Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGEMBANGAN RENCANA SEKOLAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Esmi Tsalsa Sofiawati, M.Pd.I

Oleh:

Fahma Mahmudah (60403070120009)

Hani Lestari (60403070120081)

Risna Nailah (60403070120031)

Siti Lutfiah Filiyah (60403070120042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINNGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BINA MUTIARA SUKABUMI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pengembanga Rencana Sekolah ini tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada mata kuliah Administrasi Pendidikan selain itu , makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengembangan Rencana Sekolah
bagi para pembaca atau penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Esmi Tsalsa Sofiawati,M.Pd.I


selaku dosen mata kuliah Administrasi Pendidikan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi


Sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya memyadari , makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 9 oktober
2021

                                                                                

Kelompok 13

2
DAFTAT ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................ii

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Masalah.........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, semua lembaga pendidikan/sekolah sedang berlomba untuk


menjadi semakin great dan excellence. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
adalah pintu satu-satunya yang harus dilewati sekolah agar cita-cita tersebut
dapat tercapai. Akan tetapi cita-cita ini tidak terwujud manakala sekolah tidak
berbenah diri, terutama menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.

Salah satu strategi yang ditempuh sekolah adalah melakukan


pengembangan. Mengabaikan upaya pengembangan akan membawa sekolah
pada kondisi stagnan, bahkan mungkin lambat laun akan jatuh sakit dan bisa
mendatangkan kematian. Agar sekolah tetap great dan excellence, maka harus
memahami ke mana arah angin persaingan bertiup.

Kemampuan melakukan pengembangan akan menjadi kunci


terpenting. Tulisan ini bertujuan agar lembaga pendidikan/sekolah tetap eksis
dan berkembang melalui upaya pengembangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari
makalah ini antara lain:
1. Apa Definisi Pengembangan Sekolah ?
2. Apa Sasaran Pengembangan Sekolah ?
3. Faktor Pemicu Sekolah Melakukan Pengembangan ?
4. Faktor Penunjang Perkembangan Sekolah ?
5. Mengapa Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah ?
6. Apa Saja Prosedur Pengembangan Sekolah ?
7. Apa Definisi Visi ?
8. Apa Tujuan dan Manfaat Visi ?
9. Apa Kriteria Pernyataan Visi ?

1
10. Apa Saja Proses Pembuatan Visi ?
11. Apa Definisi Misi ?
12. Apa Saja Kriteria Pernyataan Misi ?
13. Apa Perumusan Prinsip ?
14. Bagaimana Menetapkan Nilai-Nilai ?
15. Bagaimana Merumuskan Tujuan dan Sasaran Perencanaan
Pengembangan Sekolah ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang dapat dirumuskan
dalam pembuatan makalah ini antara lain ;
1. Untuk Mengetahui Apa Definisi Pengembangan Sekolah
2. Untuk Mengetahui Apa Sasaran Pengembangan Sekolah
3. Untuk Mengetahui Faktor Pemicu Sekolah Melakukan Pengembangan
4. Untuk Mengetahui Faktor Penunjang Perkembangan Sekolah
5. Untuk Mengetahui Mengapa Pentingnya Rencana Pengembangan
Sekolah
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Prosedur Pengembangan Sekolah
7. Untuk Mengetahui Apa Definisi Visi
8. Untuk Mengetahui Apa Tujuan dan Manfaat Visi
9. Untuk Mengetahui Apa Kriteria Pernyataan Visi
10. Untuk Mengetahui Apa Saja Proses Pembuatan Visi
11. Untuk Mengetahui Definisi Misi
12. Untuk Mengetahui Apa Saja Kriteria Pernyataan Misi
13. Untuk Mengetahui Apa Perumusan Prinsip
14. Untuk Mengetahui Bagaimana Menetapkan Nilai-Nilai
15. Untuk Mengetahui Bagaimana Merumuskan Tujuan dan Sasaran
Perencanaan Pengembangan Sekolah
D. Tujuan Makalah
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya
2. Untuk mngetahui Rancangan Pengembangan Sekolah yang terpapar
didalam makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pengembangan Sekolah

Pengembangan berarti upaya menjadikan usaha menjadi besar,


berkelanjutan, tangguh, dan inovatif. Dalam konteks lembaga pendidikan/
sekolah, pengembangan merupakan upaya untuk menjadikan sebuah sekolah
menjadi semakin “great” (berkembang/besar/tangguh) dan excellence
(unggul). “Great” baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Excellence dalam
arti upaya untuk menjadikan sebuah lembaga pendidikan/sekolah sebagai
institusi yang unggul/ulung/terdepan/ memiliki prestasi sangat baik

Istilah “pengembangan sekolah” dalam konteks organisasi pada


umumnya dikenal dengan sebutan “pengembangan organisasi/organization
development. Pengembangan organisasi/ organization development adalah
upaya untuk mengembangkan atau menjadikan organisasi makin efektif dan
produktif. Efektif dan produktif baik aspek prosedur kerja, struktur organisasi,
sistem kerja/pengaturan kerja, kesehatan, vitalitas organisasional, maupun
kompetensi individu dan kelompok yang ada di dalam organisasi (Wibowo,
2008:336-337; Nasution, 2010:146).

B. Definisi Sasaran Pengembangan Sekolah

Substansi pengembangan sebuah lembaga pendidikan atau sekolah


mencakup lima aspek: aspek pengajaran, SDM, tata kelola lembaga,
teknologi/fasilitas, dan pengaturan lingkungan fisik sekolah. Pengembangan
sekolah untuk aspek pengajaran, meliputi: pengembangan silabus dan RPP,
materi ajar, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan
media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran serta upaya perbaikan mutu proses pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas.

3
Pengembangan sekolah untuk aspek tata kelola, meliputi: upaya untuk
memperbaiki proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah,
kepemimpinan, akuntabilitas dan transparansi, struktur organisasi, sistem
monitoring dan evaluasi, komunikasi dan koordinasi, standar keunggulan,
serta sistem penjaminan mutu

Substansi pengembangan sekolah untuk aspek SDM, meliputi:


pengembangan keterampilan, pengetahuan, sikap, komitmen, motivasi, etos
kerja, produktivitas, rasa tanggung jawab, dan konstribusi setiap individu
terhadap lembaga pendidikan. Aspek-aspek lain yang penting untuk
diperhatikan, yakni: memperhatikan: perencanaan pegawai, perekrutan
pegawai, seleksi pegawai, orientasi, penempatan pegawai, pemberian
kompensasi dan perlindungan, pengembangan, penilaian, dan pemberhentian
pegawai. Aspek-aspek ini penting untuk diperhatikan karena SDM adalah
modal utama sekolah. Tanpa memperhatikan SDM, pengembangan sebuah
lembaga pendidikan akan mengalami hambatan

Selain itu, agar sekolah menjadi sebuah lembaga yang bermutu


dibutuhkan teknologi dan fasilitas yang memadai. Maka pada aspek ini,
sasaran pengembangan sekolah harus memperhatikan sistem informasi
akademik yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan mengambil
keputusan. Dalam hal ini dibutuhkan sumber daya manusia dan aplikasi
teknologi dalam memilih, menyimpan, mengolah, dan mengambil kembali
data guna untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Sasaran lain
pengembangan sekolah yakni aspek fasilitas: media pembelajaran,
perlengkapan Lab. perpustakaan, ruangan kelas, dan berbagai sarana prasarana
lain yang dibutuhkan

Upaya melakukan pengembangan sekolah juga memperhatikan aspek


pengaturan lingkungan sekolah; yakni pengaturan lingkungan fisik dan non
fisik. Pengaturan lingkungan fisik mencakup: keindahan, kerapian, kebersihan,
tampilan fisik bangunan, fasilitas, seragam, logo, simbol-simbol yang dipakai

4
dan lain-lain. Pengaturan lingkungan non fisik, seperti keamanan, ketenagaan;
cara orang berprilaku, cara berbicara, slogan, rumusan visi misi, kode etik,
bahasa, cerita-cerita, nilainilai, filosofi, kepercayaan, dan proses berpikir
orang-orang di dalam dan luar lembaga (Kasali, 2010:286; Waruwu, 2010:8;
Nasution, 2010:161).

C. Faktor Pemicu Sekolah Melakukan Pengembangan

Ada sejumlah alasan yang menuntut sekolah/ organisasi melakukan


pengembangan, yakni pertama adanya sejumlah tuntutan dari pemerintah,
masyarakat, civitas akademika, dan pemangku kepentingan terhadap lembaga
pendidikan. Tuntutan-tuntutan tersebut antara lain: peningkatan mutu,
akuntabilitas, transparansi, akreditasi, kualitas pelayanan, corporate
governance, kesamaan akses memperoleh pendidikan, efisiensi manajemen,
dan partisipasi masyarakat (Tarsan, 2012:1).

Kedua, adanya sejumlah tantangan dan fakta yang hadir dalam konteks
Indonesia secara nasional, yakni adanya persaingan antarlembaga pendidikan
yang masih mengisahkan persoalan, antara lain: persaingan antarlembaga
pendidikan yang dikelola oleh negara dan swasta; persaingan antarlembaga
pendidikan swasta yang kaya dan Ketiga, adanya sejumlah tantangan global
yang mengemukakan, yakni pertama, lembaga pendidikan didesak untuk
mencetak manusia yang cerdas, mandiri, kreatif, handal dan bertindak etis;
kedua, adanya globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, yakni
adanya internasionalisasi pendidikan (Ghafur, 2009:13); dan yang keempat,
yakni adanya tuntutan membangun kerja sama dalam bidang pendidikan
dengan negara-negara lain yang sudah maju

Ketiga, adanya sejumlah tantangan global yang mengemukakan, yakni


pertama, lembaga pendidikan didesak untuk mencetak manusia yang cerdas,
mandiri, kreatif, handal dan bertindak etis; kedua, adanya globalisasi ilmu
pengetahuan dan teknologi; ketiga, yakni adanya internasionalisasi pendidikan

5
(Ghafur, 2009:13); dan yang keempat, yakni adanya tuntutan membangun kerja
sama dalam bidang pendidikan dengan negara-negara lain yang sudah maju.

Keempat, organisasi/sekolah seperti halnya makhluk hidup sering kali


mengidap berbagai penyakit. Organisasi/sekolah sakit karena pertama, orang-
orang yang berada di dalam organisasi mempunyai penyakit kronis yang dapat
menularkan penyakitnya kepada rekan-rekan sesama anggota organisasi
melalui pergaulan; kedua, organisasi sakit karena ketularan dari organisasi lain
yang sedang sakit (Usman, 2009:217). Maka menurut Usman (2009218-219),
untuk mengatasi penyakit tersebut perlu melakukan diagnosis, dan mencari
cara untuk mengobatinya. Jika penyakit tersebut dibiarkan berlarut-larut maka
lama kelamaan organisasi akan mati

D. Faktor Penunjang Perkembangan Sekolah

Melakukan upaya pengembangan sebuah lembaga pendidikan


bukanlah dengan mudah terjadi. Ada banyak aspek yang dibutuhkan pihak
manajemen atau pemimpin sekolah agar rencana pengembangan berjalan
secara efektif, yakni:

Pertama, mengajak para guru dan staf untuk “melihat”. Yang


dimaksudkan dengan “melihat” di sini adalah membuka mata/menunjukan
kepada orang-orang di sekitar atau di dalam organisasi bahwa melakukan
pengembangan adalah sebuah kebutuhan mendesak (Kasali, 2005:113). Kurt
Lewin, (dalam Wibowo, 2008:155) menggunakan istilah unfreezing atau
pencairan yaitu suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya
kebutuhan untuk berubah. Proses pencairan dimaksudkan agar seseorang tidak
terbelenggu oleh keinginan untuk mempertahankan status quo, tetapi bersedia
membuka diri. Fokus pertama yang perlu dikerjakan pada tahap ini adalah
kesadaran akan adanya kebutuhan pengembangan serta penciptaan motivasi
untuk berubah. Maka pada tahap ini tugas pemimpin organisasi adalah
membuat apa yang ia lihat juga terlihat oleh para bawahan (Kasali, 2005:114).

6
Kedua, komitmen untuk bergerak dan bekerja sama. Setelah orang-
orang di dalam organisasi menyadari/sadar bahwa melakukan pengembangan
adalah kebutuhan, maka selanjutnya mengajak mereka untuk bergerak
(movement). Bergerak yang dimaksudkan di sini adalah mengambil tindakan
untuk memulai perencanaan pengembangan. Untuk bisa bergerak perlu ada
kerja sama berbagai pihak; baik pihak internal maupun pihak eksternal
lembaga, yakni kepala sekolah, para guru, tenaga kependidikan, siswa, orang
tua siswa, para alumni, komite sekolah, para konsultan, pihak yayasan,
pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Maka pada tahap ini semua guru,
dan staf sekolah diberi informasi baru, perilaku baru, dan cara baru dalam
melihat sesuatu. Fokus yang harus dikerjakan pada tahap ini adalah tindakan
aktual, berupa modifikasi: tugas-tugas, struktur, teknologi dan lain-lain.

Ketiga, menyiapkan sumber daya dan menjalankan fungsi manajemen.


Sumber daya merupakan input penting untuk berlangsungnya upaya
pengembangan sekolah. Tanpa sumber daya yang cukup, rencana
pengembangan akan menjadi sia-sia. Ada empat sumber daya yang disiapkan
dalam upaya melakukan pengembangan, yakni: human resources, finacial
resources, physical resources, informational resources (Wibowo, 2010:11).
Human resources adalah orang-orang yang diperlukan dalam melakukan
pengembangan. Pada tahap ini lembaga menyiapkan orang-orang yang unggul
(people excellence) dan memiliki komitmen dalam untuk membawa organisasi
ke arah yang dikehendaki. Finacial resources, merupakan biaya/uang yang
digunakan untuk membiayai rencana pengembangan. Physical resources,
adalah fasilitas, teknologi, dan semua peralatan yang diperlukan dalam
melakukan pengembangan. Informational resources, merupakan fakta,data,
dan informasih yang dipakai untuk menjalankan upaya pengembangan.

Agar rencana pengembangan sekolah sampai pada tujuan yang


ditetapkan, maka menjalankan fungsi manajemen menjadi sebuah kebutuhan
pokok. Oleh karena itu, pihak manajemen harus menjalankan fungsi

7
manajemen secara tepat dan konsisten. Empat fungsi manajemen yang
dimaksudkan: planning, organizing, leading, dan controlling

Keempat, tim kerja dan mekanisme kerja. Agar rencana


pengembangan sampai pada tujuan, maka lembaga membutuhkan great team.
Great team lahir dari great players. Great players adalah orang-orang cerdas
yang memiliki kemampuan, pengalaman dan komitmen. Mereka dikumpulkan
untuk menjadi tim manajemen yang solid dan tangguh. Mereka tidak harus
orang-orang yang ada di dalam organisasi tetapi juga gabungan dari orang di
luar organisasi yang bisa diajak kerja sama. Oleh karena itu, apabila great
players tidak ada di dalam organisasi, maka organisasi mencarinya di luar
(Kasali, 2005).Great team dibutuhkan untuk membantu menentukan arah
pengembangan, memperlancar tugas, serta mengembangkan strategi-strategi
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Setelah great team dibentuk, selanjutnya menentukan mekanisme


kerja. Yakni berkaitan dengan pengaturan kembali tanggung jawab, sistem
komunikasi, wewenang, mekanisme koordinasi, rancang ulang pekerjaan,
serta modifikasi arus kerja. Mekanisme kerja sangat penting untuk
memperbaiki hambatan, menghilangkan tumpang tindih pekerjaan dan
koordinasi, serta mencari terobosan agar memberikan hasil yang memuaskan

Kelima, perubahan budaya sekolah. Agar rencana pengembangan tidak


menglami hambatan yang berarti maka perubahan budaya dalam sekolah
(organisasi) sangat penting. Hal ini berkaitan dengan cara pandang, norma-
norma, kepentingan, nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu
kebenaran (Kasali, 2005: 152; Wibowo, 2010:378; Nasution, 2010:8).
Perubahan budaya dimaksudkan agar organisasi atau orang-orang yang ada di
dalam organiasasi tidak terbelenggu oleh keinginan untuk mempertahankan
status quo, tetapi sebaliknya bersedia membuka diri dan menerima perubahan
yang ada.

8
Budaya sekolah/organisasi yang dapat mendatangkan batu sandungan
atau tidak mendukung rencana pengembangan harus ditinggalkan. Sebaliknya
cara pandang, normanorma, kepentingan, nilai-nilai dan kebiasaan baru yang
menunjang rencana pengembangan harus dintroduksi terlebih dahulu,
didiskusikan sehingga akan memunculkan kesadaran baru (Kasali, 2010:156).
Perlunya perubahan budaya dalam upaya melakukan pengembangan sekolah
agar halhal yang direncanakan bisa berjalan sesuai tujuan, mengubah pola
pikir, memelihara kepercayaan, serta meningkatkan etos kerja dan
produktivitas organisasi (Nasution, 2010:8). Budaya yang perlu dinternaliasi
dalam rencana pengembangan sekolah antara lain: budaya disiplin, kerja
keras, kejujuran, kerapian, tanggung jawab, komitmen terhadap pelanggan,
corporate culture, disiplin pegawai, brand images dan lain-lain.

Keenam, mengatasi resistensi. Melakukan rencana pengembangan


berarti melakukan perubahan. Maka bukan tidak mungkin akan ada resistensi
yang akan muncul. Jika resistensi tidak dikelola dengan baik tentu rencana
pengembangan bisa mandeg. Resistensi yang dimaksudkan di sini berkaitang
dengan kecenderungan para anggota organiasasi untuk menolak perubahan.

Resistensi atau penolakan terhadap perubahan bisa diekspresikan


dalam berbagai bentuk, baik secara terbuka, implisit, langsung, dan tertahan.
Misalnya: protes, unjuk rasa, pemogokan, desas-desus, sering tidak masuk
kerja, dan lain-lain (Tarsan, 2012:63- 64).

Penolakan terhadap perubahan organisasional sangat membutuhkan


penanganan yang serius dari pihak-pihak yang berkompeten. Ada banyak
taktik yang disarankan diantaranya: pendidikan dan komunikasi; keikusertaan
para bawahan atau pekerja dalam keputusan; memberikan fasilitas dan
dukungan; melakukan negosiasi; pemaksaan; menghargai perilaku konstruktif,
merencanakan serta mengidentifikasi perubahan secara lengkap dan matang.

E. Pentingnya Perencanaan Perkembangan Sekolah

9
Melakukan upaya pengembangan sebuah lembaga pendidikan/sekolah adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Karena tidak ada lembaga pendidikan/sekolah
yang tidak dibayangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian
pesat dari tahun ke tahun, serta tidak ada sekolah yang luput dari adanya sekian
banyak tuntutan masyarakat terhadap sekolah yang bermutu. Sehingga melakukan
perencanaan pengembangan, sangat penting selain untuk menjawabi kebutuhan,
juga untuk menjaga eksistensi dan efektivitas sebuah lembaga pendidikan. Selain
itu, sekolah yang tidak pernah melakukan upaya pengembangan lambat laun akan
jatuh sakit dan bisa mendatangkan kematian.

Dalam konteks manajemen berbasis sekolah, rencana pengembangan sekolah, pada


umumnya, memiliki peran penting, yakni untuk: 1) terwujudnya manajemen yang
baik; 2) terlaksananya pemecahan masalah yang cepat dan tepat; 3) meningkatnya
kepercayaan publik/masyarakat terhdap lembaga pendidikan; 4) tercapainya
lembaga pendidikan yang mandiri, unggul dan berdaya saing; 5) sekolah tetap eksis
dan berkembang; 6) meningkatnya produktivitas dan kinerja lembaga pendidikan; 7)
serta membantu mengarahkan institusi pada pencapaian visi, misi dan tujuan.
Singkatnya, pentingnya melakukan pengembangan untuk sebuah lembaga
pendidikan/ sekolah agar sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan tetap eksis,
berkembang, efektif, berdaya saing, produktif, great dan excellence

F. Prosedur Pengembangan Sekolah

Melakukan rencana pengembangan sekolah umumnya melewati beberapa proses,


yakni Asesmen lingkungan dan identifikasi pelanggan/ stakeholder; merumuskan
visi, misi, tujuan, prinsip, nilai-nilai, tujuan dan sasaran.

a. Asesmen Lingkungan dan Identifikasi Pelanggan (Stakeholder)


Asesmen lingkungan dan identifikasi stakeholder penting untuk dilakukan agar
sekolah mengetahui kemana kita atau sekolah harus pergi (where are we going)
atau dimana sekolah ingin berada di masa mendatang (where do we want to be
in the future). Selain itu, sekolah akan mengetahui apa kebutuhan stakeholder
sekolah, sekarang dan di masa mendatang

10
Maka, menurut Gaspersz (2004:19), sebelum kita mengetahui ke mana kita
harus pergi, terlebih dahulu kita harus menjawab pertanyaan where are we
now? Dimana kita berada sekarang? Hemat penulis, pertanyaan where are we
now? penting untuk dijawab guna mengetahui apa yang kita (sekolah) butuhkan
agar menjadi baik, dan bahkan menjadi semakin lebih baik (good excelence).
Menurut Gaspersz (2004:13) pertanyaan where are we now? merupakan
pertanyaan untuk membantu menentukan status dari suatu organisasi pada saat
sekarang dan mengevaluasi kondisi lingkungannya. Hal ini akan membantu
mendefenisikan tingkat pelayanan beserta pelanggan dan stakeholders dari
pelayanan organisasi publik. Oleh karena itu, ada dua hal penting yang harus
dilakukan pada tahap ini, yakni internal/external assessmen dan identifikasi
pelanggan dan stakeholder (customer and staholder identification)
a) Asesmen Lingkungan

Asesmen lingkungan terdiri dari dua unsur pokok, yakni asesmen lingkungan
eksternal (enviorenmental assessment) dan asesmen lingkungan internal
(organization assessment). Asesmen lingkungan eksternal sering disebut
asesmen lingkungan saja, sedangkan asesmen lingkungan internal sering
disebut asesmen organisasi (Sonhadji, 2003:10). Asesmen lingkungan sering
disebut juga sebagai analisis SWOT (Strenghhs, Weaknesses, Opportunities,
Threats). Analisis SWOT merupakan salah satu metode analisis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal organisasi/ sekolah.
Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan (strenghhs and
weaknesses) sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan tantangan
(opportunities and threats) (Hidayat dan Machali, 2010:180).

Tujuan asesmen lingkungan adalah mengidentifikasi berbagai permasalahan


yang berkembang yang mungkin menghambat, menghalangi, atau
menganggu berlangsungnya kehidupan sekolah. Selain itu, tujuan asesmen

lingkungan adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan


kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang (Irianto, 2011:19;
Sallis, 2010:222). Menurut Sallis (2010:222), upaya melakukan asesmen

11
lingkungan harus tetap fokus pada kebutuhan pelanggan. Asesmen
lingkungan memungkinkan institusi mampu mempertahankan diri dalam
menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi
para pelanggan. Lebih lanjut Sallis (2010:222) mengemukakan bahwa hasil
asesmen lingkungan harus dipadukan dengan visi dan misi agar institusi
dapat menemukan sebuah identitas yang berbeda dari para pesaingnya,
sehingga karakteristik mutu dalam institusi tersebut akan menjadi mudah
diidentifikasi.

b) Enviorenmental Assessment

Enviorenmental assessment atau asesmen lingkungan eksternal sering


disebut juga sebagai enviorenmental scan. Asesmen lingkungan eksternal
meliputi identifikasi dan evalusasi aspekaspek sosial, budaya, politik,
ekonomi, teknologi, serta kecenderungan yang mungkin berpengaruh
terhadap sekolah/organisasi, serta hal-hal yang akan membawa
ketidakpastian bagi sekolah/ organisasi (Sonhadji, 2003:3). Asesmen
lingkungan eksternal merupakan suatu analisis dari elemenelemen kunci
eksternal atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi lingkungan dimana
organisasi publik itu berada (Gaspersz (2004:13). Ada dua aspek penting
yang perlu diperhatikan pada tahap ini, yakni pertama, melakukan analisis
terhadap peluang (opportunity) dan yang kedua, melakukan analisis
terhadap threast (tantangan/ancaman)

Opportunity adalah kondisi sekarang atau masa depan yang menguntungkan


sekolah/ organisasi. Opportunity merupakan kondisi eksternal yang dapat
memberikan peluan-peluang untuk kemajuan lembaga, seperti,
menurunnya pesaing dan meningkatnya jumlah siswa baru. Threast adalah
kondisi eksternal sekolah sekarang dan yang akan datang yang tidak
menguntungkan. Tantangan ini dapat berupa munculnya pesaingpesaing
baru, penurunan jumlah siswa, dan lainlain (Hidayat dan Machali, 2010:180).

Menurut Irianto (2011:17), salah satu cara untuk menganalisis lingkungan


(eksternaladalah dengan memerhatikan struktur dasar lingkungan organisasi

12
yang bersangkutan. Unsur-unsur lingkungan yang dimaksud Irianto yakni
lingkungan umum, terdiri dari komponenkomponen: ekonomi, sosial, politik,
hukum, pesaing dan konsumen. Lingkungan operasi terdiri dari komponen-
komponen: konsumen, pesaing, tenaga kerja, dan suplier.

Lebih lanjut Irianto menegaskan bahwa salah satu metode menganalisis


lingkungan ekternal organisasi yang dianggap pesaing ialah benchmarking.
Benchmarking mencakup pengamatan terhadap organisasi-organisasi yang
dianggap mempunyai kinerja terbaik di kelasnya. Pengamatan ini diharapkan
dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa mereka terbaik dan
apa yang mereka kerjakan, dan kemudian apa yang telah dipelajari itu
diterapkan kepada suatu organisasi. Benchmarking merupakan alat untuk
meraih berbagai keuntungan organisasi secara kompetitif, yaitu dalam
upaya mencari yang lebih baik dan menentukan siapa yang best in class.

c) Organization Assessment

Organization assessment atau asesmen organisasi seringkali disebut juga


sebagai asesemen lingkungan internal atau istilah yang sering juga
digunakan yakni situation inventory. Tujuan dari asesmen organisasi adalah
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi, mengevaluasi
kapasitas atau kemampuan untuk menanggapi isuisu, masalah-masalah, dan
kesempatan-kesempatan (opportunities) (Gaspersz, 2004:20). Uji kekuatan
dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa
efektif perfoma institusi. Selain itu, asesmen organisasi dapat membantu
organisasi dalam pengalokasian sumber daya yang lebih efektif (Sonhadji,
2003:3).

Asesmen organisasi terdiri dari penentuan persepsi yang realistis atas segala
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki organisasi.
Strengths atau kekuatan merupakan kondisi internal positif yang
memberikan keuntungan bagi organiasasi. Kekuatan internal positif dalam
lembaga sekolah dapat berupa kemapuan-kemampuan khusus/ spesifik,
antara lain: kemampuan SDM yang memadai, sarana prasarana yang sangat

13
memadai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap, relevansi kurikulum
yang kuat, dibangunnya gedung baru, dan lain-lain (Hidayat dan Machali,
2010:180).

Weakness atau kelemahan berupa kondisi internal negatif yang dapat


merendahkan penilaian terhadap sekolah. Kelemahan dapat berupa
rendahnya SDM yang dimiliki, para lulusan yang tidak berkualitas, image
yang tidak kuat, fasilitas yang kurang memadai, atau kepemimpinan yang
buruk, kurangnya peralatan dan alat praktikum, kurangnya buku ajar, dan
lain-lain (Hidayat dan Machali, 2010:180).

Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan asesmen


organisasi, yakni; pertama melakukan asesmen terhadap kinerja yang telah
dilakukan organisasi. Dalam hal ini kita menilai apa saja yang telah dan yang
belum dilakukan, memastikan bahwa kebutuhan pelanggan internal dan
eksternal sudah dipenuhi, produk yang dihasilkan memiliki kualitas tertinggi,
menilai apakah pencapaian hasil yang telah dikerjakan sekarang
menunjukan hasil yang memuaskan atau belum, apakah aktivitas yang telah
dikerjakan saling mendukung atau saling bertentangan, dan lain-lain. Kedua,
mencari hal-hal yang perlu ditingkatkan, antara lain melakukan penilaian
terhadap kerugian atau kelemahan yang ada, dan bagaimna kelemahan itu
dihilangkan; menilai apa saja kendala utama dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan; menilai apakah ada perubahan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan; dan bagaimana kita mengakomodasi perubahan itu, dan lain-lain
(Gaspersz, 2004:20).

b. Identifikasi Pelanggan dan Stakeholders

Pelanggan dalam konteks lembaga pendidikan/sekolah adalah para pengguna jasa


yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan/sekolah secara tetap, antara lain; pelajar,
guru, staf, pemerintah, orang tua, sponsor, dan masyarakat (Sallis, 2010:6). Menurut
Gaspersz (2004:14), pelanggan adalah setiap orang yang hasrat utamanya dilayani
oleh, atau mereka yang menerima atau menggunakan produk (barang dan/atau
jasa) dari organiasi, program atau subprogram

14
Lembaga pendidikan memiliki pelanggan yang dapat dikategorikan sebagai
pelanggan internal (internal customer) dan pelanggan eksternal (eksternal
customer). Yang termasuk pelanggan internal adalah para peserta didik, karyawan,
guru, kepala sekolah, dan pengelola institusi pendidikan itu sendiri; sedangkan yang
termasuk pelanggan eksternal yaitu masyarakat, pemerintah, dan dunia industri
(Sallis, 2010:6).

Sedangkan stakeholder dalam konteks lembaga pendidikan adalah pihak-pihak yang


turut mengambil bagian/berpartisipasi dalam proses pendidikan di sekolah.
Menurut Gaspersz (2004:14), stakeholder adalah setiap orang atau kelompok yang
memiliki suatu hasrat pribadi atau ekspektasi terhadap suatu tingkat kinerja atau
pemenuhan tertentu dari suatu organsasi, program atau subprogram. Dengan
perkataan lain, stakeholder adalah semua pihak yang berkepentingan dari suatu
organisasi.

Identifikasi pelanggan dan stakeholder yang dimaksudkan di sini adalah upaya atau
kegiatan menentukan atau menetapkan orang-orang atau lembaga yang turut
mengambil bagian dalam menghasilkan produk, serta menjadi pengguna jasa yang
dihasilkan oleh sekolah secara tetap. Menurut Gaspersz (2004:13),

identifikasi pelanggan/ stakeholder berkaitan dengan mereka yang secara langsung


maupun tidak langsung menggunakan jasa-jasa pelayanan organisasi/sekolah atau
mereka yang secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak dari
kebijakan/pelayanan organisasi. Hemat penulis, kita perlu melibatkan
pelangan/stakeholders dalam membuat rencana pengembangan sekolah agar
perencanaan lebih produktif, objektif, efektif, dan efisien. Selain itu, pengembangan
sekolah akan terukur, dan berbasis pada kebutuhan pelanggan, calon pelanggan,
maupun stakeholder. Sehingga sekolah akan tetap eksis, relevan, efektif, dan
produktif.

Rangkaian pertanyaan yang perlu dijawab dalam identifikasi pelanggan dan


stakeholders, yakni pertama, siapa pelanggan/stakeholder kita dan apa yang mereka
harapkan dari kita?; kedua, apa yang harus kita lakukan guna memenuhi kebutuhan

15
pelanggan/stakeholder?; ketiga, metode apa yang kita gunakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan/stakeholder (Sallis, 2010:213).

Menurut Gaspersz (2004:27-28), proses identifikasi pelanggan atau stakeholders


meliputi: pertama, identifikasi dan memahami pelanggan stakeholders; kedua,
mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan ekspekatasi pelanggan; ketiga
menampung umpan baik (feedback)/ masukan-masukan dari pelanggan

Ada beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab dalam mengidentifikasi dan
memahami pelanggan, yakni: siapa pelanggan, baik pelanggan internal/eksternal
yang menerima jasa yang dihasilkan? dan apa kebutuhan serta ekspektasi mereka?;
siapa saja stakeholders dan hasil apa saja yang mereka harapkan dari lembaga
pendidikan yang kita?.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi


tentang kebutuhan dan ekspekatasi pelanggan, antara lain; survei, membentuk
focus groups, wawancara langsung, public meetings and hearings,comment forms,
dan berbagai metode lain yang dapat digunakan.

Ketiga menampung umpan balik (feedback) atau masukan-masukan dari pelanggan.


Menurut Gaspersz, semua umpan balik atau masukan dari pelanggan/ stakeholders
harus digunakan atau ditindaklanjuti. Bahkan organisasi harus terusmenerus
melakukan komunikasi dengan pelanggan/ stakeholders guna memperbaiki seluruh
proses yang terjadi di dalam organisasi.

Mengapa sekolah perlu mengidentifikasi, memahami, menampung umpan baik serta


mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan ekspekatasi
pelanggan/stakeholder?

Menurut penulis, tidak lain agar pelanggan/stakeholder merasa puas dengan


pelayanan yang diberikan oleh sekolah. Kepuasan pelanggan/stakeholder menjadi
ukuran bahwa sekolah tersebut benar-benar menjadi sekolah bermutu. Bahkan bisa
dikatakan bahwa sekolah yang unggul, baik negeri maupun swasta, adalah sekolah
yang selalu menjaga hubungan baik dengan pelangganya dan mengutamakan
kepuasan pelanggan. Menurut Sallis (2010:11)mempertahankan hubungan baik

16
dengan pelanggan (keeping close to the customer) adalah salah satu aspek yang
sangat penting agar institusi pendidikan senantiasa dapat melakukan perubahan-
perubahan atau improvisasi yang diperlukan. Maka perlu ada pertukaran informasi
antara organisasi pendidikan dengan pelanggan secara terus-menerus. Sallis juga
menganjurkan pentingnya melakukan riset pasar, guna mengetahui apa yang
dipikirkan, diharapkan, dan dibutuhkan oleh pelanggan. Bahkan menurut Sallis,
(2010:12) pelanggan juga diperkenankan melakukan kunjungan, pengamatan,
penilaian, dan pemberian masukan kepada institusi pendidikan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.

G. Definisi Visi

Visi merupakan impian/pandangan/ gambaran tentang masa depan yang ingin


diwujudkan. Visi merefleksikan apa yang ingin dicapai oleh organisasi dalam kurun
waktu tertentu (Akdon, 2009:94). Sebuah visi akan membimbing dan memberikan
petunjuk arah yang akan kita tuju, serta menjadi powerful motivation (Tjahjono,
2011:52), guna mendorong, mengatur, dan mengarahkan diri sendiri dan orang lain
untuk bergerak tanpa henti, tak kenal lelah, menuju titik sasaran terjauh yang
ditetapkan.

Visi merupakan representasi dari keyakinan organisasi mengenai bagaimanakah


seharusnya organisasi tersebut di masa depan dalam pandangan pelanggan,
karyawan, dan pemilik organisasi (Morrisey, 1997:61). Visi ibarat sebuah kompas
yang menjadi penuntun ketika semua petunjuk arah yang lain mungkin tidak
berfungsi. Visi yang paling baik menangkap masa depan yang dicita-citakan dalam
kata-kata atau gambar, serta mengilhami dan menggugah perasaan (D’Souza,
2009:92)

H. Tujuan dan Manfaat Pernyataan Visi

Ada banyak manfaat dan tujuan pernyataan visi bagi organisasi. Berikut ini penulis
memaparkan beberapa tujuan pernyataan visi, sebagaimana diuraikan oleh D’Souza
(2009:92, diantaranya:

17
a. Menggambarkan pengharapan akan kehidupan yang lebih baik untuk
memberikan tujuan pada proses perjalanannya.
b. Menggemakan panggilan yang nyaring untuk mengarahkan pasukan pada
misinya.
c. Menyalakan api untuk mengilhami dan menggugah mereka agar bertindak
d. Memberikan bukti yang dapat dilihat mengenai komitmen dan prioritas
organisasi.
e. Menyatakan standar bagaimana organisasi itu dinilai.
f. Menjadi pengingat yang dapat dilihat mengenai komitmen dan prioritas
organisasi

Perumusan visi memiliki beberapa manfaat bagi organisasi, yakni menjadi standar
menuju semua kemajuan yang diukur; memberi dampak positif terhadap nilai-nilai
dan perilaku dari setiap orang dalam organisasi; membantu organisasi untuk
memenuhi kebutuhan di masa mendatang; serta membantu organisasi dalam
menghadapi perubahan dan tantangan.

I. Kriteria Pernyataan Visi

Sebuah pernyataan visi organisasi harus memenuhi beberapa persyaratan (D’Souza,


2009:94: Sallis, 2010:216; Morrisey,1997:61; Akdon, 2009:95): pertama, singkat
(sebaiknya kurang dari sepuluh kata), padat (sebaiknya dalam satu baris atau
kalimat saja, jelas, sederhana, mudah diingat, dan mudah dikomunikasikan sehingga
menarik perhatian karyawan, pelanggan dan stakeholder. Kedua, menggugah,
menantang, mengilhami, dan memotivasi semua orang tentang masa depan yang
dicita-citakan. Ketiga, target atau tujuannya harus jelas, tetapi belum tercapai.
Keempat, menggugah pikiran untuk mencapai masa depan dan spesifik untuk
menunjukan niat untuk melayani/menyatakan kepedulian organisasi terhadap
kepentingan pelanggan; kelima, fokus pada pelanggan dan komitmen terhadap
mutu.Kelima, visi memasukan keprihatinan dan kebutuhan. Keenam, melibatkan
hati dan semangat. Ketujuh, merupakan sesuatu yang pantas untuk diraih.
Kedelapan, dengan jelas menyatakan esensi mengenai seperti apakah seharusnya
organisasi Anda. Kesembilan, visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal

18
masa depan yang ingin diwujudkan. Kesepuluh, bersifat tetap sepanjang waktu dan
selalu up-to-date.

J. Proses Pembuatan Visi

Visi adalah motivator yang sangat berpengaruh bagi organisasi. Oleh karena itu,
proses pembuatan visi tidak semudah membalikan sebuah telapak tangan.
Merumuskan sebuah pernyataan visi melibatkan hati dan pikiran, menuntut
kecakapan, dan keterlibatan penuh semangat (D’Souza, 2009:93).

Proses pembuatan visi merupakan proses bersama yang perlu melibatkan semua
staf, meminta pendapat pelanggan dan stakeholder, membentuk tim khusus, serta
mendatangkan fasilitator yang terampil dan handal. Visi selalu tumbuh dari sejarah
organisasi. Oleh karena itu, sejarah organisasi, tidak dapat diabaikan dalam
pembuatan visi organisasi.

Visi yang gemilang, dicapai melalui kerja sama antara manajemen puncak, staf,
semua pelanggan/stakeholder organisasi tanpa terkecuali. Hal ini akan
membangkitkan antusiasme dan komitmen bersama, serta kesiapan untuk
mengambil resiko. Akdon (2009:95) menegaskan, pernyataan visi perlu
diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang mempersatukan semua
unit dalam organisasi, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta
sebagai sumber kreativitas dan inovasi organisasi.

Agar sebuah visi mampu membimbing dan memotivasi, maka ia harus selaras
dengan cores values (nilai inti) organisasi. Visi yang tak selaras dengan core values,
tidak mempunyai jiwa atau roh dalam dirinya. Visi mengarahkan kita ke masa depan,
tetapi dialami pada masa sekarang. Visi berfokus ke masa depan, tetapi berakar
pada kenyataan saat ini. Visi menciptakan tegangan yang muncul dari
pembandingan gambaran tentang masa depan yang dicita-citakan dengan kondisi
saat ini. Visi menggerakan kita untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan-
kenyataan yang dicitacitakan

K. Definisi Misi

19
Misi adalah perutusan, yakni berkaitan dengan tugas-tugas yang wajib dikerjakan.
Dalam konteks organisasi, misi menggambarkan apa yang wajib
dikerjakan/dilakukan organisasi untuk mencapai visinya. Misi sekolah adalah
pernyataan yang berkaitan dengan program sekolah/apa yang wajib dikerjakan
sekolah untuk mewujudkan visi dalam kurun waktu tertentu. Jadi misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan
yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi selalu dalam bentuk
kalimat yang menunjukkan tindakan dan bukan kalimat yang menunjukkan keadaan
sebagaimana pada rumusan visi. Dengan perkataan lain, misi merupakan rincian
tindakan yang dikerjakan guna mencapai visi yang telah ditetapkan.

L. Kriteria Pernyataan Misi

Statemen misi sangat berkaitan dengan visi dan menunjukan dengan jelas arti
penting eksistensi organisasi. Oleh karena itu, membuat pernyataan misi organisasi
harus memenuhi beberapa persyaratan (Akdon, 2009:99; D’Souza, 2009:112; Sallis,
2010:217). Pertama, menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak
dikerjakan (kegiatan) oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu. Apa yang hendak
dikerjakan berkaitan dengan tugas-tugas konkret yang dibuat organisasi guna
mencapai visi. Kedua, singkat, agar berkesan dan mudah diingat. Ketiga, konkret,
tidak abstrak, dan mudah dipahami. Keempat, spesifik untuk menunjukan niat untuk
melayani/menyatakan kepedulian organisasi terhadap kepentingan pelanggan;
kelima, fokus pada pelanggan dan komitmen terhadap mutu.

