Anda di halaman 1dari 9

LEARNING ISSUE CASE 6

DEFINISI
Amputasi adalah pemotongan sebagian atau seluruh dari anggota ekstremitas. Amputasi
merupakan tidakan dari proses yang akut, seperti kejadian kecelakaan atau kondisi yang
kronik, misalnya penyakit pembuluh perifer, diabetes mellitus.

Amputasi berasal dari kata “amputate“ yang kurang lebih diartikan “pancung”.

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas, atau dengan kata lain suatu tindakan pembedahan dengan membuang
bagian tubuh. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi (Bruner dan Sudarth, 2002).

ETIOLOGI:
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien
dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury
seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan
kelainan kongenital.

C. Klasifikasi Amputasi :
Jenis- jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
a.       Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis
dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
c.       Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
d.      Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.
Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan
patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
2.5.2        Jenis amputasi yang dikenal adalah :
a.       Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi terbuka dilakukan pada
luka yang kotor, seperti luka perang atau infeksi berat antara lain gangrene, dibuat sayatan
dikulit secara sirkuler sedangkan otot dipotong sedikit proximal dari sayatan kulit dan
digergaji sedikit proximal dari otot.
b.      Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5
sentimeter dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka
kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga
kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ). Amputasi tertutup dibuat flap kulit yang direncanakan luas
dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan
lokasi bekas pembedahan
2.6              Tingkatan Amputasi
a.       Estremitas atas. Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan
aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan. Ekstremitas atas, terdiri dari : telapak,
pergelangan tangan, lengan bawah, siku dan lengan atas.
b.      Ekstremitas bawah. Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian
dari jari-jari kaki yang menimbulkan penurunan seminimal mungkin kemampuannya.
Ekstremitas bawah terdiri dari  : jari kaki dan kaki, proksimal sendi pergelangan kaki, tungkai
bawah, tungkai atas, sendi panggul, lutut, hemipeivektomi. Adapun amputasi yang sering
terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
1.      Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode pada amputasi jenis ini
yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb. 
2.      Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien
dengan penyakit vaskuler perifer.
c.       Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak
berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
d.      Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta
melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama
diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
e.       Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehinggamelengket
dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari
stump sehingga tertanam di dalam otot.
f.       Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya
ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi
terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

EPIDEMIOLOGI

- amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebesar 25% per tahunnya,
- amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis above knee amputation (AKA)
18%
- amputasi dibawah lutut below knee amputation (BAK) sebesar 7%.
- amputasi pada anggota gerak atas (tangan) sebesar 15%
- below elbow amputation (BEA) sebesar 10%
- amputasi diatas siku tangan atau prothese jenis above elbow amputation (AEA)
sebesar 5%.
- di Amerika Serikat terjadi 43.000 kasus per tahun

MANIFESTASI KLINIS

a. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)


b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang
dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
e. Sinusitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f. kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
g. sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangangan

Manifestasi klinis
Adapun pengaruhnya meliputi :
1. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan


penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah
sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih


besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini
menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada
bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas
menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang
akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat
pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi
a. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot
intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi
maksimal dan ekspirasi paksa.

b. Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio
ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi
peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c. Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan


sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan
mengganggu gerakan siliaris normal.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Peningkatan denyut nadi


Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan
mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada
pasien dengan immobilisasi.
b. Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
c. Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang
dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah,
volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik
tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya
klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan
pingsan.

5. Sistem Muskuloskeletal

a. Penurunan kekuatan otot


Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan
suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan
pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b. Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya
penurunan fungsi persarafan.Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis
otot.

c. Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak.
d. Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan
organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
6. Sistem Pencernaan

a. Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b. Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan
spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon,
menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.
7. Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi,
pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :
- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
- nya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat
menyebabkan ISK.

8. Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan
nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan
normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan
suplai darah.

Anda mungkin juga menyukai