Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

PENGARUH PEMBERIAN NEBULISASI TERHADAP FREKUENSI


PERNAFASAN PADA PASIEN GANGGUAN SALURAN
PERNAFASAN

Syutrika A. Sondakh1, Franly Onibala2, Muhamad Nurmansyah3


1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Univeristas Sam
Ratulangi, Indonesia
2. Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado, Indonesia
3. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Univeristas Sam Ratulangi,
Indonesia

Email : syutrikaa@gmail.com
Abstrack : Background Giving nebulisation in patients with respiratory disorders is very
influential on the frequency of respiration, giving nebulizer causes direct medical at the
location or target of action such as the lung, drug delivery through the nebulizer is very fast,
so the action is faster. This research method used a quasi experimental one group pretest-
posttest research design with a population of patients with respiratory disorders. The sample
consisted of 16 respondents using purposive sampling techniques. Data collection used
observation sheets. Data analysis used Wilcoxon signed ranks test. The Results of this study
revealed p-value= 0,000 which is less than the significant value of 0.05. The average
respiratory frequency decreased from 26.50% to 18%. after delivering nebulisation. The
conclusion of this study there was an effect of nebulisation on the respiratory frequency on
patients with respiratory disorders at GMIM General Hospital Pancaran Kasih Manado.
Keywoards : Nebulisation, Respiratory Frequency, Respiratory Distrubances

Abstrak : Latar Belakang Pemberian nebulisasi pada pasien dengan gangguan pernapasan
sangat berpengaruh pada frekuensi respirasi, pemberian nebulizer menyebabkan medikasi
langsung di lokasi atau target tindakan seperti paru-paru, pemberian obat melalui nebulizer
sangat cepat, sehingga tindakan lebih cepat. Metode penelitian ini menggunakan quasi
eksperimental satu kelompok desain penelitian pretest-posttest dengan sampel pasien
gangguan pernapasan. Menunjukkan sampel terdiri dari 16 responden menggunakan teknik
purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi frekuensi pernafasan.
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini mengungkapkan p-value =
0,000 yang kurang dari nilai signifikan 0,05. Frekuensi pernapasan rata-rata menurun dari
26,50% menjadi 18%. setelah melakukan nebulisasi. Kesimpulan dari penelitian ini ada efek
nebulisasi pada frekuensi pernapasan pada pasien dengan gangguan pernapasan di Rumah
Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado.
Kata Kunci : Nebulisasi, Frekuensi Pernafasan, Gangguan Saluran Pernafasan

