Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok ke-2

(Minggu 5/Sesi 7)

Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi: 1,5.

Belakangan ini semakin banyak terjadi kasus kejahatan di Indonesia, terutama di kota-
kota besar, khususnya Jakarta. Kasus kejahatan yang terjadi bermacam-macam
jenisnya. Ada pelecehan, pencurian, perampokan, pemerkosaan, Dari jenis yang
beraneka ragam inipun intensitasnya juga beragam. Yang mengkhawatirkan adalah
semakin lama intensitas dan frekuensinya pun semakin bertambah. Padahal pihak
berwajib senantiasa meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya dalam
mengamankan kehidupan masyarakat, tak kalah berperan para pemuka agama dan
tokoh masyarakat juga kerap menasihati agar masyarakat menjalani hidup yang baik,
tapi kondisinya tidak juga berubah, bahkan sepertinya semakin parah.

Berdasarkan deskripsi kasus di atas Jawablah pertanyaan-pertaanyaan berikut ini;

“Analisalah kasus di atas berdasarkan perspektif sila ke-2 Pancasila”.

Catatan: analisa anda harus memuat sumber bacaan yang relevan.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Team 3
Class LYFA
1. Ari Apri Syaputra - 2402013693
2. Ch. Dea Natalia Hutagalung - 2402004631
3. George Eka Budi Dharma - 2402006952
4. Novia Adelita Uno - 2402009506
5. Suciana Putri - 2402014191

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Berbicara mengenai suatu tindak kejahatan mungkin tidak akan pernah ada
habisnya. Kejahatan ada di mana pun, meskipun pihak berwajib, tokoh agama dan
tokoh masyarakat telah meningkatkan kapasitasnya untuk menjaga dan menasihati
masyarakat agar dapat menjalani hidup dengan baik. Kejahatan yang terjadi dimulai
manusia-manusia yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Kejahatan merupakan
delik hukum, yakni peristiwa-peristiwa yang berlawanan atau bertentangan dengan
asas-asas hukum yang hidup di dalam keyakinan hidup manusia dan terlepas dari
undang-undang (G.W. Bawengan, 1974:22).

Menurut Bonger (1982:21-24) dalam buku Pengantar Tentang Kriminologi,


mendefinisikan kejahatan dirasakannya sebagai perbuatan tidak bermoral dan anti-
sosial, yang tidak dikehendaki oleh kelompok pergaulan yang bersangkutan, dan
secara sadar ditentang oleh pemerintah (negara) dengan pemberian penderitaan yang
berupa hukuman atau tindakan. Banyak faktor yang memicu pelaku melakukan
tindakan kejahatan tersebut. Separovic (Weda, 1996:76) mengemukakan bahwa ada
dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu,

(1) faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin,
keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan
keterasingan); dan
(2) faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.

Upaya pemerintah untuk menanggulangi kasus kejahatan di Indonesia dilakukan


dengan penegakan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan, pembentukan
komisi nasional, pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan penegakan
melalui proses pendidikan (A. Rangga, 2020). Indonesia sebagai negara yang
mengimplementasikan nilai dasar Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara sudah seharusnya menjunjung tinggi setiap hak asasi yang dimiliki oleh
warga negaranya.

Berbagai kasus kejahatan yang timbul saat ini, dengan alasan dan dalam bentuk
apa pun, perilaku tersebut tidak dapat dibenarkan karena telah melanggar sila kedua
Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sebagai masyarakat
Indonesia, seharusnya kita paham bahwa pada sila kedua ini, setiap orang harus
memperlakukan manusia secara adil dan beradab.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai yang berasal dari nilai-nilai luhur
kebudayaan bangsa Indonesia yang berkembang sepanjang sejarah, dan berakar dari
kebudayaan Indonesia. Sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” mendasari

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Sila ini mengandung nilai
akan sikap moral dan tingkah laku manusia yang dihubungkan dengan norma-norma
dan adat istiadat baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya (Rini,
2016). Kemanusiaan merupakan wujud dan kehadiran dari reaksi-reaksi antar
masyarakat yang memandang satu sama lain sebagai sesamanya yang layak dan harus
dihormati.

Nilai kemanusiaan tersebut (BPHN, 2020) dirumuskan menjadi sepuluh butir-


butir pengamalan Pancasila sila kedua sebagai berikut:

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain.

Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dan meningkatkan kesadaran individu,


kita berpartisipasi dalam menekan tindak kejahatan. Suatu bangsa tidak akan dapat
berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui
dengan jelas arah tujuan yang akan dicapai tanpa pandangan hidup. Dengan adanya
dasar negara, dalam hal ini Pancasila, suatu bangsa tidak akan terombang-ambing
dalam menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Referensi
Aristin, R. (2016). Aktualisasi Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Di Era Reformasi.
Aspirasi : Jurnal Ilmiah Administrasi Negara.

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN). (2010, August 26). Butir-Butir Pancasila -
BPHN. Retrieved from Badan Pembinaan Hukum Nasional - Kemenkumham RI:
www.bphn.go.id/data/documents/butir-butir_pancasila_1.doc

Bawengan, G. (1977). Masalah Kejahatan Dengan Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pradnya
Paramitha.

Bonger, W. (1982). Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rangga, A. (2020, September 28). Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM di Indonesia.
Retrieved from Cerdika: https://cerdika.com/upaya-pemerintah-dalam-menegakkan-
ham-di-indonesia/

Wedha, M. D. (1996). Kriminologi. Jakarta: Garafindo Persada.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila

Anda mungkin juga menyukai