Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN MEDIS

Dalam Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992,


disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera jasmani,
rohani dan sosial agar setiap orang dapat hidup secara produktif
secara sosial dan ekonmis. Pengertian kesehatan dalam Undang-
Undang ini kalau dicermati kata demi kata pada dasarnya adalah
suatu visi bangsa Indonesia dalam pembangunan kesehatan
masyarakat, bukan visi Indonesia Sehat 2010 yang selama ini kita
dengar.,Karena merupakan visi maka dalam mewujudkannya harus
dilakukan secara kompehensif-menyeluruh.

Dalam dokument pembangunan kesehatan Negara Republik


Indonesia ada 4 pendekatan yang digunakan agar pembangunan
kesehatan lebih menyeluruh (komprehensif) yaitu pendekatan kuratif,
rehabilitatif, preventif dan promotif. Ke empat pendekatan ini harus
dilakukan secara proporsional oleh Pemerintah dalam melayani
masyarakat. Pendekatan kuratif dan rehabilitatif dalam praktek
dilakukan oleh tenaga-tenaga dokter, perawat dan apoteker, dan
petugas yang berhubungan dengan medis lainnya, mereka ini
biasanya di kenal sebagai petugas medis. Sementara pendekatan
preventif dan promotif dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan
masyarakat semisal ahli gizi masyarakat, epidemiolgi kesehatan, ahli
kesehatan lingkungan, tenaga promosi kesehatan dan tenaga
kesehatan masyarakat lainnya, mereka ini biasa disebut sebagai
tenaga kesehatan masyarakat.

Pendekatan medis dan pendekatan kesehatan masyarakat harus


berjalan bersama-sama, pendekatan yang satu tidak merasa lebih dari
pendekatan yang lainnya. Tidak bisa juga dikatakan pendekatan
kuratif dan rehabilitaif tanpa mengabaikan pendekatan preventif dan
promotif seperti banyak yang ditemukan dalam konteks-konteks pada
buku Kebijakan Kesehatan di Indonesia. Karena kalau demikian
konteksnya itu artinya sudah melebihkan pendekatan kuratif-
rehabilitaif daripada preventif-promotif. Akibatnya adalah orang-orang
akan selalu sakit kemudian diobati dan dipulihkan tetapi karena tidak
adanya upaya pencegahan melalui promosi kesehatan orang-orang
tersebut atau orang-orang lainnya sakit lagi dan sakit lagi, hingga
secara sosial mereka sakit dan tidak percaya lagi pada pendekatan
medis, pengobatan alternatif lainnyapun dicarai salah satunya.
PENDEKATAN PERUBAHAN PERILAKU

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan


atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. secara garis besar perilaku
manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :

• Aspek fisik
• Aspek psikis
• Aspek sosial

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti


pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya.

1. Faktor pembentuk perilaku

Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

• Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud


dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,
dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Teori-teori Perubahan Perilaku

Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.

• Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau


memperbanyak rangsangan (stimulus).
• Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses
pembelajaran (learning process).

• Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami)


stimulus.

c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

. Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)

. Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

Teori “Dissonance” : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya


keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan
yang diambil (conssonance).Apabila terjadi stimulus dari luar yang
lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak
seimbangan (dissonance).Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons
positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku
baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan
lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:Terjadinya perubahan


perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang
dengan elemen tidak seimbang.

Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.


Secara khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan
kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang
dalam perilaku kesehatannya

Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

a) Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena


terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
b) Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku
karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan

c) Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku


karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang
bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu.

PENDEKATAN PENDIDIKAN

Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada


Presiden Sukarno, Presiden I RI, pada tahun 1955 (dalam buku
Kesehatan Rakyat di Indonesia, Pandangan dan Planning), bahwa
merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat itu adalah
karena kurang baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal
ini disebabkan antara lain karena kurangnya pengertian masyarakat
tentang hygiene perseorangan dan hygiene umum..Tujuan Pendidikan
pada umumnya, yaitu menjadikan orang itu dewasa, memiliki
tanggung-jawab untuk diri sendiri dan lingkungan sosialnya, serta
mampu mengambil keputusan yang bijaksana.