75
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

PENDAHULUAN Pemicu khas untuk asma intemitten dan


Penyakit saluran pernafasan pasisten meliputi infeksi pernapasan
merupakan sekelompok penyakit karena virus, infeksi pernapasan karena
kompleks dan heterogen yang disebabkan bakteri, polusi udara dan iritan lingkungan
oleh berbagai penyebab dan dapat lainnya, paparan alergen, asap rokok,
mengenai setiap lokasi di sepanjang udara dingin, refluks gastroesofagus, dan
saluran nafas. Penyakit saluran pernafasan olahraga. Selama eksaserbasi, kaliber
merupakan salah satu penyebab utama saluran pernapasan berkurang karena
kunjungan pasien ke sarana kesehatan bronkokonstriksi, lendir, dan edema.
(Novy Akti Handayani, 2010). Penyakit Pasien akan batuk karena iritasi saluran
Paru dan saluran napas merupakan pernapasan, dan dahak dapat berisi
penyakit yang tingkat kejadiannya cukup gumpalan dan eosinovil. Karena obstruksi
luas dan dapat menyerang siapa saja tanpa saluran pernapasan selama ekspirasi lebih
memandang usia dan suku bangsa. Dalam besar dari inspirasi, terjadi jebakan udara,
kehidupan sehari-hari kita banyak dan paru-paru menjadi hiperinflasi
menjumpai penyakit seperti asma dan (Ringel, 2012).
ispa. Ada beberapa hal yang dapat Infeksi saluran pernapasan akut
menjadi penyebab penyakit pada saluran disebabkan oleh virus atau bakteri.
pernapasan dan paru, misalnya zat yang Penyakit ini diawali dengan panas dan
berasal dari lingkungan sekitar, seperti salah satu gejala tenggerokan sakit, pilek,
polusi udara, bakteri, virus, dan lain batuk kering atau berdahak. Period
sebagainya (Yossi Octvina 2014). Prevalence ISPA di 5 Provinsi menurut
Asma ditemukan di seluruh dunia, diagnosis oleh Tenaga Kesehatan dengan
dapat terjadi pada laki-laki maupun ISPA tertinggi ialah Papua (10,5%),
perempuan, dewasa maupun anak, kaya Bengkulu (8,9%), Papua Barat (7,5%),
maupun miskin. Hasil Riset Kesehatan Nusa Tenggara Timur (7,3%), dan
Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 Kalimantan Tengah (6,2%). Pada hasil
mendapat hasil prevalensi asma di Riskesdas tahun 2018 didapatkan
Indonesia (2,4%). Dengan prevalensi prevalensi ISPA di Provinsi Sulawesi
asma tertinggi terdapat di DI Yogyakarta Utara sebesar (2,1%).
(4,5%) diikuti Kalimantan Timur (4,0%) Pada ISPA atas 90-95%
dan Bali (3,9%). Prevalensi penyakit asma penyebabnya adalah virus. Bakteri
di Sulawesi Utara yaitu (2,1%). Prevalensi penyebab ISPA antara lain dari genus
asma untuk daerah pedesaan ditemui streptokokus,haemafilus, pnemokokus,
sebesar (2,1%) sedangkan di perkotaan bordetella dan herpesivirus (Salsila,
(2,6%). Prevalensi di perkotaan lebih 2012). Pada infeksi saluran pernapasan
tinggi dari pedesaan disebabkan karena akut terjadi peradangan selaput lendir
pola hidup di kota besar dapat meningkat sekitar tenggerokan dan terdapat bintik-
faktor resiko terjadinya asma (Qomariah, bintik yang melekat berwarna kuning atau
Sihombing, & Oemiati 2010). putih. Hal tersebut mengakibatkan
Asma merupakan obstruksi jalan menyempitnya atau tersumbatnya saluran
napas yang bersifat reversibel. Asma pernapasan (Handayani, 2010).
merupakan penyakit yang di tandai oleh Ketidakefektifan bersihan jalan napas
serangan intermitten bronkus yang di adalah ketidakmampuan dalam
sebabkan oleh rangsang allergi atau iritatif membersihkan sekresi atau obstruksi dari
(Manurung, 2016). Respons inflamasi saluran pernapasan untuk menjaga
menyebabkan bronkokonstreksi, edema bersihan jalan napas. Batasan karakteristik
saluran pernapasan, hipersekresi lendir, dari ketidakefektifan bersihan jalan napas
dan meningkatkan kerentanan terhadap adalah batuk yang tidak efektif, penurunan
peradangan dan gejala lebih lanjut. bunyi napas, suara napas tambahan

