Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pengembanga Rencana Sekolah ini tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada mata kuliah Administrasi Pendidikan selain itu , makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengembangan Rencana Sekolah
bagi para pembaca atau penulis.
Saya memyadari , makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Sukabumi, 9 oktober
2021
Kelompok 13
2
DAFTAT ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................ii
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Masalah.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari
makalah ini antara lain:
1. Apa Definisi Pengembangan Sekolah ?
2. Apa Sasaran Pengembangan Sekolah ?
3. Faktor Pemicu Sekolah Melakukan Pengembangan ?
4. Faktor Penunjang Perkembangan Sekolah ?
5. Mengapa Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah ?
6. Apa Saja Prosedur Pengembangan Sekolah ?
7. Apa Definisi Visi ?
8. Apa Tujuan dan Manfaat Visi ?
9. Apa Kriteria Pernyataan Visi ?
1
10. Apa Saja Proses Pembuatan Visi ?
11. Apa Definisi Misi ?
12. Apa Saja Kriteria Pernyataan Misi ?
13. Apa Perumusan Prinsip ?
14. Bagaimana Menetapkan Nilai-Nilai ?
15. Bagaimana Merumuskan Tujuan dan Sasaran Perencanaan
Pengembangan Sekolah ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang dapat dirumuskan
dalam pembuatan makalah ini antara lain ;
1. Untuk Mengetahui Apa Definisi Pengembangan Sekolah
2. Untuk Mengetahui Apa Sasaran Pengembangan Sekolah
3. Untuk Mengetahui Faktor Pemicu Sekolah Melakukan Pengembangan
4. Untuk Mengetahui Faktor Penunjang Perkembangan Sekolah
5. Untuk Mengetahui Mengapa Pentingnya Rencana Pengembangan
Sekolah
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Prosedur Pengembangan Sekolah
7. Untuk Mengetahui Apa Definisi Visi
8. Untuk Mengetahui Apa Tujuan dan Manfaat Visi
9. Untuk Mengetahui Apa Kriteria Pernyataan Visi
10. Untuk Mengetahui Apa Saja Proses Pembuatan Visi
11. Untuk Mengetahui Definisi Misi
12. Untuk Mengetahui Apa Saja Kriteria Pernyataan Misi
13. Untuk Mengetahui Apa Perumusan Prinsip
14. Untuk Mengetahui Bagaimana Menetapkan Nilai-Nilai
15. Untuk Mengetahui Bagaimana Merumuskan Tujuan dan Sasaran
Perencanaan Pengembangan Sekolah
D. Tujuan Makalah
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya
2. Untuk mngetahui Rancangan Pengembangan Sekolah yang terpapar
didalam makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pengembangan sekolah untuk aspek tata kelola, meliputi: upaya untuk
memperbaiki proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah,
kepemimpinan, akuntabilitas dan transparansi, struktur organisasi, sistem
monitoring dan evaluasi, komunikasi dan koordinasi, standar keunggulan,
serta sistem penjaminan mutu
4
dan lain-lain. Pengaturan lingkungan non fisik, seperti keamanan, ketenagaan;
cara orang berprilaku, cara berbicara, slogan, rumusan visi misi, kode etik,
bahasa, cerita-cerita, nilainilai, filosofi, kepercayaan, dan proses berpikir
orang-orang di dalam dan luar lembaga (Kasali, 2010:286; Waruwu, 2010:8;
Nasution, 2010:161).
Kedua, adanya sejumlah tantangan dan fakta yang hadir dalam konteks
Indonesia secara nasional, yakni adanya persaingan antarlembaga pendidikan
yang masih mengisahkan persoalan, antara lain: persaingan antarlembaga
pendidikan yang dikelola oleh negara dan swasta; persaingan antarlembaga
pendidikan swasta yang kaya dan Ketiga, adanya sejumlah tantangan global
yang mengemukakan, yakni pertama, lembaga pendidikan didesak untuk
mencetak manusia yang cerdas, mandiri, kreatif, handal dan bertindak etis;
kedua, adanya globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, yakni
adanya internasionalisasi pendidikan (Ghafur, 2009:13); dan yang keempat,
yakni adanya tuntutan membangun kerja sama dalam bidang pendidikan
dengan negara-negara lain yang sudah maju
5
(Ghafur, 2009:13); dan yang keempat, yakni adanya tuntutan membangun kerja
sama dalam bidang pendidikan dengan negara-negara lain yang sudah maju.
6
Kedua, komitmen untuk bergerak dan bekerja sama. Setelah orang-
orang di dalam organisasi menyadari/sadar bahwa melakukan pengembangan
adalah kebutuhan, maka selanjutnya mengajak mereka untuk bergerak
(movement). Bergerak yang dimaksudkan di sini adalah mengambil tindakan
untuk memulai perencanaan pengembangan. Untuk bisa bergerak perlu ada
kerja sama berbagai pihak; baik pihak internal maupun pihak eksternal
lembaga, yakni kepala sekolah, para guru, tenaga kependidikan, siswa, orang
tua siswa, para alumni, komite sekolah, para konsultan, pihak yayasan,
pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Maka pada tahap ini semua guru,
dan staf sekolah diberi informasi baru, perilaku baru, dan cara baru dalam
melihat sesuatu. Fokus yang harus dikerjakan pada tahap ini adalah tindakan
aktual, berupa modifikasi: tugas-tugas, struktur, teknologi dan lain-lain.
7
manajemen secara tepat dan konsisten. Empat fungsi manajemen yang
dimaksudkan: planning, organizing, leading, dan controlling
8
Budaya sekolah/organisasi yang dapat mendatangkan batu sandungan
atau tidak mendukung rencana pengembangan harus ditinggalkan. Sebaliknya
cara pandang, normanorma, kepentingan, nilai-nilai dan kebiasaan baru yang
menunjang rencana pengembangan harus dintroduksi terlebih dahulu,
didiskusikan sehingga akan memunculkan kesadaran baru (Kasali, 2010:156).
Perlunya perubahan budaya dalam upaya melakukan pengembangan sekolah
agar halhal yang direncanakan bisa berjalan sesuai tujuan, mengubah pola
pikir, memelihara kepercayaan, serta meningkatkan etos kerja dan
produktivitas organisasi (Nasution, 2010:8). Budaya yang perlu dinternaliasi
dalam rencana pengembangan sekolah antara lain: budaya disiplin, kerja
keras, kejujuran, kerapian, tanggung jawab, komitmen terhadap pelanggan,
corporate culture, disiplin pegawai, brand images dan lain-lain.
9
Melakukan upaya pengembangan sebuah lembaga pendidikan/sekolah adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Karena tidak ada lembaga pendidikan/sekolah
yang tidak dibayangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian
pesat dari tahun ke tahun, serta tidak ada sekolah yang luput dari adanya sekian
banyak tuntutan masyarakat terhadap sekolah yang bermutu. Sehingga melakukan
perencanaan pengembangan, sangat penting selain untuk menjawabi kebutuhan,
juga untuk menjaga eksistensi dan efektivitas sebuah lembaga pendidikan. Selain
itu, sekolah yang tidak pernah melakukan upaya pengembangan lambat laun akan
jatuh sakit dan bisa mendatangkan kematian.
10
Maka, menurut Gaspersz (2004:19), sebelum kita mengetahui ke mana kita
harus pergi, terlebih dahulu kita harus menjawab pertanyaan where are we
now? Dimana kita berada sekarang? Hemat penulis, pertanyaan where are we
now? penting untuk dijawab guna mengetahui apa yang kita (sekolah) butuhkan
agar menjadi baik, dan bahkan menjadi semakin lebih baik (good excelence).
Menurut Gaspersz (2004:13) pertanyaan where are we now? merupakan
pertanyaan untuk membantu menentukan status dari suatu organisasi pada saat
sekarang dan mengevaluasi kondisi lingkungannya. Hal ini akan membantu
mendefenisikan tingkat pelayanan beserta pelanggan dan stakeholders dari
pelayanan organisasi publik. Oleh karena itu, ada dua hal penting yang harus
dilakukan pada tahap ini, yakni internal/external assessmen dan identifikasi
pelanggan dan stakeholder (customer and staholder identification)
a) Asesmen Lingkungan
Asesmen lingkungan terdiri dari dua unsur pokok, yakni asesmen lingkungan
eksternal (enviorenmental assessment) dan asesmen lingkungan internal
(organization assessment). Asesmen lingkungan eksternal sering disebut
asesmen lingkungan saja, sedangkan asesmen lingkungan internal sering
disebut asesmen organisasi (Sonhadji, 2003:10). Asesmen lingkungan sering
disebut juga sebagai analisis SWOT (Strenghhs, Weaknesses, Opportunities,
Threats). Analisis SWOT merupakan salah satu metode analisis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal organisasi/ sekolah.
Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan (strenghhs and
weaknesses) sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan tantangan
(opportunities and threats) (Hidayat dan Machali, 2010:180).
11
lingkungan harus tetap fokus pada kebutuhan pelanggan. Asesmen
lingkungan memungkinkan institusi mampu mempertahankan diri dalam
menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi
para pelanggan. Lebih lanjut Sallis (2010:222) mengemukakan bahwa hasil
asesmen lingkungan harus dipadukan dengan visi dan misi agar institusi
dapat menemukan sebuah identitas yang berbeda dari para pesaingnya,
sehingga karakteristik mutu dalam institusi tersebut akan menjadi mudah
diidentifikasi.
b) Enviorenmental Assessment
12
yang bersangkutan. Unsur-unsur lingkungan yang dimaksud Irianto yakni
lingkungan umum, terdiri dari komponenkomponen: ekonomi, sosial, politik,
hukum, pesaing dan konsumen. Lingkungan operasi terdiri dari komponen-
komponen: konsumen, pesaing, tenaga kerja, dan suplier.
c) Organization Assessment
Asesmen organisasi terdiri dari penentuan persepsi yang realistis atas segala
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki organisasi.
Strengths atau kekuatan merupakan kondisi internal positif yang
memberikan keuntungan bagi organiasasi. Kekuatan internal positif dalam
lembaga sekolah dapat berupa kemapuan-kemampuan khusus/ spesifik,
antara lain: kemampuan SDM yang memadai, sarana prasarana yang sangat
13
memadai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap, relevansi kurikulum
yang kuat, dibangunnya gedung baru, dan lain-lain (Hidayat dan Machali,
2010:180).
14
Lembaga pendidikan memiliki pelanggan yang dapat dikategorikan sebagai
pelanggan internal (internal customer) dan pelanggan eksternal (eksternal
customer). Yang termasuk pelanggan internal adalah para peserta didik, karyawan,
guru, kepala sekolah, dan pengelola institusi pendidikan itu sendiri; sedangkan yang
termasuk pelanggan eksternal yaitu masyarakat, pemerintah, dan dunia industri
(Sallis, 2010:6).
Identifikasi pelanggan dan stakeholder yang dimaksudkan di sini adalah upaya atau
kegiatan menentukan atau menetapkan orang-orang atau lembaga yang turut
mengambil bagian dalam menghasilkan produk, serta menjadi pengguna jasa yang
dihasilkan oleh sekolah secara tetap. Menurut Gaspersz (2004:13),
15
pelanggan/stakeholder?; ketiga, metode apa yang kita gunakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan/stakeholder (Sallis, 2010:213).
Ada beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab dalam mengidentifikasi dan
memahami pelanggan, yakni: siapa pelanggan, baik pelanggan internal/eksternal
yang menerima jasa yang dihasilkan? dan apa kebutuhan serta ekspektasi mereka?;
siapa saja stakeholders dan hasil apa saja yang mereka harapkan dari lembaga
pendidikan yang kita?.
16
dengan pelanggan (keeping close to the customer) adalah salah satu aspek yang
sangat penting agar institusi pendidikan senantiasa dapat melakukan perubahan-
perubahan atau improvisasi yang diperlukan. Maka perlu ada pertukaran informasi
antara organisasi pendidikan dengan pelanggan secara terus-menerus. Sallis juga
menganjurkan pentingnya melakukan riset pasar, guna mengetahui apa yang
dipikirkan, diharapkan, dan dibutuhkan oleh pelanggan. Bahkan menurut Sallis,
(2010:12) pelanggan juga diperkenankan melakukan kunjungan, pengamatan,
penilaian, dan pemberian masukan kepada institusi pendidikan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
G. Definisi Visi
Ada banyak manfaat dan tujuan pernyataan visi bagi organisasi. Berikut ini penulis
memaparkan beberapa tujuan pernyataan visi, sebagaimana diuraikan oleh D’Souza
(2009:92, diantaranya:
17
a. Menggambarkan pengharapan akan kehidupan yang lebih baik untuk
memberikan tujuan pada proses perjalanannya.
b. Menggemakan panggilan yang nyaring untuk mengarahkan pasukan pada
misinya.
c. Menyalakan api untuk mengilhami dan menggugah mereka agar bertindak
d. Memberikan bukti yang dapat dilihat mengenai komitmen dan prioritas
organisasi.
e. Menyatakan standar bagaimana organisasi itu dinilai.
f. Menjadi pengingat yang dapat dilihat mengenai komitmen dan prioritas
organisasi
Perumusan visi memiliki beberapa manfaat bagi organisasi, yakni menjadi standar
menuju semua kemajuan yang diukur; memberi dampak positif terhadap nilai-nilai
dan perilaku dari setiap orang dalam organisasi; membantu organisasi untuk
memenuhi kebutuhan di masa mendatang; serta membantu organisasi dalam
menghadapi perubahan dan tantangan.
18
masa depan yang ingin diwujudkan. Kesepuluh, bersifat tetap sepanjang waktu dan
selalu up-to-date.
Visi adalah motivator yang sangat berpengaruh bagi organisasi. Oleh karena itu,
proses pembuatan visi tidak semudah membalikan sebuah telapak tangan.
Merumuskan sebuah pernyataan visi melibatkan hati dan pikiran, menuntut
kecakapan, dan keterlibatan penuh semangat (D’Souza, 2009:93).
Proses pembuatan visi merupakan proses bersama yang perlu melibatkan semua
staf, meminta pendapat pelanggan dan stakeholder, membentuk tim khusus, serta
mendatangkan fasilitator yang terampil dan handal. Visi selalu tumbuh dari sejarah
organisasi. Oleh karena itu, sejarah organisasi, tidak dapat diabaikan dalam
pembuatan visi organisasi.
Visi yang gemilang, dicapai melalui kerja sama antara manajemen puncak, staf,
semua pelanggan/stakeholder organisasi tanpa terkecuali. Hal ini akan
membangkitkan antusiasme dan komitmen bersama, serta kesiapan untuk
mengambil resiko. Akdon (2009:95) menegaskan, pernyataan visi perlu
diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang mempersatukan semua
unit dalam organisasi, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta
sebagai sumber kreativitas dan inovasi organisasi.
Agar sebuah visi mampu membimbing dan memotivasi, maka ia harus selaras
dengan cores values (nilai inti) organisasi. Visi yang tak selaras dengan core values,
tidak mempunyai jiwa atau roh dalam dirinya. Visi mengarahkan kita ke masa depan,
tetapi dialami pada masa sekarang. Visi berfokus ke masa depan, tetapi berakar
pada kenyataan saat ini. Visi menciptakan tegangan yang muncul dari
pembandingan gambaran tentang masa depan yang dicita-citakan dengan kondisi
saat ini. Visi menggerakan kita untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan-
kenyataan yang dicitacitakan
K. Definisi Misi
19
Misi adalah perutusan, yakni berkaitan dengan tugas-tugas yang wajib dikerjakan.
Dalam konteks organisasi, misi menggambarkan apa yang wajib
dikerjakan/dilakukan organisasi untuk mencapai visinya. Misi sekolah adalah
pernyataan yang berkaitan dengan program sekolah/apa yang wajib dikerjakan
sekolah untuk mewujudkan visi dalam kurun waktu tertentu. Jadi misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan
yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi selalu dalam bentuk
kalimat yang menunjukkan tindakan dan bukan kalimat yang menunjukkan keadaan
sebagaimana pada rumusan visi. Dengan perkataan lain, misi merupakan rincian
tindakan yang dikerjakan guna mencapai visi yang telah ditetapkan.
Statemen misi sangat berkaitan dengan visi dan menunjukan dengan jelas arti
penting eksistensi organisasi. Oleh karena itu, membuat pernyataan misi organisasi
harus memenuhi beberapa persyaratan (Akdon, 2009:99; D’Souza, 2009:112; Sallis,
2010:217). Pertama, menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak
dikerjakan (kegiatan) oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu. Apa yang hendak
dikerjakan berkaitan dengan tugas-tugas konkret yang dibuat organisasi guna
mencapai visi. Kedua, singkat, agar berkesan dan mudah diingat. Ketiga, konkret,
tidak abstrak, dan mudah dipahami. Keempat, spesifik untuk menunjukan niat untuk
melayani/menyatakan kepedulian organisasi terhadap kepentingan pelanggan;
kelima, fokus pada pelanggan dan komitmen terhadap mutu.
Secara umum, pernyataan terbaik dari prinsip dapat dirumuskan berkaitan dengan
sikap dan nilai organisasi dalam tiga hal: people, processes, and perfomance
20
(Gaspersz, 2004:41). People (orang-orang), yakni berkaitan dengan cara
orang/pelanggan internal eksternal diperlakukan. Contoh pernyataan prinsip
berkaitan pelanggan: Customer-Focused and Customer-Driven: berfokus pelanggan
dan dikendalikan oleh pelanggan. Processes (proses-proses) yakni cara organisasi
dikelola, cara produk diberikan serta cara bagaimana keputusan-keputusan dibuat.
Contoh pernyataan prinsip berkaitan proses: Mengatasi Masalah Tanpa Masalah
(Perusahaan Pegadaian). Perfomance (Kinerja) yakni harapan-harapan yang
berkaitan dengan tanggung jawab organisasi dan kualitas produk (barang/jasa) yang
diserahkan. Contoh pernyataan prinsip berkaitan perfomance: Kami Melakukan Hal-
Hal Yang Benar Agar Tetap Lebih Baik Di Masa Mendatang
Nilai atau value adalah sesuatu yang berharga atau sesuatu yang dijunjung
tinggi/penting/berguna bagi kemanusiaan. Nilai dalam konteks organisasi
merupakan sesuatu yang berharga atau dijunjung tinggi/dipegang teguh oleh para
anggota dalam menjalankan roda organisasi. Nilai menjadi jiwa dari sebuah
organisasi (Sallis, 2010:218; D’Souza, 2009:129). Untuk konteks sekolah nilai yaitu
norma yang telah disepakati bersama dan harus dipatuhi oleh semua komponen
yang terlibat di sekolah. Nilai-nilai itu merupakan bagian dari budaya sekolah yang
tercermin dalam visi dan misi sekolah. Nilai-nilai tersebut merupakan acun bagi
semua warga sekolah dalam bertindak dan berperilaku (Suhardiman, 2012:151)
Nilai umunya mempunyai dua bagian penting, yakni nilai yang dimaksudkan atau
dinyatakan dan nilai yang operatif atau dihayati. Nilai yang dinyatakan terdapat
dalam kebijakan organisasi dan dalam pernyataan misi. Nilai operatif bersifat
berkesinambungan dan dihayati dari hari ke hari (D’Souza, 2009:134). Menurut
D’Souza (2009:134) nilai membantu: 1. Menciptakan atmosfer yang diwarnai dengan
tujuan bersama dan kepercayaan; Menjernihkan tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan itu; 3. Menetapkan skala prioritas dan menyisihkan informasi yang sudah
terlampau berlebih; 4. Lebih memperjelas fokus pada kinerja dan hasil; 5.
Menunjukan perilaku semacam apa yang dapat diterima dan pantas; serta apa yang
tidak dapat diterima dan tidak pantas dalam organisasi; 6. Member pedoman untuk
21
menyeleksi dan member orientasi pada anggota atau pegawai baru sehingga
mereka tidak harus menghabiskan banyak waktu untuk mengenali dan memahami
nilai-nilai organisasi.
Berangkat dari visi, misi,prinsip, dan nilai yang dianut, selanjutnya sekolah
merumuskan tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran merupakan hasil akhir yang
diinginkan dicapai/diwujudkan. Akan tetapi tujuan adalah rencana yang bersifat
umum berjangka menengah, biasanya antara 3-6 tahun; sedangkan sasaran/target
adalah rencana jangka pendek, yakni aktivitas yang lebih pada kurun waktu 1-2
tahun
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
22
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
23