Anda di halaman 1dari 20

Retreat Hamba Tuhan Gereja Kristus Tuhan

Surabaya, Hotel Luminor, 15-17 Januari 2019


 11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul
maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
 12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh
Kristus,
 13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus.
 23 Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan
penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan
berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu
kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan
mereka. (KPR 14:23)
 17 Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke
Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang
ke Miletus. .. 28 Karena itu jagalah dirimu dan jagalah
seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh
Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat
Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya
sendiri. (KPR 20: 17, 28).
 5 Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan
maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih
perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-
penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan
kepadamu. (Titus 1:5).
 Segala otoritas di dalam Gereja/Jemaat berpangkal pada
Kristus.
 Otoritas Kristus didelegasikan kepada pejabat-pejabat
Gereja.
 Pemilihan pejabat Gereja oleh jemaat pada dasarnya
adalah penegasan penunjukkan oleh Kristus.
 Otoritas pejabat Gerejawi adalah ministerial (bertindak
sebagai pelayan Kristus), deklaratif (berbicara atas nama
Kristus), spiritual (otoritas untuk mengatur dan
mengelola gereja, bukan negara atau lainnya).
 Pemerintahan Gereja/Jemaat oleh penatua.
 Kesetaraan kedudukan pejabat pelayanan.
 Melawan Katolik abad pertengahan dan anabaptis
radikal.
 Sesuai dengan Tata Gereja Pasal IX, jabatan-jabatan
gerejawi yang diakui GKT adalah sbb.:
1. Pendeta
2. Pengabar Injil (Penginjil)
3. Diaken (anggota majelis)
 Pendeta dan Pengabar Injil adalah pejabat gerejawi untuk
jabatan fungsional penggembalaan jemaat.
 Diaken adalah pejabat gerejawi untuk anggota-anggota
Majelis Jemaat.
 THKTKH Klasis Jawa Timur berdiri dengan memakai Tata Gereja
THKTKH Klasis Jawa Barat “dengan perubahan kecil” (Th. van den
End dalam Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat
1858-1963 hal. 681, catatan kaki no. 2).
 Bagian V Tata Gereja itu menyatakan bahwa dalam kemajelisan
jemaat (Tong-hwee/Kerkraad), menurut Kitab Suci, ada 3 (tiga) rupa
jabatan, yaitu:
1. Boksoe (pendita), leerend ouderling (Penatua yang mengajar,
pentj.) atawa evangelist (twanthosianseng), yang juga menjabat
Voorzitter (Ketua, pentj.) dari Kerkraad/Tong-hwee (Majeis Jemaat,
pentj).
2. Tiolo (Penatua)
3. Tjipsoe (diaken), di antara mereka harus dipilih salah satu buat
menjadi Sekretaris dan Penningmeester (bendahara, pentj.).
