Anda di halaman 1dari 16

STANDAR GANDA PERBUDAKAN GLOBAL

Part 1
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 11 “Kota Dan Komunitas Yang Berkelanjutan” = Penguasaan Lahan


Tanah Girik Menjadi Bersertifikat
Musuh Kita (globalis cabal) tahu kalau Kita mau back to nature (hidup di desa)
demi menghindari sertifikat/imunitas digital (bahasa halus Bill Gates) yang akan
dipasangkan itu. Maka diciptakanlah Agenda 21 beserta penandatanganan negara²
anggota PBB terhadap Agenda 21 biar supaya negara² yang TTD itu dijerat
melaksanakan agenda ini.
Apa yang dikatakan Jokowi mengenai semua tanah di Indonesia akan mempunyai
sertifikat di tahun 2025 adalah upaya menghambat Kita untuk back to nature serta
selaras dengan Agenda 21 /SDGs pada tujuan ke 11, Kota dan Komunitas Yang
Berkelanjutan. Mengapa Saya katakan demikian? Buka link dokumen “Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Yang Perlu Diketahui Oleh Pemerintah Daerah
(TPBYPDOPD)” dalam kurung (https://www.uclg.org/sites/default/files/tujuan-
sdgs.pdf) dan unduh dokumen tersebut yang diterbitkan oleh UCLG kemudian
buka halaman 15 nya mengenai tujuan ke 11 Agenda 21. Di part² selanjutnya kalau
Saya suruh membuka link dokumen TPBYPDOPD dan halamannya berapa, maka
linknya tersedia di part ini saja.
Di halaman 15 tersebut dikatakan bahwa “Pesatnya urbanisasi yang dialami
banyak kota di belahan selatan dunia telah menyebabkan pertumbuhan
permukiman kumuh. Pemerintah daerah harus mengembangkan rencana tata
ruang yang strategis untuk mencegah pertumbuhannya dan bekerjasama dengan
para pemukim untuk melakukan peremajaan permukiman. Akses terhadap
perumahan yang terjangkau juga menjadi permasalahan di kota-kota terkaya
dunia; pemerintah daerah harus mengintervensi pasar lahan dan perumahan
untuk menjamin terpenuhinya hak atas tempat tinggal yang layak bagi penduduk
termiskin.”
Artinya apa? Inilah liciknya permainan bahasa dari Agenda 21. Bisa² bukan hanya
kota saja yang sebenarnya bisa diintervensi lahannya melainkan juga desa² dengan
alasan urbanisasi. Demi mencegah urbanisasi tentunya pemerintah harus
menekan angka tersebut. Salah satunya penguasaan lahan melalui sertifikat tanah.
Selain itu desa pun di dalam dokumen yang diterbitkan UCLG juga dirangkul
untuk menjadi penyedia bahan sumber daya alam dan pangan bagi perkotaan.
Kita tahu bahwa ketika sertifikat digital itu dipasang ke tubuh Kita, semua surat²
aset berharga beserta kartu identitas, ATM, dan segala macamnya masuk ke
sertifikat digital itu. Tanpa sertifikat digital, mustahil Kita dapat memiliki aset
tanah tersebut. Mau tidak mau Kita yang tidak disertifikasi digital harus mencari
daerah² desa yang langka dan tidak diperhatikan pemerintah serta belum sempat
disertifikasi dan tidak terjangkau teknologi.
Lagipula penerapan Agenda 21 alias SDGs ini tidak meninggalkan satu orang pun
(kata website SDG2030Indonesia.org). Artinya Kita semua mau kaya sampai
miskin akan disuruh ikut Agenda 21 yang merupakan perwujudan dari NWO.
Jadi inilah kendalanya untuk Kita yang menolak disertifikasi dalam melakukan
back to nature alias hidup di desa. Ketika seluruh lahan sudah dikuasai tanpa ada
embel² kata “ilegal” termasuk wilayah pedesaan, dari situlah Kita harus siapkan
nyawa. Nyawa boleh mereka renggut tapi tubuh tidak boleh dikuasai karena tubuh
ini milik Tuhan dan Tuhan lah yang berhak atas otoritas dan fungsi dari tubuh ini,
bukannya para globalis yang ingin menguasai tubuh ini dalam tujuan mengontrol
hidup Kita melalui sertifikasi digital miliknya.

Part 2
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 2 “Mengakhiri Kelaparan” = Monopoli Kedaulatan Pangan


