Anda di halaman 1dari 7

KARYA TULIS

HELLO HERO CHALLENGE

BUNDAKU SAMPAI AKHIR HAYAT NYA

Disusun Oleh :
Lilis Desi Kholisoh, S.Kom

Guru Matapelajaran :
Produktif Teknik Komputer Jaringan

YAYASAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


PASUNDAN
SMK PASUNDAN 2 BANJARAN
TERAKREDITASI “A”
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan

Rahmat Serta Hidayah nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga selalu

dilimpahkan kepada keluarga Nabi besar kita Muhammada SAW. Alhamdulillah

atas ridho nya karya tulis ini yang diberi judul “BUNDAKU SAMPAI AKHIR

HAYATNYA” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Ditengah melaju pesatnya teknologi serta pergaulan masa kini yang aga

sedikit tidak kontrol membuat rata – rata anak anak jaman sekarang sedikit tidak

terkendali. Tetapi tak jarang pula beberapa orangtua memprotek anak anaknya

dari pengaruh pergaulan luar, sekuat tenaga mereka berusaha untuk membuat anak

anak nya tetap menjadi baik. Sampai akhir hayatnya.

Alhamdulillah Alloh telah memudahkan jalan untuk terselesaikannya

Karya Tulis ini, beserta orang orang terdekat penulis sehingga dapat

terselesaikannya Karya Tulis ini. Tak lupa penulis banyak mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Kepala Sekolah SMK Pasundan 2 banjaran

2. Wakasek urusan Kesiswaan SMK Pasundan 2 Banjaran

3. Keluarga Almh. Ibu Nani Sumarni

4. Keluarga penulis tercinta

5. Rekan Kerja penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

6. Siswa/siswi yang telah mensupport terciptanya Karya Tulis ini


Terimakasih atas dukungan beserta doa sehingga terciptanya Karya Tulis

ini dengan tema Pahlawan Masa Kini.

Terimakasaih penulis ucapkan. Semoga Karya Tulis ini bisa menjadikan

inspirasi bagi pembacanya.

Salam Hormat,

Penulis
Indonesia abad ke 21 ini terlihat biasa saja. Anak – anak jaman sekarang terlihat

santai dengan tantangan. Betapa tidak, mereka terlalu sibuk dengan gamez atau

konten konten yang viral. Tak masalah jika konten tersebut mendidik,

kenyataanya konten – konten yang laku dipasaran ialah konten yang tidak jelas.

Nah itulah salah satu dari melaju pesatnya teknologi di dunia.

Dijaman yang serba canggih ini, canggih juga pemikiran anak – anak yang

seringkali sulit untuk diberi pemahaman oleh orangtuanya. Tetapi masih banyak

pula orangtua yang hebat yang bisa mendidik anaknya dengan baik, contohnya

orangtua dari anak didik ku, Wildan dan Mega mereka adalah dua kakak beradik

yang dilahirkan oleh seorang Ibu bernama Nani Sumarni. Beliau seorang guru SD

yang lahir pada tanggal 16 Nopember 1960 dan wafat pada 31 Maret 2018 di

usianya yang ke 57 Tahun. Ya betul, beliau sudah menjadi almarhumah sekarang,

sedih mendengarnya ketika seorang siswi (Mega) tetiba menangis karena teringat

ibunya yang sudah meninggal. Lalu aku mendengar kisahnya untuk menemani

Mega sedikit meluapkan rasa rindu terhadap almarhumah ibunya. Inilah kisah

hidupnya.

Ibu Nani Sumarni lahir 10 Nopember 1960. Beliau menikah dengan

seorang pria bernama Enang Sugandi pada tahun 1983 beliau ditinggal oleh

suaminya karena meninggal pada 28 April 2012. Ibu Nani Sumarni telah

mengabdi sebagai guru Sekolah Dasar dari tahun 1978 sampai dengan tahun 2018,

kurang lebih 40 tahun. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas terhadap anak

didiknya tetapi menyenangkan.


(Foto kedekatan Almh. Ibu Nani beserta anak didiknya)

Dimata keluarganya beliau seorang ibu yang pintar, tegas, dan

bijak, beliau sangat sangat pekerja keras demi keluarganya. Ya, setelah suaminya

meninggal beliau sendiri lah yang membiayai ke-5 anaknya beliau bertekad untuk

menyekolahkan anak anaknya sampai ke perguruan tinggi.

Pada tahun 2005 beliau mengalami kecelakaan di daerah Cipularang yang

mengakibatkan luka ringan, mulai dari situ beliau mulai sering sakit sakitan.

Sebelumnya beliau masih bisa berobat jalan seperti biasa. Namun ketika usianya

menginjak 56 di tahun 2016, sakitnya beliau semakin parah. Terdapat benjolan

pada kakinya, sehingga beliau kesulitan untuk pergi mengajar, untuk berjalan saja

beliau kesulitan. Kebutuhan mulai meningkat, terlebih anak ke 3 nya harus kuliah,

ke 4 dan 5 di Sekolah Menengah Kejuruan. Kebutuhan semakin banyak, dengan

kondisi kesehatannya yang kurang baik beliau masih semangat mencari biaya

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan dibantu oleh anak pertama dan

kedua.

Beliau rajin bangun shubuh, membuat kue untuk dijual dengan kondisi

kakinya yang sulit untuk berjalan. Pergi mengajar pun sangat kesulitan dan tak

jarang beliau bekerja sambil berbaring di meja kelas karena menahan rasa sakit.

Namun beliau tak ingin anak didiknya terbengkalai. Sampailah di usia 57 tahun
beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan 5 anak, 3 sudah menikah

dna 2 lagi masih duduk di bangku SMK. Penulis salut dengan kekeluargaan

mereka, ketegaran mereka, terutama anak anak didik saya Wildan dan Mega,

mereka sangat tegar. Atas didikan ibu Nani, mereka tidak menyerah dan tetap

menjadi baik walaupun kedua orangtuanya sudah tiada. Mereka begitu tegar,

semangat hingga lulus SMK. Dan sekarang mereka kuliah di salahsatu Universitas

Swasta dengan jalan beasiswa. Semangat terus buat kalian, gapai cita-cita kalian,

buat orangtuamu bangga, yang sudah tenang di sisi Alloh SWT. Jangan lupa

berdoa, doa yang tidak putus untu mereka, kalian anak baik, anak anak sholeh

sholehah, anak anak dari Almh, Ibu. Nani Sumarni dan Alm, Bapak Enang

Sugandi.

Allohumagfirlahu Warhamhu Waafihi Wafuanhu. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai