Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341431594

PEMBELAJARAN BAHASA ABAD 21

Conference Paper · May 2020

CITATION READS
1 2,183

2 authors, including:

Sebastianus Menggo
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng
33 PUBLICATIONS   74 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Bio-linguistic Diversity to Balinese Language Shift in Denpasar is a project funded by Udayana University while the 2nd article funded by LPDP project. View project

Terampil Berbicara Bahasa Inggris Berbantuan Bahasa Ibu View project

All content following this page was uploaded by Sebastianus Menggo on 16 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMBELAJARAN BAHASA ABAD 21

Oleh
Dr. Sebastianus Menggo, M.Pd.

Makalah Dipresentasikan dalam Seminar Nasional


GUT, Lt.5, FKIP, Unika Santu Paulus Ruteng
Ruteng, 06 Maret 2020
1. Pendahuluan
Globalisasi terjadi pada setiap aspek kehidupan manusia pada abad 21.
Globalisasi merupakan era keterbukaan, dimana hampir semua tempat di dunia dapat
dijangkau oleh siapapun. Batas dan sekat antar Negara menjadi semakin tidak jelas
dan warga Negara dapat menyatu dengan cepat dalam warga dunia global. Setiap
orang memiliki hak yang sama dalam memanfaatkan perkembangan globalisasi.
Dalam bidang pendidikan, persamaan hak tersebut dapat diartikan bahwa setiap
individu berhak untuk mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya dan sebaik-
baiknya tanpa memandang bangsa, ras, latar belakang ekonomi, agama, dan gender.
Kesamaan hak ini, mendorong setiap orang untuk mampu menguasai pengetahuan
dan sejumlah keterampilan dalam menghadapi tantangan yang sangat kompetitif.
Pendidikan mesti dapat menjawab tantangan tersebut, pendidikan sebagai
wadah dalam menyediakan peserta didik untuk memperoleh bekal pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal mereka menghadapi persaingan global
yang super rumit. Pendidikan harus berorientasi pada pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning), tak terkecuali pembelajaran bahasa. Karena, hanya dengan
pendidikan yang bermakna peserta didik dapat dibekali dengan sejumlah
keterampilan untuk hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna (meaningless
learning) hanya akan menjadi beban hidup mereka. Kehidupan ke depannya penuh
dengan tantangan dan kompetitif, oleh karenanya, dipandang perlu penataan
kehidupan dalam berbagai hal termasuk aspek pendidikan. Sekolah sebagai harapan
masyarakat ( a caring community) memiliki peran penting untuk mentransformasi
pendidikan karakter, sains, dan teknologi bagi kehidupan masyarakat. Dengan
kemajuan teknologi yang begitu pesat pada abad 21 ini, memberikan peluang yang
sangat luas bagi semua individu untuk mengakses berbagai informasi yang
menyangkut pengetahuan maupun keterampilan, sehingga sarana untuk
mengembangkan literasi menjadi sangat luas yang pada gilirannya menjadikan proses
pembelajaran individu bersifat integratif, holistik dan kontekstual dengan kebutuhan
kehidupan (Dantes, 2017; Menggo, 2019; P.21, 2009).

2
Menguasai pengetahuan dan sejumlah keterampilan merupakan motor
penggerak utama dalam beberapa aspek kehidupan dalam pendidikan abad 21.
Orisinalitas pengetahuan dan sejumlah keterampilan tersebut memungkinkan peserta
didik untuk memperoleh imbalan dan masa depan yang relatif lebih menjanjikan.
Oleh karena itu, setiap anak didik harus berusaha untuk menguasai ilmu, memiliki
keterampilan, dan teknologi agar dapat mewujudkan masa depan yang lebih
prospektif. Pendidikan pada abad 21 adalah pendidikan yang menitikberatkan pada
kemampuan peserta didik yang mengedepankan kemampuan berpikir kritis, mampu
menghubungkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dengan dunia nyata,
menguasai teknologi informasi, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi. Atas
penekanan tersebut, pendidikan menjadi opsi mutlak untuk menjamin peserta didik
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi
dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan
keterampilan untuk hidup (life skills).
Bahwasanya, peserta didik memiliki landasan yang kuat dalam menghadapi
arah yang dikehendaki oleh pendidikan abad 21 tersebut di atas jika mereka mampu
beradaptasi dengan sejumlah indikator dari tiga keterampilan utama pendidikan abad
21, seperti mampu berkomunikasi dan kolaborasi, mampu berpikir kritis dan
mengatasi masalah, memiliki daya kreativitas dan sikap inovasi, menampilkan
kemampuan pada literasi informasi, media, dan literasi ICT, adanya sikap fleksibilitas
dan adaptabilitas, inisiatif dan mengatur diri sendiri, mampu berinteraksi sosial dan
antarbudaya, produktivitas dan akuntabilitas, dan menunjukkan sikap kepemimpinan
dan tanggung jawab yang prima (Frietas & Yapp, 2005; Menggo, 2019; Trilling &
Fadel, 2009).
Tuntutan capaian terhadap beberapa indikator ini mendorong peserta didik di
Indonesia sebagai calon tenaga kerja yang memiliki kemampuan bersaing dengan
tenaga kerja asing dalam dan luar negeri serta ketangguhan mereka dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi dan menghadapi era MEA, AFTA, ataupun
Global.

