Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY.Z DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ABORTUS INKOMPLIT

OLEH

DEAN YULIANTINA

M. NURHADI

RIJAL HAMBALI

PELATIHAN SCRUB NERS RUMAH SAKIT ISLAM CEMPAKA PUTIH


JAKARTATAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi


kesehatan, kesakitan dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu
dan berat badan janin ≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka
kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat
terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Sujiyatini, 2009).Abortus
dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus
yang dilakukan dengan sengaja disebut abortus provokatus dan abortus yang
terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut disebut habitualis
(Prawirohadjo, 2010).
Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir
dengan abortus (BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO
sebanyak 40-50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus per hari. Hasil
studi Abortion Incidence and Service Avaibility in United States pada tahun
2016 menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan sejak
tahun 1990 di negara maju tapi tidak di negara berkembang (Sedgh G et al,
2016).
Di Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 adalah sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut, kematian akibat abortus
tercatat mencapai 30 persen.Angka ini telah mengalami penurunan namun
belum mencapai target MDGs (MillenniumDevelopment Goals) sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2011). Angka ini meningkat
pada SDKI 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.Angka tersebut

2
masih belum sesuai dengan kesepakatan MDGs pada tahun 2015 yaitu 115
per 100.000 kelahiran hidup.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus perioperatif curettase atas indikasi abortus Di
Ruang operasi RSIJ Cempaka Putih.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi abortus
b. Menjelaskan pengertian abortus
c. Menjelaskan klasifikasi abortus
d. Menjelaskan etiologi abortus
e. Menjelaskan gejala klinis abortus
f. Menjelaskan drajat abortus
g. Menjelaskan patofisiologi abortus
h. Menjelaskan pemeriksaan penunjang abortus
i. Menjelaskan penatalaksanaan abortus
j. Menjelaskan pencegahan abortus
k. Melakukan asuhan keperawatan perioperatif abortus
C. Manfaat
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh selama masa mengikuti pelatihan Scrub Nurse dan sebagai
tambahan pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan tentang askep
perioperatif dengan operasi curettase

3
BAB II

A. Pengertian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli
sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram,
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban
karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan
untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)

Definisi abortus menurut WHO adalah penghentian kehamilan


sebelum janin berusia 20 minggu karena secara medis janin tidak bisa
bertahan di luar kandungan. Sebaliknya bila penghentian kehamilan
dilakukan saat janin sudah berusia berusia di atas 20 minggu maka hal
tersebut adalah infanticide atau pembunuhan janin.

B. Klasifikasi
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun
medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50%
kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah
berlangsung beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara
normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin
tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin
mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut:
upaya perawatn untuk meminta dokter membantu menenteramkan
kekhawatiran pasien merupakan tindakan yang bijaksana. Terapi

4
yang dianjurkan pada abortus iminens adalah tirah baring dan
penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jamdengan observasi
cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari
dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan.
Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada stadium ini
dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian. Pasangan
suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga
berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen
bagian bawah dan dilatasi serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus
dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum, alat kuret dan
kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk pemeriksaan
histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa
nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus
mengalami involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm.
Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang sementara
serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini
dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian,
evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan
untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan
pada higiene vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin

5
diperlukan. Preparat gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita
dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens,
perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan
berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak,
pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’
hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat
keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan
menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari
perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk
membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada
sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian dokter beranggapan
bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakuasi
spontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk
mengeluarkannya secepat mungkin setelah menyadari bahwa
bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang
sangat sulit.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu. Serviks
berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada
kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan membuat
jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture) yang
dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu
antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar).
Jahitan tersebut dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan
pada saat ini, jahitan dipotong sehingga persalinan spontan
diharapkan akan mulai terjadi. Angka keberhasilan jahitan
Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi serviks
murni.
g. Abortus habitualis

6
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali
atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab
abortus habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat
lebih dari satu faktor yang terlibat.
h. Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi
normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini.
Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap)
masih menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak
dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati di
dalam rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan menyebar
ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung untuk
menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan septikemia.

2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukam


dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan
terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu)
maupun alasan lain.
b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

C. Etiologi (Mitayani, 2013)


1. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat
kromosom.

7
2. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
3. Kerusakan pada serviks skibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akobat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi)
4. Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit mencakup
infeksi virus akut, panas tinggi, dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar. Nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat
yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan
kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik, akan
mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin
akan menyebabkan aortus dengan merangsang kontraksi uterus.
5. Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.
Hubungan seksual, khususnya kalau terjadi orgasme, dapat
menyebabkan abortus pada wanita dengan menyebabkan abortus pada
wanita dengan riwayat keguguran berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progedteron
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan
10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus
luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikomatik: stres dan emosi yang kuat diketahhui dapat
mempengaruhi fungsii uterus lewat sistem hipotalamus-hipofise.
Banyak dokter obstetri yang melaporkan kasus-kasus abortus spontan
dengan riwayat stres, dan biasanya mereka juga menyebutkan
kehamilan yang berhasil baik (pada wanita dengan riwayat stres berat)
setelah kecemasan dihilangkan.

D. Manifestasi klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa
reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami

8
haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri
pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda
sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak
jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak
jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada
perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila
kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu
dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak

9
banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah
yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan
ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan.

