Anda di halaman 1dari 83

Zifat-sifat Zat Cair

Beberapa sifat / karakteristik zat cair yang


berpengaruh terhadap proses angkutan sedimen
 Rapat massa, r
 Viskositas, n
 Variabel-variabel aliran, seperti :
 kecepatan, V

 Tegangan gesek, to
v  dv dv
t 
dy
v
log h f
h  C V n
n  1,75  2

h  CV

log V
u
u

u u

t
u  u  u v  v  v w  w  w
t1 T
1
u
T  u dt
t1

t1 T t1 T

 u
1 1
 u dt  0 dt  0
2

T t1
T t1

t1 T t1 T
1 1
T  v dt  0
t1
T  uv dt  0
t1

t1 T t1 T
1 1
T  w dt  0
t1
T  uw dt  0
t1
u  du

u
Massa yang bergerak akibat v’ per satuan waktu

dM  rvdA
Persamaan Momentum

dF  dM du  rvdA du
dF  rvdA u

dF rvdA u
t   r v u
dA dA
t  r v u

du 2
2  du 
u  l du du
dy
t rl l  r l  
v  u  l
du dy dy  dy 
dy
Prandl  l   y

2
 du 
t  r  y  
2 2

 dy 
2
 du 
t  r  y  
2 2 Tegangan gesek
akibat turbulensi
 dy 
Tegangan gesek
du
t  r akibat viskositas
dy

Tegangan gesek Total


t     
du
dy
du
 r y 2 2

dy
Boundary Layer
Boundary Layer
Tebal sub-lapis laminer : Menentukan tipe aliran turbulen

5n
L 
u*
k  L Turbulen hid. Licin
Tebal daerah transisi :
 L  k  T Turbulen hid. Transisi
35n
T 
u* k  T Turbulen hid. Kasar
Kecepatan
 Pada aliran seragam turbulen, rumus
distribusi kecepatan dan kecepatan
rata-rata dapat dibedakan untuk
dinding hidraulik licin, dan dinding
hidraulik kasar
Hidraulik Licin dan Kasar

Flow Flow
z

viscous sub-layer
ks

u*/n =11.6
viscous sub-layer
n : kinematic viscosity n : 0.01 cm2/s (water)
Persamaan Logaritmik
 Dinding hidraulik licin: u*k s
5
n
104 z
 Distribusi kecepatan : u z  5,75 u * log ( )

42 h
 Kecepatan rata-rata : U  5,75 u * log ( )

u*k s
 Dinding Hidraulik kasar:  70
n
33 z
 Distribusi kecepatan : u z  5,75 u * log ( )
k
Kecepatan rata-rata : 12 h

U  5,75 u * log ( )
k
Persamaan Logaritmik
u* k s
Smooth bed ⇒ 5
n
u( z) u* z
 5.5  5.75 log
u* n

u*k s
Rough bed ⇒  70
n
u( z) z
 8.5  5.75 log
u* ks
Kecepatan Rata-Rata (Depth-averaged
velocity)
Small relative
water depth:
v u*h
 3  5.75 log
u* n
Large relative
water depth:
v h
 6  5.75 log
u* ks
Tegangan Gesek Dasar

t o  r g h Ie

1
to  f rV 2

V = kecepatan rata-rata, f = koefisien gesekan


Resistansi Aliran

1
to  f rV 2
8
V = kecepatan rata-rata, f = koefisien gesekan
to
Ie 
rgR
V 8

gRI e f u*  g R I e
Persamaan resistansi Aliran

V 8
Darcy Weisbach : 
gRI e f
1 2 / 3 1/ 2
Manning :
to V  R Ie
u*  n
r
Chezy : V  C RI e
V R
Logarithmic law :  6  5.75 log
gRI e ks
Steady Flow
 Parameter aliran konstan terhadap
waktu

turbulen laminer

waktu
Unsteady Flow
 Parameter aliran fungsi terhadap waktu

turbulen laminer

waktu
Uniform Flow
 Parameter aliran konstan terhadap
tempat
Se
h1 SW
Q h2

S0
Non-Uniform Flow

 Parameter aliran fungsi terhadap


tempat
Se
h1
Q h2 SW

S0
1 Dimensional Flow

Kecepatan
seragam pada
arah vertikal
maupun
transversal
2 Dimensional Flow
2D-vertikal 2D-Horizontal

SUNGAI LEBAR Estuari, Laut


3 Dimensional Flow

Kecepatan
terdistribusi:
- arah vertikal
- arah transversal
Gar
i
. V² S s Ener
gi
2g
kem
i ring
an =
Mu Sf =
ka a
y i r

Das w sin  Garis Energi


ar S w A
alura kemiringan = Sf = S
z n
K V² P L

Garis Energi P
L
kemiringan = Sf = S

Bidang Persamaan
 Aliran air melalui saluran terbuka akan menimbulkan
tegangan geser pada dinding saluran. Tahanan ini
akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang
bekerja pada zat cait tersebut.

 Gaya yang menahan aliran tiap satuan luas dasar


saluran adalah sebanding dengan kuadrat
kecepatan dalam bentuk : to = kV2

 Gaya total yang menahan aliran adalah : t o PL

 Besar Komponen gaya berat adalah :  AL sin 


 Pada Aliran Seragam, keseimbangan antara
komponen gaya berat dan gaya tahanan geser
adalah :

 toPL=  AL sin 

kV PL   AL sin 
2

A
V 
2
sin 
kP
 Untuk sudut kemiringan saluran  sangat kecil,
maka kemiringan saluran I = tg  = sin , dan
persamaan di atas menjadi :

V  C RI
Persamaan Manning :

1 2 / 3 1/ 2 1 1/ 6
V R S C R
n n
Penampang Unsur –unsur geometris

T
A  by T b
y
3
b
P  b  2y Z  by 2
Persegi panjang
by
R D y
b  2y

T
A  (b  my) y T  b  2my
3
[(b  my) y ] 2
P  b  2y 1 m
y
2
Z
b
b  2my
Trapesium

(b  my) y
R (b  my) y
b  2 y 1  m2 D
b  2my
Penampang Unsur –unsur geometris

T A  my 2
D 1 y
2
P  2 y 1  m2 T  2my
y

Segitiga
my 2
R Z
2 5
my 2
2 1  m2 2

1   sin 
A 1  (  sin  )   2 D  ( ) 
8 sin 1 2 
T
8

P  1    T  (sin 1 2  )

yn

Lingkaran
2
Sin  2 (  sin  ) 2
Z 
R  1  (1  ) 
5
1
32  (sin 1 2  )

2
4
Definisi ? Gradually
Accelerated
G.V. Flow
Varied Flow
Deccelerated
Aliran Tdk G.V. Flow
Seragam
Accelerated
Rapidly Varied R.V. Flow
Flow
Deccelerated
R.V. Flow
o

o
o
Zifat-sifat Sedimen
 Sifat-sifat sedimen yang terkait dengan angkutan sedimen
adalah ukuran, bentuk, kecepatan endap, komposisi batuan
(mineral)
 ukuran sedimen merupakan salah satu sifat yang paling penting
dan banyak digunakan dalam kaitannya dengan angkutan
sedimen
 untuk menyatakan suatu ukuran butiran digunakan diameter
nominal, diameter jatuh (fall velocity), diameter sedimentasi
(sedimentation diameter), diameter saringan, dan ukuran
sumbu triaxial
Ukuran Butiran
 Diameter nominal, dn, dari butiran didefenisikan sebagai
diameter bola yang mempunyai volume yang sama dengan
volume butiran
 Diameter jatuh (fall velocity), dari butiran didefenisikan
sebagai diameter bola dengan berat jenis spesifik 2,65 yang
mempunyai kecepatan jatuh standar sama dengan kecepatan
jatuh butiran. Kecepatan jatuh standar didefinisikan sebagai
kecepatan jatuh dari butiran dalam air suling, pada suhu 24C
 Diameter sedimentasi adalah merupakan diameter bola yang
mempunyai berat spesifik dan kecepatan pengendapan yang
sama dengan butiran sedimen, dalam zat cair yang sama dan
pada kondisi yang sama pula
 Diameter saringan, paling sering digunakan. Untuk menentukan
ukuran butiran dengan saringan, digunakan beberapa saringan
dengan ukuran lubang yang berbeda;
 Pengukuran diameter butiran dengan cara ini dilakukan untuk
butiran yang mempunyai diameter lebih besar dari 0.0625 mm,
sesuai dengan ukuran saringan terkecil.
Klasifikasi ukuran butiran menurut AGU
Interval/range (mm) Nama Interval/range (mm) Nama
4096 - 2048 Batu sangat besar 1/2 - 1/4 Pasir sedang
(Very Large Boulders) (Medium Sand)
2048 - 1024 Batu besar 1/4 - 1/8 Pasir halus
(Large Boulders) (Fine Sand)
1024 - 512 Batu sedang 1/8 - 1/16 Pasir sangat halus
(Medium Boulders) (Very Fine Sand)
512 - 256 Batu kecil 1/16 - 1/32 Lumpur kasar
(Small Boulders) (Coarse Silt)
256 - 128 Kerakal besar 1/32 - 1/64 Lumpur sedang
(Large Cobbles) (Medium Silt)
128 - 64 Kerakal kecil 1/64 - 1/128 Lumpur halus
(Small Cobbles) (Fine Silt)
64 - 32 Kerikil sangat kasar 1/128 - 1/256 Lumpur sangat halus
(Very Coarse Gravel) (Very Fine Silt)
32 - 16 Kerikil kasar 1/256 - 1/512 Lempung kasar
(Coarse Gravel) (Coarse Clay)
16 - 8 Kerikil sedang 1/512 - 1/1024 Lempung sedang
(Medium Gravel) (Medium Clay)
8-4 Kerikil halus 1/1024 - 1/2048 Lempung halus
(Fine Gravel) (Fine Clay)
4-2 Kerikil sangat halus 1/2048 - 1/4096 Lempung sangat halus
(Very Fine Gravel) (Very Fine Clay)
2-1 Pasir sangat kasar Koloid
(Very Coarse Sand)
1 - 1/2 Pasir kasar
(Coarse Sand)
Bentuk Butiran
• Bentuk butiran adalah merupakan salah satu sifat sedimen
yang sering dianggap ikut berpengaruh terhadap proses
angkutan sedimen
• Untuk menyatakan butiran sering digunakan koefisien.
Koefisien / parameter tersebut pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
– koefisien yang didasarkan pada volume butiran,
– koefisien yang didasarkan pada proyeksi luasan butiran,
dan
– koefisien yang didasarkan pada sumbu triaxial (sumbu
panjang, sumbu pendek dan sumbu menengah)
Sphericity
• Koefisen / parameter yang sering digunakan untuk mendefenisikan
bentuk butiran berdasarkan volume butiran adalah sphericity.
• Untuk butiran berbentuk bola, nilai sphericity akan sama dengan satu,
sedangkan untuk bentuk yang lain, nilai sphericity kurang dari satu
• Koefisien sphericity cenderung digunakan untuk mendefenisikan bentuk
suatu butiran terhadap bentuk bola

0.5 0.55 0.6 0.65 0.7

0.75 0.8 0.85 0.90 0.95


Roundness
• Koefisen / parameter yang biasa digunakan untuk
mendefenisikan bentuk butiran berdasarkan proyeksi
luasan butiran adalah roundness
• koefisien roundness digunakan untuk menunjukkan
keruncingan dari ujung-ujung butiran sedimen

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

0.6 0.7 0.8 0.9 1.0


Shape Factor
• Nilai Shape factor didasarkan pada nilai-nilai sumbu triaxial
yang saling tegak lurus; yaitu sumbu panjang, a, sumbu
menengah, b, dan sumbu pendek, c.
c
Shape factor 
ab
• Untuk butiran berbentuk bola, nilai shape factor ini akan sama
dengan satu, sedangkan untuk butiran dengan bentuk selain
bola, nilai shape factor lebih kecil dari satu.
• Shape factor (faktor bentuk), mempengaruhi besar kecilnya
hambatan aliran, CD
wd 24  24
Re 1 CD  
n w d r Re
Pengaruh Faktor Bentuk Thd Koefisien Hambatan

CD

Oseen
Goldstein
Disk
(eksperimental)
Stokes

Bola
(eksperimental)

Re
Pengaruh Faktor Bentuk Thd Koefisien Hambatan

Faktor bentuk
Diameter Vs. Kecepatan Endap
Komposisi Batuan/Mineral Material Sedimen

• Komposisi mineral dari bahan penyusun sedimen merupakan


faktor penting terhadap nilai berat jenisnya (spesific gravity),
karena berat jenis dari material sedimen tergantung dari
komposisi mineral material sedimennya
• Material agak kasar, seperti misalnya pasir, mineral penyusun
utamanya sebagian besar adalah berupa quartz
• Untuk material dengan ukuran yang lebih kecil, persentase
kuartz biasanya sedikit, dan sebagian besar mineral
penyusunnya adalah berupa material lempung.
• Materail sedimen pada sungai-sungai alluvial, komposisi
material penyusunnya sebagian besar adalah berupa quartz
dengan berat jenis bervariasi antara 2.6 sampai dengan 2.7
Penampilan hasil analisis ukuran butiran

• Dari hasil analisis ukuran butiran berdasarkan metode


ayakan, data yang diperoleh adalah dalam bentuk jumlah
sedimen yang tertinggal di atas saringan dari berbagai
macam ukuran.
• Data dari hasil analisis ini untuk selanjutnya dapat
diperlihatkan dalam beberapa macam cara yang berbeda,
untuk mendapatkan suatu informasi dan kesimpulan tertentu
mengenai distribusi ukuran butirannya.
• Beberapa bentuk penampilan data yang biasa dilakukan
adalah dengan histogram, poligon frekuensi, kurva frekuensi
dan kurva frekuensi komulatif
Histogram, poligon frekuensi dan kurva frekuensi
Kurva frekuensi komulatif
• Aliran air di sungai dengan dasar granuler,
dapat mengangkut material sedimen.
• Adanya aliran air dengan angkutan sedimen
baik yang lewat dasar maupun yang
tersuspensi akan menimbulkan adanya proses
erosi, transport sedimen, dan deposisi;
• Akan terjadi perubahan karakteristik aliran,
terjadi perubahan morfologi dasar maupun
tebing sungai, perubahan kemiringan dasar
dan kekasaran dasar sungai.
• Pada aliran di sungai dengan dasar granuler, terjadi angkutan
air, sedimen, dan campuran/mixing antara air dan sedimen.
• Aliran air dipengaruhi oleh:
– Rapat massa
– Viskositas
– Kecepatan rerata
– Kecepatan gesek
• Angkutan Sedimen dipengaruhi oleh:
– Ukuran partikel sedimen
– Bentuk partikel
– Rapat massa sedimen
– Kohesi sedimen
Tiga factor yg pertama menentukan besarnya kecepatan endap butiran
• Turbulensi aliran berperan dominan dalam aliran air maupun
sedimen
• Kajian analitis transport sedimen sangat kompleks, dan hanya
bisa dilakukan dengan melakukan simplifikasi aliran maupun
dimensi dan bentuk sungai
• Beberapa formulasi transport sedimen yang ada
didasarkan pada studi eksperimen. Penggunaan
formulasi2 tsb harus dilakukan secara hati-hati
dan disesuaikan aplikasinya pada kondisi
karakteristik sungai yang mirip dengan kondisi
dimana formulasi tersebut dirumuskan
• Transpor campuran air-sedimen dapat
dibedakan , didasarkan pada konsentrasi
sedimen terhadap aliran air, Cs, dalam 3
kategori sbb
– Cs << 1%; Dr=(rm-r)=(rs-r)Cs < 16 kg/m3 : Mixing
Newtonian: Aliran dg sedimen suspensi
– Cs < 8%; Dr=(rm-r)=(rs-r)Cs < 130 kg/m3 : Mixing
quasi-Newtonian: Aliran turbiditas
– Cs > 1%; Mixing Non-Newtonian: aliran dengan
sedimen hiperkonsentrasi, aliran debris
• Aliran non-Newtonian jika Cs > 8%; Dr=(rm-r)=(rs-r)Cs >
130 kg/m3
• Aliran Non-Newtonian mengubah semua konsep aliran
Newtonian, terutama tegangan gesek aliran, distribusi
kecepatan dan distribusi konsentrasi sedimen. Kecepatan
angkutan sedimen juga berbeda dan partikel sedimen
bertahan lebih lama dalam angkutan sedimen suspensi
• Masuk dalam kategori aliran non-Newtonian adalah
transport sedimen hiperkonsentrasi, aliran turbiditas
hiperkonsentrasi
• Aliran hiperkonsentrasi terjadi pada sungai dengan
kemiringan dasar rendah, menerima material sedimen
dengan jumlah besar, dengan ukuran material kecil, misal
berasal dari erosi saat musim penghujan
• Aliran debris terjadi pada sungai dengan kemiringan dasar
curam > 15o, dengan ukuran material dari kecil sampai
besar, terjadi pada hujan dengan intensitas tinggi di lokasi
material yang tererosi.
• Transpor sedimen total didefinisikan sebagai jumlah
partikel sedimen yang diangkut Bersama aliran air
melalui suatu tampang lintang sungai.
• Cara angkutan sedimen diklasifikasikan berdasar
mekanika angkutannya, diberikan dg skema berikut:

T.S. Dasar
T.S. (Bed Load)
Dasar
T.S. T.S. Suspensi
Total
T.S. Suspensi
Intrinsic (wash
Load)
• Bed Load bergerak secara menggeser,
menggelinding, meloncat: butiran partikel relative
besar
• Suspended Load: transport sedimen secara suspensi/
melayang, kadang-kadang saja menyentuh dasar:
partikel ukuran butir kecil
• Wash Load: Angkutan sedimen melayang, tdk pernah
menyentuh dasar/terdeposit: partikel dg ukuran
butiran sangat kecil
T.S. Dasar
T.S. Dasar
(Bed Load)

T.S. T.S. Suspensi


Total
T.S. Suspensi Intrinsic
(wash Load)
T.S.
T.S.
Dasar
Dasar
(Bed
T.S. Load)
T.S.
Total Suspensi
T.S. Suspensi
Intrinsic (wash
• Transpor sedimen yang berakibat pada
erosi dasar sungai dimulai pada suatu
kondisi kritik dimana tegangan gesek
aliran sama dengan tegangan gesek
kritik butiran, toc.
AWAL GERAK BUTIRAN SEDIMEN
Konsep Awal Gerak
• Awal gerak butiran sedimen sangat penting dalam
kaitannya dengan studi tentang angkutan sedimen,
degradasi dasar sungai / saluran, desain saluran
stabil, dll.
• Perhitungan awal gerak sedimen dibutuhkan untuk
perencanaan sungai, seperti misalnya perencanaan
saluran stabil, dimana kemiringan dan dimensi saluran
didesain sedemikian rupa sehingga pada waktu air
mengalir dalam saluran tidak menimbulkan erosi dasar
dan tebing saluran.
Defenisi Awal Gerak
• Karena pergerakan partikel / butiran sedimen sangat tidak
teratur, akan sangat sulit untuk mendefinisikan dengan
pasti, pada kondisi pengaliran yang bagaimana, partikel
sedimen mulai bergerak (kondisi kritis).
• Ada beberapa pendekatan dalam mendefinisikan awal
gerak butiran; yaitu bilamana pada suatu kondisi
pengaliran, terjadi :
– satu pertikel diketahui sudah ada yang bergerak
– sejumlah partikel sudah bergerak
– butiran pada dasar secara umum sudah bergerak
– pada kondisi dimana jumlah angkutan sedimen sama
dengan nol.
• Pendekatan ke-1 dan ke-2 sangat subyektif, tergantung
pada orang yang mengamati pergerakan sedimen.
Metode ke-3 kurang tepat didefinisikan sebagai awal
gerak butiran, karena angkutan sedimen sudah terjadi di
sepanjang dasar.
• Barangkali yang dapat dikatakan paling obyektif adalah
metode ke-4, hanya saja perlu pengukuran besarnya
angkutan sedimen pada berbagai kondisi pengaliran
yang berbeda; untuk selanjutnya dilakukan interpolasi
untuk mendapatkan kondisi besarnya angkutan sedimen
sama dengan nol.
• Pendekatan teoritis (di literatur) untuk menentukan awal gerak
didasarkan pada pendekatan kecepatan, pendekatan gaya
angkat, dan pendekatan dengan konsep gaya seret (gesek).
• Namun mengingat bahwa kondisi alami dari pergerakan
sedimen sangat tidak teratur (random), pendekatan dengan
teori probabilitas juga sering digunakan.
Konsep Pendekatan Awal Gerak
• Pendekatan kecepatan (competent velocity).
Dalam hal ini, ukuran dari material dasar, d, dihubungkan dengan
kecepatan di dekat dasar atau dengan kecepatan rata-rata yang
menyebabkan bergeraknya butiran.
• Pendekatan gaya angkat (lift force)
Dalam hal ini, diasumsikan bahwa bilamana gaya angkat ke atas akibat
aliran (lift force) sedikit lebih besar dari berat partikel di dalam air, kondisi
awal gerak tercapai.
• Pendekatan tegangan gesek kritik.
Pendekatan ini didasarkan pada konsep bahwa gaya gesek yang bekerja
pada aliran dianggap paling berperan terhadap pergerakan partikel
sedimen, dan
• Pendekatan dengan cara lain, yang diantaranya dengan teori
probabilitas
Pendekatan Tegangan Gesek Kritik
• Akibat adanya aliran air, timbul gaya-gaya aliran yang bekerja pada
material sedimen. Gaya-gaya tersebut mempunyai kecenderungan
untuk menggerakkan/ menyeret butiran material sedimen.
• Untuk material sedimen kasar (pasir dan batuan), gaya untuk melawan
gaya-gaya aliran tsb mrpkn fungsi dari berat butiran sedimen.
• Untuk material sedimen halus yang mengandung fraksi lanau (silt) atau
lempung (clay) yang cenderung bersifat kohesif, gaya untuk melawan
gaya-gaya aliran lebih disebabkan oleh kohesi dari pada berat material
(butiran) sedimen.
• Kohesi dari material sedimen halus merupakan fenomena yang
kompleks, dimana pengaruh kohesi dapat bervariasi tergantung dari
kandungan mineralnya.
• Fokus bahasan : Analisa Sedimen Non-kohesif
• Pada waktu gaya-gaya aliran (gaya hidrodinamik) yang
bekerja pada partikel sedimen mencapai suatu nilai
tertentu, dimana apabila gaya sedikit ditambah, akan
menyebabkan butiran sedimen bergerak, maka kondisi
tersebut dinamakan sebagai kondisi kritik.
• Parameter aliran pada kondisi tersebut, seperti tegangan
gesek dasar, to, kecepatan aliran, U, mencapai kondisi
kritiknya.
• Bila gaya-gaya aliran berada di bawah nilai kritiknya,
maka butiran sedimen tidak bergerak; dasar saluran
dikatakan sebagai rigid bed. Bila gaya aliran melebihi nilai
kritiknya, butiran sedimen bergerak, dan dasar saluran
dikatakan bergerak (movable bed).
Analisa Sedimen Non-kohesif

Gaya-gaya yang bekerja pada suatu butiran sedimen non-


kohesif dalam aliran air :
• Gaya berat (gravity force)
• Gaya apung (buoyancy force)
• Gaya angkat (hydrodynamic lift force)
• Gaya seret (hydrodynamic drag force)

FD : gaya seret
Fg : gaya berat di dalam air
 : sudut kemiringan dasar
 : sudut gesek (longsor) alam (the
angle of repose)
a1 : jarak antara pusat berat (CG)
sampai titik guling (point of support)
a2 : jarak antara pusat gaya seret (drag)
sampai titik guling
Pada kondisi kritik, partikel sedimen berada pada kondisi hampir bergerak /
mengguling terhadap titik guling (point of support).

Gaya berat di dalam air :

Fg  C1( s   )d s3
dimana :
C1ds3 : volume dari butiran sedimen
ds = diameter signifikan dari sedimen (biasanya ukuran ayakan)
C1 = konstanta untuk konversi volume butiran

Gaya seret kritik (Critical Drag Force)


FD  C2t c d s 2

dimana
C1ds2 = luas permukaan efektif dari partikel yang mengalami tegangan gesek
kritik, tc.
luas efektif : luas dari proyeksi partikel pada bidang  arah aliran.
Pada kondisi kritik (seimbang)

Momen gaya berat = Momen gaya seret


Jarak Fg = FD . Jarak

Dengan penjabaran seperlunya, diperoleh persamaan :

tc ru*c 2 u*c d s
  f( )  f (Re* )
( s   )d s  s ' d s v
Grafik Shields
Contoh Hitungan
• Diketahui suatu aliran dengan kedalaman aliran h = 3 m dan kemiringan
dasar saluran, So = 10-4. Butiran dasar seragam, dengan ukuran, d = 2
mm dan rapat massa sedimen, ρs = 2650 kg/m3. Data pendukung lainnya
adalah, tair = 12°C, ρw = 1000 kg/m3, dan g = 9,8 m/dt2.

Dengan berdasarkan data tersebut di atas, tentukan:


a). kestabilan butir-butir di dasar,
b). tentukan kestabilan butiran dengan berdasarkan nilai to, tc, u*c dan
tentukan nilai Re*c.
c). jika ρs = 3000 kg/m3 dan tair = 20°C, berapakah tc dan Re*c (bila ρw = Cte)
Jawab :
a).
tair = 12°C  nair = 1,25 x 10-6 m2/dt
ρs = 2650 kg/m3  seluruh diagram/grafik Shields berlaku
u* = g h S o = 9,81  3  10 4 = 0,0542 m/dt
d = 2 mm Grafik Shields

 butiran bergerak (tidak stabil)


b). Dari Grafik Shields untuk ukuran butiran d = 2 mm
tc
 0,04
r s  r  g d
tc = 0,04 × (rs - r) g d
= 0,04 × (2650 – 1000) × 9,81 × 2 ×10-3 = 1,294 N/m2
to = r g h So
= 1000 × 9,81 × 3 ×10-4
= 2,94 N/m2
to > tc
atau
u* c 2
Grafik Shields  = 0,04
Dgd
r s  r 2650  1000
D = r  1000 = 1,65

u*c = [0,04 ×1,65 × 9,81 × 2 ×10-3]1/2 = 0,036 m/dt

Diketahui pada aliran, u* = 0,054 m/dt


karena u* > u*c  butir bergerak

u*c d 0,036  2  10 3
Re*c =  = 57,6
v 1,25  10 6
c). rs = 3000 kg/m3 ; tair = 20°C  n= 10-6 m2/dt

rw = 1000 kg/m3 ; d = 2 mm

Grafik Shields  tc
 0,04
r s  r w  g d
tc  0,04 × (3000 – 1000) × 9,81 × 2 ×10-3 = 1,57 N/m2

tc 1,57
u*c =   0,0396
rw 1000

u*c d 0,0396  2  10 3 = 79,2


Re*c = 
v 10 6
Untuk sedimen dengan gradasi tidak seragam
(sediment mixture)

 Butiran berukuran besar terekspose dan bergerak


karena pengaruh kecepatan aliran.

Partikel berukuran kecil akan terlindungi (terkunci)


oleh partikel yang lebih besar.
Egiazaroff (1965):

2
u 1.64 di
* ci

u 2
* cm log 10 19d i / d m  d m
2

u*2cm
 0.05
 / r  1gd m

u*ci = kecepatan gesek kritik dari butiran / partikel, di ,


u*cm = kecepatan gesek kritik dari butiran / partikel, dm.
Modifikasi

Ashida and Michiue


(1971)
u*2ci
 0.85, di  0.4d m 
u*2cm

Motion
Experiment

No motion

Overestimated
Karakteristik awal gerak

Motion

No motion

Jika partikel dengan ukuran di = dm tidak bergerak,


partikel dengan ukuran di<dm tidak dapat bergerak.

Sheltering effect dari partikel berukuran besar


Contoh Soal
Gradasi material dasar suatu sungai diberikan sebagai
berikut. Jika kedalaman air adalah 1.5 m, dan
kemiringan garis energi 1/1600, tentukan ukuran
butiran mana yang bergerak ?.

Diasumsikan, tegangan gesek kritik (tak berdimensi)


t*cm adalah sama dengan 0.05. Specific gravity dari
sedimen adalah 2.65.
Diameter Content by Representative u*ci u*ci (cm/s)
Class
percentage fi diameter di(cm) di/dm (u*ci/u*m)2 Uniform
(cm) (cm/s) sediment
1 0.01-0.02 1.3
2 0.02-0.04 3.0
3 0.04-0.08 7.0
4 0.08-0.16 10.9
5 0.16-0.32 19.8
6 0.32-0.64 21.2
7 0.64-1.28 16.3
8 1.28-2.56 12.7
9 2.56-5.12 5.8
10 5.12-102 2.0
S=100.0

d i  d il  d iu
Jawab

u*cm=8.47cm/s t*cm =u*cm2/(/r-1)/g/dm=0.05 dm   di fi 0.863cm

1 2 3 4 5 6 7 8
diameter
Diameter Prosentase, Repr.di( u*ci u*ci Uniform
No Interval fi cm) di/dm (u*ci/u*m)2 (cm/s) (cm/s)

1 0.01 - 0.02 1.3 0.0141 0.0164 0.85 7.81 1.12

2 0.02 - 0.04 3.0 0.0283 0.0328 0.85 7.81 1.29

3 0.04 - 0.08 7.0 0.0566 0.0655 0.85 7.81 1.71

4 0.08 - 0.16 10.9 0.1131 0.1311 0.85 7.81 2.34

5 0.16 - 0.32 19.8 0.2263 0.2621 0.85 7.81 3.87

6 0.32 - 0.64 21.2 0.4525 0.5243 0.86 7.87 5.77

7 0.64 - 1.28 16.3 0.9051 1.0485 1.02 8.55 8.56

8 1.28 - 2.56 12.7 1.8102 2.0971 1.34 9.82 12.10

9 2.56 - 5.12 5.8 3.6204 4.1941 1.90 11.68 17.12

10 5.12 - 10.2 2.0 7.2266 8.3719 2.83 14.26 24.18


• Kolom 2 : Ukuran butiran masing-masing interval ukuran butiran
• Kolom 3 : prosentasi masing-masing interval
• Kolom 4 : diameter butiran representatif, d i  d il  d iu
• Kolom 5 : di/dm ; dm   di fi
• Kolom 6 : 2
u*2ci 1.64 di
 0.85, d i  0.4d m 
u*ci

u*2cm u*2cm log 10 19d i / d m 2 d m
• Kolom 7 : jelas
• Kolom 8 : grafik Shields

Anda mungkin juga menyukai