3
Pendidikan abad 21 berorientasi pada model-model pembelajaran bahasa yang
berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk mampu berpikir kritis,
literal, dan sistemis, terutama dalam konteks pemecahan masalah, berkomunikasi,
dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak, mengembangkan kreativitas
yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan
aktivitas sehari-hari, menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual
sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan mampu menggunakan berbagai
media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan
aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak (P.21, 2009). Di samping
itu, tema dalam pembelajaran harus sejalan trend keterampilan pendidikan abad 21,
seperti kesadaran global; literasi finansial, ekonomi, perdagangan dan kewirausahaan;
literasi kewarganegaraan; literasi kesehatan; dan literasi lingkungan.
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu indikator capaian pendidikan
pada abad ini. Peserta didik dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan jelas dan
fungsional. Kemampuan berkomunikasi secara fungsional menghendaki peserta didik
mampu menampilkan suatu kompetensi komunikatif yang lebih komprehensif, yaitu
memenuhi semua indikator dari komponen mikro dan makro dari suatu kompetensi
komunikasi itu sendiri. Setiap leksikon yang diujarkan dapat menuntun mitra tuturnya
memahami sejumlah intensi yang ada dalam benaknya (Menggo, Suastra, Budiarsa,
& Padmadewi, 2019).
Aktivitas pembelajaran disusun secara sistematis, kontekstual, merangsang
interaksi para peserta didik, menawarkan kesempatan untuk menggunakan bahasa
secara terintegrasi, menggunakan bahasa yang autentik, mengakomodasi keinginan
dan kebutuhan peserta didik akan pengetahuan dan keterampilan bahasa yang hendak
dicapai, sumber pengetahuan bahasa, dan merangsang ide yang relevan dalam
memulai aktivitas dalam mendukung ketercapaian hasil belajar bahasa peserta didik
yang maksimal.
Fenomena di atas mendorong penulis membuat makalah ini, sebagai jalan
keluar tentang pembelajaran bahasa yang berorientasi pada tuntutan keterampilan-

4
keterampilan pendidikan abad 21 yang dapat memenuhi target kebutuhan dan
kebutuhan pembelajaran para peserta didik.

2. Tantangan Guru Abad 21


Menyediakan lulusan yang searah dengan trend keterampilan abad 21
merupakan suatu tantangan besar bagi pendidik pada pelbagai level dan bidang dalam
dunia pedidikan. Paradigma pembelajaran teacher-centered hanya nostalgia masa lalu
yang sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Paradigma pembelajaran student-centered,
seperti meaningful learning, discovery learning, contextual learning, constructive
learning sebagai haluan praktis bagi semua pendidik pada dewasa ini. Guru didorong
untuk mampu menghadirkan atmosfer pembelajaran yang menyenangkan dan
mendesain pelbagai perangkat pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
kognitif dan target capaian belajar para peserta didik (Ausubel, 1968). Peserta didik
diberi ruang seluas-luasnya untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan yang dikehendaki, melakukan evaluasi sendiri (self-assessment), dan
menentukan sendiri tingkat capaian pembelajarannya. Peran guru lebih banyak
berorientasi pada menyiapkan alat bantu (scaffolding) dalam proses pembelajaran dan
memastikan bahwa standar learning outcome tercapai. Mutu proses pembelajaran di
ruang-ruang kelas sangat tergantung perubahan paradigma pembelajaran serta
ketrampilan dan kemampuan guru dalam memilih model-model pembelajaran yang
tepat dan sesuai bagi anak didiknya.
Perkembangan ICT juga merupakan tantangan yang tak bisa dihindari bagi
guru bahasa abad 21. Revolusi teknologi informasi ini merupakan sebuah tantangan
fundamental dan mendesak untuk diselesaikan. Revolusi ini telah mengubah pola
interaksi guru-murid, sistem instruksional, dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Guru bahasa abad 21 dituntut untuk segera beradaptasi dengan perkembangan
tersebut. Literasi digital, seperti literasi informasi, media, dan literasi ICT harus dapat
dimanfaatkan oleh para guru bahasa sebagai alat untuk mendukung kecepatan
ketercapaian pembelajaran dan bukan sebaliknya sebagai penghambat yang membuat
profesi guru sepi peminat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika

5
yang dilandasi oleh kompetensi pedagogik untuk terus berdaptasi dengan dukungan
berbagai pengalaman para praktisi teknologi informatika yang mengabdi pada bidang
pendidikan.
Perkembangan teknologi digital menyebabkan peranan sekolah sebagai
lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya
pusat pembelajaran, karena aktivitas belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.
Peran guru juga tidak menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber-
sumber belajar yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar lebih optimal.
Sekolah tidak didesak untuk menyediakan sumber-sumber daya yang secara
tradisional berisi bangunan-bangunan besar, pendidik yang banyak, dan perangkat
lainnya. Sekolah harus bekerja sama secara komplementer dengan sumber belajar lain
terutama fasilitas ICT (internet) yang telah memacu spirit insiatif dan kreatif para
peserta didik dalam mengeksplorasi potensi yang ada dalam dirinya. Namun
demikian, kemajuan ICT tidak dapat menghapus peran sekolah, karena sisi-sisi
tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat tergantikan, seperti
interaksi langsung guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau
membina hubungan sosial, kebersamaan, kohesi sosial, dan lainnya (Wen, 2003).
Atas peran dan fungsi tersebut, guru bahasa terus didorong memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk menunjang peran profesinya. Melalui penerapan
dan pemilihan teknologi informasi yang tepat dalam pembelajaran bahasa, maka
ekspektasi perbaikan mutu yang berkelanjutan menjadi nyata. Konsistensi perbaikan
yang berkelanjutan tersebut akan mendorong orientasi pada perubahan untuk
memperbaiki secara terus menerus pembelajaran bahasa yang interaktif dan
bermanfaat. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam
pembelajaran bahasa harus dipilih secara tepat, cermat, sesuai kebutuhan, serta
bermakna bagi peningkatan kompetensi komunikatif para siswa.

6
3. Gagasan Pendidikan Abad 21
Pendidikan pada dewasa ini adalah pendidikan yang dapat menjawab tuntutan
global. P21 (2009) mendefinsikan pendidikan abad 21 sebagai suatu proses
pembelajaran yang dapat melahirkan individu-individu yang berbekal pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan dibidang teknologi, media, dan informasi,
keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir.
Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan, dan keahlian
yang harus dikuasai, agar peserta didik dapat sukses dalam kehidupan dan
pekerjaannya. Sejalan dengan konsep dari P.21 ini, Kemdikbud menginterpretasikan
paradigma pembelajaran abad 21 adalah suatu proses pembelajaran yang menekankan
pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber,
merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Trilling dan Fadel (2009)
menyatakan bahwa pendidikan abad 21 adalah pendidikan yang dapat memadukan
pengetahuan dan aneka keterampilan yang dapat berkontribusi terhadap keterampilan
personal, membentuk warga negara yang beradab, dan menjunjungi tinggi nilai-nilai
adat istiadat.
21st Century Partnership Learning Framework (2009) mendefinisikan
pendidikan abad 21 sebagai suatu peralihan paradigma dari pengajaran (teacher-
centered learning) menjadi pembelajaran (student-centered learning). Guru
diberdayakan untuk mampu mengembangkan suatu model pembelajaran yang berisi
kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk mampu berpikir kritis, kreatif
dalam pemecahan masalah, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara
efektif dengan berbagai pihak dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi yang ada. Bell (2016) menawarkan konsep pengembangan
pendidikan berkelanjutan (Education for Sustainability Development, ESD) pada
pendidikan abad 21 yang bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk mampu
menampilkan aneka keterampilan dalam menghadap tatangan global, seperti tekologi
dan politik lingkungan, sosial, teknologi, dan ekonomi. Peserta didik diarahkan untuk

7
menjadi pembelajar cerdas sehingga mampu bertahan dan tangguh membangun
dayacipta yang berkelanjutan pada tantangan global yang dimaksud.

4. Trend Keterampilan Abad 21


Melahirkan insan yang berbekal pengetahuan dan keterampilan merupakan
trend paradigma pendidikan dewasa ini. Peta kognitif peserta didik diisi oleh
perpaduan keunggulan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dalam
membangkitkan semangat mereka pada fenomena kompetitif dunia kerja yang
semakin kompleks dan nyata. Frietas dan Yapp (2005) menyatakan bahwa
pembelajaran pada abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik yang
mengedepankan keterampilan berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan
dunia nyata, menguasai teknologi informasi, berkomunikasi dan berkolaborasi.
Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan model pembelajaran bahasa
yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan yang dikehendaki. Pada
saat ini, pendidikan menjadi opsi mutlak untuk menjamin peserta didik memiliki
keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media
informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan
untuk hidup (life skills).
Nichols (2013) menyederhanakan prinsip pembelajaran abad 21, seperti (1)
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered instruction).
Perubahan paradigma pendidikan dari pengajaran (teacher-center) ke pembelajaran
(student-center) merupakan salah satu prinsip yang harus dipahami dalam
pembelajaran pada abad 21. Peserta didik didorong untuk menjadi creative and smart
processor dalam setiap interaksi pembelajaran dan membatasi peran guru. Guru
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang fokus pada pemberdayaan peserta
didik ketika menemukan kesulitan dalam proses pembentukan pengetahuan dan
keterampilannya yang dicapai, (2) pembelajaran kolaboratif (collaborative
instruction). Peserta didik didorong untuk terbiasa berkolaborasi dengan teman-teman
sebayanya dari latar belakang yang beragam. Peserta didik dituntun untuk bisa
menghargai keberagaman dan mampu beradabtasi atas keberagaman tersebut. Hal ini

8
yang memungkinkan peserta didik untuk menjadi calon pekerja dalam lintas wilayah
yang lebih luas dan menampilkan suatu pembelajaran yang penuh makna (meaningful
instruction), (3) pembelajaran yang kontekstual (contextual instruction). Isi materi
harus sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Guru
didesak untuk mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang selaras dengan
kebutuhan nyata peserta didik, dan (4) pembelajaran yang terintegrasi dengan
lingkungan sosial (instruction should be integrated with society). Desain
pembelajaran diarahkan untuk dapat memfasilitasi peserta didik terlibat dalam
lingkungan sosialnya, dalam upaya mempersiapkan mereka sebagai warga negara
yang beradab. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program
yang ada di masyarakat, seperti program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup,
dan sebagainya untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
The American Association of Colleges for Teacher Education (AACTE) and
the Partnership for 21st Century Skills mengungkapkan beberapa keterampilan yang
harus dikuasai untuk peserta didik pada pendidikan abad 21 adalah:
“learning and innovation skills include creativity and innovation, critical
thinking and problem solving, and communication and collaboration.
Information, media, and technology skills include information literacy,
media literacy, and information/communications/technology literacy.
Finally, life and career skills include flexibility and adaptability, initiative
and self-direction, social and cross-cultural skills, productivity and
accountability, and leadership and responsibility” (AACTE, 2010: 33-
38).

Lebih lanjut, The American Association of Colleges for Teacher Education


(AACTE, 2010) juga menggarisbawahi prinsip dasar bagi pendidik dalam
mewujudkan visi pendidikan yang terintegrasi dengan skema pelangi keterampilan-
pengetahuan abad 21 (21st century knowledge-skills rainbow) adalah pengetahuan
dan keterampilan dari para peserta didik. Pengetahuan dan keterampilan yang
mumpuni sebagai langkah adaptif dan transformatif dalam memenangkan aneka
kompetisi yang ada. Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud dapat dilihat pada
gambar 4.1 di bawah ini.

9
Gambar 4. 1: Pelangi Keterampilan-Pengetahuan Abad 21 (AACTE, 2010)

The Ontario Public Service (2016) menyodorkan dua jenis kompetensi yang
harus dimiliki oleh peserta didik pada pendidikan abad 21, yaitu kompetensi kognitif,
interpersonal, maupun intrapersonal yang memiliki tiga indikator, yaitu: (a)
keterampilan dasar, (b) keterampilan mengelola diri, dan (c) keterampilan kerja
kelompok. Lalu kompetensi dalam berbagai bidang kehidupan yang bermanfaat
dengan menyodorkan empat keterampilan yang harus dikuasai, yaitu: (a)
keterampilan berpikir kritis (critical thinking), (b) keterampilan komunikasi
(communication skill), (c) keterampilan kolaborasi (collaboration skill), dan (d)
keterampilan berkreativitas dan berinovasi (creativity and innovation skill).
The College Board for the National Coalition for Core Arts Standards (2011)
juga telah memetakan tiga belas standar keterampilan yang harus dikuasai oleh
peserta didik pada pendidikan abad 21 (21st Century Skills Map), yaitu:
“Critical thinking and problem solving skill, communication,
collaboration, creativity, innovation, information literacy, media
literacy, information, communication, & technology literacy, flexibility
and adaptability, initiative and self-direction, social and cross-cultural
skills, productivity and accountability, and leadership and responsibility
skill”.

Trilling dan Fadel (2009) juga menampilkan tiga tema utama pendidikan abad 21
seperti (1) career and life skills, (2) digital literacy skills, dan (3) learning and

10
innovation skills. Ketiga tema tersebut dijabarkan ke dalam 11 keterampilan
(Menggo, Suastra, Budiarsa & Padmadewi, 2019) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a) Keterampilan belajar dan berinovasi (learning and innovation skills) meliputi: (a)
berpikir kritis dan mengatasi masalah (critical thinking and problem solving), (b)
komunikasi dan kolaborasi (communication and collaboration), dan (c) kreativitas
dan inovasi (creativity and innovation). Pengembangan peta konsep keterampilan
ini dapat dijelaskan melalui Tabel 4.1 di bawah ini
Tabel 4.1 Keterampilan Belajar dan Berinovasi
Jenis Keterampilan Indikator Deskriptor
Keterampilan belajar Berpikir kritis Peserta didik mampu mengunakan
dan berinovasi dan mengatasi berbagai alasan (reasoning types) seperti
masalah induktif atau deduktif pada berbagai
situasi; menggunakan sistem berpikir yang
kompleks dalam berinteraksi; membuat
keputusan yang tepat; serta mampu
mengatasi masalah
Komunikasi dan Peserta didik mampu berkomunikasi
kolaborasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi
dengan anggota kelompok lainnya.
Kreativitas dan Peserta didik mampu berpikir kreatif,
inovasi bekerja secara kreatif dan menciptakan
inovasi baru

b) Keterampilan digital literasi (digital literacy skills) mencakup (a) literasi informasi
(information literacy), (b) literasi media (media literacy), dan (c) literasi ICT
(information and communication technology literacy). Pengembangan peta konsep
keterampilan ini dapat dijelaskan melalui Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Keterampilan Digital Literasi
Jenis Indikator Deskriptor
Keterampilan
Keterampilan Literasi informasi Peserta didik mampu mengakses
digital literasi informasi secara efektif (sumber
informasi) dan efisien (waktunya);
mengevaluasi informasi yang akan
digunakan secara kritis dan kompeten;
mengunakan dan mengelola informasi
secara akurat dan efektif untuk mengatasi
masalah

11
Literasi media Peserta didik mampu memilih dan
mengembangkan media yang digunakan
untuk berkomunikasi
Literasi ICT Peserta didik mampu menganalisis media
informasi; dan menciptakan media yang
sesuai untuk melakukan komunikasi

c) Keterampilan hidup dan berkarier (life and career skills) mencakup: (a)
fleksibilitas dan adaptabilitas (flexibility and adaptability), (b) inisiatif dan
mengatur diri sendiri (initiative and self-direction), (c) interaksi sosial dan budaya
(social and cross-cultural interaction), (d) produktivitas dan akuntabilitas
(productivity and accountability), dan (e) kepemimpinan dan tanggung jawab
(leadership and responsibility). Pengembangan peta konsep keterampilan ini dapat
dijelaskan melalui Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Keterampilan Hidup dan Berkarier

Jenis Indikator Deskriptor


Keterampilan
Keterampilan Fleksibilitas dan Peserta didik mampu mengadaptasi
hidup dan adaptabilitas perubahan dan fleksibel dalam belajar &
berkarier berkegiatan dalam kelompok.
Inisiatif dan dapat Peserta didik mampu mengelola tujuan
mengatur diri sendiri dan waktu, bekerja secara independen,
dan menjadi peserta didik yang dapat
mengatur diri sendiri.
Interaksi sosial dan Peserta didik mampu berinteraksi dan
antarbudaya bekerja secara efektif dengan kelompok
yang beragam.
Produktivitas dan Peserta didik mampu menglola proyek
akuntabilitas dan menghasilkan produk.
Kepemimpinan dan Peserta didik mampu memimpin teman-
tanggung jawab temannya dan bertanggung jawab kepada
masyarakat yang luas.

5. Orientasi Pembelajaran Bahasa Abad 21


Revolusi ICT memengaruhi aktivitas pembelajaran pada abad 21. Kemajuan
teknologi digital merupakan media super power dalam mentransformasikan segala
pesan pembelajaran karena tanpa memandang batasan waktu dan ruang. Karenanya,
penguasaan terhadap perkembangan ICT, baik guru maupun peserta didik dalam

