Anda di halaman 1dari 7

PENETAPAN KADAR KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

Oleh :

ADI TRISTIANTO

512017603

PERTANIAN DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
I. DASAR TEORI
Kalsum karbonat atau CaCo3 adalah salah satu kapur pertanian yang digunakan untuk
meningkatkan pH pada tanah, dalam tanah masam banayak di temukan ion Al +++ yang bersifat
masam karena air ion dapat menghasilkan H+. Kalsium merupakan kation yang sering
dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena dapat mengurangi efek kemasaman. Sebagai
sumber utama kalsium tanah adalah kerak bumi yang didalamnya terkandung 3,6% Ca.
Mineral utama yang banyak mengandung kalsium antara lain kalsit (CaCO3) dan dolomit
[CaMg(CO3)2] yang merupakan penyusun batuan sedimen limestone dan dolomit (Wahid,
2006).
Kalsium karbonat memilki rumus molekul CaCO3 pada dasarnya berwarna putih dan
umumnya sering dijumpai pada batu kapur, kalsit, marmer, dan batu gamping. Selain itu
kalsium karbonat juga banyak dijumpai pada skalaktit dan stalagmit yang terdapat di sekitar
pegunungan. Karbonat yang terdapat pada sklaktit dan stalagmit berasal dari tetesan air tanah
selama ribuan bahkan jutaan tahun. Seperti namanya karbonat ini terdiri dari 2 unsur kalsium
dan 1 unsur karbon dan 3 unsur oksigen. Setiap unsur karbon terikat kuat dengan 3 oksigen,
dan ikatan ini ikatanya lebih longgar dari ikatan antara karbon dengan kalsium pada satu
senyawa. Kalsium karbonat bila dipanaskan akan pecah dan menjadi serbuk remah yang lunak
yang dinamakan kalsium oksidasi(CaO) (Wijaya, 2011).
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah yang pada umumnya bukan karena
kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Pengapuran merupakan penetralan
tanah asam menjadi basa dengan menggunakan kapur pertanian sehingga tanaman produksi
tetap melimpah. Pengapuran adalah pemberian kapur ke tanah yang bertujuan menetralkan
kemasaman tanah dan meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah masam berkadar Al tinggi mempunyai kendala fisik maupun
kimia yang menghambat pertumbuhan tanaman. Namun demikian apabila dilakukan
penanganan dengan baik, akan menjadi tanah yang produktif yaitu dengan pemupukan dan
pengapuran. Iles-iles tumbuh baik ditempat dengan drainase yang baik, kandungan humus
tunggi, dan kisaran pH 6-7,5 (Hanafiah, 2005).
Pengapuran tanah mampu menetralkan senyawa-senyawa beracun dan menekan
penyakit tanaman. Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh
meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah, maka
akan menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur yang
banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO 3) dan dolomite (CaMg(CO3)2).
Untuk memngurangi tanah masam, maka dilakukan penggapingan atau pengapuran. Tujuan
dari pengapuran yaitu agar mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik
tanah, menetapkan nilai kemsaman tanaha , dan ketersediaan unsur hara. Daerah tropik,
pengapuran menitik beratkan pada peniadaan pengaruh meracuni dari Al dan menyediakan
hara Ca bagi tanaman (Wijaya, 2011).
Penambahan kapur menimbulkan muatan positif (kation) dalam air pori. Penambahan
kation ini memungkinkan terjadinya proses tarik menarik antara an-ion dari partikel tanah
dengan kation dari partikel kapur serta kation dari partikel kapur dengan anion dari partikel air
(proses pertukaran ion/cation exchange). Proses ini mengganggu proses tarik menarik antara
an-ion dari partikel tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik menarik antara ion-
ion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah kehilangan daya tarik antar partikelnya.
Berkurangnya daya tarik antar partikel tanah dapat menurunkan kohesi tanah. Penurunan
kohesi ini menyebabkan mudah terlepasnya partikel tanah dari ikatannya. Penambahan kapur
yang semakin banyak akan menyebabkan semakin turunnya nilai kohesi. Dengan turunnya
nilai kohesi akan menyebabkan turunnya nilai batas cair pada tanah (Wiqoyah, 2006). Namun
apabila berlebihan, pengapuran dapat berdampak negatif berupa penurunan ketersediaan Zn,
Mn, Cu, B yang dapat menyebabkan tanah menjadi devisiensi keempat unsur ini, serta dapat
mengalami keracunan Mo (Wiqoyah, 2006).
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan
atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain
itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada pada lokasi tanah
tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat
bergantung pada besarnya air yang mampu melewati lapisan tanah. Kandungan kapur dalam
tanah akan mempengaruhi kejenuhan basa dan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah. Hal
ini karena dengan kapur yang tinggi dalam tanah maka Ca2+ dan Mg2+ tinggi, sehingga akan
menyumbang kation-kation dalam tanah. Pengujian kapur dalam tanah dapat dilakukan dengan
metode titrasi dan metode kalismeter (Hardjowigeno,2015).

