Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.

A DENGAN KOLIK ABDOMEN DI RUMAH SAKIT UMUM TANGERANG


SELATAN TAHUN 2022

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Ners dalam stase
Keperawatan Anak

PEMBIMBING:
Ns. Oryza Intan Suri M.Kep

DISUSUN OLEH:
Komang Esen Ariada (202107039)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TANGERANG SELATAN TAHUN 2022/ 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit Kolik Abdomen


1. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada
gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi
peristaltiknya normal (Abdullah & Firmansyah, 2012).
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan
dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah
karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau
organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Kolik abdomen adalah
nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan
merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat
fatal (Manurung et al., 2020).
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu (Mahadevan, 2015):
1) Nyeri abdomen visera
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau
penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa
iskemi atauinflamasi ketika jaringan mengalami kongesti sehingga
mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan ambang batas
nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi awal dari beberapa
penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga
kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik,
maka nyeri sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.
Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan
memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri
abdomen visera ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan
dirasakan dibagian tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio
abdomen yang merujuk padaasal organ secara embrionik. Struktur
foregut seperti lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan
pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai
nyeri regio epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum,
apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus.
Sedangkan struktur hindgut seperti kolon transversal, kolondesendens
dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.
2) Nyeri abdomen parietal (somatik)
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia,
inflamasiatau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf
aferen yang bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar
ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri.
Karena alasan inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera,
sering dapat dilokalisasiterhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk
dan pergerakan dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini
mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik dapatdicari tanda berupa rasa
lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku padaabdomen yang dipalpasi.
Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupanyeri visera dan
somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri
periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan
bawahketika inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).
3) Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ
yang sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral
yang berasal dari lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien
dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena
distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh
lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan Infark
miokard, nyeri di bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma
(contoh, rupture limpa), nyeri infrascapular yang berhubungan dengan
penyakit biliar dan nyeri testicular yang berhubungan dengan
obstruksi uretra.

2. Etiologi
a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012).
1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu bagian-
bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus
di dalam usus)
4) Intusesupsi
5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
6) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi
usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit.
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam
darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif)
c. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu :
1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, app endicitis,
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
2) Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitisinfeksi, esofagitis.
3) Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena
batu.
4) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6) Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia
fungsional.
7) Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard
dan parudan lainnya

3. Manifestasi klinis Colic Abdomen


Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit
dengansederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Abdullah
& Firmansyah, 2012).
1) Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien).
2) Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang
lebihmenonjolpada obstruksi sederhana.
3) Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada
perkiraanlokasidan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama
beberapa hari, yang menjadi progresif dan dengan distensi perut,
mungkin khas untuk obstruksi yang lebih distal.
4) Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan
komplikasi yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi
atau iskemik).
5) Mual
6) Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
7) Diare (temuan awal)
8) Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak
adanyagerakanusus atau buang angin.
9) Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait
dengan strangulasi.
10) Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
11) Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)

4. Patofisiologi Colic Abdomen


Penyebab dari colic adalah menyebabkan inflamasi obstruksi dan
perdarahan pada abdomen. Dari hal ini abdomen menjadi tidak
nyamandan menimbulkan rasa nyeri. Dari hal ini sendiri dapat
menimbulkan banyak masalah-masalah lain yang dapat muncul pada
pasien colic abdomen (Darsini & Praptini, 2019).
Pathway

