Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

“Tn. K Usia 23 Tahun


dengan Keluhan Mata Kanan dan Kiri Menonjol”

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Diajukan kepada :

Pembimbing : dr. Gilang Sekarfitri, Sp.M

Disusun oleh :

Elmo Krisnawan H3A021009

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Semarang
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU PENYAKIT MATA

Presentasi kasus dengan judul :

“Tn. K Usia 23 Tahun


dengan Keluhan Mata Kanan dan Kiri Menonjol”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Elmo Krisnawan H3A021009

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Gilang Sekarfitri, Sp.M …........................... ...........................

Mengesahkan:

Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

dr. Sofia Yuniati Rita Wulandari, Sp.M

NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini, yang diajukan untuk
memenuhi tugas dan melengkapi syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik Stase
Ilmu Kesehatan Mata. Laporan ini berjudul “Tn. K Usia 23 Tahun dengan
Keluhan Mata Kanan dan Kiri Menonjol”
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan
rendah hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-
tulusnya kepada :
1. dr. Wahju Budi Martono, Sp. THT-KL, M.si.Med, selaku Dekan Fakultas
beserta jajaran di Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
2. dr. Wahju Ratna Martiningsih, Sp.M selaku ketua pendidikan profesi
kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
3. dr. Gilang Sekarfitri, Sp.M selaku dokter pembimbing RSUD Tugurejo
Semarang
4. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan


oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Semarang, Januari 2022

iii
BAB I
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kendal
Status nikah : Belum menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pekerja pabrik kayu lapis
Tanggal Periksa : 20 Januari 2022

B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Mata menonjol
b. Riwayat Penyakit Sekarang
 Lokasi : mata kanan dan kiri, mata kanan lebih
menonjol
 Onset : sudah sejak 6 bulan
 Kronologi : 7 bulan yang lalu pasien mengalami
demam tifoid, lalu mondok 10 hari di rumah sakit. Saat akan kontrol
kembali ke dokter spesialis penyakit dalam, pasien mengeluhkan kedua
bola mata menonjol, terutama mata kanan. Dokter Sp.PD
menyampaikan bahwa pasien menderita gangguan hormone,
diberikan obat tablet, lalu dirujuk ke spesialis mata. Satu bulan
kemudian, muncul keluhan mata seperti mudah kering, tidak bisa
menggerakkan bola mata secara halus.
 Kualitas : mata bagian kanan kadang-kadang susah
bila akan menutup mata, kadang harus sedikit dipaksa. Pergerakan mata
ke segala arah masih bisa tapi tidak bisa halus.

1
 Kuantitas : terus-menurus
 Faktor Memperberat : di tempat kerja, bila terkena hembusan
kipas angin besar (pengganti AC) dan bila bangun tidur (baik pagi
atau sore) mata sangat gatal
 Faktor Memperingan : bila diberikan obat tetes mata dari dokter
 Keluhan lain : mata kering (+) mata gatal (+) mata
panas (+) mata sulit berkedip (+) pandangan silau (-) nerocoh (-)
mata merah (-) pandangan kabur (-) lodok (-) pandangan berganda (-)
nyeri bola mata (-) mual (-) muntah (-) mulut kering (-). Sejak 6 bulan
yang lalu pasien mengeluhkan jantung berdebar, mudah merasa
lelah, mudah berkeringat walau di cuaca dingin, tangan bergerak
berlebihan, BB turun dengan cepat dari 66 kg menjadi 54 kg.
Pasien lebih suka udara dingin. Nafsu makan tetap tapi pasien
lebih suka jika minum manis. 6 bulan lalu pasien mudah diare, tapi
sekarang sudah berkurang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan serupa : 6 bulan yang lalu, sejak kontrol di poli
dalam
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat alergi makanan : disangkal
 Riwayat alergi obat : disangkal
 Riwayat operasi mata : disangkal
 Riwayat trauma/kelilipan : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluhan serupa : disangkal
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat hipertensi : diakui, ibu pasien
e. Riwayat Pribadi dan Kebiasaan
 Kebiasaan merokok : diakui, jarang