II. TUJUAN
1. Untuk mengetahui manfaat pengkapuran dan kalsium karbonat ( CaCO3) bagi tanah
2. Dapat mengetahui proses metode dalam penetapkan kandungan kapur pada berbagai
macam tanah dengan metode kalismeter
3. Dapat mengetahui kadar kalsium karbonat (CaCO3) dalam tanah

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Kalsimeter  Pillius
 Alat timbang  Kaki tiga
 Bunsen  pipet
 Botol dan tutup  Oven

Bahan

 Sampel tanah komposit


 Larutan HCl 2N
 Air

IV. LANGKAH KERJA


1. Ditimbang kalsimeter dan ditambahkan 5 gr sapel tanah komposit (A g)
2. Ditimbang kalismeter dengan 5 gr tanah (B g)
3. Ditambahkan larutan HCl 2 N hingga batas tera (c g)
4. Dibuka kran sampai larutan HCl 2 N membasahi tanah, kran ditutup kembali
5. Dipanaskan kalismeter diatas kaki tiga, hingga muncul uap air
6. Kalismeter didinginkan selama 30 menit dan kalismeter ditimbang ditimbang (d g)
7. Ditimbang sampel tanah komposit sebanyak 5 gr dan dimasukkan kedalam botol
timbang
8. Botol timbang dioven selama 24 jam pada suhu 105° C

V. HASIL PENGAMATAN

Daerah A B C a b c d c-d %

Samirono 26,24 31,24 29,45 103,52 108,52 113,50 113,45 0,05 0,176

Perhitungan

B−C c−d
KA = × 100 % Gas CO2 = × 100 gr
C−A 44
31,24−29,45 120,05−120,00
= 29,45−26,24
× 100 % = 44
× 100 gr
1,79 0,05
= 3,21
× 100 % = 44
× 100 gr

= 55,7 % = 0,113 gr
BKU × 100 % gas CO 2
BKM =
KA +100
kadar CaCO3 = BKM × 100 %
5 ×100 % 0,113
= 55,7 %+100 %
= 3,21
× 100 %
500 %
= 155,7 %
= 3,52 %

= 3,21 gr = 3,52 % : n
3,52
= 100 × 106

= 3,52 × 104 ppm


= 35.200 ppm
kadar CaCO3 kadar CaCO3 ( ppm )
me CaCO3 = BKU x 100
500
35.200
= 500

