Anda di halaman 1dari 2

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Penyediaan arbitrase yang mengikat tentang penyelesaiaansengketa


saat ini hampir selalu ada dalam setiap bentuk kontrak, membuat
arbitrase sebagai salah satu bentuk pengganti dari litigasi sipil yang
dikenal luas. Yang dulu dikenal sebagai opsi untuk menghinari
mahalnya biaya debat di dalam ruang sidang, arbitrase yang mengikat
saat ini dideskripsikan ke dalam istilah yang serupa- ‘memasukkan ke
dalam sistem hukum yang ada’ formal, mahal, memakan waktu, dan
merupakan topic advokasi garis keras.(Stipanowich 2010)
Arbitrase adalah cara menyelesaikan sebuah konflik yang berasal
dari perjanjian yang dibuat antara para pihak. Arbitrase memiliki ruang
lingkup untuk mengatur penyelesaian konfli, dan oleh karena itu
menghasilkan efek yang bersifat procedural. Arbitrase sudah dikenal
sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan dapat ditemukan sejak jaman
Yunani,Romawi kuno,Cina, dan bahkan semasa hidup Nabi
Muhammad SAW. Mekanisme proses ini yang berbeda dari proses
pengadilan, diantara lain halnya yang merupakan keuntungan proses
ini adalah arbitrator dipilih oleh para pihak dan prosesnya diekspektasi
lebih cepat.. Tujuan dari proses arbitrase adalah untuk mencapai :
1. Tingkat keakuratan (accuracy)
2. Keadilan (fairness)
3. Efisiensi (efficiency)
4. ‘Award’(hasil kalausula perjanjian) yang memiliki kekuatan hukum
(an enforceable award)
Syarat –syarat diatas dideskripsikan dengan sangat jelas dan elegan
oleh Park, yang dengan bijak menyatakan :
“Arbitrase akan menghasilkan sebuah keadilan yang mengecewakan
jika para arbitrator berusaha mencapai tidak lebih dari syarat – syarat
yang akan memenuhi syarat minimum adanya pembatalan.”
Park juga meyatakan bahwa arbitrase memiliki ‘dua jiwa’, yaitu
meskipun arbitrase itu berasal dari sebuah perjanjian privat, pada
akhirnyapun itu akan berakhir dengan sebuah keputusan yang mirip
dengan putusan dari pengadilan. (Rubino-Sammartano 2014)
Sumber hukum arbitrase itu sendiri terdiri dari beberapa sumber,
yakni antara lain :
1. Undang-undang
a. Undang-undang Arbitrase 1996 atau The Arbitration Act 1996,
undang-undang ini disahkan untuk meningkatkan kekuatan
arbiter dan memberikan mereka independensi dari pengadilan.
The Arbitration Act 1996 memberikan tugas kepada pengadilan
untuk bertindak adil dan tidak memihak salah satu pihak,
memberikan kesempatan ke masing-masing pihak untuk
mengajukan kasus dan juga mengadopsi prosedur sesuai
dengan keadaan kasus tertentu, menghindari penundaan atau
pengeluaran yang tidak perlu.
b. UNCITRAL arbitration rules yang memiliki tujuan untuk
mengglobalisasikan dan menginternasionalisasikan nilai-nilai
dan tata cara arbitrase dalam menyelesaikan persengketaan
yang terjadi dalam hubungan perdagangan internasional.
(Siregar 2018)
c. Peraturan perundang-undangan selanjutnya yaitu Peraturan
Prosedur Sipil bagian 62 yang mengatur mengenai permohonan
ke pengadilan tentang masalah arbitrase.
2. Aturan
Ketika dua pihak pergi ke arbitrase, mereka cenderung untuk
mengadopsi persyaratan standar yang dapat dimodifikasi agar
sesuai, antara lain yaitu The International Chamber of Commerce
dan The London Court of International Arbitration. Selai itu
terdapat juga badan-badan swasta untuk jenis arbitrase tertentu,
yang berada dalam lingkup pelayaran dan perdagangan
internasional seperti GAFTA, FOSFA, LMAA, dan juga LME.
3. Buku Teks
Buku teks juga termasuk dalam sumber hukum internasional
seperti milik Robert M. Merkin yang berjudul Hukum Arbitrase
serta Michael dan Stewart yang berjudul Arbitrase Komersial.
4. Jurnal
Terdapat berbagai jurnal internasional yang membahas mengenai
arbitrase dan juga prosedur pelaksanannya.
5. Laporan Hukum
Laporan-laporan hukum juga bisa digunakan untuk sumber hukum
arbitrase, hal ini dapat dijumpai di Laporan Hukum Lloyd yang
dapat dijumpai di i-law dan Westlaw.
6. Sumber online
Beberapa website yang membahas mengenai arbitrase antara lain
www.i-law.com, www.practicallaw.com, www.westlaw.co.uk.
(Celik 2009)

Anda mungkin juga menyukai