2
 Kebiasaan cuci tangan : diakui
 Kebiasaan mengucek mata : disangkal
 Menggunakan APD untuk mata : diakui, menggunakan faceshield
f. Riwayat Sosial Ekonomi
 Biaya : BPJS
 Pekerjaan : di perusahaan pabrik kayu lapis
 Tempat kerja : lingkungan tempat kerja indoor, beratap tinggi,
tidak panas karena ada beberapa kipas angin besar.
 Tempat tinggal : bersih, tidak berdebu, tidak panas
 Kesan ekonomi cukup

B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
 Keadaan Umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 E4M6V5
 Nadi : 91 kali/menit
 Tekanan Darah : 121/78 mmHg
 Laju Pernapasan : 17 kali/menit
 Suhu : (belum dilakukan)
b. Status Gizi
 BB = 54 kg
 TB = 165 cm
 IMT = 19,78 kg/m2 (Normal)
c. Status Generalis
 Kepala : mesosefal (+) rambut merah (+) sianosis (-)
 Hidung : napas cuping hidung (-)
 Telinga : (tidak dilakukan)
 Mulut : sianosis (-) bibir kering (-) mukosa buccal kering
(-)

3
 Leher : otot bantu napas (-) pembesaran kelenjar tiroid
dextra et sinistra (+) lunak, mobile, permukaan rata, tidak ada infiltrasi ke
jaringan sekitar, nyeri (-)
 Thorax : (tidak dilakukan)
 Abdomen : (tidak dilakukan)
 Ekstremitas : hiperkinetik (+)

d. Status Lokalis : Status Oftalmologi


DEXTRA OCULI SINISTRA

1.0 Visus 1.0


(tidak dilakukan) Sensus (tidak dilakukan)
Coloris
Normal TIO Digital Normal
(seperti ujung hidung) (seperti ujung hidung)
Baik Uji Baik
(sama dengan pemeriksa) Konfrontasi (sama dengan pemeriksa)
SEGMEN ANTERIOR
Madarosis (-) Lesi (-) Suprasilia Madarosis (-) Lesi (-)
Madarosis (-) Trikiasis (-) Silia Madarosis (-) Trikiasis (-)
Distikiasis (+) Krusta (-) Distikiasis (+) Krusta (-)
Skuama (-) Silia lengket (-) Skuama (-) Silia lengket (-)
Kutu (-) Kutu (-)

Laserasi (-) hiperemis (-) Margo Laserasi (-) hiperemis (-)


Palpebra

Lagoftalmus (+) Retraksi (+) Lagoftalmus (-) Retraksi (+)


Blefarospasme (+) Ptosis (-) Blefarospasme (-) Ptosis (-)
Ekteropion (-) Enteropion (-) Ekteropion (-) Enteropion (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)

4
 Palpebra superior :  Palpebra superior :
Hiperemis (-) Edem (-) Hiperemis (-) Edem (-)
Massa (-) Hematom (-) Palpebra Massa (-) Hematom (-)
Vulnus laserasi (-) Vulnus Vulnus laserasi (-) Vulnus
ekskoriasi (-) ekskoriasi (-)
 Palpebra inferior :  Palpebra inferior :
Hiperemis (-) Edem (-) Hiperemis (-) Edem (-)
Massa (-) Hematom (-) Massa (-) Hematom (-)
Vulnus laserasi (-) Vulnus Vulnus laserasi (-) Vulnus
ekskoriasi (-) ekskoriasi (-)
K. Palpebra superior  K. Palpebra superior
Injeksi (-) Massa (-) Injeksi (-) Massa (-)
Sekret (-) Corpus alienum (-) Sekret (-) Corpus
Subkonjungtiva bleeding (-) alienum (-)
Sikatrik (-) Laserasi (-) Subkonjungtiva
Folikel (-) Papil (-) bleeding (-) Sikatrik (-)
Cobblestone (-) Laserasi (-) Folikel (-)
Pseudomembran (-) Papil (-)
Cobblestone (-)
Pseudomembran (-)
K. Palpebra inferior Konjungtiva  K. Palpebra inferior
(fornix) (fornix)
Injeksi (-) Anemis (-) Massa Injeksi (-) Anemis (-)
(-) Sekret (-) Corpus alienum Massa (-) Sekret (-) Corpus
(-) Sikatrik (-) Laserasi (-) alienum (-) Sikatrik (-)
Folikel (-) Papil (-) Laserasi (-) Folikel (-)
Cobblestone (-) Papil (-) Cobblestone (-)
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
Subkonjungtiva bleeding (-) Subkonjungtiva bleeding
Meniskus <0,3 mm, Foam (-) Meniskus <0,3 mm,
(+) Foam (-)