= 70,4 me/100 gr

VI. PEMBAHASAN
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan
atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain
itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada pada lokasi tanah
tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat
bergantung pada besarnya air yang mampu melewati lapisan tanah.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan kandungan KA tanah sebesar 55,7 % dengan
kadar air sebesar itu didapatkan BKM atau berat kering mutlak sebesar 3,21 gram. BKM ini
digunakan untuk menghitung kadar CaCO3 yang ada didalam tanah, kadar CaCO3 ini dihitung
dengan membagi gas CO2 dengan BKM yang kemudian dikalikan dengan 100 %. Berdasarkan
perhitunganya gas CO2 yang didapatkan sebesar 0,113 gram, dengan kandungan gas CO2
sebesar itu didapatkan kadar kalsium karbonat (CaCO3) di desa wates sebesar 35.200 ppm.
Kadar kalsium karbonat (CaCO3) yang telah didapatkan diubah ke miliekuivalen dengan
membagi dengan 500, hasilnya didapatakan sebesar 70,4 me/100 gram. Kadar CaCO 3 di ubah
ke miliekuivalen untuk menetukan mutu kapur karena mutu kapur didasarkan pada garansi
kimia dan fisik tanah.
Manfaat pengapuran yang utama yaitu menaikkan pH tanah atau mengurangi derajat
kemasaman tanah, meningkatkan jumlah Ca dan Mg sampai kodisi netral, mengurangi kadar
besi dan fosfor dalam tanah dan mengurangi keracunana Al dan pH rendah. Pemberian kapur
kalsit (CaCO3) ini dapat menyebabkan meningkatnya kadar pH dalam tanah, atau pH kisaran
mendekati netral/normal. Pemberian kapur dalam tanah dapat menyebabkan kalium tanah
menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Kapur adalah setiap bahan yang mengandung kalsium
yang dapat diberikan kepada tanah guna menaikkan pH. Kenaikan pH ini dapat berlangsung
karena beberapa faktor ion Hidroge (H+) dalam larutan tanah dinonaktifkan. Kapur dalam
bidang pertanian dapat bermacam-macam jenis bahan yang digunakan untuk kesuburan tanah
atau mengurangi keasaman.
Banyaknya kebutuhan kapur pada setiap tanah berbeda-beda tergantung jenis tanahnya,
ada beberapa faktor yang menentukan banyaknya kapur yang dibutuhkan setiap tanah. Faktor-
faktor tersebut berupa pH tanah, pH ini digunakan untuk menentukan kejenuhan basa, dan pH
tanah yang rendah perlu banyak kapur, pH tanah yang rendah maka kandungan CaCO 3 nya
akan rendah pula karena pada dasarnya CaCO3 dibutuhkan tanah untuk meningkatkan pH tanah
sehingga pH mendekati netral. Kemudian faktor selanjutnya tekstur tanah dan kadar bahan
organik, tekstur tanah dan kandungan bahan organik menentukan kapasitas adopsi dan
besarnya daya penyangga (buffering capacity) dari tanah, makin halus tanah dan atau makin
banyak kandungan bahan organik dalam tanah, daya penyangga makin besar, sehingga tanah
yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan tekstur yang halus kadar CaCO 3 nya
juga rendah sehingga memerlukan CaCO3 yang lebih banyak juga. Faktor selanjutnya yaitu
mutu kapur dan jenis tanaman, garansi kimia, maupun kehalusan kapur menentukan banyaknya
kapur yang diperlukan

VII. KESIMPULAN
1. Manfaat dari pengapuran tanah antara lain untuk menaikan harga pH tanah,
menyediakan Ca dan Mg untuk tanaman, yang berperan pada serapan dan pergerakan
unsur P didalam jaringan tanaman, meperbaiki struktur tanah serta memperbaiki
pembentukan bintil-bintil akar. Kadar kalsium karbonat yang rendah maka ph tanah
tersebut juga akan rendah, kalsium karbonat ini dibutuhkan tanah untuk menaikkan pH
tanah, pH yang terlalu rendah tidak akan cocok ditanami banyak tanaman, hanya
beberapa tanaman yang mampu hidup pada tanah yang masam maka pengapuran sangat
diperlukan untuk menetralkan tanah.
2. Dalam pratikum ini digunakan metode dalam menentukan kadar CaCO3 dalam tanah
adalah dengan metode klasimeter yang memilki prinsip dasar kandungan CaCO3
dipecah menjadi lebih sederhana dalam bentuk CaCl2
3. Dari hasil pengujian dan perhitungan jumlah kadar kalsium karbonat (CaCO3) dalam
tanmah yang diuji sebesar 29400 ppm atau dalam miliekuivalen sebesar 58,6 me/100 gr.
Pada setiap tanah memiliki kandungan kalsium karbonat yang berbeda-beda. Tanah
dengan pH rendah maka kandungan CaCO3 nya akan rendah karena pada dasarnya
kalsium karbonat atau kapur dibutuhkan tanah untuk meningkatkan pH tanah.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Hanafiah K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo
Noegroho, Wahid. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Rajawali. Jakarta
Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan.
Jurnal Agronomi. 34 (3): 141-147.
Wiqoyah, Q. 2006, Pengaruh kadar kapur, waktu perawatan dan perendaman terhadap kuat
dukung tanah lempung. Jurnal Dinamika Teknik Sipil. 6 (1): 16-24

Anda mungkin juga menyukai