10
G. Pathway

Fisiologi organ Abortus (mati janin <


terganggu. Penyakit 16-28 minggu/BB <
Ibu/Bapak. 400-1000 gram)

Abortus spontan Abortus provokatus

Intoleransi aktivitas
 Ab. Imminens  Ab. Medisnalis
 Ab. Insipiens  Ab. Kriminalis
 Ab. Inkompletus Gangguan rasa
 Ab. Kompletus nyaman
 Missed Abortion
Nyeri abdomen

Curetase(ab.inkompletus) Kurang pengetahuan Ansietas

Post anastesi Jaringan Resiko infeksi


terputus/terbuka

Penurunan syaraf
oblongata Nyeri Invasi bakteri
Gangguan pemenuhan ADL

Penurunan syaraf Perdarahan


vegetatif

Peristaltik Penyerapan cairan di kolon Kekurangan volume


cairan
Resiko infeksi
Gangguan eliminasi Resiko syok
(konstipasi) (hipovolemik)
11

Sumber : Nurarif Amin Huda. Kusuma Hardhi, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
H. Komplikasi Abortus (Farrer, Hellen, 2009)
1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)

I. Kuretase

1) Pengertian
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat
kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya untuk mencegah
terjadinya bahaya kecelakaan misanya perforasi (Sofian, 2011).
Pendekatan transerviks pada abortus bedah mensyaratkan bahwa
serviks mula mula harus dibuka (dilatasi) dan kemudian kehamilan di
evakuasi dengan mengerok keluar secara mekanis isi (kuretase tajam),
dengan mengisap keluar isi (kuretase hisap), atau keduanya. Namun
paling sering digunakan adalah kuret hisap tapi memerlukan kanula
kaku yang dihubungkan ke sumber vakum bertenaga listrik
(Cunningham, et al, 2014).
2) Tujuan Kuretase
Menurut Damayanti (2014) bahwa tujuan kuretase dibagi menjadi
dua, yaitu:
a) Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim
Yaitu mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim, sehingga
dapat diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang terjadi
misalnya perdarahan pervaginam yang tidak teratur, perdarahan
hebat, kecurigaan akan kanker endometriosis atau kanker rahim,
pemeriksaan kesuburan/fertilitas.

12
b) Kuret sebagai terapi
Bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran
kehamilan dengan cara mengeluarkan hail kehamilan yang telah
gagal berkembang, menghentikanperdarahan akibat mioma dan
polip dari dalam rongga rahim, menghentikan perdarahan akibat
gangguan hormone dengan cara mengeluarkan lapisan dalam
mengeluarkan lapisan dalam rahim misalnya kasus keguguran,
tertinggalnya sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proes
persalinan, hamil anggur, menghilangkan polip rahim.

3) Manfaat Kuretase
Kuretase ini memiliki beberapa manfaat tidak hanya untuk calon ibu
atau wanita yang mengalami keguguran, namun juga beberapa hal
lainnya untuk memeriksa masalah atau kesehatan pada rahim,
diantaranya adalah:
a) Membersihkan rahim sesudah keguguran.
b) Mendiagnosa keadaan tertentu yang ada pada rahim.
c) Pendarahan pervagina yang tidak teratur.
d) Membersihkan jaringan plasenta yang tersisa sesudah proses
persalinan di kemudian hari.
e) Menghilangkan blighted ovum atau tidak ada janin dalam
kandung telur.
f) Hamil anggur
g) Menghindari rahim tidak bisa kontraksi karena pembuluh darah
pada rahim tidak menutup sehingga terjadi pendarahan.
h) Membersihkan sisa jaringan pada dinding rahim yang bisa
menjadi tempat kuman berkembang biak dan timbul infeksi.

4) Indikasi Kuretase
Menurut Supriyadi (1994), indikasi kuretase dibagi menjadi
dua yaitu :
a) Diagnostik : Jaringan endometrium untuk diagnosis histologi

13
b) Terapeutik : Pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau
melahirkan, mengangkat polip atau endometrium hiperplastik.

5) Prosedur Kuretase
Persiapan pasien sebelum kuretase adalah:
a) Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus
mempersiapkan dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya.
Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa
dilakukan dengan maksimal.
b) Persiapan psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani
kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia
kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang merasakan
biasa saja, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret
sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam
menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih
dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin
terjadi karena rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila
ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa
tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya udah bekerja lebih
dahulu.
c) Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan
kepada dokter secara lengkap, mulai dari pengertian kuret, alasan
kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga
masalah atau resiko yang mungkin timbul. Jangan takut
memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu
tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat
membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam
pelaksanaan kuret.
6) Teknik Kuretase

14
a) Menentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam dengan
menggunakan alat-alat yang ummnya terbuat dari metal dan
biasanya melengkung. Karena itu alat-alat tersebut harus
dimasukkan sesuai dengan letak rahim. Tujuannya supaya tidak
terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
b) Penduga rahim (sondage)
Yaitu dengan memasukkan penduga rahim sesuai dengan letak
rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim.
Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur fundus
uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada
portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya
rahim.
c) Kuretase
Pada teknik ini harus memakai sendok kuret yang cukup besar.
Jangan memasukkan sendok kuret dengan kekuatan, dan
pengerokan biasanya dimulai di bagian tengah. Memakai sendok
kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) lebih efektif dan lebih terasa
sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti
bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian, kita tahu bersih atau
tidaknya hasil kerokan (Sofian, 2011).
d) Kuretase dengan cara penyedotan (suction curretage)
Dalam tahun-tahun terakhir ini lebih banyak digunakan oleh
karena perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi
lebih kecil. Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta
besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir
depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus
dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalanya kavum uteri.
Anastesi umum dengan penthoal sodium, atau anastesia percervikal
block dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus
uteri dibawah kandung kencing dekat pada perbatasanya pada
serviks.

15
7) Komplikasi Kuretase
a) Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu
ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat
menjurus ke rongga peritoneum, ke rongga peritoneum, ke ligatum
latum, atau ke kandung kencing. Bahaya perforasi adalah
perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga
terjadi peristiwa itu, maka penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum nadi, tekanan darah, kenaikan
suhu, turunya hemoglobin dan keadaan perut bawah. Jika keadaan
meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan
laparotomi percobaan dengan segera.
b) Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksaan maka dapat
timbul robekan pada serviks dan perlu dijahit. Apabila terjadi luka
pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul adalah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks
dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timnulnya
incompetent cervik.
c) Perlekatan dalam kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman.
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan sampai
terkerok, karena hal itu dapat menyebabkan terjadinya perlekatan
dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila tempat tersebut dirasakan
bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
d) Perdarahan
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada molahidatidosa ada
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai
dimasukkan tampon kassa kedalam uterus dan vagina

16
(Prawirohardjo, 2007).

J. Model Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa
medis, jenis kelamin.
2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien,
jenis kelamin.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan
kodisi kesehatan saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada
atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes
melitus.
c. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan
sesudah sakit
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat dan tidur
5) Pola personal hygiene
6) Pola aktivitas

17
7) Pola kognitif dan persepsi
8) Pola konsep diri
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola penanganan masalah stress
12) Pola keyakinan dan nilai-nilai
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan head to toe
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2. Diagnosa keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder

18
3. Intervensi

No. Tujuan dan kriteria Diagnosa Intervensi


hasil
1. Tujuan Nyeri b/d kontraksi a. Monitor KU dan TTV
Tidak ada tanda-tanda pengeluaran hasil pasien
nyeri pada pasien konsepsi b. Kaji nyeri (PQRST)
Kriteria Hasil c. Kolaborasi pemberian
a. Skala nyeri 1-2 obat anti nyeri
b. Tidak ada nyeri tekan
2. Tujuan Intoleransi aktivitas a. Monitor TTV
Dapat mempertahankan berhubungan dengan b. Batasi aktivitas klien
atau meningkatkan kelemahan fisik c. Observasi penyebab
aktivitas. kelemahan diri pasien
Kriteria Hasil
a. Melaporkan
peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk
aktivitas sehari-hari).
b. menunjukkan
penurunan tanda
intolerasi fisiologis,
misalnya nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah masih
dalam rentang normal.
3. Tujuan Gangguan integritas a. Observasi KU dan TTV
Meminimalisir gangguan kulit berhubungan dengan b. Anjurkan pasien
integritas kulit infeksi virus Varicella menggunakan pakaian
Kriteria Hasil : Zoster yang longgar
1. Integritas kulit c. Jaga kebersihan kulit
yang baik bisa d. Hindari kerutan pada
dipertahankan tempat tidur
2. Mampu
melindungi dan
menjaga
kelembaban kulit

Tujuan
Menghilangkan rasa a. Anjurkan keluarga

19
No. Tujuan dan kriteria Diagnosa Intervensi
hasil
4. khawatir dan kecewa Ansietas berhubungan untuk menemani
Kriteria hasil: dengan stress; kondisi diri pasien
1. Postur tubuh , ekspresi dan janin. b. Lakukan back/neck
wajah, bahasa tubuh rub
dan tingkat aktivitas c. Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan pasien
berkurangnya
kecemasan
2. Klien mampu
mengidentifikasi dan
menunjukkan teknik
mengontrol cemas
K
K

4. Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluai terhadap masalah nyeri dan gangguan pola tidur dengan
menilai hilangnya nyeri dan pola tidur.

BAB III

20
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari / tanggal : Selasa /03 Maret 2020
Tempat : Ruang pre- operatif
Jam : 12.55
Metode : Observasi dan wawancara
Sumber : Klien dan rekam medis

1. Identitas klien
a. Nama : Ny. E
b. Tanggal lahir :22 -06- 1982
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu rumh tangga
e. Status : Menikah
f. No. RM : 01037819
g. Tgl masuk : 03 Maret 2020
2. Penangung jawab
a. Nama : Tn. Harianto
b. Umur : 45
c. Hubungan dg klien : Suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Klien mengatakan mengalami pendarahan sudah dua hari
b. Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sedih karena harus
kehilangan janin yang dikandungnya, klien juga mengatakan
cemas karena proses operasi kuret yang akan dilakukan.
c. Riwayat penyakit terdahulu
ps mengatakan dirinya tidak mempunyai riwayat penyakit apapun.
d. Riwayat penyakit keluarga

21
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit yang dialami
keluarganya
4. Pengkajian pre operasi
a. TTV :
Td :117/80 Mmhg
Nadi : 80 x/t
Rr :22 x/t
Suhu : 36,7 x/t
Puasa : 05.00 x/t
5. Pengkajian Primer
a. Airway (Paten/ Tidak Paten/ Gurgling/ Stridor/ Snoring).
- Jalan nafas paten
b. Breathing (Spontan/ dengan bantua alat/ polanafas/
frekuensinafas/ bunyi nafas/ bunyinafas/ irama nafas/
tanda distress pernafasan/ pengembangan dada).
- Bernafas spontan, RR : 22 x/m, pola nafas normal,
pengembangan dada simetris, tidak menggunakan alat bantu
pernapasan, bunyi nafas vesikuler, irama nafas teratur
c. Circulation (akral/ pucat/ sianosis/ pengisiankapiler/ nadi/
TD/ kelembaban kulit/ CRT/ turgor/ perdarahan
eksternal).
Akral hangat, tidak pucat, pengisian kapiler <3 detik, nadi :
80x/ menit, TD : 117/80 mmhg, kulit lembab, CRT 3 detik,
turgor kulit elastis, tidak ada perdarahan eksternal.
d. Disability (Tingkat
kesadaran/GCS/pupil/ekstremitas/kekuatan otot)
Kesadaran compos mentis, GCS: 15, E4M6V5, pupil isokor 2/2,
+/+, ekstremitas kiri , kekuatan otot 4 = mampu menggerakan
persendian dengan gaya gravitasi, mampu melawan dengan
tahanan sedang.
Ekstremitas kanan(frakture) tidak bisa bergerak bebas
terpasang spalak.

