Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku individu manusia merupakan cikal bakal perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di dalam lingkungan masyarakat atau lingkungan
organisasi ketika ia tidak berinteraksi dengan lingkungan secara luas.
Sedangkan perilaku secara kolektif merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh
manusia ketika ia berada di dalam lingkungan masayarakat atau organisasi,
satu sama lain saling memerlukan interaksi, sehingga terjadi komunikasi dua
arah yang memiliki persepsi yang sama.
Fakta membuktikan bahwa perilaku manusia dalam kondisi apa pun,
cenderung mementingkan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Dalam kondisi
seperti ini, manusia perlu diarahkan oleh orang yang dianggap mampu
membimbing dan mengarahkan perilaku-perilaku individu ke dalam perilaku
lingkungan secara kolektif. Posisi orang yang mampu mengarahkan perilaku-
perilaku tersebut dapat berstatus sebagai pemimpin yang berada di dalam
lingkungan organisasi yang sudah dibentuk untuk tujuan tertentu dan dibatasi
oleh waktu, maupun pemimpin yang pada umumnya terbentuk dan diakui oleh
masyarakat di dalam lingkungan masyarakat tanpa terbatasi oleh waktu
berlakunya kepemimpinan itu.
Dengan demikian, kepemimpinan merupakan modal dasar kemampuan
yang dimiliki seseorang dalam mengarahkan perilaku orang lain untuk tujuan
tertentu. Pada sebuah organisasi perusahaan, sumber daya manusia terdiri dari
pemimpin dan pegawai. Untuk mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik,
diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin suatu
organisasi perusahaan yaitu dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang
tepat. Peranan seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi
yang diinginkan terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang
dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka “Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja Perusahaan” merupakan judul dalam makalah
ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kepemimpinan yang efektif untuk meningkatkan kinerja
Perusahaan?
2. Bagaimanakah kinerja pegawai pada umumnya ?
3. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja Perusahaan ?

1
C. Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kepemimpinan yang efektif untuk meningkatkan
kinerja Perusahaan.
2. Untuk mengetahui kinerja pegawai pada umumnya.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja Perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai konsep manajemen dalam organisasi mempunyai
kedudukan strategis, karena merupakan sentral bagi seluruh kegiatan
organisasi. Kepemimpinan mutlak diperlukan dimana terjadi hubungan
kerjasama dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam kenyataannya kepemimpinan dapat mempengaruhi moral dan
kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Kepemimpinan juga memainkan peranan kritis dalam
membantu kelompok atau perorangan untuk mencapai tujuan mereka.
1. Menurut M. S. P. Hasibuan (2007: 170) kepemimpinan adalah :
“Proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara
efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk
mencapai tujuan bersama”.
2. Tzu dan Cleary (2002: 5) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah :
“Sebuah persoalan kecerdasan, kelayakan untuk dipercaya, kelembutan,
keberanian, dan ketegasan”.
3. Kounzes dan Posner (2004: 3) mengatakan kepemimpinan adalah :
“Penciptaan cara bagi orang untuk berkontribusi dalam menciptakan sesuatu
yang luar biasa”.
4. Menurut Donni dan Suwatno (2011: 140-141) kepemimpinan meliputi :
a) Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua
hubungan dapat melibatkan pimpinan.
b) Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi, kejelasan dan
keakuratan dari komunikasi mempengaruhi prilaku dan kinerja
pengikutnya.
c) Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai, pemimpin
yang efektif harus berhubungan dengan tujuan–tujuan individu,
kelompok dan organisasi.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu proses dimana seorang pemimpin melalui prilaku positif yang
dimilikinya dapat menggerakan, membimbing, mempengaruhi dan mengawasi
bawahannya untuk berfikir dan bertindak sehingga dapat memberikan
sumbangsih yang nyata dalam rangka melaksanakan tugasnya demi pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik
dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang
dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Bawahan pemimpin

3
ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu
dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka
semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara rasional strategis dan
makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalis, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam
organisasi maka ia menjadi spesialis.
Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari
bawahannya tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari
bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhannya. Jadi, konsep kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mengarahkan perilaku orang lain dalam mencapai tujuan tertentu.
Seorang yang tergolong sebagai pemirnpin adalah seorang yang pada
waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat
kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui
pendidikan pengalaman kerja. Pengambangan kemampuan itu adalah suatu
proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang
bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai
syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi
beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan umum yang luas.
b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c) Kemampuan berkembang secara mental
d) Ingin tahu
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat yang kuat
g) Mempunyai kapasitas integratif
h) Keterampilan berkomunikasi
i) Keterampilan mendidik
j) Personalitas dan objektivitas
k) Pragmatismo
l) Mempunyai naluri untuk prioritas
m) Sederhana
n) Berani dan tegas
Menurut Kerlinger dan Padhazur (2002) faktor kepemimpinan
mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai
karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha-
usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Susilo (1998)
menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan keseluruhan aktivitas dalam
rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai
suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.

4
Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat
meningkatkan kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi
sebagai instansi pelayanan publik. Selain untuk meningkatkan kinerja pegawai
dan pemimpin, dapat menerapkan gaya kepemimpinan pada pengambilan
keputusan sesuai dengan kebutuhan pegawai dalam memperbaiki kinerja dan
produktivitas pegawai, sehingga pegawai pemerintah dapat meningkatkan
pelayanannya terhadap masyarakat dalam hal pelayanan publik.
Cara atau gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis
berbeda, tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja,
keputusan kerja, dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat
mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Menurut Malayu S.P.Hasibuan
(2005: 170) gaya kepemimpinan ada tiga yaitu :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaaan atau wewenang, sebagian
besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut
sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya
ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Falsafah pimpinan ialah ”bawahan adalah untuk pemimpin/atasan”.
Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan
pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling
pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan
instruksi perintah, ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara
ketat. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan
produktivitas kerja karyawan dengan memperhatikan perasaan dan
kesejahteraan bawahan. Pimpinan menganut sistem menajemen tertutup
(closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada
bawahannya. Pengkaderan kurang mandapat perhatiannya.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama serasi, menumbuhkan loyalitas,
dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut
memiliki perusahaan. Falsafah pemimpin ialah ”pemimpin (dia) adalah untuk
bawahan”. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan
pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan
tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran dan ide yang
diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem menajemen terbuka (open
management) dan desentralisasi wewenang. Pemimpin dengan gaya partisipatif
akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan
demikian, pemimpin akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung
jawab yang lebih besar.

5
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan
dapat mengambil keputusan dan kebijakan dengan bebas atau leluasa dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil
keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada
bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan, dan mengatakan
kepada bawahan ”inilah pekerjaan yang harus Saudara kerjakan, saya tidak
peduli, terserah Saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut
bisa diselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab
atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan
menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri
dalam menyelasaikan pekerjaan tersebut. Bawahan dituntut memiliki
kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan melakukan
sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan.
Kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan
maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung
pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat
dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam
keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai
kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 1999).
Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan-
kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di
organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada
bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan
seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar
para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas
dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka
kinerja pegawainya akan tinggi.

B. Kinerja
Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk
mencapai tujuan secara efektif diperlukan kinerja yang baik. Kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan

6
memastikan komunikasi yang efektif antara karyawan dengan atasannya.
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis perusahaan yang akan dikelola. Kinerja suatu perusahaan
sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berada didalamnya. Apabila
sumber daya manusianya memiliki motivasi tinggi, kreatif dan mampu
mengembangkan inovasi, kinerjanya akan semakin baik. Oleh karena itu
diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia.
1. M. S. P. Hasibuan (2007: 195) menyatakan kinerja sebagai berikut: “Kinerja
atau unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau
perilaku yang nyata yang ditampilkan sesai dengan perannya dalam
organisasi”.
2. Mangkunegara (2001: 67) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai
berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
3. Rivai (2004: 309) mengatakan bahwa: “Kinerja adalah merupakan perilaku
yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Kinerja merupakan penampilan hasil karya seseorang dalam bentuk


kualitas ataupun kuantitas dalam suatu organisasi/perusahaan. Kinerja juga
merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja pegawai. Tiga hal
penting dalam kinerja adalah tujuan, ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan
setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja.
Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana
seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi dari setiap karyawan.
Tetapi ternyata tujuan saja tidak cukup, sebab itu diperlukan ukuran apakah
seorang karyawan telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu
penilaian kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan
jabatan karyawan memegang peranan yang penting. Akhir dari proses kinerja
adalah penilaian kinerja itu sendiri yang dikaitkan dengan proses pencapaian
tujuan.
Kinerja karyawan yang merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari
seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat berwujud,
dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran
dan tenaga tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan suatu
persoalan, inovasi baru suatu produk barang atau jasa, bisa juga merupakan
penemuan atas prosedur kerja yang lebih efisien.
Dengan pemahaman akan tugas-tugas yang diemban, dan pemahaman
karakteristik bawahannya, maka seorang pemimpin akan dapat memberikan
bimbingan, dorongan serta motivasi kepada seluruh anggotanya untuk

7
mencapai tujuan. Jika dalam proses interaksi tersebut berhasil dengan baik,
maka ia akan mampu memberikan kepuasan yang sekaligus dapat
meningkatkan kinerjanya.
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi
suatu organisasi. Menurut Dessler (1997), kinerja merupakan prosedur yang
meliputi (1) penetapan standar kinerja; (2) penilaian kinerja aktual pegawai
dalam hubungan dengan standar-standar ini; (3) memberi umpan balik kepada
pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan
kemerosotan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi lagi.
Mengenai ukuran-ukuran kinerja pegawai, Ranupandojo dan Husnan
(2000) menjelaskan secara rinci sejumlah aspek yang meliputi:
1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang
ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian,
keterampilan dan keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan,
ketelitian, kerapihan dan kebersihan hasil pekerjaan.
2. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang
ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat
pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output, serta perlu
diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa
cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.
3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi,
inisiatif, rajin, serta sikap hati-hati.
4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta
kerjasama.