K. Bulbi  K. Bulbi


Injeksi (-) Massa (-) Sekret Injeksi (-) Massa (-)
Konjungtiva

5
(-) Jaringan fibrovaskular (-) Sekret (-) Jaringan
Corpus alienum (-) Sikatrik fibrovaskular (-)
(-) Laserasi (-) Corpus alienum (-)
Subkonjungtiva bleeding (-) Sikatrik (-) Laserasi
Pseudomembran (-) (-) Subkonjungtiva
bleeding (-)
Pseudomembran (-)
Posisi (ortofori) Gerak 8 Posisi (ortofori) Gerak 8 arah
arah (bebas terbatas kea Bulbus Oculi (bebas terbatas kea rah
rah lateral) Strabismus (-) lateral) Strabismus (-)
Nistagmus (-) Exoptalmus Nistagmus (-) Exoptalmus
(+) Enoptalmus (-) (-) Enoptalmus (-)
Ikterik (-) Blue sclera (-) Ikterik (-) Blue sclera (-)
Corpus alienum (-) Sekret (-) Sklera Corpus alienum (-) Sekret (-)
Pinguekula (+) Pinguekula (-)
Jernih (+) Neovaskularisasi (-) Jernih (+) Neovaskularisasi
Edem (-) Corpus alienum (-) (-) Edem (-) Corpus alienum
Sikatrik (-) Nebula (-) Makula (-) Sikatrik (-) Nebula (-)
(-) Kertik precipitat (-) Abrasi Kornea Makula (-) Kertik precipitat
kornea (-) Inflitrat (-) Jaringan (-) Abrasi kornea (-) Inflitrat
nekrotik (-) Trantas dot (-) (-) Jaringan nekrotik (-)
Reflek kornea (tidak Trantas dot (-) Reflek kornea
dilakukan) Seidle test (tidak (tidak dilakukan) Seidle test
dilakukan) Fluoresin (tidak (tidak dilakukan) Fluoresin
dilakukan) (tidak dilakukan)

Jernih (+) Hipopion (-) Jernih (+) Hipopion (-)


Hifema (-) Tyndal efek (-) COA Hifema (-) Tyndal efek (-)
Kedalaman (1/4 iris) Kedalaman (1/4 iris)

Warna (cokelat) Bombans (-) Warna (cokelat) Bombans (-)


Koloboma (-) Edem (-) Kripte Iris Koloboma (-) Edem (-)
(menyempit) Tremulans (-) Kripte (menyempit)
Sinekia (-) Tremulans (-) Sinekia (-)
Bulat (+) Central (+) Reguler Bulat (+) Central (+) Reguler
(+) Diameter (3 mm) Reflek (+) Diameter (3 mm) Reflek

6
direk (+) Reflek indirek (+) Pupil direk (+) Reflek indirek (+)
Isokor (+) Pergerakan pupil Isokor (+) Pergerakan pupil
(cepat) (cepat)
Jernih (-) Afakia (-) Pseudofaki Jernih (-) Afakia (-)
(-) Subluksasi (-) Dislokasi (-) Lensa Pseudofaki (-) Subluksasi (-)
Iris shadow (-) Dislokasi (-) Iris shadow (-)

Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan

Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Slit Lamp : pada kedua mata ditemukan distikiasis dan
meniscus <0,3 mm. Pada mata kanan ditemukan tambahan berupa foam dan
pinguekula.

C. Pemeriksaan Penunjang
-

D. Daftar Abnormalitas
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Penunjang
1. Kedua mata menonjol 21. Rambut merah -
2. Mata kanan lebih 22. Pembesaran kelenjar tiroid
menonjol dextra et sinistra
3. Riwayat kontrol ke dr. 23. Hiperkinetik ekstremitas
Sp.PD ada gangguan 24. Distikiasis dextra-sinistra
hormone 25. Lagoftalmus mata kanan
4. Mata kanan kadang 26. Blefarospasme mata kanan
susah menutup mata 27. Retraksi palpebral kedua
5. Pergerakan mata ke mata
segala arah tidak halus 28. Meniscus <0,3 mm kedua
(bebas-terbatas) mata
6. Kipas angina di tempat 29. Foam (+) pada mata kanan
kerja berhembus besar 30. Pergerakan kedua bola
7. Bila bangun tidur mata bebas terbatas kea
(pagi/sore) mata sangat rah lateral
gatal 31. Pinguekula (+) mata kanan
8. Mata kering (+) 32. Exoptalmus
9. Mata gatal (+)
10. Mata panas (+)
11. Mata sulit berkedip (+)
12. Jantung berdebar

7
13. Mudah merasa lelah
14. Mudah berkeringat
15. Tangan bergerak
berlebihan
16. BB turun dengan cepat
17. Lebih suka udara dingin
18. Suka minum manis
19. RPK hipertensi
20. Kebiasaan merokok

E. Resume
Pasien Tn. K usia 23 tahun mengeluhkan sudah 6 bulan ini bulbus
occuli dextra et sinistra menonjol, namun lebih menonjol pada occuli dextra.
Pasien sudah datang ke poli dalam, hasil pemeriksaan oleh dokter spesialis
penyakit dalam ada gangguan hormone. Pasien mengeluhkan spasme saat
menutup mata kanan, pergerakan bulbus occuli ke segala arah bebas-terbatas.
Keluhan diperberat dengan hembusan kipas angin dan gatal saat bangun tidur.
Keluhan lain seperti fotofobia (-) epifora (-) mata merah (-) panurunan visus
(-) sekret (-) diplopia (-) nyeri bola mata (-) naussea (-) vomitting (-). Keluhan
seperti palpitasi (+) fatigue (+) hyperhidrosis (+) hiperkinetik (+) BB turun
(+). Pasien memiliki kebiasaan merokok.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal, status
gizi baik, status generalisata didapatkan rambut merah, hiperkinetik
ekstremitas, dan pembesaran kelenjar tiroid dextra et sinistra, lunak, mobile,
permukaan rata, tidak ada infiltrasi ke jaringan sekitar, nyeri (-). VOD 1.0,
VOS 1.0. TIO digital dalam batas normal. Pada pemeriksaan segmen anterior
menggunakan penlight dan slitlamp, di kedua mata didapatkan distikiasis,
retraksi palpebral, meniscus <0,3 mm, dan exoptalmus. Pada mata kanan
didapatkan lagoftalmus, blefarospasme, dan pinguekula. Pergerakan bulbus
occuli ke segala arah baik, namun bebas terbatas ke arah lateral.

F. Diagnosis
ODS Dry Eyes et causa Graves Ophthalmopathy
Dry eyes = 1,2,3,6,7,8,9,10,11,20,25,26,27,28,29,32

8
Graves Ophthalmopathy = 1,2,3,4,5,12,13,14,15,16,17,18,21,22,23,27,32

G. Diferensial Diagnosis
ODS Dry Eyes et causa Tiroiditis
ODS Dry Eyes et causa Ca. Thyroid
ODS Dry Eyes et causa Sindrom Sjogren Primer
ODS Dry Eyes et causa Sindrom Sjogren Sekunder
ODS Dry Eyes et causa Occular Myasthenia Gravis
ODS Glaukoma primer sudut terbuka

H. Rencana Pengelolaan
1. Medikamentosa
R/ Methylprednisolone 16 mg tab No. XXI
S 3 dd tab I p.c.
R/ Thyrozol 10 mg tab No. XIV
S 2 dd tab I p.c.
R/ Propanolol 10 mg tab No. XXI
S 3 dd tab I p.c.
R/ Omperazole 20 mg caps No. XIV
S 2 dd tab I a.c.
R/ Sodium hialuronat eye drops fls No. I
S o.6.h gtt I O.D.S.

2. Nonmedikamentosa
- Rujuk dokter spesialis penyakit dalam
- Rujuk dokter spesialis mata

I. Edukasi
1. Berhenti merokok
2. Mengelola stress dengan baik
3. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang

9
4. Kurangi konsumsi garam
5. Konsumsi makanan mengandung kalsium seperti susu,yoghurt, dalam
batas normal.
6. Jangan mengucek mata
7. Gunakan APD untuk menghindari paparan langsung mata dengan
lingkungan
8. Menjaga kebersihan area wajah dan mata
9. Mengusahakan untuk berkedip
10. Menggunakan air conditioner sesuai suhu kamar agar tidak terlalu dingin
atau panas
11. Menggunakan kacamata sebagai alat pelindung diri selama bekerja,
berkendara, atau di lingkungan terbuka yang berudara kencang dan panas

J. Prognosis
OD OS
OD OD OS
Visam ad bonam ad bonam
Fungsionam ad bonam ad bonam
Sanam ad bonam ad bonam
Vitam ad bonam ad bonam
Cosmeticam dubia ad malam ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dry Eyes
Penyakit mata kering atau dry eye merupakan penyakit multifactorial
pada air mata dan permukaan mata yang menimbulkan gejala tidak nyaman,
gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan tear film dengan potensional
merusakan permukaan mata. Keadaan ini dapat diikuti dengan peningkatan
osmolaritas tear film dan inflamasi permukaan mata.
Dry eye adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan

10
konjungtiva akibat berkurangnya fungsi air mata atau berkurangnya produksi
komponen air mata yaitu lipid, akuos, dan mucin.
1. Faktor resiko
a. Usia > 40 tahun
b. Jenis kelamin wanita
c. Penggunaan lensa kontak
d. Penggunaan computer dalam waktu yang lama
e. Penggunaan air conditioner
f. Merokok atau sering terpapar asap rokok
g. Hidup di lingkungan dengan cuaca yang berangin
h. Bekerja di linkungan yang panas
i. Menderita artritis

2. Etiologi

11
3. Gejala
a. Pandangan silau atau terasa sensitive bila terkena cahaya
b. Mata terasa berpasir
c. Mata gatal
d. Mata nyeri
e. Mata kering
f. Penglihatan kabur
g. Sensasi terbakar
h. Memberat pada siang hari
i. Pasien dengan riwayat pekerjaan atau lingkungan yang sangat
kering / panas seperti lapangan terbuka
j. Pasien dengan riwayat lingkungan memiliki hembusan angina / udara
yang kencang
k. Pasien dengan riwayat pekerjaan atau tempat tinggat di dalam
ruangan ber-AC

4. Pemeriksaan fisik

12
a. Penebalan margo palpebral
b. Telangiektasis palpebral
c. Kelenjar meibom prominen
d. Entropion
e. Ektropion
f. Lagoftalmus
g. Injeksi konjungitva
h. Erosi kornea pungtata
i. Meniskus air mata <0,2 mm
j. Pemeriksaan schirmer I
1) Tanpa anestesi : 5-10 mm
2) Dengan anesteri : <5 mm
k. Pemeriksaan schirmer II : <15 mm setelah 15 menit
l. TBUT : dry spot pada kurang dari sama dengan detik ke-10
m. Rose Bengal : (+)

5. Tatalaksana
a. Artificial tears
1) Natrium hialuronat 0,3%
- Menurunkan inflamasi
- Menghidrasi epitel
- Meningkatkan sel goblet
- S o.4.h gtt I OD atau OS
2) Hidroksipropil selulosa
- Bersifat lubrikasi
- Bekerja lepas lambat
- Cocok untuk mata kering sedang-berat
- Bebas pengawet
b. Secretogogeus
1) Diaquafasol 3%
- Menstimulus sekresi air mata
- Meningkatkan produksi lipid pada tear film

13
- Meningkatkan sifat gel pada lapisan mucin
- S o.4.h gtt I OD atau OS
2) Rebamipide 100 mg
- Bersifat sawar
- Meningkatkan produksi sel goblet
- S 3 dd tab I a.c. atau p.c.
c. Agonis kolinergik (pada kasus sinfrom sjogren)
Pilocarpine 5 mg
- Efek samping keringat berlebihan
- S 1 dd tab I o.n.
d. Oklusi punctual
Menutup punctal lakrimal menggunakan punctal plug untuk
mencegah air mata masuk ke ductus nasolacrimal sehingga air mata
lebih efektif berada di permukaan mata. Kontraindikasi dengan
gangguan anatomi sistem lakrimal atau pada pasien yang mengalami
infeksi dan alergi.
e. Steroid tetes
Fluorometholone 0,1%
- Resiko meningkatnya TIO lebih minimal
- S 2 dd gtt I OD atau OS
f. Steroid sistemik untuk penyakit autoimun
Dexamethasone 0,5 mg
S 2 dd tab I p.c.
g. Pengobatan penyakit yang menyertai
h. Pijat kelopak mata
i. Kompres hangat untuk membuka saluran meibom
j. Makan bergizi
1) Omega 3 pada minyak ikan dapat meningkatkan sekresi kelenjar
meibom
2) Vitamin A dapat meningkatkan sekresi lakrimal

14
3) Vitamin C dapat memperbaiki struktur kornea dan elastisitas
kornea

B. Graves Ophthalmophaty
1. Definisi
Graves Ophthalmophaty adalah gangguan inflamasi autoimun
dengan pencetus yang berkesinambungan, dengan gambaran klinis
karakteristiknya satu atau lebih gambaran berikut, yaitu retraksi kelopak
mata, keterlambatan kelopak mata (lid lag), exoptalmus, restriksi
ekstraokuler myopati. Graves ophthalmophaty adalah manifestasi klinis
hipotiroidisme yang melibatkan otot ekstraokuler. Hal ini lebih beresiko
terjadi pada seorang perokok. Kemungkinan adanya penurunan
imnosupresi pada perokok dapat menyebabkan lonjakan ekspresi pada
proses imun sehingga terjadi proses autoimun.
2. Patofisiologi

3. Diagnosis

15
a. Gejala
- Kelopak mata bengkak
- Penonjolan bola mata
- Mata susah menutup
- Mata susah berkedip
- Rasa tidak nyaman saat menggerakkan bola mata
- Pandangan ganda
- Pandangan silau
- Mata nerocoh
- Penurunan penglihatan
- Gatal, panas, kering
b. Pemeriksaan fisik
- Exoptalmus unilateral/bilateral
- Edem palpebral
- Blefarospasme
- Diplopia akibat penekanan saraf optic yang dilakukan
penebalan otot ekstraokuler di apex orbital.
- Penurunan visus
- Pembesaran otot rectus lateral dan rectus superior,
dibuktikan dengan kesulitan melihat ke arah lateral dan atas.
- Manisfestasi dry eyes seperti meniscus <0,3 mm, foam
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan fungsi tiroid : serum T3, T4, TSH
- Pemeriksaan perimetri
- Ultrasonofrafi untuk menilai ketebalan otot
- MRI untuk menilai neuropati optic kompresif yang ringan
4. Tatalaksana
- Medikamentosa : kortikosteroid
- Radioterapi kortikosteroid
- Operasi dekompresi orbital untuk strabismus dan retraksi
kelopak mata berat.

16
5. Edukasi
- Kurangi konsumsi garam
- Konsumsi gizi seimbang
- Penggunaan APD untuk mata
- Taat kontrol ke dokter untuk prognosis yang lebih baik

Daftar Pustaka

17
1. Farida, S. Oftalmopati pada Penyakit Graves. Jurnal Kedokteran 2016 5(3):
27-30.
2. Khurana. Comprehensive Ophtahlmology. Edisi 4. 2007
3. PB IDI. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama. Jakarta: PB IDI. 2017
4. Vaughan DG. Anatomi & Embriologi Mata: Oftalmologi Umum (General
Opthalmology) Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. 2007
5. Wijaya, VN, Elvira. Penyakit Mata Kering. CDK Edisi Suplemen. 2015
6. Tear Film and Ocular Surface Society. Report of the International Dry Eye
Syndrome. Ocular Surface 2007;5(2):59-200
7. Munir SZ, Aylward J. A review of ocular graft-versus-host disease.
Ophtometry and Vision Science 2017;94(5):1-11.
8. Lemp MA. Tear Film Evaluation. Dalam: Krachmer JH, Mannis MJ, Holland
EJ, editor. Cornea: fundamental, diagnosis and management. Edisi ke-3. Vol
1. British: Mosby Elsevier; 2011. hlm. 119-123.

18

Anda mungkin juga menyukai