5. Komplikasi
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas
oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan
secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic
dengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini.
Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang NGT untuk
dilakukan suction terhadap usus GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak
lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
(Syamsiah & Muslihat, 2015).
a. Farmakologi
1. Terapi Na + K + komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal
usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih
efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan
5. Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap efek
histamine)
b. Non Farmakologi
1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko
6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses
dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur
kedua.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari
klien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Mala et al.,
2016)
a. Identitas Klien dan Keluarga
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan daiagnosa.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga
menyebabkan klien datang untuk mencari bantuan kesehatan
(Aziz, 2013).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan factor
yang mempengaruhi dan juga yang memperberat keluhan
sehingga di bawa ke RS.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah klien
menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan saat ini.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit
keturunan atau menular
c. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b) Pola Aktivitas Latihan
Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui aktivitas
yang dilakukan klien saat sehat. Apakah ada kelemahan atau
kelelahan.
c) Pola Nutrisi dan metabolic
Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhdapa makanan dan klien selalu ingin
muntah.
d) Pola Istirahat dan tidur
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses penyakitnya,
pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tetapi apabila derajat nyeri hebat
akan ada kemungkinan klien sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit yang
lainnya.
4) Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar
5) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran terhadap
makanan/ nafsu makan menurun dan muntah.
6) Sistem eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran terhadap
makanan.
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan telur.
Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul,
sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/hari );
perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi berperdarahan per
rektal.
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau
adanya peristaltuk yang dapat dilihat. Wasir, fisura dubur (25%);
fistula ferienal.
C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Nyeri Akut
 Perubahan selera makan 
 Perubahan tekanan darah, Kolik abdomen
frekuensi pernafasan dan 
jantung Peningkatan intraluminal
 Mengekpresikan perilaku 
(gelisah, merengek, Distensi berisi gas, cairan,
menangis, waspada) dan elektrolit
 Prilaku terjaga 
melindungi lokasi nyeri Gangguan vaskuler
 Indikasi nyeri yangdapat 
diatasi Statis vena
 Perubahan posisiyang 
dapat diamati Edema dinding usus
 Melaporkan nyerisecara 
verbal Peningkatan distensi
 Gangguan pola tidur dinding usus

Peningkatan tekanan intra
abdomen

Nyeri Akut
2 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Resiko Defisit
 Sakit perut  Nutrisi
 Penurunan Berat badan Kolik abdomen
dengan asupan makan 
lumayan Peningkatan intraluminal
 Diare 
 Kehilangan rambut Distensi berisi gas, cairan,
berlebihan dan elektrolit
 Bising usus tidak ada 
 Kurang informasi Udara tertampung
 Kurang minat 
padamakanan Peningkatan volume udara
 Membran mukosa pucat 
 Ketidakmampuan Rangsangan mual
mencerna makanan 
 Tonus otot menurun Muntah
 Mengeluh gangguan 
sensasi rasa Gangguan pemenuhan
 Kelemahan otot untuk nutrisi
mengunyah dan menelan
3 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Ansietas
 Mengekpresikan karena 
perubahan dalam Kolik abdomen
peristiwa hidup 
 Gelisah Perubahan status
 Insomnia kesehatan
 Kontak mata kurang 
 Mengintai, tampak Defisit informasi
waspada, ketakutan, 
wajah tegang Ansietas
 Tremor, suara gemetar,
anoreksia
 Peningkatan nadi,
peningkatan nafas, pupil
melebar
 Anoreksia, mual,diare,
 Gangguan tidur

D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077)
2) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake inadekuat (D.0032)
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan wajah tampak tegang, dan gelisah (D.0080)

E. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) (L.08066) Observasi
 Identifikasi lokasi
Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan kualitas, intensitas nyeri
3x24 jam diharapkan  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang
tingkat nyeri menurun memperberat dan
memperingan nyeri
Kriteria Hasil:  Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Keluhan nyeri
Terapeutik
menurun dari skala 1
menjadi skala 4  Berikan tekhnik
nonfrmakologi untuk
 Meringis dari
mengurangi rasa nyeri
menurun dari skala 2
(mis, hypnosis, akupresur,
menjadi skala 4
terapi music, terapi pijat,
 Gelisah menurun dari
aromaterapi, tekhnik
skala 2 menjadi skala
imajinasi terbimbing,
4
kompres hangat/dingin)
 Kesulitan tidur
 Kontrol lingkungan yang
menurun dari skala 2
memperberat rasa nyeri
menjadi skala 4
(mis, suhu ruanganan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
(Darsini & Praptini, 2019)

2 Resiko defisit Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi


nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan Observasi
(D.0032) tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
diharapkan  Identifikasi alergi dan
ketidakasupan nutrisi intoleran makanan
membaik dengan kriteria
 Identifikasi makanan yang
hasil:
disukai
 Nyeri abdomen dari  Identifikasi kebutuhan
skala 2(cukup kalori dan jenis nutrient
meningkat) menjadi  Monitor asupan makanan
4(cukup menurun)  Monitor berat badan
 Nafsu makan dari  Monitor hasil
skala 2(cukup pemeriksaan lab
memburuk) menjadi Terapeuik
4(cukup membaik)  Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet(mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
seratuntukmencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
protein dan kalori
 Berikan suplemen makan,
jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeberiana
medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jumlah nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
3 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
(D.0080) (L.09093) Observasi
Setelah dilakukan Identifikasi saat tingkat
tindakan keperawatan ansietas berubah
3x24 jam diharapkan  Identifikasi kemampuan
tingkat ansietas menurun mengambil keputusan
Kriteria Hasil:  Monitor tanda-tanda
 Konsentrasi dari ansietas
skala 3 (sedang) Terapeutik
menjadi 4 (cukup
membaik)  Ciptakan suasana
teraupetik untuk
 Perilaku gelisah dari menumbuhkan
skala 2 (cukup kepercayaan
meningkat) menjadi 4  Temani pasien untuk
(cukup menurun) mengurangi kecemasan,
 Verbalisasi khawatir jika memungkinkan
akibat kondisi yang  Pahami situasi yang
dihadapi dari skala 3 membuat ansietas
(sedang) menjadi 5  Dengarkan dengan penuh
(menurun) perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi

 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi

F. Implementasi Dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut  Mencatat keluhan nyeri, S : Klien mengatakan nyeri
termasuk lokasi, frekuensi yang dirasakan sedikit
 Mengobservasi TTV berkurang
 Mengajarkan teknik distraksi dna O:
relaksasi nafas dalam  Skala nyeri
 Mengatur posisi klien berkurang
 Melakukan kolaborasi dengan  TTV normal
tim medis (dokter) dalam  Wajah klien tampak
pemberian terapi obat tenang
 Melakukan pendidikan kesehatan A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Resiko  Mengidentifikasi input dan S : Klien mengatakan sudah
defisit output makan
nutrisi  Mengidentifikasi perlunya O:
penggunaan NGT  BB dalam rentang
 Memonitor BB normal
 Menyajikan makanan secara  Porsi makanan
menarik dan suhu yang sesuai dihabiskan
 Melakukan pendidikan kesehatan  Nafsu makan
mengenai nutrisi yang baik bertambah
 Mengkolaborasikan dengan ahli A : Masalah teratasi
gizi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Implementasi dan Evaluasi

Implementasi merupakan penerapan intervensi pada klien secara nyata


dan terpadu untuk mencapai tujuan yang telah disusun secara sistematis. Di
tahap ini perawat akan melakukan implementasi yang sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah klien

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi


dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Perawat membandingkan antara hasil akhir yang telah diamati dan tujuan
atau kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi. Selanjutnya taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan intervensi keperawatan ditetapkan
Daftar Pustaka

Abdullah, M., & Firmansyah, M. A. (2012). Diagnostic approach and management of


acute abdominal pain. Acta Medica Indonesiana, 44(4), 344–350.
Darsini, & Praptini, I. (2019). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Pasien Dengan Kolik Abdomen. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan, 59–62.
Mala, J., Keperawatan, A., & Waluyo, N. (2016). Pengelolaan Nyeri Akut pada Ny.
M dengan Kolik Abdomen di Ruang Bougenvile RSUD Pandan Arang Boyolali.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo.
Manurung, E. D., Nadeak, B., & Ndruru, E. (2020). Implementasi Algoritma Hebb
Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa. JURIKOM
(Jurnal Riset Komputer), 7(2), 250. https://doi.org/10.30865/jurikom.v7i2.2086
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap
Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain Di Igd Rsud Karawang 2014.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 11–17.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.Jakarta. DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai