ENTR6100
Managing Entrepreneurial
Organization and Leadership
Week 1
OUTLINE MATERI :
Gambar 1.1 menjelaskan bagaimana pengetahuan dan motivasi memengaruhi dua tahap
tindakan kewirausahaan. Individu yang memiliki pengetahuan pasar dan/atau perubahan teknologi
diyakini mampu mendeteksi perubahan dalam lingkungan eksternal, dan jika memiliki motivasi,
mereka akan mengalokasikan perhatian lebih lanjut untuk memproses semua informasi dari
lingkungan eksternal. Sedangkan pihak ketiga (orang lain) tidak mengetahui kemungkinan tersebut.
Hasil Tahap 1 adalah realisasi individu yang meyakini ada peluang dari seseorang. Individu
kemudian menentukan apakah itu merupakan peluang baginya. (Tahap 2). Dengan kata lain, apakah
peluang ini (dari pihak lain) merupakan peluang bagi saya? Jika individu mampu mengatasi
keraguan dari adanya peluang, akan membentuk (1) keyakinan bahwa situasi merupakan peluang
bagi seseorang (2) keyakinan bahwa peluang bagi seseorang adalah peluang untuk dirinya sendiri
untuk bertindak.
1. Pendidikan
Beberapa orang berpendapat bahwa pendidikan tidak penting bagi wirausahawan. Dalam
beberapa hasil penelitian, ternyata memiliki pendidikan penting bagi wirausahawan.
Kepentingannya tercermin tidak hanya dalam tingkat pendidikan yang diperoleh tetapi dalam
kenyataan bahwa pendidikan memainkan peran utama dalam membantu wirausahaan mengatasi
masalah yang dihadapi. Meskipun pendidikan formal tidak diperlukan untuk memulai bisnis baru
seperti Henry Ford, tetapi pendidikan formal memberikan latar belakang yang baik, terutama
ketika berkaitan dengan bidang usaha. Seperti bidang keuangan, perencanaan strategis,
pemasaran, dan manajemen. Kemampuan berkomunikasi dengan jelas, baik dengan tulisan
maupun tutur kata yang diucapkan adalah penting dalam setiap kegiatan usaha.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan sementara bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif
terhadap seseorang menemukan peluang baru, meskipun tidak serta merta menentukan apakah ia
akan menciptakan bisnis baru untuk mengeksploitasi peluang yang ditemukan.
2. Usia
Hubungan antara usia dengan karir kewirausahaan telah diteliti oleh banyak peneliti. Dalam
memahami hasil penelitian ini, penting untuk membedakan antara usia wirausahawan (usia
wirausahawan tercermin dalam pengalamannya) dan usia kronologis (tahun sejak lahir).
Pengalaman wirausaha adalah salah satu prediktor keberhasilan, terutama ketika usaha baru
berada di bidang yang sama dengan pengalaman bisnis sebelumnya.
Seorang wirausahawan perlu memahami semua aspek lingkungan. Bagian dari kemampuan ini
tercermin dalam tingkat kreativitas individu. Untuk membangun usaha yang sukses, individu harus
kreatif dan memiliki pemahaman yang luas tentang lingkungan internal dan eksternal. Pemahaman
tentang lingkungan itu penting karena memungkinkan individu untuk melihat sinyal peluang potensial
dan mereka yang memiliki kreativitas tinggi mampu "menghubungkan titik-titik" untuk membentuk
kepercayaan peluang.
Orang yang ingin membangun usaha baru dengan sukses di dalam perusahaan harus menjadi
pemimpin yang visioner, orang yang memiliki impian-impian besar. Karakteristik kepemimpinan yang
diperlukan adalah harus fleksibel dan membuat opsi manajemen.
Kewirausahaan perusahaan membutuhkan empat karakteristik: kemampuan untuk mendorong
kerja tim dan menggunakan pendekatan multidisiplin. Dalam membentuk usaha baru, menyatukan
berbagai keterampilan memerlukan penyilangan struktur departemen dan sistem pelaporan yang
sudah mapan. Untuk meminimalkan gangguan, kewirausahaan perusahaan harus menjadi diplomat
yang baik.
Diskusi terbuka harus didorong untuk mengembangkan tim yang baik dalam menciptakan
sesuatu yang baru. Perlu dicatat bahwa ada dua jenis konflik yang terjadi dalam interaksi tim, yaitu:
(1) konflik mengenai sifat tugas. Konflik ini mengungkapkan informasi untuk meningkatkan kinerja
setiap tugas, dan (2) konflik hubungan. Diskusi bersifat pribadi sehingga menghambat kinerja pada
penyelesaian tugas. Usaha baru yang berhasil dalam perusahaan dapat dibentuk ketika tim yang terlibat
merasa bebas untuk tidak setuju dan mengkritik ide untuk mencapai solusi terbaik.
Kewirausahaan memainkan peran penting dalam penciptaan dan pertumbuhan bisnis, bahkan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah maupun negara. Seorang
pengusaha bertindak berdasarkan apa yang mereka yakini sebagai peluang dan menghindari
ketidakpastian. Pengusaha harus menggunakan penilaian mereka tentang apakah akan bertindak
atau tidak berdasarkan intuisinya. Perilaku keraguan dapat merusak keputusan. Kunci untuk
memahami tindakan seorang pengusaha adalah kemampuan untuk menilai sejumlah ketidakpastian
di dalam peluang potensial dan bersediaan untuk menerima segala ketidakpastian.
Wirausaha memiliki pemikiran yang berbeda dengan nonwirausaha. Dalam situasi tertentu,
mereka berpikir berbeda ketika dihadapkan dengan beberapa pekerjaan atau mengambil keputusan.
Mengingat sifat dari pengambilan keputusan, wirausahawan harus (1) berpikir secara struktural, (2)
terlibat dalam bricolage, (3) efektif, dan (4) beradaptasi secara kognitif.
Pembangunan berkelanjutan merupakan masalah terpenting saat ini, dan kewirausahaan dapat
memiliki dampak positif pada masalah ini. Artinya, tindakan kewirausahaan dapat membantu dalam
mempertahankan dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan. Secara khusus, kewirausahaan
berkelanjutan difokuskan pada pelestarian alam, dukungan kehidupan, dan komunitas
(keberlanjutan) dalam mengejar peluang untuk menghadirkan produk, proses, dan layanan di masa
depan demi keuntungan (aksi wirausaha) di mana keuntungan secara luas ditafsirkan mencakup
ekonomi dan manfaat nonekonomi untuk individu, ekonomi, dan masyarakat (pembangunan).
Manajemen kewirausahaan berbeda dengan manajemen tradisional dalam delapan dimensi
yaitu (1) orientasi strategis, (2) komitmen terhadap peluang, (3) komitmen sumber daya, (4) kendali
atas sumber daya, (5) struktur manajemen, (6) filosofi penghargaan, (7) orientasi pada pertumbuhan,
dan (8) budaya kewirausahaan.
Perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan untuk menuju pertumbuhan, ada keinginan
besar untuk memperluas ukuran perusahaan dengan cepat. Meskipun perusahaan yang dikelola
secara tradisional juga berkeinginan untuk tumbuh, tetapi mereka lebih suka dengan pertumbuhan
yang lambat tetapi kecepatan yang stabil. Artinya, mereka lebih memilih langkah pertumbuhan yang
"dapat dikelola" karena tidak "mengganggu kestabilan perusahaan" dengan menempatkan sumber
daya yang dikontrol perusahaan.
Chapter 1 – 3