76
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

(ronkhi, rales, crakleswheezing), sputum METODE PENELITIAN


dalam jumlah berlebih, perubahan irama Penelitian ini bersifat kuantitatif,
napas, sianosis gelisah (Nanda, 2015). dengan desain penelitian menggunakan
Kolaborasi dengan dokter pemberian quasi eksperimental dengan one group
terapi nebulizer (Wong, 2010). pretest-posttest untuk mengidentifikasi
Penggunaan terapi ini sangat luas di pengaruh pemberian nebulisasi terhadap
bidang respirologi. Ada berbagai macam frekuensi pernapasan pada pasien
alat terapi inhalasi nebulizer yaitu suatu gangguan saluran pernapasan
alat yang dapat mengubah obat cair (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini telah
menjadi aerosol. Alat ini dapat digunakan di laksanakan di RSU GMIM Pancaran
untuk terapi inhalasi saluran respiratori Kasih Manado pada bulan Agustus 2019.
atas dan bawah (Supriyanto dan Populasi yang di gunakan adalah pasien
Kuswandani, 2011). gangguan saluran pernapasan Asma 30
Nebulizer merupakan alat yang orang, ISPA 31 orang. Pengambilan
digunakan untuk memberikan terapi sampel penelitian ini menggunakan teknik
pengobatan bagi pasien yang terserang purposive sampling, yaitu teknik
gangguan saluran pernapasan dengan penentuan sampel dengan cara memilih
memanfaatkan cairan uap yang sudah sampel diantara populasi sesuai dengan
tercampur dengan obat. Perkembangan yang dikehendaki, sehingga sampel
pesat pada teknologi terapi inhalasi telah tersebut dapat mewakili karakteristik
memberikan manfaat yang besar bagi populasi (Setiadi, 2013) maka didapatkan
pasien yang menderita penyakit saluran jumlah sampel 16 responden.
pernapasan. Keuntungan utama pada Alat ukur yang digunakan dalam
terapi inhalasi bahwa obat di hantarkan penelitian ini yaitu terapi pemberian
langsung ke dalam saluran pernapasan nebulisasi berupa Standart Operasional
langsung masuk ke paru-paru, kemudian Prosedur (SOP) yang ada di RSU GMIM
menghasilkan konsentrasi lokal yang lebih Pancaran Kasih Manado dan Lembar
tinggi dengan resiko yang jauh lebih Observasi yang didalamnya terdiri
rendah terhadap efek samping sistemik karakteristik responden Usia, Jenis
yang timbul. Kelamin dan tabel observasi yang terdiri
Frekuensi pernapasan merupakan dari Frekuensi pernafasan Sebelum dan
intensitas memasukkan atau Sesudah pemberian nebulisasi.
mengeluarkan udara per menit. Frekuensi Pengolahan data yang diperoleh dari hasil
pernapasan normal pada orang dewasa penelitian ini diolah kemudian dilakukan
adalah 16-20 kali per menit (Somantri, penghitungan skor setelah itu dianalisis
2007). Rata-rata frekuensi pernapasan menggunakan uji statistik melalui sistem
pada orang dewasa meningkat seiring komputerisasi dengan beberapa tahap
dengan bertambahnya usia dan eskpansi yaitu editing, coding, transfering,
dada cenderung menurun karena kekakuan tabulating (Notoatmodjo, 2012). Analisa
dinding dada. Frekuensi pernapasan bivariat dalam penelitian ini yaitu untuk
dihitung dengan mengobservasi inspirasi mengetahui pengaruh pemberian
dan ekspirasi penuh. Frekuensi nebulisasi terhadap frekuensi pernafasan
pernapasan bervariasi sesuai usia. pada pasien gangguan saluran pernafasan
Berdasarkan urian diatas membuat di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.
peneliti tertarik untuk meneliti tentang Peneliti menggunakan uji Wilcoxon di
“Pengaruh Pemberian Nebulisasi terhadap dapatkan nilai 0,000 (p<0,005)
frekuensi pernapasan pada pasien
Gangguan Saluran Pernapasan”

77
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

Etika Penelitian
Etika penelitian ini telah dilakukan
dengan standar etika penelitian yaitu:
1. Self determination (hak setiap orang)
2. anonymity (tanpa nama)
3. confidentiality (kerahasiaan)

