Anda di halaman 1dari 5

Editorial

Mediasi: Alternatif Penyelesaian


Sengketa Medis

Dedi Afandi

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal


Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Pendahuluan berbagai bidang spesialistik dan dokter umum.


Beberapa tahun belakangan ini profesi dokter banyak Arti kata sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indo-
menghadapi tuntutan hukum. Tercatat 405 laporan masalah nesia adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan
medis dari berbagai belahan Indonesia yang diterima oleh pendapat, pertengkaran, perbantahan atau dapat juga
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kesehatan. Sebanyak 73 diartikan sebagai pertikaian atau perselisihan. Sengketa dalam
kasus di antaranya dilaporkan ke kepolisian. Dapat dikatakan pengertian luas adalah hal yang lumrah dalam kehidupan
Indonesia memasuki krisis kepercayaan sebagaimana yang bermasyarakat, yang dapat terjadi saat dua orang atau lebih
terjadi di Amerika pada tahun 1970-1980.1 berinteraksi pada peristiwa atau situasi dan mereka memiliki
Sementara itu di Jepang juga mengalami hal yang sama, persepsi, kepentingan, dan keinginan yang berbeda terhadap
terjadi peningkatan tuntutan hukum terhadap dokter dari 14- peristiwa atau situasi tersebut. 4 Jadi sengketa adalah
21 kasus per tahun sebelum 1998 menjadi 24-35 kasus per perbedaan pendapat yang telah mencapai eskalasi tertentu
tahun setelah 1999. Dalam 10 tahun terakhir tercatat 210 atau mengemuka.
kasus tuntutan hukum terhadap dokter.2 Selama tahun 1994- Pemicu terjadinya sengketa adalah kesalahpahaman,
2004, kasus sengketa medis yang diadukan ke Majelis perbedaan penafsiran, ketidak-jelasan pengaturan, ketidak-
Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indo- puasan, ketersinggungan, kecurigaan, tindakan yang tidak
nesia (IDI) Wilayah Jawa Tengah tercatat 68 kasus, dengan patut, curang atau tidak jujur, kesewenang-wenangan atau
kisaran 2-13 kasus per tahun, rata-rata 6 kasus per tahun dan ketidakadilan, dan terjadinya keadaan yang tidak terduga.
3 dokter diadukan per 1000 dokter yang ada di Jawa Tengah.
MKEK wilayah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta selama Sengketa Medis dalam Hukum
kurun waktu 2004-2006 telah menerima dan menangani 23 Sengketa medis dalam hukum dikenal juga dengan istilah
kasus aduan sengketa medis, dengan kisaran 6-9 kasus per malpraktik. Sebenarnya dari asal katanya malpraktik tidak
tahun, rata-rata 8 kasus per tahun, melibatkan 30 dokter dari hanya ditujukan pada profesi kesehatan saja tetapi juga

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 5, Mei 2009 189


Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Medis

profesi pada umumnya, namun setelah secara umum mulai melalui proses pengadilan terlebih dahulu. 6 Dapat
digunakan di luar negeri maka istilah itu sekarang disimpulkan bahwa untuk menentukan perbuatan merupakan
diasosiasikan atau ditujukan pada profesi kesehatan. malpraktik atau tidak, harus dilakukan dengan pendekatan
Pengertian malpraktik adalah any professional misconduct (yang bersifat khusus) kedokteran atau kesehatan dan ilmu
or unreasonable lack of skill or fidelity in professional or hukum secara proporsional.6 Dalam hal tersebut profesinya
fiduciary duties, evil practice or illegal or immoral con- menjadi terlalu sangat berhati-hati dan timbul yang dinamakan
duct.5 Pemahaman malpraktik sampai sekarang masih belum negative defensive professional practice, yang mengurangi
seragam. Dengan belum diaturnya malpraktik dalam peraturan kreatifitas dan dinamika profesional.
perundang-undangan yang ada sekarang ini (tidak
mempunyai kepastian hukum), penanganan dan penye- Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa
lesaian masalah malpraktik juga menjadi tidak pasti.
Dalam proses penyelesaian sengketa dapat digunakan
Masalah tersebut ditambah dengan belum adanya (dan
dua jalur yaitu litigasi (pengadilan) dan non litigasi/
hampir tidak mungkin dilakukan) standarisasi standar
konsensual/non-ajudikasi. Kita semua dapat memahami
pelayanan profesi kesehatan. Hal itu disebabkan masalah
bahwa proses beracara di pengadilan adalah proses yang
kesehatan amat kompleks, mulai dari dampak penerapan
membutuhkan biaya dan memakan waktu. Karena sistem
pelayanan kesehatan pada tiap manusia yang berbeda-beda
pengadilan konvensional secara alamiah berlawanan,
sampai dengan beragamnya teknologi di tiap sarana
seringkali menghasilkan satu pihak sebagai pemenang dan
pelayanan kesehatan dan kemampuan setiap komunitas
pihak lainnya sebagai pihak yang kalah. Sementara itu kritik
dokter atau tenaga kesehatan lainnya.6
tajam terhadap lembaga peradilan dalam menjalankan
Tidak adanya standar pelayanan profesi kesehatan yang
fungsinya yang dianggap terlampau padat, lamban dan
legal dan banyaknya rumah sakit yang menerbitkan standar
buang waktu, mahal dan kurang tanggap terhadap
yang berbeda dengan rumah sakit lainnya akan menyebabkan
kepentingan umum serta dianggap terlampau formalistik dan
kesulitan dalam membedakan malpraktik dengan kelalaian,
terlampau teknis. Itu sebabnya masalah peninjauan kembali
kecelakaan dan kegagalan di lapangan. Lebih lanjut hal
perbaikan sistem peradilan ke arah yang efektif dan efisien
tersebut juga menyebabkan pembuktian malpraktik akan
terjadi dimana-mana. Bahkan muncul kritik yang mengatakan
semakin sulit jika pasien berpindah-pindah rumah sakit.6
bahwa proses perdata dianggap tidak efisien dan tidak adil
Dengan demikian yang paling tepat dan berhak menentukan
(civil procedure was neither efficient no fair)7
pengingkaran atas standar pelayanan profesi kesehatan
Berdasarkan hal-hal di atas muncul ide untuk
adalah Komite Medik di rumah sakit yang bersangkutan.
menyelesaikan sengketa dugaan malpraktik tersebut secara
Komite Medik mengetahui secara rinci standar komunitas
win-win solution, salah satunya adalah dengan mediasi.6
dokter, tenaga kesehatan lainnya dan teknologi yang tersedia.
Proses mediasi merupakan salah satu bentuk dari alter-
Keadaan yang terjadi sekarang, sentimen korps
native dispute resolution (ADR) atau alternatif penyelesaian
kesehatan yang saling melindungi sesama profesional akan
masalah. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui
menyulitkan upaya pengusutan yang obyektif, sehingga
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para
kasus-kasus malpraktik tersebut hanya masuk “peti es” dan
pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediasi itu sendiri dapat
tidak ditangani lagi. Hal tersebut mengakibatkan pihak pasien
dilakukan melalui jalur pengadilan maupun di luar pengadilan
berpendapat bahwa tenaga kesehatan kebal hukum dan selalu
dengan menggunakan mediator yang telah mempunyai
berlindung di balik etika tenaga kesehatan agar terlepas dari
sertifikat mediator. Mediator adalah pihak netral yang
tanggung jawab yang seharusnya.6
membantu para pihak dalam proses perundingan guna
Sebaliknya, kalangan kesehatan berpendapat bahwa
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
pihak pasien sangat kuat kedudukannya sehingga dapat
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
dengan begitu saja menuntut atau menggugat tenaga
penyelesaian.8-11
kesehatan untuk suatu hasil pengobatan yang negatif atau
Dengan ditetapkannya Peraturan Mahkamah Agung
tidak memenuhi harapan pasien. Padahal dampak tuntutan
Republik Indonesia (Perma) Nomor 01 Tahun 2008 tentang
itu terkadang sudah merupakan pembunuhan karakter atau
prosedur mediasi di pengadilan, telah terjadi perubahan fun-
character assassination terhadap tenaga kesehatan yang
damental dalam praktik peradilan di Indonesia. Pengadilan
dituntut atau digugat. Pada kenyataannya tidak selalu hasil
tidak hanya bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili
negatif itu merupakan kesalahan atau kelalaian tenaga
dan menyelesaikan perkara yang diterimanya, tetapi juga
kesehatan yang merawat. Bahkan seringkali, pihak pasien
berkewajiban mengupayakan perdamaian antara pihak-pihak
(melalui pengacaranya) telah mempublikasikan kasus yang
yang berperkara. Pengadilan yang selama ini berkesan
digugatnya sebagai malpraktik, padahal hal itu dapat
sebagai lembaga penegakan hukum dan keadilan, sekarang
dikatakan sebagai pelanggaran atas asas praduga tak
menampakkan diri sebagai lembaga yang mencarikan solusi
bersalah, mengingat dalam beracara dipengadilan gugatan
damai antara pihak-pihak yang bertikai.11
malpraktik tersebut masih harus dibuktikan dan ditetapkan

190 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 5, Mei 2009


Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Medis

Konsideran yang mendasari sehingga ditetapkannya menempuh prosedur mediasi menurut Perma, hal itu
Perma Nomor 01 Tahun 2008 adalah: merupakan pelanggaran terhadap Pasal 130 HIR dan atau
1. Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demi
sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat hukum. Artinya, semua perkara yang masuk ke
memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak pengadilan tingkat pertama tidak mungkin melewatkan
menemukan penyelesaian yang memuaskan dan acara mediasi. Karena apabila hal itu terjadi risikonya
memenuhi rasa keadilan. akan fatal.
2. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di
pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif 3. Aspek Substansi
mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan Mediasi merupakan rangkaian proses yang harus dilalui
serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga untuk setiap perkara perdata yang masuk ke pengadilan.
pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping Substansi mediasi adalah proses yang harus dijalani
proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif) secara sunggguh-sungguh untuk mencapai perdamaian.
3. Hukum acara yang berlaku, baik Pasal 130 HIR maupun Karena itu diberikan waktu tersendiri untuk melaksanakan
Pasal 154 RBg, mendorong para pihak untuk menempuh mediasi sebelum perkaranya diperiksa. Mediasi bukan
proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara hanya sekadar untuk memenuhi syarat legalitas formal,
mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur tetapi merupakan upaya sungguh-sungguh yang harus
berperkara di pengadilan negeri dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mencapai
4. Sambil menunggu peraturan perundang-undangan dan perdamaian. Mediasi adalah merupakan upaya pihak-
memperhatikan wewenang mahkamah agung dalam pihak yang berperkara untuk berdamai demi kepentingan
mengatur acara peradilan yang belum cukup diatur oleh pihak-pihak itu sendiri, bukan kepentingan pengadilan
peraturan perundang-undangan, maka demi kepastian, atau hakim, juga bukan kepentingan mediator. Dengan
ketertiban, dan kelancaran dalam proses mendamaikan demikian segala biaya yang timbul karena proses mediasi
para pihak untuk menyelesaikan sengketa perdata, ini ditanggung oleh pihak-pihak yang berperkara.11
dipandang perlu menetapkan suatu Peraturan
Mahkamah Agung.8,11 Tahapan Proses Mediasi
Ada dua belas langkah agar proses mediasi berhasil
Untuk mengerti secara komprehensif mengenai mediasi, dengan baik yaitu:10
perlu dipahami tentang tiga aspek mediasi yaitu: 1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa
2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi
1. Aspek Urgensi/Motivasi 3. Mengumpulkan dan menganalisis informasi latar
Urgensi dan motivasi mediasi adalah agar pihak-pihak belakang sengketa
yang berperkara menjadi damai dan tidak melanjutkan 4. Menyusun rencana mediasi
perkaranya ke pengadilan. Apabila ada hal-hal yang 5. Membangun kepercayaan dan kerja sama di antara para
mengganjal yang selama ini menjadi masalah, maka harus pihak
diselesaikan secara kekeluargaan dengan musyawarah 6. Memulai sidang mediasi
mufakat. Tujuan utama mediasi adalah untuk mencapai 7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai. Pihak-pihak
8. Mengungkapkan kepentingan yang tersembunyi
yang bertikai atau berperkara biasanya sangat sulit untuk
9. Membangkitkan pilihan penyelesaian sengketa
mencapai kata sepakat apabila bertemu dengan
10. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa
sendirinya. Titik temu yang selama ini beku mengenai
11. Proses tawar menawar akhir
hal-hal yang dipertikaikan itu biasanya dapat menjadi
cair apabila ada yang mempertemukan. Maka mediasi 12. Mencapai kesepakatan formal
merupakan sarana untuk mempertemukan pihak-pihak
yang berperkara dengan difasilitasi oleh seorang atau Ada dua jenis perundingan dalam proses mediasi yaitu
lebih mediator untuk menyaring persoalan agar menjadi positional based bargaining dan interest best based bar-
jernih dan pihak-pihak yang bertikai mendapatkan gaining. Positional based bargaining selalu dimulai dengan
kesadaran akan pentingnya perdamaian antara mereka. solusi. Para pihak saling mengusulkan solusi dan saling tawar
menawar sampai mereka menemukan satu titik yang dapat
2. Aspek Prinsip diterima bagi keduanya. Sementara itu perundingan
Secara hukum mediasi tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) berdasarkan kepentingan dimulai dengan mengembangkan
Perma Nomor 01 Tahun 2008 yang mewajibkan setiap dan menjaga hubungan. Para pihak mendidik satu sama lain
hakim, mediator dan para pihak untuk mengikuti prosedur akan kebutuhan mereka dan bersama-sama menyelesaikan
penyelesaian perkara melalui mediasi. Apabila tidak persoalan berdasarkan kebutuhan/kepentingan. Pada strategi