Boksoe tidak boleh memegang satupun dari kedua jabatan ini.
 Dari informasi itu menjadi jelas beberapa hal:
1. Pendeta atau Pengabar Injil dimasukkan dalam satu kategori
jabatan gerejawi, yang disebut leerend ouderling, Penatua yang
mengajar (teaching elder).
2. Pendeta dan Pengabar Injil adalah pejabat gerejawi untuk
jabatan fungsional penggembalaan jemaat.
3. Pendeta atau Pengabar Injil duduk sebagai Ketua dalam
kemajelisan jemaat.
4. Jabatan gerejawi yang tersedia untuk kaum awam adalah Tiolo
(Penatua) dan Tjipsoe (Diaken).
5. Sekretaris dan Bendahara adalah jabatan fungsional, yang
diperuntukkan buat Diaken.
 Dalam Rapat Tahunan Gereja Kristen Tionghoa
(THKTKH) Klasis Jatim tahun, 15-17 Juni 1966 di GKT
Tumapel, ada 2 (dua) rupa jabatan gerejawi yang
disebut:
1. Ds, dari kata Latin Dominus, untuk Pendeta, dan
2. Tts, dari kata Tionghoa Twanthosianseng, untuk
Pengabar Injil.
3. Tidak disebut-sebut tentang Diaken (Tjipsoe) dan
Penatua (Tiolo).
Tager Praktik Tager
THKTKH 1939 THKTKH 1966 SINODE GKT 1968
Pendeta (Boksoe) Pendeta Pendeta
Pengabar Injil Pengabar Injil Pengabar Injil
(Twanthosianseng, Tts) (Twanthosianseng, Tts)
Penatua (Tiolo) ? (Tidak diakui ada namun
formula peneguhannya
ada!)
Diaken (Tjipsoe) ? Diaken (anggota
majelis)
Pendeta atau Pengabar ? Pendeta atau Pengabar
Injil menjadi Ketua Injil menjadi Penasehat
Majelis Jemaat. tetap Majelis Jemaat.
 Dibandingkan dengan konsepsi Tager THKTKH Klasis Jatim
1939 maka sejumlah hal mengemuka:
 Jabatan Pendeta dan Pengabar Injil tidak lagi dipahami sebagai
leerend ouderling, Penatua yang mengajar, tetapi lebih banyak
didefinisikan sesuai Jabatan Fungsional mereka dalam jemaat,
yaitu sebagai Gembala Sidang.
 Jabatan Penatua, Tiolo, kelihatannya tidak dipakai di GKT
sejak awal.
 Jabatan Diaken, Tjipsoe, terus dipertahankan sebagai nama
jabatan gerejawi para anggota majelis jemaat (Tager Ps IX).
 Tugas dan wewenang Diaken tidak diuraikan menurut Jabatan
Gerejawi-nya melainkan menurut posisi Kelembagaan-nya
sebagai Majelis Jemaat (Persus Bab III, Ps III, Ay 55a-f) dan
menurut Jabatan Fungsional-nya dalam lembaga kemajelisan,
yaitu sebagai Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota
(Persus Bab III, Ps. III, Ay 56).
• Jika ekklesiologi Reformed/Presbyterian mendekati isu
kepemimpinan jemaat dari sudut Pejabat Gerejawi (lihat
Pengakuan Iman Belgica Artikel 31-32) maka GKT, sesuai
Tager dan Persus, lebih condong pada sudut
institusional-fungsional dalam 2 (dua) jabatan
kelembagaan yang berbeda dan terpisah, yaitu Majelis
Jemaat (consistory) dan Gembala Sidang (plus HT
lainnya).
• Sebagian tugas dan wewenang kepemimpinan ditaruh di
tangan Majelis Jemaat (sidang para diaken) dan sebagian
lainnya di tangan Gembala Sidang (apakah itu Pendeta
atau Pengabar Injil).
POKOK GEMBALA SIDANG MAJELIS JEMAAT

Kedudukan • Gembala Jemaat. • Badan Pelaksana dari Jemaat:


• Pengawas Tetap atau melaksanakan pekerjaan
Superintenden persekutuan, jemaat.
perkumpulan dalam jemaat. • Pembantu pendeta/pengabar
• Penasihat Tetap MJ Injil dalam tugas pastoral dan
pI.
Tugas Pastoral Menggembalakan, mengajar dan Perlawatan ke rumah-rumah dan
menerangkan FT, sakramen, pI, menyelesaikan perselisihan
memelihara kerohanian jemaat, anggota, memperhatikan
mendidik & melatih, keadaan anggota jemaat,
memajukan pekerjaan gereja dan mendoakannya dan menjadi
pekerjaan rohani. teladan, memajukan segala
pekerjaan rohani.
Tugas Sinodal Melaksanakan Tager, Persus dan Melaksanakan Tager, Persus dan
KepSind GKT. KepSind GKT.
Tugas Memelihara harta milik jemaat,
Administrasi ----- mengadakan rapat MJ dan rapat
umum darurat, membuat
kebijakan lokal dan menjalankan
keputusan rapat MJ.
WEWENANG GEMBALA SIDANG MAJELIS JEMAAT
Pastoral • Berkhotbah & mengajar FT. • Membentuk perkumpulan-
• Liturgi ibadah Minggu (tata perkumpulan atau persekutuan-
ibadah dan pelayan-pelayan persekutuan rohani.
ibadahnya). • Meminta pertanggungan jawab
• Mimbar Jemaat (khotbah dan pengurus persekutuan, perkumpulan,
pengkhotbah). dll.
• Melayankan sakramen- • Mengizinkan atau tidak mengizinkan
sakramen. kegiatan keluar dari persekutuan atau
• Memeriksa calon sidi dan calon perkumpulan.
pasangan nikah. • Mengizinkan atau tidak mengizinkan
• Memberkati pasangan nikah. segala kegiatan istimewa, seperti
• Menyetujui atau tidak, para kebaktian rumah tangga, ucapan
calon anggota MJ. syukur, dll.
• Memberi MJ saran-saran. • Merestui atau tidak merestui tugas atau
• Menegor dan menasihati kegiatan keluar GS/HT.
anggota jemaat. • Melaksanakan Siasat Gerejawi.
Administratif • Memanggil atau memutasi HT, serta
proses pentahbisan pendeta.
• Menerima, melepas dan atestasi
anggota jemaat.
• Mengelola keuangan dan harta jemaat.
• Melaksanakan ketetapan sinodal
tentang jaminan-jaminan hidup HT.
• Pencatatan keanggotaan jemaat,
pernikahan, baptis, sidi, meninggal, dll.
 Dari tabel di atas kelihatan sejumlah hal sbb.:
1. Dalam area tugas-tugas dan tanggung jawab kejemaatan dan
sinodal, baik GS/HT maupun MJ punya banyak persamaan.
2. Namun dalam area wewenang Tager dan Persus tampak
memisahkan keduanya secara tajam.
3. Wewenang Majelis Jemaat lebih luas dari pada wewenang GS/HT,
sebab selain di area pastoral jemaat, Majelis Jemaat juga punya
wewenang di area administratif, bahkan menyentuh wilayah hidup
anggota jemaat dan GS/HT.
 Wewenang MJ yang sedemikian ini, dalam sistem ekklesiologi
Reformed, sebenarnya mesti ada di tangan pejabat gerejawi yang
disebut Penatua, bukan Diaken. (Kesan Prof. Dr. Ing. P.J. Bakker,
Ketua BBK dari gereja Gereformeerd Kerken Vrijgemaakt, GKV).
YESUS KRISTUS
melalui Firman dan Roh
Kudus

GEMBALA DEWAN
SIDANG DIAKEN

JEMAAT
 Model Penatua Tunggal.
 GS atau HT menjadi satu-satunya
penatua dalam Jemaat, namun
termasuk dalam sebuah badan
diaken yang memerintah jemaat.
 Masalah dengan model ini ialah:
tidak pernah sekalipun disebutkan
dalam Alkitab bahwa diaken
memiliki otoritas memerintah atau
mengajar dalam jemaat. Jemaat dan
pemimpinnya gagal memahami dan
menerapkan prinsip alkitabiah
tentang posisi dan peran penatua
dalam jemaat.
 Model Corporate Board.
 Bentuk pemerintahan ini disebut struktur
“you-work-for-us” (Anda bekerja untuk
kami).
 Struktur ini bekerja baik di dunia bisnis,
dan timbul dari coba menjalankan gereja
seperti bisnis.
 GS/HT bukan dilihat sebagai pemimpin
rohani melainkan pekerja yang dibayar.
 GS/HT kekurangan otoritas untuk
melaksanakan tugas kepenatuaannya
dengan baik.
 Anggota board adalah juga anggota jemaat
yang atasnya GS/HT memiliki otoritas
namun otoritas itu harus dikompromikan
kalau para pemimpin jemaat itu adalah bos-
nya.
 Sistem Penatua Jamak (System
Presbyterial).
 Penatua memerintah dan memiliki
otoritas atas jemaat sesuai dengan otoritas
yang diberikan Kristus kepadanya oleh
Roh Kudus (KPR 20:28; Tit 1:5; Ibr 13:17).
 GS/HT menjadi salah satu Penatua namun
ia tidak punya otoritas atas mereka, juga
bukan bekerja sebagai pegawai mereka.
 Ia bisa jadi ketua namun tidak harus
namun ia punya otoritas tertentu untuk
membuat keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan tugas-tanggung
jawabnya, yang telah diberikan oleh
dewan penatua.
 Seperti penatua lainnya, GS/HT tunduk
kepada otoritas dewan penatua.
 Sejauh mana kepemimpinan jemaat yang
bersesuaian dengan pedoman Kitab Suci perlu
kita wujudkan?
 Apakah yang perlu dilakukan untuk
memaksimalkan pelayanan kepemimpinan yang
berbasis otoritas Kristus?
 Bagaimana mengembangkan kepemimpinan
jemaat yang mendorong perkembangan gereja?

Anda mungkin juga menyukai