HASIL dan PEMBAHASAN

1. Analisa Univariat
Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin di RSU GMIM


Pancaran Kasih Manado (n = 16)
Jenis Kelamin n %

Laki-laki 9 56,3
Perempuan 7 43,8

Total 16 100
Sumber : Data Primer 2019
menyebabkan infeksi saluran pernapasan
Distribusi responden dilihat dari pada laki-laki adalah kebiasaan merokok
karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan terpapar asap rokok. Merokok dapat
menunjukan bahwa kebanyakan menyebabkan perubahan struktur dan
responden berjenis kelamin Laki-laki fungsi saluran pernapasan dan jaringan
yaitu 9 responden (56,3%) sedangkan paru-paru. Husna (2014) pada laki-laki
perempuan yaitu 7 responden (43,8%). lebih banyak terpapar penyakit asma, hal
Penelitian yang dilakukan Indarjo dan ini disebabkan karena laki-laki cenderung
Wijayanti (2018) mengatakan berdasarkan memiliki beban kerja yang lebih berat,
hasil dari berbagai penelitian, dilaporkan gaya hidup yang tidak tepat selain itu
bahwa faktor resiko meningkatnya merokok juga dapat memicu terjadinya
kejadian infeksi saluran pernapasan adalah kekambuhan penyakit asma. Majampoh
dengan jenis kelamin laki-laki. Pada laki- (2013) mengatakan laki-laki memiliki
laki dan perempuan pada usia 15-24 tahun resiko terkena asma lebih tinggi dari
memiliki resiko tidak terlalu jauh perempuan. Hal ini terkait bahwa laki-laki
perbedaan, akan tetapi resiko tersebut cenderung merokok dan mengkonsumsi
akan menjadi dua kali lipat pada laki-laki alkohol sehingga dapat menurunkan
setelah berumur 25 tahun. Dewi, sistem pertahanan tubuh dan lebih mudah
Rahmalia & Ananda (2018) hal lain yang terpapar dengan agen penyebab asma.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia di RSU GMIM Pancara Kasih
Manado (n = 16)
Usia n %
17-25 Tahun 2 12,5
26-45 Tahun 10 62,5
46-55 Tahun 3 18,8
56-65 Tahun 1 6,3
Total 16 100
Sumber : Data Primer 2019

78
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

Distribusi responden dilihat dari penderita yang mengalami gangguan paru


karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak pada kelompok usia
menunjukan responden terbanyak pada produktif (15-44 tahun). Hal ini terjadi
usia 26-45 tahun yaitu (62,5%). Hasil karena pada usia produktif mempunyai
penelitian ini sejalan dengan penelitian mobilitas yang tinggi sehingga
Safitri (2011), yang memperlihatkan kemungkinan untuk terpapar kuman lebih
bahwa umur responden kelompok besar dan ditambah kebiasaan yang
perlakuan adalah 36-45 tahun sebanyak 11 mempunyai faktor resiko untuk
pasien (33%). Orang yang bekerja di mengalami gangguan pernapasan seperti:
lingkungan laboratorium hewan, industri merokok, minum alkohol, begadang dan
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas yang lainnya. Pada pekerja kemungkinan
mempunyai kecendrumgan tinggi terpajan bahan allergen pencentus asma,
menderita asma. Faktor-faktor pencetus polusi udara dapat mempengaruhi asma
tersebut menimbulkan suatu prediposisi pada usia dewasa tetapi lebih sering
genetik terhadap alergi sehingga orang sebagai faktor yang memperburuk asma
yang bekerja selama bertahun-tahun yang sudah ada sebelumnya dibandingkan
rentan terhadap penyakit asma. Sejalan dengan penyebab asma baru (Tana, 2018).
dengan hasil penelitian Sirait (2010)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pernafasan Sebelum dan Sesudah Pemberian Nebulisasi di


RSU GMIM Pancaran Kasih Manado (n = 16)