Pendekatan edukatif yang merupakan pendekatan yang


dipergunakan dalam DKI PKM (juga kemudian dalam PKMD), adalah
serangkaian kegiatan untuk membantu masyarakat: mengenali dan
menemukan masalah mereka sendiri, dan kemudian atas dasar
rumusan masalah kesehatan yang telah mereka sepakati
dikembangkanlah rencana penanggulangannya. Tujuan utama
pendekatan edukatif adalah untuk mengembangkan kemampuan
masyarkat sehingga masyarakat yang bersangkutan dapat
memcahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas
kemampuan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi dasar
yang ditempuh adalah mengembangkan provider dan
masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan kerjasama antar provider, dilakukan


langkah-langkah:

a. Pendekatan terhadap para penjabat penentu kebijakan:


Para penjabat lintas sektor baik tingkat pusat, daerah dan lokal,
terutama pejabat pemerintahan (gubernur, bupati, camat, dsb)
adalah merupakan kunci kerja sama. Oleh sebabab itu dalam
menggalang kerjasama dalam rangka pendekatan edukatif ini,
harus dilakukan pendekatan terhadap mereka ini. Tujuan
pendekatan kepada para penjabat ini adalah untuk memperoleh
dukungan politis. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan
semacam ini disebut ”advocacy”.
b. Pendekatan terhadap para pelaksana dari berbagai sektor dan
tingkat:
Pendekatan ini bertujuan agar para pelaksanan dilapangan dari
berbagai sektor memperoleh pemahaman yang sama terhadap
program atau pendekatan yang akan dilakukan. Pendekatan ini
dapat dilakukan baik secara horisontal (antar sektor pada tingkat
sektor yang sama), maupun secara vertikal, antara sektor yang
sama di tingkat administrasi yang berbeda (diatas atau
dibawahnya).
c. Pengumpulan data oleh provider tingkat kecamatan:Data adalah
fakta empiris dari lapangan atau masyarakat, dan merupkan bukti
bahwa masalah memang ada di masyarakat secara riil (faktual).
Dari data inilah masalah ada, dan dari masalah inilah program atau
kegiatan akan dimulai, karena program merupakan upaya
pemecahan masalah.

Komunikasi dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan


Ada beberapa pendekatan lain yang bisa dilakukan, antara lain
(Hubley, 1993: 18):

1. Persuasion Approach; usaha yang dengan sengaja dilakukan


untuk mempengaruhi orang lain agar berbuat seperti yang
diinginkan (disebut juga sebagai directive approach, atau coercion
approach).
2. Informed Decision-Making Approach; memberi informasi,
pemecahan masalah, dan kemampuan untuk memecahkan masalah
kepada orang lain, tetapi menyerahkan keputusan untuk memilih
kepada orang tersebut. Untuk orang-orang dalam kondisi
terpinggirkan atau ’tertindas,’ pendekatan ini meliputi juga
penyadaran bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
memutuskan sendiri (pemberdayaan).

PENDEKATAN PEMBERDAYAAN

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-


menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran,
serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga,


serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah
dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh
dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah
dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat
(community organisation) atau pembangunan masyarakat (community
development).
Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dengan
program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan
kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai
bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya.
Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.(Depkes RI, 2007, Kurikulum dan modul Pelatihan Bidan Poskesdes
dalam Pengembangan Desa Siaga : Jakarta)

Seorang pendidik yang sangat berpengaruh dalam hal


pemberdayaan adalah Paulo Freire. Freire menyatakan kritiknya pada
pendekatan didaktik dalam pendidikan, yang menyebabkan seorang
guru berfungsi sebagai orang yang paling tahu, dan memberikan
pengetahuannya kepada orang yang belum tahu. Dalam penerapan
pendidikan baca-tulis yang dilakukannya di Brazil, Freire mempelopori
sebuah alternatif pendekatan pembelajaran yang disebut dengan
’conscientization’ (penyadaran) (Hubley, 1993: 151).

Metode Freire ini bertujuan untuk membangun kesadaran kritis,


mendorong orang untuk berpikir bagaimana mereka dapat merubah
keadaan dan lingkungannya sendiri. Metodenya dikenal juga sebagai
pendidikan ”hadap-masalah” (problem posing), yaitu ’sebuah metode
pembelajaran yang menjawab hakikat kesadaran, sadar tidak saja
pada obyek-obyek, tetapi juga pada dirinya sendiri’ ( Freire, 1985).

PENDEKATAN PERUBAHAN SOSIAL

Perilaku sehat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial


individu. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan memfokuskan pada
upaya perubahan struktur lingkungan dan sosial. Ervin (2002)
mengatakan bahwa untuk mengubah pada tingkat komunitas harus
dikenali pengaruh lingkungan pada kehidupan manusia. Upaya
promosi kesehatan yang efektif harus mempertimbangkan hubungan
dinamis antara individu dan keluarga dalam kontek perubahan
lingkungan dan sosial.

Kebijakan sosial dan kesehatan sering tidak berhasil dalam


menangani permasalahan komunitas seperti kemiskinan, abuse,
violence, marah, pengangguran; ancaman lingkungan seperti polusi;
kesenjangan dalam pelayanan kesehatan. Upaya individu dan keluarga
untuk hidup sehat juga sering tidak efektif karena adanya
ketidakcocokan antara ketegangan lingkungan dan kebijakan
kesehatan. Beberapa strategi promosi kesehatan hanya difokuskan
pada perubahan perilaku individu akan kurang berhasil tanpa adanya
upaya yang simultan mengubah lingkungan dan sosial melalui
perubahan perilaku kolektif di komunitas. Oleh karena itu diperlukan
upaya promosi kesehatan dengan memperhatikan perubahan sosial
dan lingkungan disampaing perubahan perilaku individu untuk
mencapai kesehatan yang optimal.

Ada dua perspektif dalam perubahan sosial yaitu fungsional dan


konflik. Perubahan sosial fungsional melihat perubahan adalah suatu
proses perubahan di dalam komunitas dan didasarkan pada kooperatif
dan konsensus komunitas. Perubahan secara konflik terjadi ketika ada
anggota baru di komunitas. Sehingga diperlukan sosial kontrol siapa
yang mengontrol terjadinya perubahan norma di komunitas. Dua
pendekatan ini terlihat kontras seperti pada gambar satu, sehingga
diperlukan sebuah penelitian untuk melihat pengaruh lingkungan pada
perilaku dan evaluasi intervensi pada target dalam kontek sosial.

PENDEKATAN MEDIS

WHO mendefinisikan promosi kesehatan sebagai ”Proses yang


memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan memperbaiki
kendali terhadap kesehatannya” (WHO 1984).

Pada Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992,


disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera jasmani,
rohani dan sosial agar setiap orang dapat hidup secara produktif
secara sosial dan ekonmis Pengertian kesehatan dalam Undang-
Undang ini kalau dicermati kata demi kata pada dasar adalah suatu
visi bangsa Indonesia dalam pembangunan kesehatan masyarakat,
bukan visi Indonesia Sehat 2010 yang selama ini kita dengar. Karena
merupakan visi maka dalam mewujudkannya harus dilakukan secara
kompehensif-menyeluruh.

Dalam dokument pembangunan kesehatan Negara Republik


Indonesia ada 4 pendekatan yang digunakan agar pembangunan
kesehatan lebih menyeluruh (komprehensif) yaitu

• pendekatan kuratif
• rehabilitatif
• preventif dan
• promotif.

Pendekatan kuratif dan rehabilitatif dalam praktek dilakukan oleh


tenaga-tenaga dokter, perawat dan apoteker, dan petugas yang
berhubungan dengan medis lainnya, mereka ini biasanya di kenal
sebagai petugas medis.Sementara pendekatan preventif dan promotif
dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan masyarakat semisal ahli gizi
masyarakat, epidemiolgi kesehatan, ahli kesehatan lingkungan, tenaga
promosi kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat lainnya, mereka
ini biasa disebut sebagai tenaga kesehatan masyarakat.

Pendekatan medis dan pendekatan kesehatan masyarakat harus


berjalan bersama-sama, pendekatan yang satu tidak merasa lebih dari
pendekatan yang lainnya. Tidak bisa juga dikatakan pendekatan
kuratif dan rehabilitaif tanpa mengabaikan pendekatan preventif dan
promotif seperti banyak yang ditemukan dalam konteks-konteks pada
buku Kebijakan Kesehatan di Indonesia. Akibatnya adalah orang-orang
akan selalu sakit kemudian diobati dan dipulihkan tetapi karena tidak
adanya upaya pencegahan melalui promosi kesehatan orang-orang
tersebut atau orang-orang lainnya sakit lagi dan sakit lagi, hingga
secara sosial mereka sakit dan tidak percaya lagi pada pendekatan
medis, pengobatan alternatif lainnyapun dicarai salah .

PENDEKATAN PERUBAHAN PERILAKU

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu


kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku
manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan
yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian,
dan sebagainya.. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada
kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku
makhluk hidup termasuk perilaku manusia.Secara garis besar perilaku
manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :

• Aspek fisik
• Aspek psikis
• Aspek sosial

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala


kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi sikap dan sebagainya.

• Faktor pembentuk perilaku

Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

• Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud


dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,
dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang,


sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern
dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu
faktor lingkungan. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku
tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi
bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan
dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui
persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

Teori-teori Perubahan Perilaku


Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.

• Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau


memperbanyak rangsangan (stimulus).
• Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses
pembelajaran (learning process).
• Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

• Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak


• Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami)
stimulus.
• Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)dan Bertindak
(berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan


didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini
tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian
dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan
atas 3 faktor esensial ;

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka


menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang
membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

a) Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena


terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah

b) Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku


karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan

c) Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku


karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang
bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu.

PENDEKATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan


kepada Presiden Sukarno, Presiden I RI, pada tahun 1955 (dalam buku
Kesehatan Rakyat di Indonesia, Pandangan dan Planning), bahwa
merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat itu adalah
karena kurang baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal
ini disebabkan antara lain karena kurangnya pengertian masyarakat
tentang hygiene perseorangan dan hygiene umum. Tujuan dari
pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan
membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.
Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk
menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri

Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan


Kesehatan onsep :Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari
pengetahuan dan sikap. Secara khusus bahwa persepsi sesorang
tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:

a) Ancaman

• Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau


kesediaanmenerima diagnosa penyakit)
• Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya

b) Harapan

• Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan


• Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan
tindakan itu

c) Pencetus tindakan:

• Media
• Pengaruh orang lain
• Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis
kelamin/gender, sukubangsa)

e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan


tindakan itu)

Komunikasi dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Ada beberapa pendekatan lain yang bisa dilakukan, antara lain


(Hubley, 1993: 18):

3. Persuasion Approach; usaha yang dengan sengaja dilakukan


untuk mempengaruhi orang lain agar berbuat seperti yang
diinginkan (disebut juga sebagai directive approach, atau coercion
approach).
4. Informed Decision-Making Approach; memberi informasi,
pemecahan masalah, dan kemampuan untuk memecahkan masalah
kepada orang lain, tetapi menyerahkan keputusan untuk memilih
kepada orang tersebut. Untuk orang-orang dalam kondisi
terpinggirkan atau ’tertindas,’ pendekatan ini meliputi juga
penyadaran bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
memutuskan sendiri (pemberdayaan).

PENDEKATAN PEMBERDAYAAN

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-


menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran,
serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga,


serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah
dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh
dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah
dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat
(community organisation) atau pembangunan masyarakat (community
development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun
dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan
yang dihadapi. disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi
kesehatan dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal
yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan
sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.(Depkes RI, 2007, Kurikulum dan modul
Pelatihan Bidan Poskesdes dalam Pengembangan Desa Siaga : Jakarta)

Seorang pendidik yang sangat berpengaruh dalam hal


pemberdayaan adalah Paulo Freire. Freire menyatakan kritiknya pada
pendekatan didaktik dalam pendidikan, yang menyebabkan seorang
guru berfungsi sebagai orang yang paling tahu, dan memberikan
pengetahuannya kepada orang yang belum tahu. Dalam penerapan
pendidikan baca-tulis yang dilakukannya di Brazil, Freire mempelopori
sebuah alternatif pendekatan pembelajaran yang disebut dengan
’conscientization’ (penyadaran) (Hubley, 1993: 151).

Metode Freire ini bertujuan untuk membangun kesadaran kritis,


mendorong orang untuk berpikir bagaimana mereka dapat merubah
keadaan dan lingkungannya sendiri. Metodenya dikenal juga sebagai
pendidikan ”hadap-masalah” (problem posing), yaitu ’sebuah metode
pembelajaran yang menjawab hakikat kesadaran, sadar tidak saja
pada obyek-obyek, tetapi juga pada dirinya sendiri’ ( Freire, 1985).

PENDEKATAN PERUBAHAN SOSIAL

Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-


perubahan pada lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat
membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya
adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku
individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini
memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah
masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan
dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya
pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan
kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.

Perilaku sehat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial


individu. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan memfokuskan pada
upaya perubahan struktur lingkungan dan sosial. Ervin (2002)
mengatakan bahwa untuk mengubah pada tingkat komunitas harus
dikenali pengaruh lingkungan pada kehidupan manusia. Upaya
promosi kesehatan yang efektif harus mempertimbangkan hubungan
dinamis antara individu dan keluarga dalam kontek perubahan
lingkungan dan sosial.

Ada dua perspektif dalam perubahan sosial yaitu fungsional dan


konflik. Perubahan sosial fungsional melihat perubahan adalah suatu
proses perubahan di dalam komunitas dan didasarkan pada kooperatif
dan konsensus komunitas. Perubahan secara konflik terjadi ketika ada
anggota baru di komunitas. Sehingga diperlukan sosial kontrol siapa
yang mengontrol terjadinya perubahan norma di komunitas. Dua
pendekatan ini terlihat kontras seperti pada gambar satu, sehingga
diperlukan sebuah penelitian untuk melihat pengaruh lingkungan pada
perilaku dan evaluasi intervensi pada target dalam kontek sosial

Anda mungkin juga menyukai