Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Ners dalam stase
Keperawatan Anak
PEMBIMBING:
Ns. Oryza Intan Suri M.Kep
DISUSUN OLEH:
Komang Esen Ariada (202107039)
2. Etiologi
a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012).
1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu bagian-
bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus
di dalam usus)
4) Intusesupsi
5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
6) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi
usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit.
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam
darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif)
c. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu :
1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, app endicitis,
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
2) Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitisinfeksi, esofagitis.
3) Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena
batu.
4) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6) Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia
fungsional.
7) Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard
dan parudan lainnya
5. Komplikasi
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas
oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan
secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic
dengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini.
Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang NGT untuk
dilakukan suction terhadap usus GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak
lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
(Syamsiah & Muslihat, 2015).
a. Farmakologi
1. Terapi Na + K + komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal
usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih
efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan
5. Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap efek
histamine)
b. Non Farmakologi
1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko
6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses
dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur
kedua.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari
klien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Mala et al.,
2016)
a. Identitas Klien dan Keluarga
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan daiagnosa.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga
menyebabkan klien datang untuk mencari bantuan kesehatan
(Aziz, 2013).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan factor
yang mempengaruhi dan juga yang memperberat keluhan
sehingga di bawa ke RS.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah klien
menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan saat ini.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit
keturunan atau menular
c. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b) Pola Aktivitas Latihan
Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui aktivitas
yang dilakukan klien saat sehat. Apakah ada kelemahan atau
kelelahan.
c) Pola Nutrisi dan metabolic
Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhdapa makanan dan klien selalu ingin
muntah.
d) Pola Istirahat dan tidur
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses penyakitnya,
pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tetapi apabila derajat nyeri hebat
akan ada kemungkinan klien sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit yang
lainnya.
4) Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar
5) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran terhadap
makanan/ nafsu makan menurun dan muntah.
6) Sistem eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran terhadap
makanan.
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan telur.
Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul,
sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/hari );
perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi berperdarahan per
rektal.
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau
adanya peristaltuk yang dapat dilihat. Wasir, fisura dubur (25%);
fistula ferienal.
C. Analisa Data
E. Perencanaan
Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
Latih teknik relaksasi