginya kandungan
senyawa ini membuat batu bara mudah terbakar. Batu bara ini merupakan batuan fosil yang
telah terbentuk secara alami lebih dari 340 juta tahun yang lalu.
 
 Batuan Robohan, yaitu semacam batuan lapisan yang terdiri dari
bermacam mineral kontak. Contoh : pasir, kerikil, batu kali, batu
cadas, batu paras, dll.

  Menurut tegangannya :

 Batu lunak ( 4 kg/cm2 2– 8 kg/cm), yaitu batu alam yang mudah


digali dan dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses
pelapukan dan banyak mengandung retakan.

 Batu sedang ( 8 kg/cm2 2– 18 kg/cm), batuan alam ini sukar


digali dengan peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak
dapat dipatahkan dengan tangan tetapi mudah dihancurkan
dengan palu.

 Batu keras ( 16 kg/cm2 2– 50 kg/cm), yaitu batu alam yang hanya


dapat digali dengan memakai bagan peledak. Batu ini tidak
banyak mengandung retakan.

a) Batu Gamping (termasuk batuan sedimen)


 Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat
(CaCO3). Selain kalsium karbonat, di alam juga sering dijumpai
batu gamping yang mengandung magnesium.
 Batu gamping ada yang bersifat padat, keras dan massif. Ada
juga batu gamping yang bersifat porous.
 Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk
bukit. Oleh sebab itu teknik penambangannya dilakukan dalam
bentuk tambang terbuka.
 Batu gamping yang dikalsinasi ( dipanaskan pada suhu 600°C -
900°C) akan menjadi kapur tohor dan kapur padam. Kapur ini
digunakan sebagai bahan perekat hidrolis pada adukan/spesi.
Batu gamping juga merupakan bahan baku pembuatan semen
Portland.

b) Dolomit
 Terjadi karena proses peresapan unsure magnesium dari air laut kedalam batu gamping
 Berfungsi seperti batu gamping.

c) Marmer
 Merupakan hasil metamorfose dari batu gamping.
 Bersifat tahan terhadap cuaca, mudah dikerjakan, tidak tahan asam.
 Digunakan untuk pelapis dinding  dan lantai.
Gambar 1.2. Batu Marmer
Gipsum
 Ditemukan dalam bentuk lembaran pipih, kristal, serabut di daerah
batu gamping.
 Gipsum hasil penambangan diolah dengan cara dipanaskan sehingga
berbentuk tepung gips.
 Digunakan untuk bahan tambah semen portlad, untuk plafond dan
partisi.
Tras
 Disebut juga sebagai posolan, terbentuk dari batuan vulkanik yang
banyak mengandung feldspar dan silika seperti andesit dan granit
yang telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan
feldspar akan berubah menjadi mineral lempung/kaolin dan senyawa
silika amorf.
 Bila dicampur dengan kapur tohor dan air akan mempunyai sifat
seperti semen.
 Digunakan sebagai bahan pengikat pada adukan, tras dapat dicetak
untuk membuat batako.

f) Andesit dan basalt


 Merupakan jenis batuan beku luar (hasil pembekuan magma di
permukaan bumi).
 Bersifat massif, keras, tahan terhadap hujan, mempunyai berat jenis
2,3-2,7, kuat tekan 600 – 2400 kg/cm2.
 Digunakan untuk pondasi, penutup lantai, dinding. Apabila
dipecah/dihancurkan dengan palu atau crusher dengan ukuran
tertentu menjadi batu pecah (kerikil) dan pasir yang digunakan untuk
bahan campuran beton dan  jalan.
g) 
 pasir gunung api 
 Merupakan bahan lepas berbentuk butiran pasir yang dihasilkan
pada saat gunung api meletus. Pada saat turun hujan di puncak
gunung, maka tupukan pasir akan lonsor terbawa air ke sungai.
 Digunakan sebagai bahan pengisi pada campuran beton, adukan, dll.

h) Granit dan diorit.


 Merupkan batuan beku dalam yang terjadi dari proses pembekuan
magma di dalam kulit bumi.
 Bersifat keras, tahan cuaca dan asam, sukar dikerjakan, mempunyai
kuat tekan 1000 – 2500 kg/cm2, dengan berat jenis 2,6 – 2,7. 
 Digunakan untuk pelapis dinding dan lantai. 
1.4. SIFAT-SIFAT FISIK BATU ALAM DAN PENGUJIANNYA
a. Sifat Fisik batu alam untuk bangunan
 Mempunyai kuat tekan dan kuat lentur yang tinggi
 Keras dan tidak mudah hancur
 Daya serap air relative kecil
 Tahan terhadap pengaruh cuaca
 Tahan terhadap keausan

b. Pengujian Batu Alam, meliputi :


 Analisa Petrografi, analisa batuan secara mikroskopis untuk
mengetahui jenis, tekstur, struktur komposisi mineral dan nama
batuan.
 Analisa kimia, analisa batuan secara kimia untuk mengetahui
komposisi kimia batuan.
 Analisa defraktometer sinar X, digunakan pada batuan yang
berbutir sangat halus seperti tanah liat untuk mengetahui unsur
kimianya.
 Analisa besar butir, dilakukan dengan cara diayak menggunakan
ayakan berjenjang yang mempunyai ukuran tertentu.
 Analisa berat jenis (bulk density), dilakukan dengan cara : batuan
dipanaskan dalam oven pada suhu 100°C selama 24 jam, kemudian
didinginkan pada suhu kamar. Batuan ditimbang beratnya dan
diukur volumenya.  Berat jenis batuan diperoleh dengan membagi
berat dengan volume.
 Pengujian Daya serap air pada batuan.
 Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan, untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh reaksi kimia unsur-unsur
alkali (K dan Na) pada batuan. Unsur-unsur ini apabila
prosentasenya tinggi, akan merugikan bila digunakan untuk
agregat pada konstruksi bangunan.  

 Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan, ketahanan batauan


terhadap aus ini diartikan sebagai sifat daya tahan batuan terhadap
penggosokan bahan lain. Pengujian dilakukan menggunakan bolabola
baja yang terdapat pada mesin LOS
ANGELES.

 Pengujian Kuat Tekan Bebas. Untuk mencegah kerusakan


konstruksi akibat beban yang bekerja, maka agregat harus cukup
kuat menahan tekanan. Kuat tekan batuan adalah kemampuan
batuan dalam menahan beban yang diberikan sehingga batuan
tersebut pertama kali mengalami deformasi.
RANGKUMAN
- Batu alam adalah  semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan
suatu agregat mineral-mineral yang telah mengeras akibat proses secara alami
seperti, membeku, pelapukan, mengendap dan adanya proses kimia.
 - Jenis-jenis batu alam menurut terjadinya, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf.

  - Jenis batu alam yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan adalah batu
gamping, dolomit, andesit, basalt, marmer, tras, pasir gunung berapi, batuan
gips dan granit.

 - Sifat Fisik batu alam yang digunakan untuk bangunan adalah : Mempunyai kuat
tekan dan kuat lentur yang tinggi, keras dan tidak mudah hancur, daya serap air
relative kecil, tahan terhadap pengaruh cuaca, tahan terhadap keausan.

- Pengujian sifat-sifat batu alam meliputi : berat jenis, analisa besar butir,
daya
serap air, ketahanan terhadap pelapukan dan pengujian kuat tekan serta
kekerasan.

Pengujian Sifat-sifat fisik batuan


1.       Tujuan :

·         Untuk mengetahui sifat-sifat fisik batuan seperti, berat jenis, kadar air, angka pori, porositas dan
derajat kejenuhan.

·         Untuk mengetahui kekerasan batuan

·         Cara ini hanya dilakukan pada batuan yang mudah hancur,melekat dengan yang lainnya,tidak
meresap air bila panaskan.

2.       Alat yang digunakan :

·         Desicator untuk menjenuhkan batuan

·         Nerca dengan ketelitian 0,01 kg

·         Pompa vaccum untuk mengeluarkan udara dari pori batuan dengan daya isap 0.008 kg/cm2 dalam
periode 15 menit

·         Jangka sorong untuk mengukur panjang dan diameter speciment

·         Oven dengan temperatur 105 - 110 derajat celcius

3.       Prosedur

·         Timbang setiap speciment (Wn)

·         Ukur diameter dan tingginya.

·         Setelah didapat berat isi, kemudian masukkan speciment kedalam desicator untuk dijenuhkan.

·         Beri air sampai sepertiga bagian speciment yang terendam. Vaccum desicator selama 10 menit.

·         Tambahkan air sampai 2/3 bagian dan vaccum selam 10 menit

·         Tambahkan lagi sampai terendam dan vaccum selama 10 menit dan biarkan terendam selama 24
jam

·         Setelah selesai vaccum timbang berat dalam air (Ws) dan berat jenug di udara(Ww)

·         Masukkan kedalam oven selama 24 jam pada temperatur 105 – 110 derajat celcius.

·         Timbang berat keringnya (Wo)

DENSITAS BATUAN DAN MINERAL

A. Batuan
1. Pengertian Batuan

Batuan adalah kumpulan atau agregat dari mineral yang sudah dalam keadaan
membeku/keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-
mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah. Batuan
mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang sekali
batuan terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral atau
lebih. 

2. Jenis-jenis Batuan dan Klarifikasi batuan

Secara umum, batuan terbagi menjadi tiga, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf.

a. Batuan Beku (Igneous Rock)

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar
yang dikenal dengan nama magma. Batuan beku yang terjadi dibangun oleh mineral-mineral
tertentu ataupun oleh suatu matrik dari silikat. Mineral tersebut ukurannya berbeda-beda,
tergantung dari kecepatan pembekuannya.

Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, dan dari zat
kimia penyusunnya.

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dibedakan atas :

1)      Batuan Beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2)      Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentuk tidak jauh dari permukaan bumi.
3)      Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi.

Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua, yaitu :

1)      mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotik,
2)      mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid. 

Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya adalah sebagai berikut :

1)      Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%.


2)      Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%.
3)      Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%. 4) Hypermalanic rock, kandungan
mineral mafic > 90%. 

Berdasarkan zat kimia penyusunnya batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang
membentuk mineral. Kemudian mineral tersebut menyusun batuan beku. Salah satu
klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidasinya, seperti SiO2, TiO2,
AIO3, Fe2O3, MnO, CaO, Na2O, K2O, H2O, P2O5. Dari prosentase setiap senyawa kimia
dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral. 

b. Batuan Sedimen (Sediment Rock)

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama
batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga
cara utama, yaitu pelapukan batuan lain (clastic). Pengendapan (deposition) karena aktivitas
biogenic, dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Batuan sedimen ada yang tersusun
berlapis, tetapi ada juga yang tidak. Butiran sedimen itu bisa berukuran macam-macam, dari
halus sampai ukuran besar. Bahan batuan sedimen bisa dari batuan beku, bisa dari batuan
metamorf dan bisa juga dari batuan sedimen sendiri. Pada batuan sedimen tidak terbentuk
kristal.

Jenis batuan sedimen umum seperti batukapur, batupasir, dan batulempung. Batuan
sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Penamaan batuan sedimen biasanya
berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut.

Penamaan tersebut adalah sebagai berikut :

·     Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk
butiran yang bersudut.
·         Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butiran yang membundar.
·          Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm.
·         Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm.
5) Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm. 
Klasifikasi Batuan Sedimen

Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

1)      Batuan Sedimen Detritus Klastik

Batuan ini diendapkan dengan proses mekanis. Terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan, baik yang terbentuk di lingkungan darat maupun di
lingkungan air laut.

2)      Batuan Sedimen Evaporit

Proses terbentuknya adalah pada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat.
Pada umumnya terbentuk di danau atau lautan tertutup.

3)      Batuan Sedimen Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik, yaitu dari tumbuh- tumbuhan.
Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh lapisan yang tebal
diatasnya, sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi pelapukan.

4)      Batuan Sedimen Silika

Batuan ini terdiri dari rijang (chert), radiolarian dan tanah diatorn. Proses
terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik, seperti radiolarian atau
diatom dan proses kimiawi untuk lebih menyempurnakannya.

5)      Batuan Sedimen Karbonat

Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkan moluska alga,
foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau proses pengendapan yang
merupakan rombakan batuan yang terbentuk lebih dulu dan diendapkan disuatu tempat. 

Berdasarkan genetisnya, batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :

1)      Batuan Sedimen Klasik

Batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali datritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf, dan sedimen. Fragmentasi dimulai dari
pelapukan mekanis maupun kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu
cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, kemudian mengalami diagenesa,
yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi terjadi. Litifikasi merupakan proses yang mengubah
suatu sedimen menjadi batuan keras.

2)      Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik.
Contoh Batuan Sedimen Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir
penyusun batuan tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir,
batulanau, batulempung, stalaktit dan stalakmit, moraine.

c. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)

Batuan Metamorf merupakan batuan yang berasal dari suatu batuan asal yang
mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat
perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, tekanan dan temperatur). Metamorfosa adalah
proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3-20 km) yang keseluruhannya atau sebagai
besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase cair, sehingga terbentuk struktur
dan mineralogi baru akibat dari pengaruh Temperatur (T=350oC – 1200oC), Tekanan
(Pressure = 1-10000 bar/ 0,9869 atm) dan cairan panas. 

Tipe-tipe metamorfosa dibagi dua, yaitu :

1) Metamorfosa Lokal

·       a. Kontak/ Thermal, terjadi di intrusi magma, biasanya memiliki suhu 600oC – 800oC dan
tekanan 300 MPA.
·       b. Kaustik, terjadi akibat adanya intrusi magma yang lemah. Pada proses ini aliran magma
menerobos membelah lapisan (Dike) dan aliran mengikuti batas Lapisan (Silk).
·         c. Kataklastik, terjadi akibat deformasi. metamorf karena adanya panas akibat gesekan.
dengan diatas, tetapi lapisan disekitarnya memecah dan meledak.
·         d. Hidrotermal, terjadi karena adanya larutan panas pada waktu terjadi instrusi magma,
patahan (gesekan), panas intibumi. 

2) Metamorfosa Regional

·         a. Dinamotermal, terbentuk pada zona subduction dan terjadi pada pembentukan gunung.
     b. Burial (timbunan), terjadi pada lapisan bawah suatu lapisan sediment, terbentuk karena
tekanan yang besar dari lapisan di atasnya. 

Proses Terjadinya Batuan Metamorfosa

Proses metamorfosa/ malihan terjadi karena adanya perubahan kumpulan mineral dan
tekstur batuan, dan dibedakan dengan proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga
merupakan proses perubahan. Faktor utama dalam proses perubahan ini adalah perubahan
suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 2000C dan 300 Mpa, dan dalam keadaan padat. Proses
metamorfosa adalah perubahan kumpulan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa)
pada (solid state) pada suhu diatas 200oC dan tekanan 300 Mpa. 

Jenis-jenis Metamorfisme

1)  Metamorfisme Kataklistik (Cataclastic metamorphism), metamorfisme yang terjadi karena


pengaruh deformasi mekanik dan tidak disertai dengan rekristalisasi kimia.

2)   Metamorfisme Kontak (Contact Metamorphism), metamorfisme yang terjadi akibat intrusi
tubuh magma panas pada batuan yang dingin dalam kerak bumi. Proses rekristalisasi kimia
memegang peran penting, karena pengaruh dari kenaikan suhu.
3)      Metamorfisme Timbunan (Burial metamorphism), proses sedimentasi yang terjadi pada
cekungan dalam dan memiliki kandungan H2O yang cukup, maka akan menghasilkan
himpunan kimia baru dari hasil rekristalisasi kimia.
4)      Metamorfisme Regional, pada umumnya dijumpai pada kerak benua dengan penyebaran
yang sangat luas, sampai puluhan ribu kilometer persegi, dibentuk oleh proses metamorfisme
regional. Proses ini melibatkan deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia.

B. Mineral
1. Definisi Mineral

Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di
dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Beberapa jenis mineral memiliki
sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang
teratur didalamnya. Kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. 

2. Karakteristik Mineral

Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan
melakukan analisis secara kimiawi, dan yang kedua yang paling umum dilakukan adalah
dengan cara mengenali sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik mineral antara lain bentuk
kristalnya, berat jenis, bidang belah, warna, goresan, kilap, dan kekerasan.

a.       Bentuk kristal (crystall form) Pembentukan kristal suatu mineral tergantung pada ada atau
tidaknya hambatan. Contohnya suatu cairan panas terdiri dari unsur-unsur Natrium dan
Chlorit. Bentuk-bentuk kristal: Prismatik, Orthorombik, Kubus, Tetrahedral, Heksagonal,
Trigonal dll.
b.      Berat jenis (specific gravity). Berat jenis setiap mineral ditentukan oleh unsur-unsur
pembentuknya serta kepadatan ikatan unsur-unsur dalam susunan kristalnya.
c.       Bidang belah (fracture). Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu
bidang yang mempunyai arah tertentu yang ditentukan susunan dalam atom-atomnya, yang
merupakan bidang lemah suatu mineral.
d.      Warna (color). Meskipun warna bukan menjadi ciri utama untuk membedakan antar mineral,
namun terdapat warna-warna khas untuk mengetahui unsur tertentu di dalamnya. Contohnya
warna gelap mengindikasikan adanya unsur besi, sedangkan warna terang mengindikasikan
kandungan aluminium.
e.       Goresan pada bidang (streak) Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya,
seperti pada mineral kuarsa dan pyrite yang terlihat jelas dan khas.
f.       Kilap (luster) Kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Ada
2 jenis kilap, yaitu kilap Logam dan Non-logam.
g.      Kekerasan (hardness) Kekerasan yaitu sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi atau mudah tergores. Kekerasan bersifat relatif, maksudnya jika mineral
saling digoreskan dengan yang lain maka mineral yang tergores relatif lebih lunak dibanding
lawannya. Skala kekerasan mineral dari yang terlunak (skala 1) hingga terkeras (skala 10)
diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

3. Jenis-jenis Mineral
Berdasarkan senyawa kimianya, mineral dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan
Non-silikat. Dari 2000 jenis mineral yang dikenal, hanya beberapa yang terlibat dalam
pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral Pembentuk Batuan atau
Rock Forming Minerals, yang merupakan penyusun utama batuan kerak dan mantel Bumi.
Mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi empat yaitu Silikat, Oksida, Sulfida,
Sulfat dan Karbonat.

1)      Mineral Silikat. Sembilan puluh persen mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok
ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Silikat pembentuk batuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok ferromagnesium
(umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar) dan non-
ferromagnesium (umumnya mempunyai warna terang).
2)      Mineral Oksida. Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Unsur yang paling
utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral
oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
3)      Mineral Sulfida. Mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya unsur
utamanya adalah logam (metal). Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk
disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Beberapa contoh
mineral sulfida yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite
(ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2). Dan termasuk juga didalamnya selenides, tellurides,
arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.
4)      Mineral Sulfat. Mineral Sulfat adalah kelompok mineral yang memiliki ciri khas komposisi
kimia berkation sulfur yang berikatan dengan 4 anion oksigen membentuk (SO4)2- yang
berkombinasi dengan logam atau semi-logam membentuk mineral sulfat. Pembentukan
mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
Contoh-contoh mineral yang termasuk kelompok sulfat antara lain Anhydrite (CaSO4),
Celestite (SrSO4), Barit (BaSO4), Anglesit (PbSO4), Alunit, Gysum (CaSO4.2H2O)
Kelompok mineral ini mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
5)   Mineral Karbonat. Mineral Karbonat adalah kelompok mineral yang memiliki komposisi
anion berupa (CO3)2- yang berikatan dengan kation berupa unsur logam maupun semi-
logam, merupakan mineral penyusun utama batugamping dan dolostone. Mineral-mineral
yang termasuk kelompok mineral karbonat antara lain Kalsit (CaCO3), Dolomit
(CaMg(CO3)2), dan Aragonit (CaCO3).

C. Hubungan Densitas dengan Jenis Batuan

Densitas merupakan perbandingan antara massa dan volume batuan. Densitas


menentukan seberapa besar kekuatan yang digunakan untuk menghancurkan batuan.
Beberapa contoh densitas antara lain batuserpih 2750 kg/m3, granit 2650 kg/m3, batupasir
2200 kg/m3, basalt 2650 kg/m3, marmer 2700 kg/m3, batugamping 2450 kg/m3, dll. Unit
weight hampir sama dengan density, dimana semakin besar Unit Weight maka batuan akan
semakin kuat.