M. Merumuskan Prinsip (Principles Formulation)

Prinsip adalah asas/tumpuan dalam berpikir dan bertindak/hal-hal yang selalu


dipegang teguh/ yang dijadikan pedoman oleh lembaga dalam melaksanakan
tugasnya untuk mencapai visi.Prinsip merupakan faktor-faktor yang mengendalikan
perjalanan suatu organisasi dan membimbing ke arah pengembangan dan
impelementasi dari semua kebijakan dan tindakan.

Secara umum, pernyataan terbaik dari prinsip dapat dirumuskan berkaitan dengan
sikap dan nilai organisasi dalam tiga hal: people, processes, and perfomance

20
(Gaspersz, 2004:41). People (orang-orang), yakni berkaitan dengan cara
orang/pelanggan internal eksternal diperlakukan. Contoh pernyataan prinsip
berkaitan pelanggan: Customer-Focused and Customer-Driven: berfokus pelanggan
dan dikendalikan oleh pelanggan. Processes (proses-proses) yakni cara organisasi
dikelola, cara produk diberikan serta cara bagaimana keputusan-keputusan dibuat.
Contoh pernyataan prinsip berkaitan proses: Mengatasi Masalah Tanpa Masalah
(Perusahaan Pegadaian). Perfomance (Kinerja) yakni harapan-harapan yang
berkaitan dengan tanggung jawab organisasi dan kualitas produk (barang/jasa) yang
diserahkan. Contoh pernyataan prinsip berkaitan perfomance: Kami Melakukan Hal-
Hal Yang Benar Agar Tetap Lebih Baik Di Masa Mendatang

N. Definisi Menetapkan Nilai-nilai

Nilai atau value adalah sesuatu yang berharga atau sesuatu yang dijunjung
tinggi/penting/berguna bagi kemanusiaan. Nilai dalam konteks organisasi
merupakan sesuatu yang berharga atau dijunjung tinggi/dipegang teguh oleh para
anggota dalam menjalankan roda organisasi. Nilai menjadi jiwa dari sebuah
organisasi (Sallis, 2010:218; D’Souza, 2009:129). Untuk konteks sekolah nilai yaitu
norma yang telah disepakati bersama dan harus dipatuhi oleh semua komponen
yang terlibat di sekolah. Nilai-nilai itu merupakan bagian dari budaya sekolah yang
tercermin dalam visi dan misi sekolah. Nilai-nilai tersebut merupakan acun bagi
semua warga sekolah dalam bertindak dan berperilaku (Suhardiman, 2012:151)

Nilai umunya mempunyai dua bagian penting, yakni nilai yang dimaksudkan atau
dinyatakan dan nilai yang operatif atau dihayati. Nilai yang dinyatakan terdapat
dalam kebijakan organisasi dan dalam pernyataan misi. Nilai operatif bersifat
berkesinambungan dan dihayati dari hari ke hari (D’Souza, 2009:134). Menurut
D’Souza (2009:134) nilai membantu: 1. Menciptakan atmosfer yang diwarnai dengan
tujuan bersama dan kepercayaan; Menjernihkan tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan itu; 3. Menetapkan skala prioritas dan menyisihkan informasi yang sudah
terlampau berlebih; 4. Lebih memperjelas fokus pada kinerja dan hasil; 5.
Menunjukan perilaku semacam apa yang dapat diterima dan pantas; serta apa yang
tidak dapat diterima dan tidak pantas dalam organisasi; 6. Member pedoman untuk

21
menyeleksi dan member orientasi pada anggota atau pegawai baru sehingga
mereka tidak harus menghabiskan banyak waktu untuk mengenali dan memahami
nilai-nilai organisasi.

O. Merumuskan Tujuan dan Sasaran (Goals and Objectives Formulation)

Berangkat dari visi, misi,prinsip, dan nilai yang dianut, selanjutnya sekolah
merumuskan tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran merupakan hasil akhir yang
diinginkan dicapai/diwujudkan. Akan tetapi tujuan adalah rencana yang bersifat
umum berjangka menengah, biasanya antara 3-6 tahun; sedangkan sasaran/target
adalah rencana jangka pendek, yakni aktivitas yang lebih pada kurun waktu 1-2
tahun

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Melakukan upaya pengembangan merupakan sebuah kebutuhan yang


penting dan strategis bagi suatu lembaga pendidikan/sekolah. Penting dan
strategis karena rencana pengembangan menjadi kunci keberhasilan sekolah agar
tetap eksis, great dan excellence. Berhasil tidaknya upaya pengembangan sangat
bergantung pada kesiapan sumber daya, kesigapan pihak manajemen, dan
komitmen pemimpin, para guru dan staf untuk memulai perubahan. Perubahan-
perubahan tersebut harus menyentuh, bukan saja aspek pengajaran/ kurikulum,
SDM, tata kelola lembaga, teknologi/ fasilitas, dan pengaturan lingkungan fisik
sekolah; melainkan juga formulasi strategi, antara lain: perumuskan visi, misi,
prinsip, nilai-nilai, tujuan dan sasaran. Formulasi strategi sangat penting karena
menyangkut hal yang vital bagi eksistensi dan produktivitas sebuah lembaga
pendidikan

22
B. SARAN

Berkembangnya dunia Pendidikan tidak lepas dari beberapa aturan dan


tujuan, dengan adanya rencana pengembangan Pendidikan yang meliputi beberapa
aspek, visi , misi , nilai yang harus di jalankan demi kemajuan Pendidikan,
semoga Indonesia lebih berkembang pesat dalam dunia pendidikan dengan
tercapainya rancangan perkembangan Pendidikan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tarsan Vitalis. 2018. RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH DALAM KONTEKS


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio.
Volume 10, Nomor 1. E-ISSN : 1-136.

23

Anda mungkin juga menyukai