Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PUTUSAN PTUN

Kasus Kapas Transgenik

1. Pertimbangan hakim mengenai environtmental risk assessment (ERA)?


Environmental Risk Assessment dapat diartikan sebagai Audit Resiko Lingkungan.
Dalam hal ini ditekankan pada audit resiko lingkungan, atau biasa dikenal dengan sebutan
Environmental Risk Assessment.

Majelis hakim berpendapat bahwa :


• Majelis hakim, menganggap bahwa SK tersebut adalah untuk keperluan uji coba,
memutuskan pelepasan kapas transgenik tidak wajib AMDAL, dan SK tersebut
justru mencerminkan sikap kehati-hatian dari Menteri Pertanian, sebelum melepas
kapas transgenik di areal yang lebih luas lagi.

Dalam kasus Kapas Transgenik ini seharusnya harus lebih ditekankan pada audit
resiko lingkungan. Walaupun SK tersebut adalah untuk keperluan uji coba pelepasan
Kapas Transgenik tetap harus menjadi wajib AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan). Karena dengan inilah dapat dinilai apakah sebuah bahan kimia, atau
kontaminan atau polutan akan menimbulkan resiko terhadap manusia. Dalam membuat
SK, menurut kelompok kami, pemerintah terkesan manipulatif, sangat tergesa-gesa, dan
ceroboh. Terkesan manipulatif karena mencantumkan surat Menteri Negara Lingkungan
Hidup tanggal 29 September 2000 perihal klarifikasi kegiatan kapas transgenik sebagai
salah satu konsiderans. Padahal sudah ditegaskan bahwa untuk penanaman kapas
transgenik harus dilakukan AMDAL. Namun di sisi lain AMDAL ini justru tidak
dilakukan sama sekali dan Kapas Transgenik itu malah dilepas/diedarkan.

2. Pendapat hakim mengenai AMDAL?

Menurut ketentuan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup serta peraturan pelaksanaannya berupa Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, disebutkan bahwa ”usaha

1
dan/atau kegiatan introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik”,
termasuk pelepasan Kapas Transgenik Bt DP 5690B sebagai varietas unggul, harus
didahului dengan pelaksanaan proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Hal ini terlihat dari :

a. Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup yang menyebutkan ”Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan.”
b. Pasal 14 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 yang menyebutkan: “Untuk
menjamin pelestarian lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang
melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.”
c. Pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 yang menyebutkan: ”Setiap
usaha dan atau legiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan.”
d. Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak
Lingkungan yang menentukan:
Ayat (1) ”Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi:
a. ....
b. ....
c. ...
d. ...
e. ...
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad
renik.”
Ayat (2) ”Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan
Menteri setelah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain
dan/atau Pimpinan Lembaga Non Departemen yang terkait.”
e. Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa :

2
”Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha/atau kegiatan yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang.”

f. Pasal 33 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 menyebutkan bahwa :


Ayat (1) ”setiap usaha dan atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
ayat (2) wajib diumumkan terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum
pemrakarsa menyusun analisis mengenai dampak lingkungan.”

Namun demikian, ketentuan pada pasal-pasal di atas tidak secara otomatis


(dengan sendirinya) setiap usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup menjadi wajib
AMDAL. Karena perlu tidaknya AMDAL terlebih dahulu harus ditetapkan oleh menteri
yang bersangkutan (Menteri Lingkungan Hidup). Dan untuk sampai pada keputusan bahwa
suatu usaha dan/kegiatan diwajibkan atau tidak menyertakan AMDAL, Menteri yang
ditugasi mengelola lingkungan hidup harus terlebih dahulu mendengar dan memperhatikan
saran dan pendapat Menteri lain dan/atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen
yang terkait.
Berkaitan dengan kasus ini, beban kewajiban AMDAL bukanlah milik Pemerintah.
Kewajiban AMDAL adalah beban dari pemrakarsa atau pemilik perusahaan. Jadi Menteri
Pertanian tidak melanggar UU No. 23 Tahun 1997.

Majelis hakim berpendapat bahwa :


1. Berdasarkan kajian terhadap ketentuan tentang AMDAL dalam Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 1999, dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (2) dinyatakan bahwa
AMDAL merupakan bagian dari proses perizinan melakukan usaha dan / atau kegiatan
yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
2. Usaha dan / atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, menurut ketentuan Pasal 3 (1) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 meliputi antara lain (f) introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad
renik.
3. Yang dimaksud usaha dan / atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhdap lingkungan hidup, menurut penjelasan pasal 3 PP No. 27 Tahun 1999
3
adalah usaha dan / atau kegiatan yang merupakan kategori usaha dan / atau kegiatan
yang berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mempunyai potensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup.
4. Ternyata materi muatan dari surat keputusan tersebut berisi tindakan hukum
administrasi dari tergugat berdasarkan kewenangan yang ada padanya untuk melepas
secara terbatas kapas Bt. DP 5690 B dengan persyaratan tertentu, yaitu dilepas terbatas
untuk dimanfaatkan oleh petani pekebun di Provinsi Sulawesi Selatan yang meliputi
Kabupaten Takalar, Gowa, Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, dan Wajo (seperti
yang ada pada vide bukti).
Dengan demikian Surat Keputusan tata Usaha Negara tersebut merupakan
norma hukum. Dan karena berlakunya terbatas terhadap petani pekebun di wilayah
tertentu di Provinsi Sulawesi Selatan, maka ditinjau dari sifat norma hukumnya adalah
norma hukum konkrit dan dapat diindividualisir terhadap subyek yang dituju oleh
keputusan tata Usaha Negara. Sehingga jelas, bukan merupakan bagian dari proses
perizinan untuk melakukan usaha dan / atau kegiatan yang wajib AMDAL. AMDAL
merupakan satu paket dari proses untuk menerbitkan perizinan, sedangkan Surat
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut bukan merupakan surat keputusan tentang
perizinan.
5. Menurut ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999,
jenis usaha dan / atau kegiatan yang wajib AMDAL sebagaimana dimaksud oleh Pasal
3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 ditetapkan oleh Menteri setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat menteri lain dan / atau pimpinan
Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
6. Menurut peraturan dasarnya, yang berwenang menetapkan suatu usaha dan / atau
kegiatan wajib AMDAL atau tidak, bukan ada pada TERGUGAT (Menteri Pertanian
RI), melainkan ada pada wewenang atributif menteri yang ditugasi mengelola
lingkungan hidup.
7. Meskipun menurut Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999,
kegiatan seperti dalam kasus a quo wajib AMDAL, namun ternyata berdasarkan bukti
tertulis yang diajukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa, terdapat peraturan
kebijaksanaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa untuk
kegiatan introduksi tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik, tidak termasuk
sebagai kegiatan yang wajib AMDAL (Daftar Lampiran Keputusan Menteri Negara

4
Lingkungan Hidup Nomor KEP-39/MenLH/08/1996 diperbaharui dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000).
8. Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000,
persyaratan permintaan kepastian penetapan yang tertulis tidak dicantumkan, sehingga
ada atau tidaknya keraguan terhadap jenis usaha dan atau kegiatan yang memerlukan
AMDAL, maka secara normatif dalam kasus diatas, tergugat tidak perlu lagi meminta
kepastian kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang perlunya AMDAL.
9. Dari bukti-bukti yang ada telah jelas diuraikan bahwa Menteri Pertanian RI
(tergugat) dalam menerbitkan surat keputusan tidak wajib AMDAL. Sedangkan yang
wajib AMDAL adalah pemrakarsa kegiatan. Memang menurut majelis hakim dengan
tidak adanya AMDAL pelepasan kapas transgenik tersebut berpotensi menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. Oleh karena Surat Keputusan Tata Usaha Negara tersebut
hanya berlaku untuk satu tahun, hasil uji coba tersebut dapat dipergunakan sebagai
parameter terhadap kegiatan berikutnya, dimana jika nantinya kegiatan tersebut benar-
benar berdampak terhadap lingkungan hidup yang penting dan terukur serta merugikan
maka berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat 3 PP No.27 tahun1999 dapat ditinjau kembali,
dan baru diterbitkan AMDAL. Dengan demikian bukti tertulis tersebut secara
administratif tidak terkait dengan penerbitan Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang
menjadi obyek gugatan dalam perkara ini.

Oleh karena itu dapat disimpulkan kewajiban untuk AMDAL bagi tergugat tidak
dipersyaratkan dan surat Keputusan Tata Usaha Negara tersebut yang diterbitkan oleh
tergugat tidak bertentangan dengan ketentuan mengenai AMDAL.

Pelepasan harus didahului dengan AMDAL. Karena bagaimanapun juga, menurut


pasal-pasal yang telah dibahas sebelumnya, telah dinyatakan bahwa AMDAL adalah salah
satu syarat dari perizinan. Akan tetapi, bila dikaitkan dengan kasus ini, pemerintah bukanlah
pihak yang diwajibkan AMDAL. Karena sesuai dengan pasal 1 ayat (7), pasal 17 dan pasal
18 Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999, yang diwajibkan membuat AMDAL adalah
pemrakarsa/pemilik usaha, yang dalam hal ini adalah PT. Monagro Kimia. Oleh karena itu,
gugatan yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan
Indonesia kepada Menteri Pertanian salah alamat, karena AMDAL bukanlah kewajiban dari
pemerintah melainkan pemilik usaha.

Anda mungkin juga menyukai