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 5, Mei 2009 191


Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Medis

itu para perunding adalah pemecah masalah. Tujuannya Kiat strategi perundingan berdasarkan kepentingan
untuk mencapai kesepakatan yang mencerminkan kebutuhan/ adalah people, interest, options, criteria (PIOC). Pada
kepentingan para pihak, memisahkan antara orang dengan people/orang: pisahkan antara orang dan masalah, pusatkan
masalah, lunak terhadap orang dan keras kepada masalah, pikiran pada masalah bukan pada mitra tanding. Para
kepercayaan dibangun atas dasar situasi dan kondisi, fokus perunding melihat diri mereka sebagai mitra kerja yang harus
pada kepentingan dan bukan pada posisi, mencegah/ bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Interest/
menghindari dari bottom line, membuat pilihan semaksimal kepentingan: titik-beratkan pada kepentingan bukan
mungkin, mendiskusikan pilihan secara intensif, kesepakatan kebutuhan, bukan apa yang saya inginkan atau tidak inginkan
mengacu pada keinginan bersama, menggunakan dan bukan mengapa saya inginkan atau tidak inginkan. Op-
argumentasi dan alasan serta terbuka terhadap alasan tions/pilihan: tidak terpaku pada satu pemecahan masalah,
perunding lawan. perbanyak pilihan pemecahan masalah, hindari pemikiran
Para ahli mediasi menganjurkan untuk menggunakan bahwa pemecahan masalah hanya urusan mitra runding,
strategi perundingan berdasarkan kepentingan, karena hasil tentukan penyelesaian pada pemecahan yang memuaskan
akhir yang akan didapat oleh kedua belah pihak akan para pihak. Criteria/kriteria: buat berdasarkan ukuran objektif,
maksimal. Perbedaan hasil akhir dapat dilihat pada Gambar 1. nilai pasar, ukuran ilmiah, ukuran profesional dan hukum.9
Agar proses mediasi dapat berjalan efektif diperlukan
Tujuan saya Tujuan saya kemampuan untuk dapat “memetakan” serta menganalisis
bentuk konflik yang sedang dihadapi dan mencoba untuk
Menang/Kalah Menang-menang
merancang pendekatan terefektif untuk mengatasinya. Pada
KOMPROMI dasarnya konflik bersumber dari lima hal yaitu: masalah
Pemecahan masalah hubungan, masalah data, masalah kepentingan, masalah
bersama struktural dan perbedaan nilai. Moore9 menggambarkan siklus
Kalah/Menang
konflik tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.
Setelah dapat dipetakan konflik apa yang sebenarnya
Kalah/Kalah Tujuan Anda Tujuan anda terjadi diantara kedua belah pihak, maka dapat dilakukan
a b pendekatan sebagaimana yang tertulis pada bagian kiri
Gambar 1. Strategi Perundingan: a. berdasarkan posisi; Gambar 2, sehingga lebih mudah untuk melakukan mediasi.
b. berdasarkan kepentingan. 10

Gambar 2. Circle of Conflict9

192 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 5, Mei 2009


Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Medis

Mediasi dalam Sengketa Medis lesaian sengketa (perdamaian) yang dihasilkan. Proses dan
Profesi kedokteran merupakan profesi tertua di dunia. keputusan yang dihasilkan tidak dapat begitu saja
Profesi kedokteran juga merupakan profesi pertama yang dipaksakan. Kelemahan lain adalah dari Perma itu sendiri
bersumpah untuk mengabdikan dirinya bagi kemanusiaan. yaitu menurut tata urutan perundang-undangan Indonesia
Hubungan dokter pasien pada dasarnya dilandasi keper- Perma tidak bersifat wajib; mengikat, sehingga Perma hanya
cayaan.12 Walaupun masih memerlukan kajian yang lebih dapat dijadikan pedoman. Perlu dibentuk undang-undang
spesifik, ketidakpercayaan kepada dokter ditandai dengan yang mengatur mediasi untuk memberikan kepastian hukum.
mempertanyakan pengetahuan, kemampuan, perilaku dan
Kesimpulan
manajemen pasien dari si dokter.1 Sebuah studi di Amerika13
menunjukkan bahwa seringkali dokter dituntut pasien dengan Mediasi merupakan upaya utama dalam penyelesaian
hal-hal yang tidak berhubungan sama sekali dengan kualitas kasus sengketa medis. Dengan proses mediasi diharapkan
perawatan kesehatan yang diberikan dokter. hubungan dokter pasien tetap terjaga dan mencapai kese-
Perubahan terminologi dari pasien ke konsumen atau pakatan perdamaian yang bersifat win-win solution.
klien mentransformasi perubahan konsep hubungan dokter Daftar Pustaka
pasien ke konsep hubungan “jasa pelayanan.” Ironisnya
1. Wasisto B, Suganda S. Perilaku profesional sebagai kontinum etis,
seringkali hubungan itu tidak meletakkan kepentingan yang disiplin dan hukum dalam mencegah masyarakat gemar menggugat
terbaik untuk pasien sebagai kepentingan utama oleh karena (litigious society). Proceeding Pertemuan Nasional IV Jaringan
ketidakseimbangan kekuasaan dan pengetahuan antara Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI). Jakarta,
kedua belah pihak.14 Perkembangan ketersediaan informasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 30 November – 2
Desember 2004.
kesehatan melalui berbagai media turut mempengaruhi 2. Mayeda M, Takase K. Need for enforcement of ethicolegal
keputusan yang akan diambil oleh dokter.15,16 Selain itu juga education – an analysis of the survey of postgraduate clinical
harus dipahami bahwa ilmu kedokteran tidaklah menjanjikan tarinees. BMC Medical Ethics 2005;6:8.
hasil melainkan upaya maksimal yang dapat dilakukan 3. Hariadi R. Dasar-dasar etik etik kedokteran. Dalam: Darmadipura,
editor. Kajian bioetik. Surabaya: Airlangga University Press;
(inspanning verbintennis).12 Lebih jauh akibat pengaruh 2005.p.1-24.
intelektual dekonstruksionis yang akarnya terletak pada 4. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar
pengertian good dalam perspektif pasien mempengaruhi bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2005.
otonomi profesi. Dahulu good atau benefit merupakan do- 5. Black’s Law Dictionary, 7 ed. Minnesota: West Publishing Com-
pany; 1999.
main para ahli pengobatan (dokter) dalam situasi paternalistik. 6. Albert. Penerapan mediasi di pengadilan pada dugaan malpraktik.
Ternyata sejalan dengan perkembangan zaman pengertian [dikutip 16 Mei 2009]. Diunduh dari: http://albertdeprane.
good tetap dalam kerangka “berbuat baik” dalam konteks blogspot.com/2009/04/penerapan-mediasi-di-pengadilan-pada.
dokter berubah menjadi benefit pasien dengan memper- 7. Rahmad A. Peranan alternative dispute resolution dalam
penyelesaian perkara perdata. Padang Today (serial on the
timbangkan keputusan dan harapan pasien itu sendiri.17 internet). 2009 Januari [cited 2009 Mei 16]. Available from:
Berdasarkan uraian di atas sebenarnya proses mediasi http://padang-today.com/index.php?today=article&j=2&id=155.
merupakan upaya yang tepat dalam menyelesaikan sengketa 8. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
medis antara dokter dan pasien kecuali dalam proses pidana 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Mahkamah Agung
Republik Indonesia.
murni seperti pelecehan seksual, pengungkapan rahasia 9. Moore CW. The mediation process: practical strategies for re-
kedokteran, aborsi serta kelalaian berat, keterangan palsu, solving conflict 3rd ed. San Fransisco: A willey Imprint; 2003.
penipuan dan lain-lain. Penyelesaian melalui jalur litigasi 10. Boulle L. Mediation: principles process practice. Australia:
akan merugikan kedua belah pihak. Apalagi cukup sukar Butterworth; 1996.
11. Siddiki. Mediasi di pengadilan dan asas peradilan sederhana, cepat
untuk memenuhi empat kriteria malpraktik medis, yaitu: dan biaya ringan. [dikutip 16 Mei 2009]. Diunduh dari:
1. Adanya duty (kewajiban) yang harus dilaksanakan www.badilag.net.
2. Adanya dereliction/breach of that duty (penyimpangan 12. Sampurna B. Wewenang dan tanggung jawab dokter pada tindakan
bedah kulit kosmetik. Maj Kedokt Indon 2001;51(11):417-20.
kewajiban); 13. Fraser JJ. Technical report: alternative dispute resolution in medi-
3. Terjadinya damage cal malpractice. Paediatric 2001;107(3):602-7.
4. Terbuktinya direct causal relationship antara pelang- 14. Feldman DS, Novack DH, Gracely E. Effect of managed care on
garan kewajiban dengan kerugian. physician-patient relationships, quality of care, and ethical prac-
tice of medicine. Arch Intern Med 1998; 158:1626-32.
Efek positif lainnya dari proses mediasi adalah hu- 15. Friedenberg RM. Managed care and social justice. Radiology
bungan dokter pasien akan tetap senantiasa terjaga dengan 2000;217:11-3.
baik. Karena bagaimanapun kedua belah pihak memerlukan 16. Alexander GC, Werner RM, Fagerlin A, Ubel PA. Support for
kepentingan yang sama meskipun dalam konteks dan physician deception of insurance companies among a sample of
Philadelphia residents. Ann Intern Med 2003; 138:472-5.
tanggung jawabnya masing-masing. 17. Harvey JC. Clinical ethics: the art of medicine in military medi-
Meskipun demikian, mediasi memiliki kelemahan yaitu cal ethics volume 1, Lounsbury DE, ed. Washington: Walter Reed
keterbatasan dukungan yuridis terhadap proses dan Army Medical Center; 2003.
hasilnya, termasuk terhadap eksekusi perjanjian penye- SS

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 5, Mei 2009 193

Anda mungkin juga menyukai