C. Hubungan Antara Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan


Kemajuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawannya
setiap perusahaan akan terus berusaha untuk meningkatkan kinerja
karyawannya agar dapat mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan.
Untuk mencapainya memerlukan banyak usaha yang harus dilakukan, baik
oleh pimpinan dengan gaya kepemimpinannya maupun para karyawan dengan
kinerja yang dihasilkan.
Setiap pemimpin mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam
menentukan seluruh kegiatan diperusahaan, hal ini sejalan dengan pendapat
BA.Soetisno (2002), setiap manajer atau pimpinan organisasi tertentu memiliki
tanggung jawab yang besar dalam seluruh proses yang biasanya termasuk
dalam manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan para pegawai
yang berada dalam kewenangannya, sehingga dibutuhkan kemampuan dan
keterampilan yang tinggi untuk memimpin karyawannya dalam perusahaan.

8
Menurut Ari Retno Habsari (2008: 12) dalam bukunya Terobosan
Kepemimpinan, kepemimpinan yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memperhitungkan minat sampai hasil akhir
b. Memahami bahwa hasil adalah selalu penilaian terakhir
c. Memiliki semangat menyelesaikan masalah
d. Lebih demokratis dari pada autotity
e. Memberikan kesempatan untuk mencapai potensi setiap orang
f. Memiliki Etika dan moral yang tinggi
g. Mengambil tanggung jawab terhadap hasil tim.

Hal tersebut diperkuat oleh AM. Kadarman, Jusuf Udaya, dkk (2001),
yang berpendapat bahwa tugas seorang pemimpin adalah mendorong
bawahannya untuk mencapai tujuan. Jadi dalam memimpin pasti terlibat
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi atau memotivasi orang lain atau
bawahannya agar mereka mau melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya
dengan baik. Dalam konteks ini, motivasi menjelaskan suatu aktifitas
manajemen atau sesuatu yang dilakukan seorang manajer untuk membujuk
atau mempengaruhi bawahannya untuk bertindak secara organisasi dengan cara
tertentu agar dapat menghasilkan kinerja yang efektif.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin
bertugas untuk mempengaruhi dan memotivasi karyawannya dengan cara
menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat agar karyawan mau
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik dan menghasilkan
tujuan yang sempurna.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan.
Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena
diputuskan demikian, bukan karena secara kebetulan terjadi. Semakin tinggi
kedudukan seseorang dalam perusahaan maka semakin besar bobot dari
keputusan yang diambilnya meskipun sering ke putusan tersebut bersifat umum
dan kwalitatif. Dalam sebuah perusahaan/organisasi harus selalu terdapat
pendelegasian wewenang. Hal ini disebabkan karena keterbatasan-keterbatasan
dari manajer dalam melaksanakan tugasnya.
Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam
organisasi perusahaan. Karena kepemimpinan merupakan keseluruhan dari
beberapa variabel yang saling berhubungan yaitu antara pemimpin dan
pegawai. Adanya pengaruh tersebut akan dapat memperbaiki kinerja pegawai
dan pemimpin serta meningkatkan kinerja antara pimpinan dan pegawai dalam
suatu perusahaan.

B. Saran
Berdasarkan hasil makalah tersebut, Seorang pemimpin harus mampu
menjadi figur yang mampu mambangun dan meningkatkan motivasi kerja
karyawan. Untuk meningkatkan kinerja pemimpin harus berupaya seefektif
mungkin mengoptimalkan gaya kepemimpinan Partisipatif. Karena semakin
efektifnya gaya kepemimpinan Partisipatif akan meningkatkan kinerja.
Pemimpin harus meningkatkan komunikasi dengan karyawan, sehingga
hubungan dengan karyawan terjalin dengan baik tentunya dengan persuasif.
Dengan semakin baiknya hubungan dengan karyawan secara otomatis akan
meningkatkan kinerja.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, M. Alfan. Menjadi Pemimpin Politik:PerbincanganKepemimpinan dan


Kekuasaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hasibuan, Malayu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Prof. Dr. Mar’at. (1985). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta Timur: Ghalia
Indonesia.

Ranupandojo, H, Suad Husnan. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE-UGM

Susilo, Martoyo. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-


UGM.

11

Anda mungkin juga menyukai