NPM : 1711090018
Kelas : Fisika 6B
A. PENGERTIAN MICROTEAHING
B. TUJUAN MICROTEACHING
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru
menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap sebagai seorang guru professional.
2) Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
Bagi siswa calon guru
o Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.
o Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun
kekelas yang sebenarnya.
o Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan
dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan,
sehingga calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan
menarik.
Bagi guru
o Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.
o Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi
perkembangan profesinya.
o Mengembangkan sikap terbuka bagi guru pembaharuan yang yang berlangsung
dipranata pendidikan.
Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau meningkatkan
keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang calon pendidik (guru), sehingga mereka
memiliki kesiapan diri untuk mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks
mengajar yang sesungguhnya.
2. Tujuan khusus
Secara khusus, micro teaching memiliki tujuan yaitu:
Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya
sendiri.
Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses
pembelajaran.
Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan
efisien.
C. KARAKTERISTIK MICROTEACHING
Seperti yang telah kita ketahui bahwa definisi dari Micro Teaching adalah pembelajaran yang di
sederhanakan atau diperkecil. Hal yang disederhanakan atau diperkecil itu merupakan komponen-
komponen dalam pembelajaran seperti waktu, jumlah siswa, bahan ajar, dan media pembelajaran
yang digunakan. Itulah karakteristik yang dimiliki oleh Micro Teaching, karakteristik tersebut
dapat kita lihat secara jelas pada perbandingan Micro Teaching dan Real Teaching.
Real Teaching
1. Waktu pembelajaran 35 s.d 40 menit
2. Jumlah siswa 30 s.d 35
3. Materi pembelajaran luas
4. Keterampilan mengajar terintegrasi
Micro Teaching
1. Waktu pembelajaran 10 s.d 15 menit
2. Jumlah siswa 5 s.d 10 orang siswa
3. Materi pembelajaran dibatasi
4. Katerampilan mengajar terisolasi
D. PRINSIP MICROTEACHING
1. Fokus pada penampilan
Yang menjadi sasaran utama pada Micro Teaching adalah penampilan setiap peserta pada
saat berlatih. Penampilan yang dimakusd disini adalah perilaku peserta dalam
memperagakan setiap jenis keteramiplan mengajar seperti membuka dan menutup
pembelajaran.
2. Spesifik dan konkrit
Maksudnya adalah jenis keterampilan dalam mengajar dilakukan secara spesifik bagian
perbagian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi ketika peserta melakukan Micro
Teaching harus terlihat mana bagian pembuka, mana bagian ketika menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan mana bagian ketika menutup pembelajaran.
3. Umpan balik
Yaitu proses dimana ada seorang observer yang memberikan komentar, saran atau
masukannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta yang melakukan Micro
Teaching.
4. Keseimbangan
Prinsip keseimbangan ini berhubungan dengan prinsip umpan balik, pada prinsip
keseimbangan ini observer tidak boleh hanya menyebutkan kekurangan-kekurangan yang
dimiliki oleh peserta Micro teaching, melainkan harus menyebutkan kelebihan-kelebihannya
pula.
5. Ketuntasan
Jika dalam pembelajaran mikro masih terdapat kekurangan, maka perlu diadakan latihan
ulang agar kekurangan-kekurangan yang masih ada dapat diperbaiki.
6. Maju berkelanjutan
Siapapun yang berlatih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro, ia harus mau
belajar secara terus menerus, tanpa ada batasnya (life long of education).
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan:
a. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik diawal, ditengah maupun diakhir
pembelajaran
b. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan
kompetensi dasar
c. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan
materi standar yang sudah direncanakan untak membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan
pembelajaran
d. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar dan bermakna bagi peserta
didik
e. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan
peserta didik.
4. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya adalah kegiatan dalam prases pembelalaran siswa berpikir dan
memperoleh pengetahuan lebih banyak. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika mengajukan
pertanyaan pada siswa, antan lain:
a. Menampakkan situasi kehangatan dan antusias.
b. Diusahakan menghindari kebiasaan yang perlu dihindari, antara lain:
1) Mengulangi pertanyaan sendiri.
2) Mengulangi jawaban siswa.
3) Menjawab pertanyaan sendiri
4) Membuat pertanyaan yang memancing jawaban serentak, misalnya : “Apakah kamu
samua…. ? jika siswa menjawab serentak, maka kelas akan gaduh.
5) Membuat pertanyaan ganda, misalnya: “Sebutkan macam-macam shalat sunnah, hikmah
shalat?”, pertanyaan semacam inimembuat siswa bingung dan berpikir kurang terarah.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang
tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif
terhadap siswa yaitu:
a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang
dihadapi atau dibicarakan
c. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dan siswa sebab berpikir itu sendiri
sesungguhnya adalah bertanya
d. Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar
dapat menentukan jawaban yang baik
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas Keterampilan dan
kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan baik isi
pertanyaan maupun tekhnik bertanya.
5. Keterampilan mengadakan variasi
Kebosanan merupakan masalah besar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu,
untuk mencegah timbulnya kebosanan serta mengatasi terjadinya kejenuhan, maka mengusahakan
adanya variasi adalah hal perlu dilakukan.
Adapun perincian komponen keerampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, antara lain:
a. Variasi dalam gaya mengajar guru (teacher liveliness)
1) Verbal merupakan pengunaan suara dan kata-kata yang diucapkan guru.
a) Nada suara dan intonasi (voice variation), misalnya, dari suara keras-lemah, dari cepat-
lambat, atau hal-hal yang penting diucapkan dengan lambat sehingga mudah diikuti dan jelas
ditangkap siswa
b) Mengarahkan perhatian siswa (verbal focussing), misalnya, “perhatikan baik-baik, ini
penting sekali” dan lain-lain. Sebaiknya kata-kata pengarah diikuti dengan isyarat seperti
mengangkat tangan, dan lain-lain.
c) Mengadakan diam (pause) sebentar (pausing/ silence), misalnya, “diam sebentar”, sebelum
guru menyampaikan sesuatu yang penting merupakan siasat yang dapat membantu memikat
perhatian siswa.
d) Intonasi dan isyarat lisan lain (extra-verbal cues), misalnya guru menanggapi pekerjaan
siswa dengan kata “wah, pinter sekali”.
2) Non verbal merupakan isyarat/bahasa badan yang diantaranya:
a) Kontak mata (eye contact), sebaiknya guru menatap siswanya, tidak terus melayangkan
matanya ke arah papan tulis, ke langit-langit atau ke lantai, guru mesti melihat ke semua siswa.
Dan tatapan mata supaya memberikan kesan simpatik dan ramah.
b) Ekspresi roman muka (facial expression/ mimik). Wajah yang memberi kesan simpatik
dapat mendorong siswa mengikuti pelajaran, sedangkan wajah yang selalu serius atau bahkan
serem biasanya membuat siswa menjadi bosan atau tidak mau melibatkan diri. Expresi wajah
misalnya, tersenyum, mengerutkan dahi, dan lain-lain.
c) Gerak-gerik tangan (gestures). Variasi dalam gerak tangan, kepala dan badan dapat
memperkuat atau menggaris bawahi apa yang disampaikan guru dan menambah expresi dan arti.
Misalnya, guru dapat mengangguk, menggelengkan kepala, mengangkat kepala, dll.
d) Tempat berdirinya guru di kelas (movements). Misalnya, kalau guru menyapa kelompok
kecil dalam kelas, sebaiknya ia pelan-pelan mendekati mereka, dll. Variasi jenis ini hendaknya
diadakan dengan tepat guna dan dilakukan secara wajar tidak berlebihan.
b. Variasi dalam pola intreraksi guru-murid.
1) Variasi dalam pola inreraksi dan kegiatan siswa.
Kebanyakan guru bicara terlalu banyak dan terlalu lama dengan demikian justru kehilangan
perhatian dan minat siswa. Pola interaksi dapat divariasi dengan polapola lain seperti:
a) Guru-kelompok siswa.
b) Siswa-siswa dalam diskusi.
c) Siswa-siswa perorangan, misalnya, Buzz goups, dan lain-lain.
2) Variasi dalam media dan alat-alat pelajaran.
a) Variasi dalam apa yang dapat dilihat (visual), misalnya, benda nyata, grafik, globe, film,
kliping surat kabar, dan lain-lain.
b) Variasi dalam apa yang dapat didengar (Audio), misalnya, rekaman, suara radio, diskusi,
dramatisasi, role playing, dan lain-lain.
c) Variasi dalam apa yang dapat dipegang (motorik), misalnya, model, alat, patung, binatang,
dan lain-lain.
Jadi variasi dalam penggunaan media yang beragam dan relevan dengan tujuan pembelajaran
dapat merangsang pikiran siswa dan meningkatkan hasil belajar.