Anda di halaman 1dari 10

Kebudayaan dan Peradaban Islam

A. Kebudayaan dan Peradaban Islam Masa Silam

Kebudayaan merupakan padanan dari kata “al-tsaqafah”. Dalam bahasa Indonesia


kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Menuruk KBBI, budaya berarti keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan
serta pengalamannya yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Sedangkan peradaban merupakan serapan dari bahasa Arab “al-adab”. Dalam bahasa
Indonesia, kata peradaban memiliki arti kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin
(KBBI).
Effat al-Sharqawi (dalam Yatim,2004:1), membedakan kebudayaan dan peradaban.
Menurutnya, kebudayaan merupakan bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat, sedangkan peradaban lebih berkaitan dengan wujud kemajuan mekanis dan
teknologis.
Ditinjau dari sumbernya, kebudayaan Islam adalah seluruh aktifitas manusia yang
secara inspiratif bersumber dari al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW. Kebudayaan
Islam adalah perwujudan dari akhlak yang berasal dari al-Quran. Sedangkan wujud dari
seluruh aktifitas budaya Islami yang kongkrit dan dapat diindera oleh manusia adalah bentuk
peradaban Islam.
Berkembangnya agama Islam sejak 14 abad silam turut mewarnai sejarah peradaban
dunia. Bahkan, pesatnya perkembangan agama Islam itu, baik di barat maupun timur, pada
abad kedelapan sampai 13 Masehi mampu menguasai berbagai peradaban yang ada
sebelumnya.
Menurut Ma'ruf Misbah dkk, perkembangan peradaban Islam yang dilandasi dengan
semangat persatuan Islam telah ditanamkan Rasulullah SAW sejak awal perkembangan Islam
di Timur Tengah. Kemudian, dalam praktiknya, seiring dengan makin luasnya wilayah
kekuasaan Islam, gesekan atau kebudayaan masyarakat setempat memengaruhi umat Islam
untuk mengadopsi dan mewarnai peradaban lokal yang disesuaikan dengan ajaran Islam.
Dari proses semacam inilah, peradaban Islam terus berkembang dari peradaban
kebudayaan, bangunan, bahasa, adat istiadat, hingga pada ilmu pengetahuan. Ma'ruf
menambahkan, berkembangnya peradaban Islam itu disebabkan Islam meletakkan dasar-
dasar kepercayaan murni.

''Keyakinan manusia hanyalah pada Tuhan, bukan pada benda, hawa nafsu, atau
kemegahan. Semua kerja kemanusiaan hanyalah untuk Allah. Tidak ada yang perlu dipertuan
dan dipertuhankan, kecuali Allah,'' tulisnya.

Karena itu, tak heran bila akhirnya kekuatan Islam yang bersendi pada Alquran
mampu menaklukkan berbagai wilayah negara. Di mulai dari masa Rasulullah, kemudian
diteruskan di masa Khulafaur Rasyidin, hingga masa tabiin dan munculnya berbagai dinasti
Islam di sejumlah negara, seperti Dinasti Abbasiyah, Umayyah, Fatimiyyah, Ottoman,
Mamluk, dan sebagainya.

Dari keyakinan itu pula, umat Islam mampu membentuk peradaban baru dan
kebudayaan baru hingga menghasilkan berbagai macam peradaban di wilayah kekuasaan
Islam tersebut. Seperti diketahui, menyebarnya agama Islam ke berbagai wilayah telah terjadi
pertukaran kebudayaan antara satu negeri dan negara lainnya.

B. Kontribusi Ilmuan Muslim Klasik dalam Kemajuan Barat Modern

Pada masa kejayaan Islam, masyarakat Arab Islam benar-benar menjadi rujukan bagi
perkembangan keilmuan dunia. Para pecinta ilmu pengetahuan dari berbagai penjuru Eropa
Barat seperti Itali, Perancis, Swiss, Jerman, dan kepulauan Inggris berdatangan ke Andalusia.
Mereka datang untuk mendalami ilmu pengetahuan dan budaya Arab Islam untuk mendalami
ilmu pengetahuan dan budaya Arab Islam untuk kemudian menyebarkannya ke berbagai
penjuru di Eropa.

Pada saat itu, banyak sekali ilmuan muslim yang menjadi pelopor perkembangan ilmu
penegetahuan di banyak bidang seperti matematika, geometri, astronomi, fisika, kimia,
kedokteran, IPA, farmasi, georafi, pelayaran, bahasa, sastra, dan lain sebagainya.
Beberapa ilmuwan muslim, khususnya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu kealaman dan
eksakta:
1. Jabir bin Hayyan (722 M -- 804 M)
Dia seorang muslim yang ahli di bidang kimia, farmasi, fisika, filosofi, dan
astronomi. Kepakaran dan keahliannya dalam bidang ilmu ini, membuat dunia
mendapuknya sebagai bapak kimia modern (the father of modern chemistry).

2. Al-Khawarizmi (780 M -- 850 M)


Al-Khwarizmi dikenal sebagai tokoh Islam yang berpengetahuan luas.
Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat, tapi di dalam bidang
falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam, dan kimia. Al-
Khawarizmi juga dikenal sebagai guru aljabar di Eropa. Dia telah menciptakan
pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dia
pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia
Islam.

3. Al-Kindi (801 M -- 873 M)


Al-Kindi ahli dalam berbagai bidang, seperti: geometri, astronomi, astrologi,
aritmatika, musik (yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis,
psikologi, meteorologi, dan politik. Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai
berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib
kerajaan.

4. Ar-Razi (865 M -- 925 M)


Dia termasuk salah seorang yang terampil melakukan proses --proses kimia,
seperti distuasi, kristalisasi, sublimasi, kalsinasi, sintesa, serta berbagai macam analisis
lainnya. Dia juga yang berhasil menerapkan ilmu kimia dalam bidang kedokteran. Ia
sukses mengobati penyakit melalui reaksi yang terjadi di dalam tubuh pasien. Dia
mempunyai keahlian menemukan cologne yang disarikan dari sejenis tumbuh-tumbuhan.

5. Ibnu Al-Haitsam (965 M -- 1040 M)


Dia seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika,
geometri, pengobatan, dan filsafat. Penelitiannya banyak mengenai cahaya. Dia
menghasilkan banyak karya di bidang-bidang tersebut.

6. Al-Biruni (973 M -- 1048 M)


Dia merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis
ensiklopedia, filosof, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak
menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, dan obat-obatan.
Al-Biruni seangkatan dengan Al-Haitsam dan Ibnu Sina dan menjadi salah satu
ilmuwan serba-bisa yang juga diperhitungkan di masa-masa kejayaan Islam. Seperti
halnya ilmuwan muslim abad pertengahan lainnya, Al-Biruni juga menguasai banyak
bidang ilmu. Namun yang paling menonjol adalah bidang gravitasi. Itulah sebabnya, Al-
Biruni dijuluki sebagai "bapak astronomi" di kalangan ilmuwan.

7. Ibnu Sina (980 M -- 1037 M)

Dia adalah ilmuwan berkebangsaan Persia yang dikenal sebagai matematikawan,


dokter, ensiklopedis, dan filsuf yang terkenal di zamannya. Dia seorang astronom,
apoteker, ahli geologi, logician, paleontologist, fisika, penyair, psikolog, ilmuwan,
tentara, negarawan, dan seklaigus seorang guru. Untuk yang terakhir, Ibnu Sina dijuluki
sebagai Al-Syaikh Ar-Rais (Guru Besar Utama).

8. Al-Idrisi (1100 M -- 1165 M)


Dia adalah ilmuwan pertama yang berhasil menciptakan atau membuat globe
(peta dunia) dan ahli geografi.
Al-Idrisi menginspirasi pakar geografi Islam lainnya seperti Ibnu Batutah, Ibnu
Khaldun, Piri Reis dan Barbary Corsairs. Petanya juga menginspirasi Christopher
Columbus dan Vasco Da Gama. Karya teks geografi al-Idrisi, Nuzhatul Mushtaq, sering
dikutip oleh para pendukung teori hubungan Andalusia-Amerika pra-Columbus.

C. Islam Masuk ke Indonesia


Perkembangan umat Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu.
1. Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan nusantara.
2. Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia.
3. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.

Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansyur


Suryanegara terdapat 3 teori yaitu,
1. Teori Gujarat, agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat, india.
2. Teori Mekkah, teori ini menyanggah teori Gujarat sebelumnya. Menurut teori ini Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab.
3. Teori Persia, Islam masuk ke Indonesia abad ke 13 dan pembawanya adalah Persia (Iran).

Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 7 dan mengalami perkembangan pada abad 13.

Jalur penyebaran islam di Indonesia


1. Jalur perdagangan
Sejak abad ke -7 M sampai abad ke 16 M pedagang pedagang dari Arab, persia,
dan India datang ke Indonesia tidak hanya sebagai pedagang tetapi juga sebagai da’i yang
menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.

2. Jalur kekuasaan
Penyebaran Islam secara aktif di Nusantara (Indonesia) berbarengan dengan
melemahnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Raja raja di pesisir melepaskan diri dari
kekuasaan pusat, sebab posisi mereka bertambah kuat berkat kerjasama ekonomi dengan
pedagang pedagang muslim,kemudian mereka tertarik dan memeluk Islam. Dengan
masuk Islamnya para penguasa dan bangsawan ini memudahkan penyebaran Islam
berikutnya karena para keluarga dan rakyat akhirnya mengikuti agama Islam yang baru
dipeluk oleh rajanya.
3. Jalur Perkawinan
Banyak putri putri penduduk asli dipersunting pedagang muslim termasuk putri
para bangsawan dan putri raja.

4. Jalur tasawuf
Masyarakat Nusantara adalah masyarakat yang suka pada kegiatan rohani dan
kebatinan.Oleh karena itu para mubaligh Islam menempuh jalan tasawuf untuk menarik
mereka.

5. Jalur pesantren
Penyebaran pesantren dirintis oleh Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di
Ampel.Dari sini lahir tokoh tokoh Islam seperti Raden Patah dan Sunan Giri yang
kemudian juga mendirikan pesantren dan mengirimkan murid muridnya ke pelosok
pelosok desa sebagai guru agama.
6. Jalur seni
Berupa seni sastra,seni tari, seni ukir, seni kaligrafi dsb

Kerajaan-Kerajaan Islam
1. Kerajaan Samudra Pasai (Aceh Utara)
2. Kerajaan Demak (Jawa)
3. Kerajaan Banten (Jawa)
4. Kerajaan Mataram (Jawa Tengah)
5. Kerajaan Gowa – Tallo (Sulawesi Selatan)
6. Kerajaan Ternate – Tidore (Maluku)

D. Wujud Peradaban Islam di Indonesia

Wujud dari peradaban islam di Indonesia bisa dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Pendidikan
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia
dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di
Indonesia. Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah
Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah).
Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan
perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam.
Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta
beberapa universitas Islam lainnya.

2. Organisasi
Terdapat beberapa organisasi Islam di Indonesia, di antaranya adalah Nahdlatul
Ulama (NU), Muhammadiyah, Jamiat Khair, sebuah organisasi Islam tempat para ulama
dan aktivis bergabung, tempat bermulanya Ahmad Soorkati mengawali karier dakwahnya
di Indonesia. Ia diundang secara khusus oleh gerakan ini untuk menjadi pengajar pada
berbagai badan pendidikan yang dirintisnya pada tahun 1912. Ia datang dari Sudan,
membawa dan mengusung pola pikir rasional dalam berbagai kuliahnya. NU merupakan
organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali
dikategorikan sebagai Islam traditional, salah satunya karena sistem pendidikan
pesantrennya. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua, dengan
anggotanya yang sekitar 30 juta. Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas,
dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.
Selain ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya Front Pembela
Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hizbut Tahrir Indonesia.

3. Budaya, Adat Istiadat dan Seni


Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh
bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banyak menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia,
contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi
dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab).
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara
tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni
musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat
pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang
banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.

4. Politik
Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-
kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore. ada juga beberapa daerah
yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.
Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian
bertambah. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan
Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik,
pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, Partai
Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

5. Ekonomi

Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Persi,dan
Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban
membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf,
menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam
semakin berkembang.

6. Ulama dan Intelektual; Simbol Peradaban Islam Indonesia


Ulama muslim yang terkenal pertama kali adalah Hamzah Fansuri, seorang tokoh
sufi pertama yang mengarang kitab Asraru al-Arifin fiBayan Ila Suluk wa al-Tauhid,
berasal dari fansur (Barus), Sumatera Utara.

7. Arsitek bangunan, yang tertuang dalam arsitektur masjid-masjid di Indonesia.


Masjid Agung di berbagai kota di Indonesia merupakan ikon peradaban Islam di
Nusantara. Contohnya : Masjid Kuno Demak, SendangDuwur Agung kasepuhan di
Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Baiturrahman dan lain sebagainya. Menurut
Yatim (2004:305), bentuk- bentuk masjid mengingatkan kita pada bentuk seni bangunan
candi, menyerupai bangunan meru pada zaman Indonesia-Hindu. Ukiran padamimbar,
hiasan lengkung pada kalamakara, mihrab, bentuk beberapa mastaka dan memlo
menunjukkan hubungan erat perlambang meru,kekayonan gunungan tempat dewa-dewa
yang dikenal dalam cerita agama Hindu.

Dari hasil pengamatan terhadap peradaban Islam di Indonesia, terlihat jelas adanya
akulturasi budaya islam dan budaya lokal yang melekat pada bentuk kebudayaan. Islam
masuk ke Indonesia secara damai dengan cara menanamkan ajaran Islam pada esensi batin
dari sebuah peradaban tanpa merusak budaya yang telah mengakar di masyarakat. Dengan
hal ini membuktikan bahwa islam dapat hidup di manapundan kapanpun.

E. Masjid sebagai Pusat Peradaban

Masjid secara peruntukkannya tidak hanya berfungsi ibadah, khususnya shalat dengan
segala rangkaiannya. Akan tetapi masjid berfungsi juga sebagai sarana sosial–seperti
pendidikan, pengajian dan kegiatan sosial lainnya- dan juga berfungsi politis – yaitu sebagai
pusat pemerintahan, administrasi negara dan tempat berlangsungnya berbagai
permusyawaratan bidang politik.
Sejarah Islam pada masa awal menjadikan masjid sebagai lembaga pendidikan utama.
Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW di masjid Nabawi. Di masjid tersebut Rasulullah
mendidik umat Islam dari segala umur dan jenis kelamin; dewasa, remaja, anak-anak, baik
laki-laki maupun perempuan. Bagi orang dewasa, mereka memanfaatkan masjid untuk
tempat belajar al-Quran, hadits, fikih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab. Sementara
bagi wanita, mereka mempelajari al-Quran, hadits, dasar-dasar Islam dan ketrampilan
menenun atau memintal, dengan frekuensi seminggu sekali. Sementara anak-anak belajar di
serambi masjid dengan materi al-Quran, agama, bahasa Arab,
berhitung, ketrampilan berkuda, memanah dan berenang. Oleh sebab itu, masjid seharusnya
berfungsi kembali sebagai pusat peradaban, akan tetapi kenyataannya yang ada sekarang
hanya sebagai tempat shalat saja, atau paling jauh hanya sebagai tempat belajar sebagian
ilmu agama.

Anda mungkin juga menyukai