Sifat fisis suatu benda yaitu densitas didefinisikan sebagai masa persatuan volume.
Bahan yang homogen seperti besi, aluminium, batuan memiliki densitas yang sama tiap
bagiannya. Jika sebuah bahan yang materialnya homogen bermasa m dan memiliki volume
V, maka densitasnya adalah:
ρ= m/V

Densitas batuan adalah berat jenis dari batuan yang dinyatakan dalam pound per cubic
feet atau kilonewton per cubic meter. Specific gravity suatu padatan (SG) adalah
perbandingan densitas padatan dengan densitas air, yang diperkirakan mendekati 1 gram-
force/cm3 (9.8 kN/m3 atau 0.01 MN/m3). Metode pengukuran densitas terbagi menjadi dua
cara, yaitu :
1)      Penentuan densitas di laboratorium.
Densitas dibedakan menjadi 3, yaitu : bobot isi asli (natural density), bobot isi kering (dry
density) dan bobot isi jenuh (saturated density).
2)      Penentuan densitas dengan log sumuran. 
Cara menentukan densitas batuan dari pembacaan log densitas adalah dengan menganalisis
defleksi kurva pada log densitas dalam satuan gr/cc. Dari defleksi kurva pada log densitas itu
dapat diketahui besarnya bulk density masing-masing batuan.

Massa jenis  atau densitas (density) suatu batuan secara harfiah merupakan
perbandingan antara massa dengan volume total pada batuan tersebut. Secara sederhana,
suatu batuan memiliki dua komponen, komponen padatan dan komponen rongga (pori).
Keberadaan komponen padatan maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam
pada tiap-tiap batuan sehingga massa jenis pada setiap jenis batuan itu berbeda.

Pengaruh komponen padatan terhadap densitas batuan.


Komponen padatan yang terdapat pada batuan juga dapat memiliki massa jenis yang
berbeda-beda juga. Massa jenis ini dikenal dengan istilah densitas matriks, yang dapat
dirumuskan melalui rumus seperti demikian:

ρm=   m/V

Hubungan antara densitas dan porositas bahwa semakin besar densitas dari suatu
batuan maka porositasnya akan semakin kecil. hal ini dikarenakan jenis batuan dengan
densitas besar berarti memiliki kerapatan yang besar. Karena semakin rapat batu tersebut
maka pori-pori yang berada pada batu akan semakin sedikit.

Hubungan densitas dengan jenis batuan yaitu semakin besar densitas suatu batuan
(serta batuan dalam keadaan segar), maka batuan itu akan semakin kuat dan juga sebaliknya.

Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan


pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat.
Lukas and Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terlihat
adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada
kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat
kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya silinitas, tekanan atau
kedalama, dam menurunya suhu.

Identifikasi mineral berdasarkan (sifat


fisik)
Analisis Bahan Anorganik - Batuan dan
Mineral #1
Mineral adalah?
Jenis Jenis Batuan Beku
MATERI BATUAN SEDIMEN part 1│
BELAJAR OSN/KSN KEBUMIAN
MATERI BATUAN SEDIMEN part 2│
BELAJAR OSN/KSN KEBUMIAN

Proximate Analysis (Analisis batu bara)


Proximate analysis merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap sampel batubara untuk
menentukan kandungan air (moisture), zat terbang (volatile matter), abu serta karbon tetap
(fixed carbon), yang penjelasannya adalah sebagai berikut :

Kandungan Air (Moisture)

Air atau moisture yang terkandung dalam batubara terbagi menjadi tiga macam yaitu :

1. Free Moisture

Semua batubara mengandung free moisture dalam jumlah tertentu, yang pada umumnya
disebabkan oleh air bawah tanah yang bergabung dalam proses pembentukan batubara serta
semprotan-semprotan air pada proses-proses pencucian maupun berasal dari hujan dan salju.
Pada kebanyakan analisis, free moisture ditetapkan sebagai langkah pertama untuk
memeperoleh total moisture, termasuk bagian yang menguap ketika sampel dalam proses
menuju keseimbangan dengan udara sekitar.

Free moisture dinyatakan dalam presentase dan diukur dari berkurangnya berat sampel
antara 5 – 15 kg, hal ini dilakukan dengan cara menempatkan sampel pada udara yang
bersikulasi bebas pada temperatur kurang dari 15 0C diatas temperatur ambient selama 16
sampai 24 jam. Sampel tersebut kemudian disebarkan dengan rata sehingga memiliki
ketebalan penampang sekitar 2,5 cm dan apabila sampel batubara memiliki tingkat kebasahan
yang lebih tinggi maka waktu pengeringan mungkin meningkat sampai melebihi 24 jam.

2. Inherent Moisture

Diukur dengan mengukur kehilangan berat jika 1 kg sampel dipanaskan dalam oven sampai
105 0C – 110 0C selama 5 – 6 jam dalam aliran udara lambat.

3. Air – Dry Moisture

Untuk menetapkan kandungan air dari sampel laboratorium dalam rangka melakukan analisa
secara umum maka dapat dilakukan dengan cara  mengeringkan 1 gram sampel dalam suatu
oven vakum menggunakan cara yang sama dengan free moisture dan selanjutnya menimbang
secara langsung kandungan air yang diserap oleh absorbent (alat penyerap) dari gas nitrogen
kering yang dilewatkan pada batubara di dalam tabung pemanas. Jika batubara dipanaskan di
udara pada suhu lebih dari 100 0C tetapi dibawah titik nyalanya maka akan terjadi perubahan
lain selain hilangnya uap air yang meliputi :

 Kehilangan berat sehubungan dengan evolusi gas-gas serta terurainya batubara.


 Bertambahnya berat sehubungan dengan pembentukan peroksida padat. Pemakaian
Nitrogen untuk mengeluarkan Oksigen dapat mencegah terjadinya hal ini.

Abu (Ash)

Ada tiga tipe abu yang diperoleh saat analisa, yaitu :

1. Abu Inherent (inherent ash)

Abu inherent adalah kandungan abu yang tidak dapat dihilangkan dengan metoda
pembersihan apapun. Abu inherent boleh dianggap sama seperti unsur-unsur pokok mineral
dari bahan tumbuhan pada saat batubara diperoleh, dan ditambah dengan endapan (lumpur)
dimana tumbuhan itu tumbuh.

2. Abu campuran (associated ash)

Abu campuran terdapat pada lapisan betubara dalam bentuk pola “bercak-bercak”, dan
diantaranya terdiri dari semacam zat mineral yang belum terpisahkan dari bongkahan-
bongkahan batubara selama penambangan

3. Adventitous ash

Adventitous ash tidak terdapat pada lapisan batubara, akan tetapi berasal dari lantai atau atap
tambang yang tergantung pada kondisi geologis setempat. Adventitous ash mungkin berupa
lempung (tanah liat) tahan api atau serpihan carbon dari tanah liat yang mengendap pada air
dangkal dilokasi tambang batubara.

Zat Terbang (Volatile Matter)

Zat terbang dipakai sebagai pedoman dalam sistem klasifikasi batubara karena zat terbang
dapat mencerminkan tipe batubara serta karakteristiknya dalam suatu proses pembakaran.
Pengukuran dilakukan dengan cara memanaskan 1 gram sampel betubara dalam wadah
peleburan dengan suhu 900 0C selama 7 menit tanpa kontak langsung dengan udara. Dihitung
berdasarkan berkurangnya berat setelah dikurangi dengan pengurangan berat karena
hilangnya uap air. Zat terbang terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang ada dalam batubara dan
campuran organik yang amat kompleks dari unsur kimia.

Karbon Tetap (Fixed Carbon)

Karbon tetap adalah zat yang tidak menguap dan tersisa setelah kandungan moisture, volatile
matter (zat terbang) dan kadar abu dihilangkan. Fixed carbon didapatkan dengan formula
sebagai berikut.

Fixed Carbon = 100 % – % Moisture – % Volatile Matter – % Abu.

Sulfur (belerang) dihitung terpisah, namun terkadang dihitung pada saat penentuan nilai kalor
batubara.

Anda mungkin juga menyukai