Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
(ANEMIA)
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
(KMB)

DIAN ISMIATI
(5021031019)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2021/2022
A. Definisi Anemia
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit
(red cell count ) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh
darah. Tetapi harus dingingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut
tiddak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan sampai
kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebab
anemia tersebut (Sudoyo Aru).

B. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan karena
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses pengahancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

C. Klasifikasi
1. Kalasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
b. Anemia akibat hemoragi
c. Anemia hemolitik
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
a. Anemia hipokronik mikrositer
b. Anemia normokrimik normositer
c. Anemia makrositer

D. Manifestasi klinis
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa ngantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
E. Komplikasi
Anemia menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa
darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-
organ tubuh, termasuk otak. Komplikasi umum akibat anemia adalah: gagal jantung,
parestisia dan kejang.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring
Pemerikasaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini :
kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
b. Pemeriksaan darah seri anemia
Hitung lwukosit, trombosit, laju endap darah (LED), dan hitung retukulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan system
hematopoesis
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus
Pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki
komponen.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
Faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman
3. Radioologi
Torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler
(PCR = polymerase chain raction, FISH= fluorescence in situ hybridzation )

G. Penatalaksanaan medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
2. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
3. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan.
4. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
5. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps,
Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
1. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
2. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
3. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
7. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi
8. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
9. Anemia hemolitik
dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

H. Asuhan keperawatan
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
- Kelemahan otot
- Mudah lelah, kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
- Sakit kepala
- Pusing
- Kunang-kunang
- Peka rangsang
- Proses berpikir lambat
- Penurunan lapang pandang
- Apatis
- Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
- Kulit lembab dan dingin
- Tekanan darah rendah dan tekanan darah sentral
- Peningkatana frekuensi jantung

I. Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
proses metabolism yang terganggu
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan transfer oksigen ke paru
J. Analisa data

ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds: Pendarahan saluran cerna, Intoleransi aktivitas
- Dispnea uterus hidung, luka
- Ortopnea
Kehilangan SDM (sel darah
Do: merah)
- Penggunaan otot
bantu napas Penurunan jumlah eritrosit
- Pola napas abnormal
(mis. takipnea, Penurunan kadar Hb
bradipnea,
hiperventilasi) Kompensasi paru
- Pernapasan cuping
hidung Peningkatan frekuensi napas
- Kapasitas vital
menurun Dyspnea (kesulitan
- Tekanan ekspirasi bernapas)
menurun
- Tekanan inspirasi Penurunan transpot O2
meningkat
Hipoksia

Lemah lesu

Inoleransi aktivitas

Ds: Pendarahan saluran cerna, Pola napas tidak efektif


- Mengeluh lelah uterus hidung, luka
- Merasa lemah
- Dispnea saat/setelah Kehilangan SDM (sel darah
beraktivitas merah)
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Penurunan jumlah eritrosit

Do: Penurunan kadar Hb


- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari Kompensasi paru
kondisi istirahat
- Tekanan darah Peningkatan frekuensi napas
berubah >20% dari
kondisi istirahat Dyspnea (kesulitan
- Sianosis bernapas)

Penurunan transpot O2

Hipoksia

Pola napas tidak efektif

K. Rencana Keperawatan

N Diagnosa SLKI SIKI Aktivitas


O
Intoleransi Setelah dilakukan Terapi Oksigen Observasi
aktivitas b.d intervensi a. Monitor kecepatan
ketidakseimbangan keperawatan selama aliran oksigen
antara suplai 3x 24 jam toleransi b. Monitor posisi alat
oksigen dan aktivitas meningkat, terapi oksigen
kebutuhan dengan kriteria hasil: c. Monitor aliran
oksigen, proses - Frekuensi oksigen secara periodic
metabolism yang nadi dan pastikan fraksi
terganggu meningkat yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas
- meningkat
terapi oksigen ( mis
- Keluhan lelah oksimetri dan Analisa
menurun gas darah) jika perlu
Terapeutik
- Perasaan
a. pertahankan
lemah
kepatenan jalan nafas
menurun
b. berikan oksigen
- Warna kulit tambahan jika perlu
membaik c. gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas
Kolaborasi
a. kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
b. kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas dan atau
tidur

Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Observasi:


efektif b.d intervensi respirasi a. Monitor
penurunan oksigen keperawatan selama frekuensi,
ke paru 3x24 jam maka pola irama,
napas membaik kedalaman, dan
dengan kriteria hasil: upaya napas
a. Penggunaan b. Monitor pola
otot bantu napas (seperti
napas bradipnea,
menurun takipnea,
b. Pernapasan hiperventilasi,
cuping kuusmaul,
hidung cheyne-stickes
menurun biot, atalsik)
c. Frekuensi c. Monitor adanya
napas produksi
membaik sputum
d. Kedalaman d. Monitor adanya
napas sumbatan jalan
membaik napas
e. Auskultasi
bunyi napas
Terapeutik:
a. Atur intarval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumentasi
hasil
pemantauan
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai