Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK 1

MINGGU 3 - SESI 4
STATE AND CONSTITUTION
Buatlah sebuah essay: minimal 1 halaman maksimal 2 halaman; Font: Times New Roman;
ukuran: 12; spasi: 1,5
Daftar pustaka minimal 3 (salah satunya lecturer note)
Indikator Penilaian:
Penilaian
Indikator
85-100 75-84 65-74 0 - 64
1. Menjelaskan Artikel memuat Hanya 2 Hanya 1 Tidak ada
pengertian secara lengkap, indikator yang indikator yang indicator yang
negara jelas dan tepat jelas, tepat dan tepat, jelas dan jelas, lengkap
2. Menjelaskan indicator 1,2,3 lengkap lengkap dan tepat
tentang dan 4
konstitusi
3. Contoh
fungsi
konstitusi
dalam
kehidupan
bernegara
pada
umumnya
dan Indonesia
khususnya
4. Referensi

Negara dapat diibaratkan sebagai sebuah bangunan rumah. Untuk menjadi bangunan yang kokoh
maka rumah tersebut haruslah memiliki pondasi dan tiang yang kuat. Agar seluruh warganegara
yang tinggal di dalam negara merasa aman dan nyaman, maka negara harus memiliki pondasi
dan tiang yang kuat dan kokoh pula. Konstitusi merupakan pondasi sebuah negara dan hukumlah
yang menjadi tiang negara.
Pertanyaan:
1. Berikan penjelasan anda mengenai pernyataan di atas!
2. Berikan contoh fungsi konstitusi dalam kehidupan bernegara pada umumnya dan
Indonesia khususnya

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Kelas : LYFA
Kelompok :4
Anggota : Ch. Dea Natalia Hutagalung (2402004631)
George Eka Budi Dharma (2402006952)
Nilam Aulia Hanyndhita (2402013983)
Suciana Putri (2402014191)
Dwi Fatmala Sari (2402001882)

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Melihat dari sisi historis, pada zaman Yunani Kuno istilah negara dikenal dengan sebutan
polis (kota). Hal ini sesuai dengan pendapat Aristoteles yang percaya bahwa negara merupakan
perpaduan beberapa keluarga mencakup beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat sepenuhnya
mandiri, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama. 1 Sedangkan Roger H. Soltau
berkeyakinan bahwa negara adalah alat atau otoritas untuk mengatur atau mengendalikan
masalah bersama atas nama masyarakat. 2 Dari dua definisi yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara merupakan sekelompok individu yang terorganisir
dalam suatu wilayah tertentu, yang di dalamnya terdapat perangkat kekuasaan yang berwenang
untuk mengatur dan mengendalikan persoalan masyarakat guna mencapai kepentingan bersama.
Negara, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, hadir untuk mencapai tujuan dan cita-
cita negara itu sendiri. Hal ini berakar pada istilah wirkungseinheit yakni suatu kesatuan untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa negara
memberikan kebahagiaan manusia, yaitu terwujudnya kehidupan yang tidak bermoral dan
kemuliaan abadi, yang harus disesuaikan dengan persyaratan agama. 3 Teori mengenai fungsi
negara berkembang menjadi dua aliran yaitu teori perjanjian masyarakat dan teori kesejahteraan.
Immanuel Kant, penganut teori perjanjian, mengemukakan bahwa fungsi negara adalah
keamanan dan ketertiban umum yang dituangkan ke dalam produk hukum yang mengikat siapa
pun. Sedangkan Kranenburg, penganut teori kesejahteraan, berpendapat bahwa negara aktif
mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.4 Kedua pengertian fungsi negara ini diaplikasikan
ke dalam perangkat hukum yaitu konstitusi.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, konstitusi adalah seperangkat peraturan yang mengatur
mengenai tata cara bernegara suatu negara. Dengan kata lain, konstitusi memuat dan
menggambarkan organisasi suatu negara.5 Berdasarkan akar katanya, konstitusi berasa dari kata
constitutio (Latin), constituer (Perancis), dan grondwet (Belanda) yang artinya membentuk
hukum dan aturan. Jadi, dapat dikatakan konstitusi merupakan permulaan dibentuknya segala
aturan di dalam suatu negara.6
Dengan pengertian tersebut, sifat konstitusi hanya mengatur hal-hal yang menjadi dasar
dalam pembuatan peraturan berikutnya. Oleh karena itu, konstitusi dapat diartikan sebagai
seperangkat aturan atau undang-undang yang memuat ketentuan tentang bagaimana mengatur
dan menjalankan pemerintahan. Aturan yang terkandung dalam konstitusi mengatur hal-hal dasar
suatu negara. Dengan demikian, konstitusi disebut sebagai hukum dasar dan digunakan sebagai

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


pedoman penyelenggaraan suatu negara. Dalam praktiknya, konstitusi sering disebut juga
Undang-Undang Dasar. Konstitusi ini terdiri dari dua jenis yaitu konstitusi tertulis dan konstitusi
tidak tertulis. Hal ini tergambar pada Hukum Konstitusi dan Hukum Konvensi menurut Dicey
atas konstitusi yang berlaku di Inggris.7 Hukum Konstitusi (tertulis) adalah hukum yang paling
diakui dan dapat dipaksakan berlakunya oleh badan peradilan sedangkan Hukum Konvensi
(tidak tertulis) meskipun penting, tidak dapat dipaksakan berlaku oleh badan peradilan.
Di Indonesia, konstitusi diwujudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sering disebut
sebagai UUD 1945. Di dalam UUD 1945, dilakukan pembidangan hukum yaitu kaidah konstitusi
(UUD 1945 sendiri), hukum negara (tata negara dan administrasi negara), hukum pidana dan
acara pidana, hukum perdata, dan hukum publik internasional. 8 Dengan pembidangan tersebut,
UUD 1945 memiliki berbagai fungsi yaitu sumber legitimasi dan batas kekuasaan negara,
pengatur hubungan antar lembaga negara dan hubungan negara dengan rakyat, pengatur
peralihan wewenang kekuasaan, identitas pemersatu bangsa, serta pengendalian dan
pembaharuan rakyat.9 Alhasil, Indonesia bukan lagi negara yang berdasarkan kekuasaan yang
dijalankan kelompok atau entitas akan tetapi berdasarkan hukum karena aspek berkehidupan dan
bernegara telah diatur di dalamnya. Indikasi yang mendukung pernyataan tersebut adalah adanya
perlindungan Hak Asasi Manusia, pembagian dan pemisahan kekuasaan, pemerintah
berlandaskan konstitusi, dan peradilan administrasi dalam perselisihan rakyat dengan negara. 10
Dengan UUD 1945, kita diberi ruang untuk berkontribusi dalam mengawasi jalannya
pemerintahan begitu pun sebaliknya, pemerintah berusaha menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakatnya. Tidak ada kebebasan mutlak bagi rakyat maupun pemerintah. Semua tunduk
kepada hukum dan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam mewujudkan apa
yang menjadi tujuan negara sesuai Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu perlindungan
bagi bangsa, kesejahteraan umum, pencerdasan kehidupan bangsa, dan perdamaian abadi.
Dengan demikian, negara dibentuk dengan tujuan mencapai tujuan negara tersebut.
Tujuan tersebut dicapai dengan upaya menyejahterakan rakyat dan juga pembentukan hukum
yang mengikat. Pembentukan hukum tersebut dilandasi oleh konstitusi negara. Konstitusi di
Indonesia, UUD 1945, menjadi cikal bakal hukum dalam mengatur berkehidupan dan bernegara
dan bersifat mengikat baik rakyat maupun pemerintah itu sendiri sehingga Indonesia merupakan
negara hukum. Diharapkan dengan konstitusi ini, Indonesia semakin mengupayakan tercapainya
tujuan negara.

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Referensi

Binus Online Learning. (2021). Lecture Notes CHAR6020 - CB: Kewarnegaraan, Minggu 3 Sesi 4.
Jakarta: Universitas Bina Nusantara.

Manullang, F. E. (2016). Selayang Pandang Sistem Hukum di Indonesia. Depok: Penerbit Kencana.

Muhtada, D., & Diniyanto, A. (2018). Dasar-Dasar Ilmu Negara. Semarang: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang.

Subadi, T. (2007). Pendidikan Kewarnegaraan (Civic Education). Surakarta: Badan Penerbit FKIP-UMS.

Tim Pengajar Mata Kuliah Ilmu Negara FH UI. (2021). Ilmu Negara. Depok: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.

Wahyono, P. (1986). Negara Republik Indonesia (2 ed.). Jakarta: CV Rajawali.

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


1
Dr. Tjipto Subadi. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). (Surakarta: Badan Penerbit FKIP-UMS, 2007), hlm.
40-41.
2
Ibid.
3
Binus Online Learning. Lecture Notes CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan Minggu 3 Sesi 4. (Jakarta: Universitas Bina
Nusantara, 2021), hlm. 5.
4
Dani Muhtada dab Ayon Diniyanto. Dasar-Dasar Ilmu Negara. (Semarang: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang, 2018), hlm. 42-43.
5
Prof. Padmo Wahyono. Negara Republik Indonesia, cet. 2. (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm. 67.
6
Binus Online Learning, Op. cit., hlm. 7.
7
Tim Pengajar Mata Kuliah Ilmu Negara FH UI. Op. cit., hlm. 137.
8
Fernando M. Manullang. Selayang Pandang Sistem Hukum di Indonesia. (Depok: Penerbit Kencana, 2016), hlm. 55-56
9
Binus Online Learning, Op. cit., hlm. 8-9.
10
Ibid., hlm. 10

Anda mungkin juga menyukai