Frekuensi Pernafasan Sebelum


n %
Takipnea 16 100
Normal - -
Total 16 100%
Sumber : Data Primer 2019
obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Distribusi responden dilihat dari Rahmawati (2012), dampak adanya
karakteristik responden berdasarkan hambatan pada jalan nafas akan
frekuensi pernafasan sebelum pemberian menimbulkan dampak pada sistem-sistem
nebulisasi menunjukan bahwa sebelum tubuh yaitu adanya peningkatan frekuensi
pemberian nebulisasi frekuensi pernafasan nafas, susah bernafas, periode inspirasi
dalam kategori takipnea yaitu 16 agak pendek dan periode inspirasi yang
responden (100%). Beberapa faktor panjang. Serangan asma bronkial terjadi
pencetus serangan asma menurut karena dua faktor. Yang pertama faktor
Education (2015) yaitu allergen, infeksi ekstrinsik yaitu disebabkan karena
virus, obat-obatan, olahraga, faktor fisis, menghirup allergen yang biasanya terjadi
makanan, polusi udara, faktor pekerjaan, pada anak-anak yang memiliki keluarga
faktor hormon, refluks gastroesofagus, dengan riwayat penyakit alergi. Tipe ini
stress. Saryono (2010) bahwa pada asma, yang akan kambuh tiap kali terpapar oleh
diameter bronchiolus akan berkurang allergen, sedangkan yang kedua adalah
selama ekspirasi dari pada inspirasi. Ini faktor ekstrinsik yaitu mengacu pada
terjadi karena adanya peningkatan tekanan faktor diluar mekanisme imunitas dan
dalam paru selama ekspirasi paksa umumnya dijumpai pada usia dewasa.
menekan bagian luar bronchioles, karena Faktor ini meliputi stress, olahraga,
bronchiolus sudah tersumbat sebagian aktifitas yang berat serta obat-obatan
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat (Ikawati, 2011).
dari eksternal yang menimbulkan

79
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

2. Analisa Bivariat
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Nebulisasi Terhadap Frekuensi Pernafasan Pada Gangguan
Saluran Pernafasan.
n Median P-Value
(Minimum-Maksimum)
Sebelum Pemberian Nebulisasi 16 26,50 (25-30) 0,000
Sesudah Pemberian Nebulisasi 16 18,00 (17-20)
Sumber : Data Primer 2019

Hasil uji Wilcoxon pengaruh pemberian humidifikasi. Tujuan dari pemberian


nebulisasi terhadap frekuensi pernafasan nebulizer yaitu rileksasi dari spasme
pada pasien gangguan saluran pernafasan bronchial, mengencerkan secret
di RSU GMIM Panacaran Kasih Manado melancarkan jalan nafas, melembabkan
tahun 2019. Pemberian nebulisasi selama saluran pernafasan.
15-20 menit menunjukan hasil nilai
frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah KESIMPULAN
pemberian nebulisasi pada pasien Berdasarkan hasil analisis data dan
gangguan saluran pernafasan didapatkan pembahasan maka dapat di simpulkan
nilai median frekuensi pernafasan sebelum bahwa terdapat pengaruh pemberian
pemberian nebulisasi nilai minimal yaitu nebulisasi terhadap frekuensi pernafasan
25%, dan nilai maksimal adalah 30%, pada pasien gangguan saluran pernafasan
dsengan nilai median 26,50%. Kemudian di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
sesudah pemberian nebulisasi didapatkan dengan hasil yang signifikan 0,000
nilai minimal 17% dan maksimal 20%, (p<0,005).
dengan nilai median 18,00% dan pada Institusi pendidikan diharapkan
nilai P-Value diperoleh hasil yang dapat Memberikan informasi tentang
signifikan 0,000 (p<0,005). Sehingga pengaruh pemberian nebulisasi terhadap
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh frekuensi pernapasan pada pasien
pemberian nebulisasi terhadap frekuensi gangguan saluran pernapasan yang bisa
pernapasan pada pasien gangguan saluran digunakan sebagai bahan acuan untuk
pernapasan di RSU GMIM Pancaran peneliti selanjutnya. Bagi peneliti
Kasih Manado. Penelitian ini sejalan selanjutnya penelitian tentang penurunan
dengan Ikawati (2011), pemberian frekuensi pernapasan dengan
nebulizer pada pasien asma menimbulkan menggunakan pemberian nebulisasi ini
medikasi langsung pada tempat atau masih perlu banyak diteliti.
sasaran aksinya (seperti paru), pengiriman
obat ke paru sangat cepat, sehingga DAFTAR PUSTAKA
aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya Dewi, P, A. Rahmalia, S. Ananda, R. R.
seperti subkutan atau oral, serta dosis (2018). Hubungan Antara Lung
yang rendah dapat menurunkan absorbs Capacity dengan Derajat
sistemik dan efek samping sistemik. Dyspnea Sebagai Preventif ISPA
Muttaqins (2014), juga mengatakan Berulang. Fakultas Keperawatan
nebulizer merupakan suatu alat Universitas Riau.
pengobatan dengan cara pemberian obat- Education, M. G. (2015). Harrison
obatan dengan penghirupan, setelah obat- Pulmonologi dan Penyakit Kritis.
obatan tersebut terlebih dahulu Jakarta: EGC.
dipecahkan menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil melalui cara aerosol atau

80
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

Hindayani. (2010). Dokumentasi Notoadmojo, S. (2010). Metodologi


Keperawatan “DAR” Panduan, Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Konsep, dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta.
Mitra Cendika Jogjakarta.
Riskesdas, (2018). Data dan informasi
Husna, C. (2014). Upaya pencegahan tahun 2018. (Profil Kesehatan
kekambuhan asma bronkhial Indonesia).
ditinjau dari teori health belief
model di RSUDZA Banda Aceh. Ringel, E. (2012). Buku Saku Hitam
Diakses tanggal 29 Maret 2017 Kedokteran Paru. Jakarta: PT.
Harahap. F. M. (2011). Asma Indeks.
Bronkhial. Di akses tanggal 4 Juli
Salsila DA. (2012). Hubungan Kondisi
2016.
rumah dengan frekuensi
Ikawati, Z. (2011). Penyakit Sistem kejadian infeksi saluran
Pernafasan dan Tata Laksana pernapasan atas (ISPA) di RT
Terapinya. Yogyakarta: Bursa 01 dan RT 08 kelurahan olak
Ilmu. kemang tahun 2012 [skripsi].
Jambi: Universitas Jambi.
Indarjo, S. & Wijayanti, T. (2018).
Gambaran Karakteristik dan Supriyanto Bambang, Nastiti Kaswandani.
Pengetahuan Penderita ISPA (2011). Buku Ajar Respirologi.
Pada Pekerja Pabrik di PT Edisi I. EGC. Jakarta.
Perkebunan Nusantara IX
Somantri, I. (2007). Asuhan Keperawatan
(Persero) Kebun
Pada Pasien Dengan Gangguan
Batujamus/Kerjoarum
Pernapasan. Jakarta : Salemba
Karangnyar. Fakultas Ilmu
Medika.
Olahraga Universitas Negri
Semarang. Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Penulisan Riset Keperawatan.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan
Edisi 2. Yogyakarta. Garaha
Keperawatan Sistem
Ilmu.
Respiratory. Jakarta: CV. Trans
Info Media. Sirait, M. (2010). Hubungan Karakteristik
Pekerja dengan Faal Paru di
Muttaqin, A. (2018). Buku Ajar Asuhan
Kilang di Padi Kecamatan
Keperawatan Klien dengan
Porseatahun 2010.
Gangguan Sistem Pernapasan.
SkripsiSarjana. Fakultas
Jakarta: Salemba Medika.
Kesehatan Masyarakat
Novy Akti Handayani, Irwandi Dwi Universitas Sumatera Utara.
Wahyono. (2010). “Pernafasan Medan. Online:
Yang Dipicu Penggunaan Air http://www.respiratory.usu.ac.id
Conditioner (Ac) Dengan /handle.123456789/17738.
Metode Dempster Shafer.” JFTI
Saryono. (2010). Biokimia Respirasi.
1-8.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nanda. (2015). Diagnosa Keperawatan
Wong Donna L. (2010). Buku Ajar
Definisi dan Klasifikasi.
Keperawatan Pediatrik Wong.
Penerbit Buku Kedokteran
Edisi 6 Vol.2. Penerbit Buku
EGC. Jakarta.
Kedokteran EGC. Jakarta.

81
Jurnal Keperawatan (JKp) Volume 8 Nomor 1 [Februari 2020], 75-82 ISSN 2302-1152

Yossi Octavina, Abdul Fadli. (2014).


“Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Penyakit Pada
Saluran Pernafasan Dan Paru
Menggunakan Metode
Certainty Factor. “ Jurnal
Sarjana Teknik Informatika
2:1123-32.

82

Anda mungkin juga menyukai