22
e. Exposure (Lokasi trauma/ jejas/ ukuran luka)
Terpasang infuse ditangan kiri, tidak ada lokasi trauma fraktur
tertutup, tidak ada jejas, tidak ada luka dari luar.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut
Rambut panjang, ikal , distribusi merata , warna sudah beruban
2) Mata
Tidak anemis, tidak ikterik, tidak midriasis, tidak memakai kaca
mata, tidak memakai contact lens, tidak ada gangguan penglihatan,
simetris.
3) Hidung
Simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada gangguan penciuman
4) Bibir
Bibir lembab, tidak ada sianosis, simetris
5) Gigi
Gigi lengkap, tidak ada lesi, tidak menggunakan gigi palsu
6) Telinga
Tidak ada perdarahan, tidak ada gangguan pendengaran
7) Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada kaku kuduk
8) Tangan
Tidak ada kelainan anatomis pada daerah tangan
b. Thoraks
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada penggunaan otot
bantu pernafasan
2) Palpasi
Hangat, tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi

23
Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi
Suara nafas : vesikuler
Bunyi jantung : S1 S2
Irama jantung : Reguler
5) Abdomen
6) Inspeksi
7) Simetris, letak umbilicus normal, tidak ada asites
8) Palpasi
9) Hangat, tidak ada nyeri tekan di perut
Auskultasi
Bising usus 12x/m (N : 5 – 35 / menit)
Perkusi
Timpani
c. Genitalia
Tidak ada perdarahan, tidak terpasang kateter
d. Kaki
Tidak ada fraktur, tidak ada luka, tidak ada kelainan
e. Punggung
Tidak ada infeksi, tidak ada nyeri, tidak ada dekubitus tidak ada
kiposis, skledosis
f. Ginjal
Timpani , tidak ada nyeri pungung saat di perkusi
g. Neurosensori
Tingkat Kesadaran : Compos menntis
GCS : 15 E4M6V5
Kekuatan otot : 4444 4444
4444 4444
Tonus otot : ±2 normal

7. HASIL PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK

24
- FOTO USG

8. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI

Hb 13,7 g/ g/dL 13.2 - 17.3

Leukosit 8.99 103µL 3.80 - 1060

Hematokrit 40 % 40 - 52

Trombosit 330 103µL 150 - 440

Eritorsit 4.77 106µL 4.40 – 5.90

9. OBAT-OBATAN
-
10. Sig in

25
a. Menerima klien
1) menggantikan baju
2) Membaringkan klien di tempat tidur dan memasang
penutupkepala
3) Hari/tgl/bulan/tahun
4) Pukul

b. Konfirmasi /verivikasi
1) Nama : Ny.E
2) Tanggal lahir : 22/06/1982
3) Nomor rm : 01037819
4) Nama operasi : Curate
5) Lokasi operasi : Vagina
6) Informed consent : Ada
7) Nama operator : dr.Aranda
8) Asisten operator : Dean
9) Riwayat alergi : Tidak ada
10) Riwat asama : Tidak ada
11) Rencana pemasangan implan : Tidak ada
12) Tingkat kesadaran : Composmetis
13) Status spikososial : Ekspere wajah cemas dan
sesekali berdoa
14) Tanda tanda vital :
- Td :117/80 mmhg
- Nadi : 80 x/t
- Rr :22x/t
- Suhu : 36,7 C

c. Menyiapkan catatan permintaan obat dan alkes


1) Tanggal : 03 Maret 2020

26
2) Nama : Ny. E
3) No registasi/rm : 1037819
4) Ruang/kelas : arafah atas
5) Dr,bedah ; dr Aranda
6) Jaminan : BPJS
7) Diagnosis/tindakan : Abortus inkomplite
8) Alkes
a. Hand gloved : 6 ½ ( 1 buah)
b. Hand gloved : 7 (2 buah)
c. Kasa biasa : 10
d. Iodine 75ml : 1 botol
e. Aqua 1L : 1 botol
f. T-Schrub : 3 buah
g. Wrapping paper : 1 buah
h. Female kateter : 1 buah
d. Menyiapkan ruang operasi dan instrument
1) Laken curate
2) Set curate

Setelah pasien dipindahkan ke meja operasi perawat


instrument mencuci tangan bedah :

Mencuci Tangan Steril :

a) Buka sikat, spon, dan pembersih kuku dari tempatnya


b) Buka kran air dengan tangan / siku menggunakan lutut / Kaki,
gulung lengan baju 10 cm di atas siku
c) Basahi tangan dan lengan sampai dengan 5 cm di atas siku di
bawah air mengalir ambi pembersih kuku dan bersihkan kuku
di awah air mengalir.
d) Ambil sikat, spon dan berikan cairan Clohexidin Gluconat 4%
e) Peras spon dan sikat sampai keluar busa
f) Lumuri dan meggosok seluruh permukaan tangan dan lengan
kanan dari ujung jari sampai 5cm di atas siku dengan

27
Clohexidin Gluconat 4% menggunakan telapak tangan kiri
secara memutar
g) Lumuri dan meggosok seluruh permukaan tangan dan lengan
kanan dari ujung jari sampai 5cm di atas siku dengan
Clohexidin Gluconat 4% menggunakan telapak tangan kanan
secara memutar
h) Menyikat ujung jari pada masing – masing tangan selama 60
detik kearah keluar
i) Lalu pisahkan sikat dari spon, lalu buang sikatnya dan
membilas dengan air mengalir sampai bersih
j) Lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan dengan menggunakan
Clohexidin Gluconat 4%
k) Gunakan spon untuk membersihkan tangan kanan dan kiri di
mulai dari menggosok telapak tangan 15 detik, punggung
tangan 15 detik. Setiap jari di gosok seolah mempunyai 4 sisi,
masing – masing tangan 1 menit
l) Lalu buang spon kemudian dibilas dibawah air mengalir
sampai bersih.
m) Ambil lagi cairan Clohexidin Gluconat 4% dengan siku lalu
lumuri tangan sampai pergelanga tangan
n) Selanjtnya Cuci Tangan Proedural
1. Gosok telapak tangan kana dan kiri dan sebaliknya
2. Gosok telapak tangan kanan diatas pungung tangan kiri
dan sebaliknya
3. Gosok telapak tangan kanan dengan tangan kiri dengan
jari – jari disilang
4. Pungung jari jari tangan berhadapan dengan telapak
tangan jari jari saling mengunci
5. Putar dan gosok ibu jari dengan tangan kiri dan
sebaliknya

28
6. Putar dan gosok ujung jari dan ibu jari tangan ke depan
dan belakang pada permukaan telapak tangan kiri dan
sebaliknya
7. Bilas dengan air mengalir sampai bersih
Memakai Sarung Tangan Steril :
- Membuka bungkus sarung tangan yang akan digunakan
sesuai ukuran
- Meletakan sarung tangan steril di meja besar setinggi
atau di atas pinggang
- Untuk sarung tangan yang masih terbungkus, membuka
pembungkus bagian dalam dengan hati hati
- Dengan menggunakan tangan yang tidak dominan, ambil
ujung sarung tangan yang terlipat ( untuk sarung tangan
re-us pegang dari dalam sarung tagan) dan angkat
dengan hati hati dengan ujun jari sarung tangan
mengarah kebawah
- Jaga keseterilan sarung tangan dengan menghindarkan
sarung tanagn bersentuhan dengan benda benda yang
tidak steril
- Meletakan jari jari kedalam sarung tangan sesui
tempatnya, mengatur dan merapikan sarung tangan yang
terpasang dengan hanya menyentuh daerah yang steril
saja.
- Dengan tangan dominan yang sudah bersarung tangan
masukan jari jari tangan kecuali ibu jari kedalam lipatan
sarung tangan yang belum terpasang secara hati hatidan
ambil sarung tangan tersebut dengan cara mengangkat ke
atas, lakukan prosedur pemasangan sama dengan no 5
Kemudian perawat mulai menyiapkan instrument diantaranya :
1) Meja mayo

29
a) Curate tajam :1
b) Curate tumpul : 1
c) Sonde uteru : 1
d) Tampon tang : 1
e) Towel forcep : 6
f) Spekulum sim : 1 seat
g) Nirbeken : 1
h) Kom iodine povidone : 1
2) Meja besar
a) Kasa biasa : 10
b) Yankeur suction : 1
c) Yodium tang : 1
d) Tissue forcep : 1
e) Dressing forcep : 1
f) Seat curate sisa : 1
e. Persiapan psien dimeja operasi
1. Aseptik dan antiseptik daerah
operasi dengan iodine povidone
dengan yoderm dan kassa dengan
cara dari tengah ke arah luar
2. Drapping pemberian batas tegas
pada daerah yang akan di curate

11. Time Out


a. Konfirmasi anggota tim operasi

30
1. Assalamu’alaikum wr. Wb
2. Time out ya dok
3. Hari/bulan/tahun : 03 Maret 2020
4. Nama klien : Ny. E
5. Tanggal lahir : 22 -06- 1982
6. Diagnosa : Abortus Inkomlite
7. Rencana tindakan : Curate
8. Dr. Operator : Dr Aranda
9. Asisten Operator : Dean
10.Dr. Anestesi : Dr. Agus
11.Perawat Anestesi : Masnunah
12.Perawat Sirkuler : Neni
13.Antibiotik sudah diberikan atau belum
14.Ada persiapan darah atau tidak
15.Operasi dimulai pukul 10.45 WIB
16. Tanda-tanda vital :
a. Td :110/68 mmhg
b. Nadi : 80 x/t
c. Rr :22 x/t
d. Suhu : 36,7 C
e. SPO2 : 100 %
b. Proses Operasi
1. Atur posisi pasien litotomi
2. Operator melakukan aseptik dan antiseptik daerah operasi
3. Memasang binslop pada kedua kaki
4. Pasang laken atas dan bawah perut
5. Berikan spekulum sim pada operator dan asisten untum
emmbuka pintu rahim
6. Berikan sonde untuk mengukur kedalaman uterus
7. Berikan delator tang atau towl tang untuk menarik pintu rahim
8. Ambil tampon/ tang delasi untuk mendekatkan uterus
9. Berikan curate tajam, keluarkan sisa sisa jaringan

31
10. Operator curate dengan bersih dengan teknik mengikuti arah
jarum jam
11. Setelah bersih beri tampon tang dengan kassa untuk
membershkan rahim
12. Setelah itu cabut delator tang
13. Lepas spekulum dan kumpulkan jaringan
14. Lakukan pembersihan atau perienal hygyne
15. Asisten membersihkan area vagina
16. Rapikan drapping pasien
17. Cek alat serta siapkan pot PA uterus
18. Rapikan instrumen
19. Cek kasa dan lain lain
12. Sign Out
c. Konvirmasi secara verbal
1) Selesai pukul :13.25
2) Nama tindakan yang dilakukan : Curate
3) Kelengkapan instrumen : lengkap
4) Kasa : lengkap 30
5) Jaringan PA : Jaringan Sisa Abortus
6) Tanda-tanda vital
a. Td : 110/ 98 mmhg
b. Nadi : 80x/t
c. Rr : 18x/t
d. Suhu : 36,7
e. Spo : 100 %
7) Turgor : Elastis
8) Inteke – ouput :
a. Cairan infus : 500 ml
b. Perdarahan : 20ml

32
B. ANALISA DATA
1. ANALISA DATA DAN DIGNOSA PRE OPERASI

Data Masalah Keperawatan

Pre op Ansietas b/d prosedur


DS : Pembbedahan
1. Pasien mengatakan takut akan di
operasi
DO:
1. Pasien tampak cemas
2. Pasien tampak sesekali membaca doa
3. Pasien tampak tegang
4. TTV
TD : 117/ 80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,7 c

1. INTERVENSI KEPERAWATAN PRE OPERATSI

33
34
Diagnosa Keperawatan :
Ansietas b.d ancaman kematian : prosedur pembedahan
Batasan Karakteristik : mengungkapkan ketakutan secara verbal
DO :
- Pasien tampak cemas, pasien tampak gugup, pasien tampak tegang

Noc : Tingkat Kecemasan Nic : Pengurangan Kecemasan, pengajaran :


perioperative
Tujuan : Aktivitas :
setelah dilakukan tindakan a. Observasi
keperawatn diharapkan ketidak 1. Monitor tanda-tanda kecemasan baik
ansietas pasien teratasi verbal dan nonverbal
kreteria hasil : 2. Monitor pemicu ketakutan
1. Mengungkapkan respon b. Mandiri
verbal cemas berkurang 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
2. Wajah tenang meyakinkan
3. Pasien rileks 2. Berada di sisi klien untuk meningkatkan
rasa aman dan mengurangi ketakutan
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
4. Lakukan usapan pada punggung / leher
dengan cara yang tepat
5. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan
untuk mengurangi tekanan
6. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
7. Kaji harapan pasien terkait
pembedahannya

c. Edukasi
1. Instruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi (nafas dalam)
2. Edukassi keluarga agar mendorong dan
memberi support pada klien
35
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat sesuai dengan instruksi
36
2. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PRE OPERASI
Hari/tgl/j Diagnosa Impelemntasi Evaluasi
am
03 Maret Ansietas b.d S:
2020 ancaman 1. Monitor tanda-tanda Pasien mengatakan rasa
10.45 kematian : kecemasan baik verbal dan takut nya berkurang
prosedur nonverbal
pembedahan O:
2. Monitor pemicu ketakutan
1. Pasien
3. Gunakan pendekatan yang
tampak nyaman dan
tenang dan meyakinkan
tenang
4. Dorong keluarga untuk
2. Wajah
mendampingi klien dengan
tenang
cara yang tepat
3. TTV :
5. Lakukan usapan pada
a. TD : 117/80
punggung / leher dengan
b. Nadi : 80 x/m
cara yang tepat
c. RR : 22 xt
6. Berikan aktivitas pengganti
d. Suhu : 36,8oC
yang bertujuan untuk
e. SPO : 100&
mengurangi tekanan
7. Berikan kesempatan pasien
A:
untuk bertanya
Ansietas b.d ancaman
8. Kaji harapan pasien terkait
kematian : prosedur
pembedahannya
pembedahan sudah
9. Instruksikan klien untuk
teratasi
menggunakan teknik
relaksasi (nafas dalam)
P:
10.Edukasi keluarga agar
Tindakan intervensi
mendorong dan memberi
dihentikan
support pada klien
11.Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
sesuai dengan instruksi

37
1. ANALISA DATA DAN DIGNOSA INTRA OPERATIF
A. Pengkajiaan intera operatif
1) Nama : Ny.E
2) Tanggal lahir : 22 06 1982
3) Nomor rm : 00523473
4) Nama operasi : Curate
5) Lokasi operasi : Vagina
6) Informed consent : Ada
7) Nama operator : dr. Aranda
8) Asisten operator : Dean
9) Riwayat alergi : Tidak ada
10) Riwat asama : Tidak ada
11) Rencana pemasangan implan : Tidak ada
12) Tingkat kesadaran : Sedasi/ terbius
13) Status spikososial : Tidak terkaji
14) Posisi : Litotomi
15) Perdarahan : 20 ml
16) Cairan parentral : 300 ml
17) Tanda tanda vital :
a. Td :110/68 mmhg
b. Nadi : 78 x/t
c. Rr :20x/t
d. Suhu : 36,6x/t
e. Spo :100

38
B. ANALISA DATA INTRA OPERAIF

Data Diagnosa
Ds: - Resiko insfeksi b.d

Do: Ttv prosedur infasif

- Td :110/68 mmhg

- Nadi : 78 x/t

- Rr :20 x/t

- Suhu : 36,6x/t

- Spo2 : 100%

- Pasien dilakukan Teknik aseptic dan antis eptik

sebelum pembedahan menggunakan iodine

povidone

- Pasien di drapping (pemberian batas tegas)

- Petugas mempertahankan Teknik aseptic dan

antiseptic

- Tampak kriteria internal dan eksternal pada alat.

- Nilai laboratorium HB: 307 gr/dl

- Leukosit : 4,81 / ul

39
C. Intervensi intra operatif

No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi keperawatan

hasil
1

Resiko Infeksi Tujuan : 1. Pertahankan teknik antiseptik dan aseptik

b.d prosedur Setelah dilakukan 2. Pastikan kadaluarsa alat dan bahan

infasif tindakan keperawatan sebelum digunakan

diharapkan pasien 3. Pasistikan operator asisten dan perawat

terhindar dari resiko instrumen melakukan scrubing growning

infeksi gloving sesuai prosedur

Kriteria hasil : 4. Pastikan pemberian antbiotik profilaksis

a. Tidak terjadi infeksi maksimal 30-60 selum operasi

5. Siapkan lokasi menurut prosdur khusus

6. Tutup luka operasi dengan pembalut yang

steril lainnya sesuai indikasi

40
D. Implementasi dan evaluasi intra operasi.

Hari /tgl Diagnosa Implemantasi Evaluasi

3 Resiko 1. Mempertahankan teknik S :


Maret Infeksi b.d antiseptik dan aseptik O:
2020 prosedur 2. Memastikan kadaluarsa alat Luka tampak bersih dan
infasif dan bahan sebelum digunakan tindakan operasi sesuai
3. Memastikan operator asisten dengan prosedur.
dan perawat instrumen TTV :
melakukan scrubing dan - Td :110/68
gloving sesuai prosedur mmhg
4. Memastikan pemberian - Nadi : 78 x/t
antbiotik profilaksis - Rr :20 x/t
maksimal 30-60 selum - Suhu : 36,6x/t
operasi - Spo2 : 100%
5. Menyiapkan lokasi menurut
prosdur khusus A:
6. Melakukan drapping Resiko Infeksi b.d
(memberi batas tegas pada prosedur infasif tidak
daerah yang akan di operasi) terjadi
P:
Tindakan intervensi
dipertahankan

1. Pengkajian post operasi


Hari/ Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2020
Pukul Pengkajian : 13.40 WIB
Ruangan : OK 5
A. Identitas
1. Nama : Ny.E
2. Tanggal lahir : 22-06-1982
3. Nomor rm : 01037819

41
4. Nama operasi : Curate
5. Lokasi operasi : Vagina
B. Riwayat Kesehatan
a. Alasan Masuk
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengalami perdarahan
pervagina akibat gagal janin pasien juga mengatakan bahwa ini merupakan
kehamilan ke tiga nya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien post curate , pasien blm sadarkan diri , saat ini pasien tampak lemah ,
setelah kurang lebih 30 menit pasien masih dibawah pengaruh sedasi , saat
setelah pasein sedikit sadar pasein mengeluh nyeri pada bagian pervagina
karena telah dilakukan tindakan curate.
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
C. Pengkajian Primer
a. Airway (Paten/ Tidak Paten/ Gurgling/ Stridor/ Snoring) Jalan nafas paten
Breathing (Spontan/dengan bantua nalat/ polanafas/ frekuensinafas/ bunyi
nafas/ bunyinafas/ irama nafas/ tanda distress pernafasan/ pengembangan
dada), Pasien bernafas spontan Pasien tampak sesak, Pola napas abnormal,
Irama nafas tidak teratur Frekuensi napas 22x/ menit penggunaan otot bantu
nafas, cuping hidung
b. Circulation (akral/pucat/sianosis/pengisiankapiler/nadi/ TD/ kelembaban kulit/
CRT/ turgor/ perdarahan eksternal) Akral hangat, tidak pucat, pengisian
kapiler <3 detik, TD: 115/85 mmhg Nadi: 80 x/ menit Suhu: 34,6 RR: 22
x/menit
c. Disability (Tingkat kesadaran/ GCS/ pupil/ ekstremitas/ kekuatan otot), pupil
2/2 isokor , pasien dalam pengaruh sedasi
d. Exposure (Lokasi trauma/ jejas/ ukuran luka) terdapat luka bekas curate di area
pervagina.

42
D. Penilaian Aldrete Score
Dalam pemantuan kesadaran pasien diruang Post Anastesi Care Unit ( PACU )
dengan general anastesi dapat mempergunakan Skor Aldrete untuk orang dewasa dan
pada anak – anak dapat mengunakan Skor Steward.

1 Aktivitas Mampu mengerakan empat ekstermitas 2


Mampu mengerakan dua ekstermitas 1
Tidak mampu mengerakan ekstermitas 0 2

2 Respirasi Mampu napas dalam dan batuk 2


Sesak atau pernapasan terbatas 1 1
Henti napas 0
3 Sirkulasi Berubah sampai 20 % prabedah 2
Berubah 20% - 50 % prabedah 1
Berubah > 50 % dari prabedah 0 2
4 Kesadaran Sadar penuh dan orientasi baik 2
Sadar setelah dipanggil 1
Tidak ada respon terhadap rangsangan 0 1
5 Warna kulit Kemerahan 2
Pucat agak suram 1
Sianosis 0 2
TOTAL d. Pasien dapat dipindahkan jika skor 8
besar sama dengan 8
e. Pasien pindah ke icu jika skor
dibawah 8

43
E. Analisa data post operasi

DATA MASALAH KEPERAWATAN


Ds: - Risiko hipotermia perioperatif
Do: Ttv
- Td :115/75 mmhg
- Nadi : 80 x/t
- Rr :22 x/t
- Suhu : 35,6x/t
- Kulit pasien teraba dingin
- Pengisian kapiler post op 4 detik
- Suhu 35,6

F. Intervensi Post Operasi


No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi keperawatan
hasil
1 Hipotermia Tujuan : 1. monitor tekanan darah, nadi dan
perioperatif a. Termoregulasi respirasi sesuai kebutuhan
berhubungan dapat tercapai 2. monitor suhu dan warna kulit
dengan dengan baik 3. gunakan selimut hangat untuk
lingkungan meningkatkan suhu tubuh
bersuhu Kriteria Hasil : sesuai kebutuhan
rendah a. suhu tubuh dalam 4. tempatkan pasien pada posisi
rentang normal supine/telentang, minimalkan
b. nadi dan RR dalam perubahan orthostatic
rentang normal 5. kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan ivfd nacl
sesuai kebutuhan

G. Implementasi Post Operasi

44
Hari /tgl Diagnosa Implemantasi Evaluasi
Selasa, Hipotermia 1. Memonitor tanda- S:
03 Maret berhubungan dengan tanda vital Pasien mengatakan
2020 lingkungan bersuhu - Td :115/ 75 sudah tidak kedinginan
rendah mmhg lagi
- Nadi : 80 x/t
- Rr : 80 x/t O:
- Suhu : 34,6x/t - Td :119/92 mmhg
2. Memonitor suhu - Nadi : 92 x/t
tubuh , dan keadaan - Rr :14 x/t
kulit - Suhu : 36,6x/t
- Suhu : 34,6 - Kulit hangat
- Kulit terba
dingin A:
- Akkral dingin Risiko hipotermia
- Kulit pucat perioperatif lingkungan
3. Berikan selimut bersuhu rendah
hanggat untuk P:
menjaga suhu tubuh Tindakan dihentikan
dan agar tidak
kehilangan suhu
tubuh

4. Mengatur posisi
pasien
- Posisi supinasi/
terlentang, untuk
meninimalkan
perinahan ortostatik

5. Memberikan terapi
cairan sesuai
kebutuhan
- Infus nacl 20 tpm

45
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas megenai kesamaan teori dan kejadian kasus dilapangan
pada psien dengan diagnose abortus inkomplite. Tinjauan kasus merupakan kasus
kelolahan kelompok selama di kamar operasi mulai dari awal pengkajian , analisa data,
diagnosa, intervensi dan implemantasi ,serta evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian telah dilakukan pada pasien berinisial Ny.E dan diapatkan data
Seorang pasien datang ke ruang OK IBS pada tanggal Selasa, 03 Maret 2020 dengan
keluhan telah terjadi pedarahan pervagina beberapa hari yang lalu pasien di bawa ke RSIJ
Cempaka Putih dan mendapatkan pemeriksaan oleh dokterr spesialis obgyn didapatkan
diagnose medis abortus inkomplite dan di sarankan untuk melakukan tindakan curate
kepada pasien dan keluarga dimana keluarga pasien langsung menanda tagani inform
concent terkait tindakan curate tersebut. Pada saat pengkajian didapatkan data Pasien
mengeluh cemas , sedih karena harus kehilangan janin ang ada di dalam kandunganya,
tampak ada perdarahan pervagina, pasien tampak lemah, tingkat kesadaran compos
mentis, GCS 15 (E 4, V 5, M 6), TD : 110/70 mmhg, Nadi : 22 x/menit, Suhu : 36,5 c,
Pernapasan: 20 x/ menit.

B. Diagnosa keperawatan
Tahap ini merupakan langkah awal yang di lakukan kelompok dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Ny.E. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
adalah:
Pre operasi :
1. Ansietas b.d ancaman kematian prosedur pembedahan

Intra operasi

1. Resiko infeksi b.d prosedur infasif

Post operasi

1. Resiko hipotermi perioperatif b.d lingkungan bersuhu rendah


C. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi
keperawatan, kelompok menggunakan referensi diagnosa NANDA dan yang
disesuaikan dengan keadaan klien.
Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada kebutuhan yang dibutuhkan
dan dirasaka saat pengkajian serta landasan teori. Rencana yang dibuat telah
diprioritaskan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini.

D. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada klien untuk mengurangi permasalahan yang
dialami klien. Asuhan keperawatan pada Ny.E dilakukan dari tanggal 03 Maret 2020
dengan menyesuaikan jadwal dinas kelompok. Dimana kelompok memberikan dan
memantau perkembangan kesehatan klien, mengevaluasi masalah kesehatan yang
dialami klien .

E. Evalausi

Kelompok melakukan evaluasi kepada klien setelah intervensi diberikan.


Intervensi diberikan selama 1 hari.

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah
400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir
makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan
Kusuma, 2015)
2. Abortus inkomplit, Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini,
perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.
3. Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya untuk
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misanya perforasi (Sofian, 2011).
4. Tindakan asuhan keperawatan preoperatif, intra operatif dan post operatif sangat
menentukan proses penyembuhan pasien dengan fraktur.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini masih
banyak kekurangan sehingga disini kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk meningkatkan pemberian asuahan keperawatan pada pasien op.

DAFTAR PUSTAKA

48
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate OfElsefer.

Farrer, Helen. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi


dan  Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Mitayani, 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta

Nurarif, Kusuma.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA


NIC-NOC. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

49

Anda mungkin juga menyukai