Anda di halaman 1dari 18

Nama : Firda Eka Agustina

NPM : 1711090018
Kelas : Fisika 6B
A. PENGERTIAN MICROTEAHING

Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil,


terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching adalah
redaksi  yang berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut
pengertian micro teaching menurut para ahli:
1. Menurut cooper and Allen(1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan  salah
satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar.
2. Menurut  Jensen  (dalam  Yatiman  ,1999),  pengajaran  Micro sebagai  suatu sistem yang
memungkinkan seorang calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam  menerapkan 
teknik  mengajar  tertentu.

B. TUJUAN MICROTEACHING
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru
menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap sebagai seorang guru professional.
2) Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
 Bagi siswa calon guru
o Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.
o Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun
kekelas yang sebenarnya.
o Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan
dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan,
sehingga calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan
menarik.
 Bagi guru
o Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.
o Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi
perkembangan profesinya.
o Mengembangkan sikap terbuka bagi guru pembaharuan yang yang berlangsung
dipranata pendidikan.
Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau meningkatkan
keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang calon pendidik (guru), sehingga mereka
memiliki kesiapan diri untuk mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks
mengajar yang sesungguhnya.
2. Tujuan khusus
Secara khusus, micro teaching memiliki tujuan yaitu:
 Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya
sendiri.
 Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses
pembelajaran.
 Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan
efisien.
C. KARAKTERISTIK MICROTEACHING
Seperti yang telah kita ketahui bahwa definisi dari Micro Teaching adalah pembelajaran yang di
sederhanakan atau diperkecil. Hal yang disederhanakan atau diperkecil itu merupakan komponen-
komponen dalam pembelajaran seperti waktu, jumlah siswa, bahan ajar, dan media pembelajaran
yang digunakan. Itulah karakteristik yang dimiliki oleh Micro Teaching, karakteristik tersebut
dapat kita lihat secara jelas pada perbandingan Micro Teaching dan Real Teaching.

Real Teaching
1. Waktu pembelajaran 35 s.d 40 menit
2. Jumlah siswa 30 s.d 35
3. Materi pembelajaran luas
4. Keterampilan mengajar terintegrasi

Micro Teaching
1. Waktu pembelajaran 10 s.d 15 menit
2. Jumlah siswa 5 s.d 10 orang siswa
3. Materi pembelajaran dibatasi
4. Katerampilan mengajar terisolasi

D. PRINSIP MICROTEACHING
1. Fokus pada penampilan
Yang menjadi sasaran utama pada Micro Teaching  adalah penampilan setiap peserta pada
saat berlatih. Penampilan yang dimakusd disini adalah perilaku peserta dalam
memperagakan setiap jenis keteramiplan mengajar seperti membuka dan menutup
pembelajaran.
2. Spesifik dan konkrit
Maksudnya adalah jenis keterampilan dalam mengajar dilakukan secara spesifik bagian
perbagian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi ketika peserta melakukan Micro
Teaching harus terlihat mana bagian pembuka, mana bagian ketika menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan mana bagian ketika menutup pembelajaran.
3. Umpan balik
Yaitu proses dimana ada seorang observer yang memberikan komentar, saran atau
masukannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta yang melakukan Micro
Teaching.
4. Keseimbangan
Prinsip keseimbangan ini berhubungan dengan prinsip umpan balik, pada prinsip
keseimbangan ini observer tidak boleh hanya menyebutkan kekurangan-kekurangan yang
dimiliki oleh peserta Micro teaching, melainkan harus menyebutkan kelebihan-kelebihannya
pula.
5. Ketuntasan
Jika dalam pembelajaran mikro masih terdapat kekurangan, maka perlu diadakan latihan
ulang agar kekurangan-kekurangan yang masih ada dapat diperbaiki.
6. Maju berkelanjutan
Siapapun yang berlatih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro, ia harus mau
belajar secara terus menerus, tanpa ada batasnya (life long of education).

E. Hal-hal yang Harus Disiapkan Guru Saat Mengajar


1. Menetapkan materi dan bahan ajar dengan tepat
2. Menentukan tujuan pembelajaran
3. Menyiapkan media pembelajaran
4. Mempersiapkan RPP
5. Mempersiapkan dan mempelajari materi dengan tepat.
6. Menentukan pendekatan, model, dan metode.
7. Memahami karakter siswa.
8. Merancang instrument penilaian
F. 9 Keterampilan Dasar Mengajar
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
a. membuka pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan guru dalam menciptakan kesiapan mental dan
menimbulkan perhatian siswa, agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Dalam membuka
pelajaran, guru hendaknya memberi pengarahan/ pengantar mengenai materi yang hendak
diajarkan pada siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik untuk mengikutinya. Keterampilan
membuka pelajaran ini merupakan kunci dari seluruh proses pembelajaran yang akan dilaluinya.
Sebab jika awal pelajaran seorang guru tidak mampu menarik perhatian siswa, maka proses
pembelajaran yang dinamis tidak tercapai.
b. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi :
1) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik
perhatian siswa antara lain dengan gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu
pelajaran, pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan
ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa, dan disertai dengan kehangatan
dan keantusiasan.
3) Memberi acuan melalui berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan dan batas-
batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meningkatkan
masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
4) Membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
c. Menutup pelajaran
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri pelajaran. Usaha
menutup pelajaran memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari,
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan
dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran.
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran adalah :
1) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan.
2) Mendorong secara psikologis dan / atau sosial kepada siswa.
3) Memberi petunjuk untuk pelajaran atau topik berikutnya.
4) Mengevaluasi, bentuk evaluasi yang dapat dilakukan guru antara lain ialah :
mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi
pendapat siswa sendiri, memberikan soal-soal tertulis.
2. Keterampilan mengelola kelas
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolaan kelas, pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk menggapai tujuan pengajaran secara
efisien dan memungkinkan anak didik dapat belajar, dengan demikian pengelolaan kelas yang
efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan
guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling
baik.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif,
dengan kata lain kegiatan, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif, yang termasuk kedalam hal ini adalah
misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian
ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik atau penetapan norma kelompok
yang produktif. Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya kekondisi yang optimal jika
terjadi gangguan baik dengan can mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial.
3. Keterampilan menjelaskan
Menjelaskan adalah mendiskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data
sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek
penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menurut guru untuk
memberikan penjelasan oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
Ketrampilan menjelaskan merupakan salah satu ketrampilan yang amat penting. Karena itu
penguasan materi dan kemampuan menganalisis pokok persoalan yang akan dibahas harus
dikuasai oleh guru. Secara garis besar komponen ketrampilan menjelaskan terdiri dari:
a. Orientasi/ pengarahan
b. Bahasa yang sederhana, lugas, dan mudah dipahami.
c. Memberikan contoh yang banyak dan sesual dengan topik yang disajikan.
d. Struktur materi yang disampaikan harus jelas dengan penekanan pada pokok-pokok
materinya.
e. Penuh variasi dalam penyampaian materi
f. Melakukan latihan dan umpan balik.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan:
a. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik diawal, ditengah maupun diakhir
pembelajaran
b. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan
kompetensi dasar
c. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan
materi standar yang sudah direncanakan untak membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan
pembelajaran
d. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar dan bermakna bagi peserta
didik
e. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan
peserta didik.
4. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya adalah kegiatan dalam prases pembelalaran siswa berpikir dan
memperoleh pengetahuan lebih banyak. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika mengajukan
pertanyaan pada siswa, antan lain:
a. Menampakkan situasi kehangatan dan antusias.
b. Diusahakan menghindari kebiasaan yang perlu dihindari, antara lain:
1) Mengulangi pertanyaan sendiri.
2) Mengulangi jawaban siswa.
3) Menjawab pertanyaan sendiri
4) Membuat pertanyaan yang memancing jawaban serentak, misalnya : “Apakah kamu
samua…. ? jika siswa menjawab serentak, maka kelas akan gaduh.
5) Membuat pertanyaan ganda, misalnya: “Sebutkan macam-macam shalat sunnah, hikmah
shalat?”, pertanyaan semacam inimembuat siswa bingung dan berpikir kurang terarah.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang
tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif
terhadap siswa yaitu:
a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang
dihadapi atau dibicarakan
c. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dan siswa sebab berpikir itu sendiri
sesungguhnya adalah bertanya
d. Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar
dapat menentukan jawaban yang baik
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas Keterampilan dan
kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan baik isi
pertanyaan maupun tekhnik bertanya.
5. Keterampilan mengadakan variasi
Kebosanan merupakan masalah besar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu,
untuk mencegah timbulnya kebosanan serta mengatasi terjadinya kejenuhan, maka mengusahakan
adanya variasi adalah hal perlu dilakukan.
Adapun perincian komponen keerampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, antara lain:
a. Variasi dalam gaya mengajar guru (teacher liveliness)
1) Verbal merupakan pengunaan suara dan kata-kata yang diucapkan guru.
a) Nada suara dan intonasi (voice variation), misalnya, dari suara keras-lemah, dari cepat-
lambat, atau hal-hal yang penting diucapkan dengan lambat sehingga mudah diikuti dan jelas
ditangkap siswa
b) Mengarahkan perhatian siswa (verbal focussing), misalnya, “perhatikan baik-baik, ini
penting sekali” dan lain-lain. Sebaiknya kata-kata pengarah diikuti dengan isyarat seperti
mengangkat tangan, dan lain-lain.
c) Mengadakan diam (pause) sebentar (pausing/ silence), misalnya, “diam sebentar”, sebelum
guru menyampaikan sesuatu yang penting merupakan siasat yang dapat membantu memikat
perhatian siswa.
d) Intonasi dan isyarat lisan lain (extra-verbal cues), misalnya guru menanggapi pekerjaan
siswa dengan kata “wah, pinter sekali”.
2) Non verbal merupakan isyarat/bahasa badan yang diantaranya:
a) Kontak mata (eye contact), sebaiknya guru menatap siswanya, tidak terus melayangkan
matanya ke arah papan tulis, ke langit-langit atau ke lantai, guru mesti melihat ke semua siswa.
Dan tatapan mata supaya memberikan kesan simpatik dan ramah.
b) Ekspresi roman muka (facial expression/ mimik). Wajah yang memberi kesan simpatik
dapat mendorong siswa mengikuti pelajaran, sedangkan wajah yang selalu serius atau bahkan
serem biasanya membuat siswa menjadi bosan atau tidak mau melibatkan diri. Expresi wajah
misalnya, tersenyum, mengerutkan dahi, dan lain-lain.
c) Gerak-gerik tangan (gestures). Variasi dalam gerak tangan, kepala dan badan dapat
memperkuat atau menggaris bawahi apa yang disampaikan guru dan menambah expresi dan arti.
Misalnya, guru dapat mengangguk, menggelengkan kepala, mengangkat kepala, dll.
d) Tempat berdirinya guru di kelas (movements). Misalnya, kalau guru menyapa kelompok
kecil dalam kelas, sebaiknya ia pelan-pelan mendekati mereka, dll. Variasi jenis ini hendaknya
diadakan dengan tepat guna dan dilakukan secara wajar tidak berlebihan.
b. Variasi dalam pola intreraksi guru-murid.
1) Variasi dalam pola inreraksi dan kegiatan siswa.
Kebanyakan guru bicara terlalu banyak dan terlalu lama dengan demikian justru kehilangan
perhatian dan minat siswa. Pola interaksi dapat divariasi dengan polapola lain seperti:
a) Guru-kelompok siswa.
b) Siswa-siswa dalam diskusi.
c) Siswa-siswa perorangan, misalnya, Buzz goups, dan lain-lain.
2) Variasi dalam media dan alat-alat pelajaran.
a) Variasi dalam apa yang dapat dilihat (visual), misalnya, benda nyata, grafik, globe, film,
kliping surat kabar, dan lain-lain.
b) Variasi dalam apa yang dapat didengar (Audio), misalnya, rekaman, suara radio, diskusi,
dramatisasi, role playing, dan lain-lain.
c) Variasi dalam apa yang dapat dipegang (motorik), misalnya, model, alat, patung, binatang,
dan lain-lain.
Jadi variasi dalam penggunaan media yang beragam dan relevan dengan tujuan pembelajaran
dapat merangsang pikiran siswa dan meningkatkan hasil belajar.

Kegunaan variasi dalam kelas


a. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaiatan dengan
aspek belajar
b. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi
c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
d. Kemungkinan dilayaninya siswa secara individuai sehingga memberi kemudahan belajar
e. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau
pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
6. Keterampilan memberikan penguatan
a. Pengertian penguatan
Penguatan (Reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal atau non
verbal, yang merupakan bagian dan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (Feed back) bagi siswa atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan adalah respon terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar
mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengar. Dalam proses pembelajaran,
penghargaan mempunyai arti penting. Penghargaan ini tidak harus berbentuk materi, misalnya
dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, sentuhan. Misalnya guru mengajukan pertanyaann
pada siswa dan siswa menjawab tepat, maka guru sebaiknya memberikan penghargaan. OIeh
karena itu ada hubungan antara memberi penguatan dan ketrampilan bertanya. Kaitannya adalah
apakah guru mengajukan pertanyaan atau meminta siswa mengemukakan pendapat dan dijawab
dengan tepat, maka guru perlu memberikan penguatan pada siswa.
b. Jenis-jenis penguatan
1) Penguatan verbal
Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan.
2) Penguatan non verbal
a. Penguatan gerak isyarat
b. Penguatan pendekatan
c. Penguatan dengan sentuhan
d. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
e. Penguatan berupasimbol atau benda
f. Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak
langsung menyalahkan siswa, dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya menggunakan atau
memberikan penguatan tak penuh (parcial)
c. Prinsip penggunaan penguatan
1) Kehangatan dan keantusiasan
2) Kebermaknaan
3) Menghindari penggunaan respon yang negatif
d. Cara menggunakan penguatan
1) Penguatan kepada pribadi tertentu
2) Penguatan kepada kelompok
3) Pemberian penguatan dengan segera
4) Variasi dalam penggunaan
e. Tujuan pemberian penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan sebagai berikut:
a) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran
b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
c) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
d) Mengontrol dan memodifikasi perilaku siswa yang kurang positif serta mendorong
munculnya perilaku yang positif.
e) Guru harus mengenal siswa secara pribadi.
7. Keterampilan mengajar kelompok kecil atau perorangan
a. Pengertian
Pengajaran kelompok kecil atau perorangan untuk melibatkan antara tiga sampai delapan orang
untuk kelompok kecil dan tentu saja hanya menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja
sepanjang waktu belajar, guru menghadapi banyak kelompok dan banyak siswa yang masing-
masing mempunyai kesempatan untuk bertatap muka secara kelompok dan perorangan.
Hubungan tatap muka antara guru dan kelompok kecil ini diwarnai oleh hakekat pengajaran
kelompok kecil yaitu:
1) Terjadinya hubungan yang akrab, sehat antara guru dan siswa
2) Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, kemampuan dan minat sendiri
3) Siswa mendapat bantuan guru sesuai dengan kebutuhannya
4) siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar akan ditempuh, materi alat yang akan
digunakan dan tujuan yang ingin dicapai. Peran guru ini lebih banyak berfungsi sebagai berikut:
a) Organisator kegiatan belajar mengajar
b) Sumber informasi bagi siswa
c) Pendorong siswa untuk belajar
d) Penyediaan materi belajar bagi siswa
e) Mendiagnosa kesulitan siswa dan memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya
f) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan peserta lainnya.
b. Variasi pengorganisasian
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberi perhatian terhadap
setiap siswa, serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa, maupun antara
siswa dan siswa. Dalam hal ini kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut, kelompok
kecil juga memungkinkan siswa lebih terlibat secara aktif dalam belajar dengan demikian siswa
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, hal ini memungkinkan berkembangnya kreatif dan
sifat kepemimpinan kepada siswa.
c. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil atau perorangan
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
2) Keterampilan mengorganisasikan
3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
4) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan
Agar pengajaran kelompok kecil atau perorangan dapat berlangsung secara efektif, guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Tidak semua topik disajikan dalam format kelompok kecil dan perorangan
b) Lakukan pengajaran kelompok kecil dan perorangan secara bertahap
c) Pengorganisasian siswa, sumber, materi, ruangan dan waktu lurus dilakukan secara cermat
d) Kegiatan harus diakhiri dengan kulminasi yang memungkinkan siswa belajar
8. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering
digunakan, diskusi kelompok kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Melibatkan sekitar tiga sampai lima orang peserta dalam setiap kelompok
b. Berlangsung secara informal sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan
anggota lain
c. Memilih tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
d. Berlangsung secara sistematis
Melalui diskusi kelompok kecil dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik berbagai
informasi dan pengalaman dalam pemecahan suath masalah, meningkatkan pemahaman terhadap
masalah yang penting dalam pembelajaran, meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomonikasi, membina
kerja sama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggungjawab.
Untuk menyukseskan jalannya diskusi kelompok kecil terdapat beberapa keterampilan yang harus
dimiliki oleh pemimpin diskusi, sebagai berikut:
a) Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan diskusi
secara jelas, merumusakn kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, menandai hal-hal yang
tidak relevan dengan topik diskusi, merangkum hasil pembicaraan.
b) Memperjelas masalah atau urutan pendapat melalui menguraikan kembali dan merangkum
pendapat peserta, mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok tentang pendapat
setiap anggota
c) Menguraikan setiap gagasan anggota kelompok
d) Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan kunci yang
menentang, memberi contoh secara tepat, menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang
mengundang perbedaan pendapat, memberikan waktu berpikir, mendengarkan dengan penuh
perhatian
e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi melalui memancing pendapat peserta yang kurang
berpartisipasi, memberikan kesempatan pertama kepada peserta yang kurang berpartisipasi,
mencegah terjadinya monopoli pembicaraan, mendorong peserta didik ketika terjadi kebuntuan
f) Menutup kegiatan diskusi, dengan cara merangkum hasil dan diskusi, tindak lanjut, menilai
proses diskusi yang telah dilakukan.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara
efektif dalam pembelajaran adalah:
a) Topik yang sesuai
b) Pembentukan kelompok secara tepat
c) Pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua eserta didik dapat berpartisipasi
secara aktif.
9. Keterampilan mengadakan evaluasi.
1. Memperhatikan dan mengadakan pejajakan kemajuan murid
2. Mengadakan diagnosa kan dan kelemahan murid dalam segi-segi tertentu
3. Mencari pemecahan yaig bersifat mengatasi kesulitan, kelemahan dalam segi-segi tertentu
4. Mengembangkan berbagai cara mengadakan evaluasi
5. Mendorong agar murid berani megadakan evaluasi pada dirinya
G. Metode Pembelajaran Fisika
1. Metode Pembelajaran Inkuiri
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia
sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu
melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa
keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan
pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari
oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan
inkuiri dikembangkan.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa
pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun
kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir
reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara
untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Dalam hal ini, metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri yang khas.
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran
biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru
dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga,
tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak
hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya
. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada
pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa
seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan
untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit
diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode
ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai
alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan
solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu
yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan
yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda,
sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau
individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani
acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh
bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak
terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya,
maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
2. Metode Pembelajaran SETS
Kata SETS (Science Environment Technology and Society) dapat dimaknakan sebagai sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan
mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang
terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains
maupun non sains. Mempelajari alam dan sekitarnya adalah suatu hal yang relatif mudah. Karena
keberadaan alam ini adalah sesuatu yang konkrit . Kita dapat mengindera apa saja yang ada di
sekitar kita, diamati, dipelajari kemudian dapat digunakan untuk kemanfaatan umat seluruhnya.
Kejadian alam dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan diri manusia.
Kejadian yang ada berlangsung terkait dan berkesinambungan. Suatu sistem yang terjadi dapat
menyebabkan terjadinya sistem yang lain. Dari setiap kejadian alam yang ada, dapat
memunculkan pertanyaan – pertanyaan sebagai suatu permasalahan yang pada akhirnya dapat
bermanfaat bagi manusia setelah mengalami verifikasi dan pengamatan. Oleh karena itu
Pembelajaran Fisika memerlukan keterlibatan aktif para siswa.
Dari uraian di atas, maka pembelajaran tentang alam harus dapat disajikan sebagai suatu
proses penemuan dan terkait dengan pengalaman peserta didik, sehingga pengetahuan yang
diperoleh bersifat lama, dapat diingat, dan mampu meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir bebas.
3. Metode Pembelajaran Demonstrasi
Teknik yang hamper sejenis dengan eksperimen adalah demonstransi. Tetapi dalam hal ini,
siswa tidak melakukan percobaan hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi
demonstransi adalah cara mengajar di mana seseorang guru menunjukkan dan memperlihatkan
sesuatu proses. Sebagai contoh merebus air sampai mendidih 100o C, sehingga seluruh siswa
dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar dan merasakan proses yang dipertunjukkan
oleh guru. Contoh lain dalam pelajaran fisika yaitu menggunakan jangka sorong atau mikrometer
scrup. Dalam hal ini, siswa dapat mengamati cara menggunakan alat, mengetahui cara
menentukan nilainya, menyebutkan bagian-bagian alat tersebut bahkan mengetahui fungsi dari
alat tersebut.
Dengan demonstransi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Selain itu juga,
siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran
berlangsung. Hal ini terjadi karena siswa langsung diberi materi secara nyata (praktek) bukan
teoritis. Karena apabila kita memberikan materi secara nyata (kongkrit), siswa akan
memperhatikan dalam arti tidak berkhayal atau tidak berimajinasi dengan apa yang guru
terangkan. Dalam hal ini, siswa langsung dihadapkan dengan hal yang sesungguhnya atau nyata
(kongkrit).
Penggunaan teknik demonstransi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang
cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan alat jangka sorong, mikrometer
scrup, mikroskop dan termometer yang baik dan benar dan cara membuat sesuatu misalnya
membuat kertas. Dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu alat
peraga seperti mikroskop, teleskop, teropong dan lain-lain. Kemudian siswa juga dapat
menyasikkan kerjanya suatu alat misalnya penggunaan mikroskop, pesawat sederhana dan
termometer.
Bila siswa melakukan demonstrasi sendiri tersebut, maka ia juga akan mengerti cara
menggunakan suatu alat itu seperti menggunakan jangka sorong untuk mengetahui diameter suatu
benda. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan suatu alat sehingga mereka
dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui
kebenaran dari suatu teori di dalam praktek. Misalnya cara menggunakan timbangan atau
mikroskop dengan baik dan benar.
4. Metode Pembelajaran Eksperiment
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu memerlukan
eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar di dalam kelas, khususnya dalam pelajaran
fisika. Teknik eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu
percobaan tentang suatu kasus, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di depan kelas ad
dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atas pesoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Siswa juga dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah
(scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu
yang sedang dipelajarinya. Sebagi contoh kasus sederhana dalam kehidupan sehari-hari “ketika
lonceng bergetar, kamu dapat mendengarkan bunyi. Demikian pula ketika garpu tala bergetar.
Akan tetapi, ketika lonceng dan garpu tala berhenti bergetar, kamu tidak dapat mendengarkan
bunyi. Apa yang menyebabkan timbulnya bunyi?”. Dalam hal ini, siswa akan terpacu dan
penasaran untuk mencari jawaban tentang kasus di atas serta menganalisisnya. Siswa akan
mencari jawaban dengan membaca buku atau mencari teori yang bersangkutan dengan kasus di
atas. Jawabannya sederhana, bunyi dapat ditimbulkan oleh benda yang bergetar. Secara tidak
langsung siswa akan memperoleh pengalaman dan ilmu yang baru dengan hasil kerjanya.
5. Metode Pembelajaran Paikem Membatik
FISIKA merupakan salah satu pelajaran yang dianggap menakutkan bagi siswa, di samping
Matematika. Namun, dengan ''Paikem Membatik'', Fisika tidak lagi menjadi momok. ''Paikem
Membatik'' atau pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan media
teknologi informasi komunikasi (TIK). Dalam hal ini, guru menggunakan alat-alat pendukung
seperti menggunakan media LCD, laptop, atau komputer, pembelajaran Fisika ternyata lebih
interaktif dan menarik. Bahkan, dari evaluasi, ada peningkatan motivasi belajar dan pemahaman
konsep dalam mengerjakan soal-soal Fisika. Jadi mata pelajaran ini tidak bisa diajarkan dengan
sekadar konstektual atau menghafal, akan tetapi juga butuh contoh-contoh yang riil.
Sebenarnya bukan hanya siswa yang takut rumus, tetapi guru juga. Padahal, fisika tidak
selalu identik dengan rumus, soal-soalnya bisa dipecahkan dengan logika. Sehingga, siswa tidak
perlu menghapalkan rumus-rumus fisika. Siswa cukup memahami cara perkalian, pembagian,
penjumlahan, dan pengurangan saja. Jadi fisika Gasing intinya adalah menyebarkan atau
membuat fisika menjadi gampang dan menyenangkan untuk semua kalangan, tidak terbatas untuk
kalangan-kalangan yang ber-IQ tinggi saja. Sebagai salah satu contoh adalah tokoh dunia yang
sangat terkenal Thomas Alfa Edison. Dalam kehidupan akademisnya Thomas kurang bagus,
tetapi beliau bisa menjadi orang nomor satu karena hasil penemuannya.
H. Cara Menjadi Guru Profesional
1. Menguasai 4 kompetensi dasar
Yang paling utama dilakukan adalah menguasai konsep-konsep guru profesional.
Kemudian secara berangsur-angsur dan berkesinambungan menerapkannnya dalam
pembelajaran di kelas. Seperti diketahui ada 4 kompetensi dasar yang harus dikuasai
guru, yaitu: kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kopetensi kepribadian.
2. Selalu belajar dan update informasi
Guru profesional perlu terus belajar, mengupdate informasi terbaru tentang tugas
keguruan. Menambah wawasan pengetahuan melalui media massa, media cetak maupun
elektronik, dan media jaringan. Dengan demikian guru tidak akan ketinggalan informasi
terkini.
3. Disiplin dalam mengajar
Disiplin dalam mengajar adalah kunci sukses seorang guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Guru yang disiplin akan menjadi panutan bagi siswa sehingga siswa tidak
mau main-main dalam belajar.
Dalam hal ini bukan sembarang disiplin, atau disiplin yang kaku. Melainkan disiplin yang
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi sekolah, karakter peserta didik dan
lingkungan sosial sekolah.
4. Menguasai kelas dengan baik
Sukses mengajar seorang guru ditandai dengan keberhasilannya menguasai kelas
dengan baik ketika mengajar. Guru profesional harus mampu mengelola kelas sehingga
pembelajaran menjadi menyenangkan. Ujung-ujungnya kelas jadi mudah dikelola oleh
guru.
5. Menguasai administrasi pembelajaran
Administrasi mengajar merupakan komponen penting dalam melaksanakan
pembelajaran. Guru profesional harus mahir dalam merencanakan pembelajaran sampai
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Hal itu dituangkan dalam buku perangkat
pembelajaran yang aplikabel. Untuk mempercepat proses pengolahan administrasi
pembelajaran, guru perlu menguasai seluk beluk komputer jaringan.

Anda mungkin juga menyukai