12
pembelajaran bahasa pada abad 21 adalah absolute (Amalia, 2017). Aktivitas
pembelajaran merupakan usaha sadar dan terencana yang harus dilakukan secara
konsisten oleh guru dan peserta didik. Aktivitas pembelajaran harus memacu peserta
didik untuk secara aktif menggali dan mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya. Potensi
yang ada pada setiap orang diharapkan dapat menjawab setiap permasalahan dan
tantangan pada zamannya. UNESCO menggarisbawahi empat pilar pendidikan, yaitu
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together (Delors
et al, 1996). Empat pilar tersebut berimplikasi langsung dalam aktivitas pembelajaran
yang berorientasi pada keterampilan-keterampilan abad 21, seperti keterampilan
berpikir kritis dalam memecahkan masalah, berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi
dan kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian
keterampilan abad 21 tersebut dilakukan dengan mengadaptasi aktivitas
pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis proyek/masalah, mendorong kerjasama
dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, membudayakan
kreativitas dan inovasi dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat,
mendesain aktivitas belajar yang relevan dengan dunia nyata, dan mengembangkan
pembelajaran yang berbasis pada student-centered lainnya (Zubaidah, 2016).
Rencana pembelajaran bahasa harus berorientasi pada trend keterampialn-
keterampialn yang dibutuhkan pada pendidikan abad 21. Herrell dan Jordan (2004)
dan Menggo, Suastra, Budiarsa, dan Padmadewi (2019) mengidentifikasi sejumlah
model pembelajaran dan tema yang searah dengan keterampilan-keterampilan
pendidikan abad 21, seperti yang dijelaskan di bawah ini.
1) Keterampilan belajar dan berinovasi, yang terdiri dari:
a) Komunikasi dan kolaborasi: Aktivitas pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk bekerja sama dalam membagikan buah pikiran, ide, dan
menawarkan solusi-solusi yang sesuai dalam beberapa latihan dan tugas belajar.
Belajar bersama dapat meningkatkan keterampilan komunikasi lisan para
peserta didik. Selain itu, belajar bersama memungkinkan peserta didik untuk

13
mengatasi kecemasan dan kegugupan, meningkatkan keterampilan sosial dan
berpikir kritis, mendorong interaksi yang resiprokal, membantu peserta didik
pada tantangan dunia kerja dimana keterampilan komunikasi dan kolaborasi
mutlak dibutuhkan pada sejumlah pekerjaan/profesi. Karenanya, cooperative
learning, communicative language learning, dan small group discussion
merupakan tawaran model pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan
pada proses pembelajaran.
b) Berpikir kritis dan mengatasi masalah: Aneka latihan dalam aktivitas
pembelajaran didesain untuk mengajak peserta didik mampu menampilkan
beragam argumentasi kritis-logis dan memecahkan masalah pada latihan yang
ada dengan menawarkan solusi yang tepat. Beragam latihan aktivitas
pembelajaran tersebut dideskripsikan secara eksplisit dalam berbagai
latihan/tugas. Problem-based learning, question-answer relationship, group
discussions, project-based learning merupakan tawaran model pembelajaran
yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Aktivitas-
aktivitas dalam model-model pembelajaran tersebut memberikan dampak yang
berharga dalam menstimulasi kesadaran berpikir kritis para peserta didik.
Berpikir kritis yang baik menuntun para peserta didik untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi lisannya.
c) Kreativitas dan inovasi. Aktivitas pembelajaran didesain untuk mendorong
peserta didik mampu melihat sejumlah isu dalam bahasa dengan cara yang
baru dan menawarkan suatu solusi tepat sesuai dengan kompetensi yang
melekat pada dirinya. Dalam beberapa latihan dan tugas, peserta didik
didorong untuk tampilkan usaha kreatif terbaik mereka, mengelaborasi idenya
dalam diskusi, menunjukkan orisinalitas, terbuka terhadap beberapa perspektif,
dan berkontribusi terhadap aneka topik yang disediakan. Project-based
learning, peer tutoring, dan group discussion merupakan tawaran model
pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada proses
pembelajaran. Desain pembelajaran yang kreatif berarti memahami dan
meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik juga meyakinkan mereka

14
untuk percaya dengan kreativitas mereka sendiri (Ndiung, Dantes, Ardana, &
Marhaeni, 2019).
2) Keterampilan digital literasi, yang terdiri dari:
a) Literasi informasi. Aktivitas pembelajaran didesain untuk memperkenankan
peserta didik mampu mengakses, mengevaluasi, menggunakan, dan mengatur
informasi yang dapat diselaraskan dengan beberapa topik dalam pembelajaran.
Contextual learning dan Society integrated learning merupakan tawaran model
pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran
Literasi informasi mefasilitasi peserta didik untuk mengevaluasi dan
menggunakan sumber informasi pada konteks yang benar dan mendorong
mereka untuk menghasilkan pengetahuan dan mendesiminasikannya.
b) Literasi media: Aktivitas pembelajaran didesain untuk membantu peserta didik
mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan untuk mendukung
ketercapaian kompetensi komunikasi bahasa mereka. Multimedia presentations,
project-based learning, dan collaborative learning merupakan tawaran model
pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran.
Peserta didik memahami dan memanfatkan media tersebut untuk
mengekspresikan idenya dalam sejumlah tugas yang diberikan.
c) Literasi ICT. Aktivitas pembelajaran didesain agar dapat membantu peserta
didik untuk menggunakan teknologi komunikasi yang relevan dalam proses
pembelajaran, seperti youtube, video, perangkat lunak pengenalan bahasa
(speech recognition software, dan lain-lain). Teknologi tersebut sangat menarik,
menghadirkan atmosfer pembelajaran yang gembira dan menyenangkan,
meningkatkan motivasi belajar bahasa, dan membantu peserta didik untuk
menjadi pembelajar bahasa yang mandiri (independent language learner).
Multimedia presentations, project-based learning, personal presentation, dan
collaborative learning merupakan tawaran model pembelajaran yang tepat dan
sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran

15
3) Keterampilan hidup dan berkarier yang terdiri dari:
a) Fleksibilitas dan adaptabilitas. Aktivitas pembelajaran didesain untuk
menstimulasi peserta didik mampu beradaptasi dan berubah, misalkan
beradaptasi sejumlah peran dalam percakapan dan penyusuaian jadwal
menyelesaikan tugas pembelajaran mereka. Selain itu, desain pembelajaran juga
memungkinkan peserta didik untuk menjadi fleksibel terhadap input dan dapat
mengimbangi beragam padangan dalam mendiskusikan aneka topik
pembelajaran. Project-based learning, collaborative learning, dan group
discussion merupakan tawaran model pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk
diterapkan pada proses pembelajaran.
b) Inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri. Aktivitas pembelajaran didesain
untuk membantu peserta didik mampu mengatur waktu yang tepat untuk
berlatih dalam peningkatan kompetensi komunikatif mereka. Project-based
learning, question-answer relationship, dan problem-based learning merupakan
tawaran model pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada
proses pembelajaran. Komitmen dan insiatif peserta didik sangat dibutuhkan
dalam menentukan waktu berlatih ini. Keterampilan mengatur diri sendiri
memiliki peran penting dalam meningkatkan kelancaran kompetensi
komunikatif dari para peserta didik.
c) Interaksi sosial dan interaksi antarbudaya. Aktivitas pembelajaran didesain
untuk mendukung peserta didik mampu berinteraksi secara efektif dengan yang
lain, seperti mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mendengarkan dan
berbicara dan terbuka atas perpedaan pikiran dalam perspektif budaya yang
beragam. Aneka latihan dan tugas pembelajaran pada tema antarbudaya
membantu peserta didik untuk memahami aneka ragam budaya, empati,
kolaborasi antarbudaya dan meningkatkan keterampilan komunikasi lintas
budaya. Society integrated learning, contextual learning, communicative
language teaching, dan collaborative learning merupakan tawaran model
pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran.

16
d) Produktivitas dan akuntabilitas. Aktivitas pembelajaran didesain untuk
memotivasi peserta didik untuk mampu menyelesaikan tugas pembelajaran dan
mempresentasikannya di depan kelas dengan penuh tanggung jawab. Project-
based learning dan collaborative learning merupakan tawaran model
pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran.
Sejumlah latihan dan tugas didesain untuk memastikan setiap peserta didik
berpartisipasi aktif dan bekerja dalam tim secara total dan bertanggung jawab.
e) Kepemimpinan dan tanggung jawab. Aktivitas pembelajaran didesain untuk
mendorong peserta didik mampu menggunakan keterampilan interpersonal dan
pemecahan masalah untuk memperkuat, menuntun, dan bertanggungjawab
terhadap yang lain dalam menyelesaikan aneka tugas pembelajaran yang ada.
Peserta didik dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab
dari usia muda melalui desain tugas yang ada dalam bahan ajar. Cara ini
membantu peserta didik untuk mendapat umpan balik terkait dengan pemecahan
masalah, kolaborasi, resolusi konflik, kesadaran perbedaan, kepercayaan diri,
integritas, dan kode etik kerja di dalam dan laur ruang kelas untuk menjamin
kesuksesan akademik mereka. Karenanya, project-based learning, collaborative
learning, problem-based learning, group presentation, dan personal
presentation merupakan tawaran model pembelajaran yang tepat dan sesuai
untuk diterapkan pada proses pembelajaran.
Di samping itu, berbagai tema dan fungsi bahasa dalam pembelajaran harus
sejalan trend keterampilan pendidikan abad 21, seperti kesadaran global (dapat
belajar dari dan bekerja sama dengan individu dari beragam budaya, agama, ideologi,
dan gaya hidup dalam lingkungan keterbukaan dan saling menghormati); literasi
finansial, ekonomi, perdagangan dan kewirausahaan (memahami konsep dan peran
ekonomi dalam hidup); literasi kewarganegaraan (belajar bagaimana menjadi warga
negara yang beradap); literasi kesehatan (memperoleh, menginterpretasi dan
memahami konsep dasar akses dan pelayanan kesehatan, memahami bagaimana
melakukan tindakan preventif baik fisik maupun kesehatan mental); literasi
lingkungan (menampilkan pengetahuan dan pemahaman tentang persoalan

17
lingkungan hidup); serta menempat fungsi bahasa yang sesuai dengan capaian tema-
tema tersebut (Menggo, 2019).

6. Simpulan
Keterampilan-keterampilan pendidikan abad 21, mencakup komunikasi dan
kolaborasi, berpikir kritis dan mengatasi masalah, kreativitas dan inovasi, literasi
informasi, literasi media, literasi ICT, fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan
dapat mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan antarbudaya, produktivitas dan
akuntabilitas dan kepemimpinan dan tanggung jawab.
Model-model pembelajaran bahasa yang searah dengan trend keterampilan
abad 21 adalah collaborative learning, cooperative learning, problem-based
learning, project-based learning, question-answer relationship, contextual learning,
communicative language learning, society integrated learning, group discussion,
multimedia presentations, group presentation, dan personal presentation learning.
Selain itu, berbagai tema yang dapat diberikan dalam pembelajaran adalah kesadaran
global; literasi finansial, ekonomi, perdagangan dan kewirausahaan; literasi
kewarganegaraan; literasi kesehatan; literasi lingkungan; dan lain sebagainya yang
relevan untuk bertahan dan bersaing pada abad ini.

Daftar Rujukan

Ausubel, D. P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York: Holt,


Rinehart & Winston.

Amalia, M, N. 2017. Era Baru: Perencanaan Pengajaran Bahasa Memasuki Era Abad
Ke 21. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1 (1), 21-28.

Bell, D.V.J. 2016. Twenty-first Century Education: Transformative Education for


Sustainability and Responsible Citizenship. Journal of Teacher Education
for Sustainability, 18 (1), 48-56.

Dantes, N. 2017. Kecenderungan Pendidikan Abad 21: Suatu Perspektif dan


Kebijakan Pendidikan Menghadapi Tantangan Global. Seminar Nasional,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 4 Mei 2017.

18
Delors, J. et al. 1996. Learning the Treasure Within, Education for the 21th Century.
New York : UNESCO.

Freitas, S. D. dan Yapp, C. 2005. Personalizing Learning in the 21st Century.


Stafford: Network Educational Press.

Herrel, A. dan Jordan, M. 2004. Fifty Strategies for Teaching English Language
Learners. Second Edition. California: Pearson Education, Inc.

Kemendikbud. 2013. Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah


Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Menggo, S., Suastra, I. M., Budiarsa, M., dan Padmadewi, N. N. 2019. Needs
Analysis of Academic-English Speaking Material in Promoting 21 st Century
Skills. International Journal of Instruction, 12(2), 739-754.
https://doi.org/10.29333/iji.2019.12247a

Menggo, S., Suastra, I. M., Budiarsa, M., & Padmadewi, N. N. 2019. Speaking for
Academic Purposes Course: An Analysis of Language Functions. e-Journal
of Linguistics, 13(2), 314—332. https://doi.org/10.24843/e-
jl.2019.v13.i02.p10

Menggo, S. 2019. “Pengembangan Bahan Ajar Keterampilan Berbicara Bahasa


Inggris Berorientasi Pendidikan Abad 21 di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara” (disertasi). Denpasar: Universitas Udayana.

Ndiung, S., Dantes, N., Ardana, I, M., & Marhaeni, A.A.I.N. 2019. Treffinger
Creative Learning Model with RME Principles on Creative Thinking Skill
by Considering Numerical Ability. International Journal of Instruction,
13(3), 731-744. https://doi.org/10.29333/iji.2019.12344a

Nichols, J. R. 2013. 4 Essential Rules of 21st Century Learning. [serial online],


October., [cited 2017 November 1]. Available from:
http://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-of-21stcentury-
learning/

Partnership for 21st Century Skills. 2009. P21 Framework Definitions. Washington:
Pearson.

The American Association of Colleges for Teacher Education and the Partnership for
21st Century Skills. 2010. 21st Century Knowledge and Skills in Educator
Preparation. Washington: Pearson.

The College Board for the National Coalition for Core Arts Standards. 2011. Arts
Education Standards and 21st Century Skills: An Analysis of the National

19
Standards for Arts Education (1994) As Compared to the 21st Century Skills
Map for the Arts. New York: The College Board.

The Ontario Public Service. 2016. 21st Century Competencies for Ontario. Ontario
Government Service Canada.

Trilling, B. dan Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times.
San Francisco: Jossey-Bass.

Wen, S. 2003. Masa Depan Pendidikan. (Saputra, A, alih bahasa). Batam: Lucky
Publisher.

Zubaidah, S. 2016. Keterampilan Abad 21: Keterampilan yang Diajarkan Melalui


Pembelajaran. Seminar Nasional, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang,
Sintang, 10 Desember 2016.

20

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai