''Keyakinan manusia hanyalah pada Tuhan, bukan pada benda, hawa nafsu, atau
kemegahan. Semua kerja kemanusiaan hanyalah untuk Allah. Tidak ada yang perlu dipertuan
dan dipertuhankan, kecuali Allah,'' tulisnya.
Karena itu, tak heran bila akhirnya kekuatan Islam yang bersendi pada Alquran
mampu menaklukkan berbagai wilayah negara. Di mulai dari masa Rasulullah, kemudian
diteruskan di masa Khulafaur Rasyidin, hingga masa tabiin dan munculnya berbagai dinasti
Islam di sejumlah negara, seperti Dinasti Abbasiyah, Umayyah, Fatimiyyah, Ottoman,
Mamluk, dan sebagainya.
Dari keyakinan itu pula, umat Islam mampu membentuk peradaban baru dan
kebudayaan baru hingga menghasilkan berbagai macam peradaban di wilayah kekuasaan
Islam tersebut. Seperti diketahui, menyebarnya agama Islam ke berbagai wilayah telah terjadi
pertukaran kebudayaan antara satu negeri dan negara lainnya.
Pada masa kejayaan Islam, masyarakat Arab Islam benar-benar menjadi rujukan bagi
perkembangan keilmuan dunia. Para pecinta ilmu pengetahuan dari berbagai penjuru Eropa
Barat seperti Itali, Perancis, Swiss, Jerman, dan kepulauan Inggris berdatangan ke Andalusia.
Mereka datang untuk mendalami ilmu pengetahuan dan budaya Arab Islam untuk mendalami
ilmu pengetahuan dan budaya Arab Islam untuk kemudian menyebarkannya ke berbagai
penjuru di Eropa.
Pada saat itu, banyak sekali ilmuan muslim yang menjadi pelopor perkembangan ilmu
penegetahuan di banyak bidang seperti matematika, geometri, astronomi, fisika, kimia,
kedokteran, IPA, farmasi, georafi, pelayaran, bahasa, sastra, dan lain sebagainya.
Beberapa ilmuwan muslim, khususnya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu kealaman dan
eksakta:
1. Jabir bin Hayyan (722 M -- 804 M)
Dia seorang muslim yang ahli di bidang kimia, farmasi, fisika, filosofi, dan
astronomi. Kepakaran dan keahliannya dalam bidang ilmu ini, membuat dunia
mendapuknya sebagai bapak kimia modern (the father of modern chemistry).
Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 7 dan mengalami perkembangan pada abad 13.
2. Jalur kekuasaan
Penyebaran Islam secara aktif di Nusantara (Indonesia) berbarengan dengan
melemahnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Raja raja di pesisir melepaskan diri dari
kekuasaan pusat, sebab posisi mereka bertambah kuat berkat kerjasama ekonomi dengan
pedagang pedagang muslim,kemudian mereka tertarik dan memeluk Islam. Dengan
masuk Islamnya para penguasa dan bangsawan ini memudahkan penyebaran Islam
berikutnya karena para keluarga dan rakyat akhirnya mengikuti agama Islam yang baru
dipeluk oleh rajanya.
3. Jalur Perkawinan
Banyak putri putri penduduk asli dipersunting pedagang muslim termasuk putri
para bangsawan dan putri raja.
4. Jalur tasawuf
Masyarakat Nusantara adalah masyarakat yang suka pada kegiatan rohani dan
kebatinan.Oleh karena itu para mubaligh Islam menempuh jalan tasawuf untuk menarik
mereka.
5. Jalur pesantren
Penyebaran pesantren dirintis oleh Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di
Ampel.Dari sini lahir tokoh tokoh Islam seperti Raden Patah dan Sunan Giri yang
kemudian juga mendirikan pesantren dan mengirimkan murid muridnya ke pelosok
pelosok desa sebagai guru agama.
6. Jalur seni
Berupa seni sastra,seni tari, seni ukir, seni kaligrafi dsb
Kerajaan-Kerajaan Islam
1. Kerajaan Samudra Pasai (Aceh Utara)
2. Kerajaan Demak (Jawa)
3. Kerajaan Banten (Jawa)
4. Kerajaan Mataram (Jawa Tengah)
5. Kerajaan Gowa – Tallo (Sulawesi Selatan)
6. Kerajaan Ternate – Tidore (Maluku)
Wujud dari peradaban islam di Indonesia bisa dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Pendidikan
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia
dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di
Indonesia. Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah
Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah).
Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan
perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam.
Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta
beberapa universitas Islam lainnya.
2. Organisasi
Terdapat beberapa organisasi Islam di Indonesia, di antaranya adalah Nahdlatul
Ulama (NU), Muhammadiyah, Jamiat Khair, sebuah organisasi Islam tempat para ulama
dan aktivis bergabung, tempat bermulanya Ahmad Soorkati mengawali karier dakwahnya
di Indonesia. Ia diundang secara khusus oleh gerakan ini untuk menjadi pengajar pada
berbagai badan pendidikan yang dirintisnya pada tahun 1912. Ia datang dari Sudan,
membawa dan mengusung pola pikir rasional dalam berbagai kuliahnya. NU merupakan
organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali
dikategorikan sebagai Islam traditional, salah satunya karena sistem pendidikan
pesantrennya. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua, dengan
anggotanya yang sekitar 30 juta. Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas,
dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.
Selain ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya Front Pembela
Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hizbut Tahrir Indonesia.
4. Politik
Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-
kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore. ada juga beberapa daerah
yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.
Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian
bertambah. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan
Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik,
pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, Partai
Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.
5. Ekonomi
Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Persi,dan
Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban
membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf,
menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam
semakin berkembang.
Dari hasil pengamatan terhadap peradaban Islam di Indonesia, terlihat jelas adanya
akulturasi budaya islam dan budaya lokal yang melekat pada bentuk kebudayaan. Islam
masuk ke Indonesia secara damai dengan cara menanamkan ajaran Islam pada esensi batin
dari sebuah peradaban tanpa merusak budaya yang telah mengakar di masyarakat. Dengan
hal ini membuktikan bahwa islam dapat hidup di manapundan kapanpun.
Masjid secara peruntukkannya tidak hanya berfungsi ibadah, khususnya shalat dengan
segala rangkaiannya. Akan tetapi masjid berfungsi juga sebagai sarana sosial–seperti
pendidikan, pengajian dan kegiatan sosial lainnya- dan juga berfungsi politis – yaitu sebagai
pusat pemerintahan, administrasi negara dan tempat berlangsungnya berbagai
permusyawaratan bidang politik.
Sejarah Islam pada masa awal menjadikan masjid sebagai lembaga pendidikan utama.
Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW di masjid Nabawi. Di masjid tersebut Rasulullah
mendidik umat Islam dari segala umur dan jenis kelamin; dewasa, remaja, anak-anak, baik
laki-laki maupun perempuan. Bagi orang dewasa, mereka memanfaatkan masjid untuk
tempat belajar al-Quran, hadits, fikih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab. Sementara
bagi wanita, mereka mempelajari al-Quran, hadits, dasar-dasar Islam dan ketrampilan
menenun atau memintal, dengan frekuensi seminggu sekali. Sementara anak-anak belajar di
serambi masjid dengan materi al-Quran, agama, bahasa Arab,
berhitung, ketrampilan berkuda, memanah dan berenang. Oleh sebab itu, masjid seharusnya
berfungsi kembali sebagai pusat peradaban, akan tetapi kenyataannya yang ada sekarang
hanya sebagai tempat shalat saja, atau paling jauh hanya sebagai tempat belajar sebagian
ilmu agama.