Kalau Anda membaca postingan part 1, maka seluruh tanah bahkan bisa saja tanah
girik di RI sudah diberi sertifikat tanah di tahun 2025. Desa pun akan menjadi
penyumbang sumber daya alam sekaligus pangan bagi wilayah perkotaan.
Sedangkan Anda tahu sendiri ada desa yang lahan tanahnya statusnya adalah girik.
Jika masyarakat desa menolak dipasang mark of the beast, maka sertifikat
tanahnya akan diambil alih oleh negara dan didaftarkan secara big data.
Lalu bagaimana kedaulatan pangan akan dimonopoli oleh Agenda 21 melalui
omnibus law UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)? Mari
Kita baca UU No 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (UU Perkebunan) yang telah
diubah oleh Pasal 29 UU Cipta Kerja.
Mengingat ini memakai bahasa hukum dan juga penjelasannya akan panjang, Saya
harap Anda fokus membacanya karena pasal² memang ribet kalau mau
difokuskan. Kalau masih puyeng bacanya, baca langsung kesimpulannya dari UU
Perkebunan yang akan Saya paparkan setelah menjelaskan secara rinci UU
Perkebunan tersebut.
Pasal 39 UU Perkebunan diubah oleh Pasal 29 angka 10 UU Cipta Kerja sehingga
bersabda sebagai berikut:
“Pelaku Usaha Perkebunan dapat melakukan Usaha Perkebunan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang penanaman modal.”
Sedangkan Pasal 39 UU Perkebunan bersabda sebagai berikut:
(1) Usaha Perkebunan dapat dilakukan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh Pelaku Usaha Perkebunan dalam negeri atau penanam
modal asing
(2) Penanam modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. badan hukum asing; atau
b. perseorangan warga negara asing.
(3) Penanam modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang melakukan
Usaha Perkebunan harus bekerja sama dengan Pelaku Usaha Perkebunan dalam
negeri dengan membentuk badan hukum Indonesia.
Apa maksud diubahnya Pasal 39 UU Perkebunan ini di UU Cipta Kerja? Apakah
niatnya mau menghilangkan Pasal 39 ayat (3) UU Perkebunan tapi pada akhirnya
justru menghilangkan kedua ayat ini dan mengubah ayat (1) nya di Pasal 29 angka
10 UU Cipta Kerja? Wah, ngeri juga kalau perusahaan asing mempunyai izin
melakukan usaha perkebunan tanpa melibatkan perusahaan dalam negeri.
Selanjutnya Pasal 40 UU Perkebunan diubah oleh Pasal 29 angka 11 UU Cipta
Kerja sehingga bersabda sebagai berikut:
“Pengalihan kepemilikan Perusahaan perkebunan kepada penanam modal asing
dapat dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pemerintah pusat.”
Sedangkan Pasal 40 UU Perkebunan bersabda sebagai berikut:
(1) Pengalihan kepemilikan Perusahaan Perkebunan kepada penanam modal asing
dapat dilakukan setelah memperoleh persetujuan Menteri.
(2) Menteri dalam memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan kepentingan nasional.
Apa yang menjadi kejanggalan dari Pasal 29 angka 11 UU Cipta Kerja? Disebutkan
bahwa pengalihan kepemilikan perusahaan perkebunan kepada penanam modal
asing itu dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan pemerintah pusat
(persetujuan menteri yang diatur oleh Pasal 40 UU Perkebunan ditiadakan oleh
Pasal 29 angka 11 UU Cipta Kerja sehingga diganti menjadi persetujuan
pemerintah pusat). Sedangkan Pasal 40 ayat (2) UU Perkebunan sendiri yang
mengatur menteri melakukan persetujuan tersebut dalam rangka “kepentingan
nasional” (suatu pendekatan yang bertujuan menjaga stabilitas politik, ekonomi,
sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan) malah ditiadakan oleh Pasal 29
angka 11 UU Cipta Kerja.
Selanjutnya Pasal 42 UU Perkebunan diubah oleh Pasal 29 angka 12 UU Cipta
Kerja sehingga bersabda sebagai berikut:
(1) Kegiatan usaha budi daya Tanaman perkebunan dan/atau usaha Pengolahan
Hasil perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) hanya dapat
dilakukan oleh Perusahaan perkebunan apabila telah mendapatkan hak atas tanah
dan memenuhi Perizinan Berusaha terkait perkebunan dari Pemerintah Pusat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Perbedaan Pasal 42 UU Perkebunan yang diubah oleh Pasal 29 angka 12 UU Cipta
Kerja dengan Pasal 42 UU Perkebunan itu sendiri adalah kalau Pasal 42 UU
Perkebunan tidak ada ayat ke (2) sedangkan Pasal 42 UU Perkebunan yang diubah
oleh Pasal 29 angka 12 UU Cipta Kerja ada ayat ke (2) nya. Hanya itu saja bedanya.
Kemudian Pasal 29 angka 14 UU Cipta Kerja telah menghapus Pasal 45 UU
Perkebunan. Padahal Pasal 45 UU Perkebunan mengatur apa yang ada di Pasal 42
UU Perkebunan yaitu:
(1) Untuk mendapatkan izin Usaha Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 harus memenuhi persyaratan:
a. izin lingkungan;
b. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah; dan
c. kesesuaian dengan rencana Perkebunan.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. usaha budi daya Perkebunan harus mempunyai sarana, prasarana, sistem, dan
sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; dan
b. usaha Pengolahan Hasil Perkebunan harus memenuhi sekurang-kurangnya 20%
(dua puluh perseratus) dari keseluruhan bahan baku yang dibutuhkan berasal dari
kebun yang diusahakan sendiri.
Artinya apa? Kegiatan usaha budi daya tanaman perkebunan dan/atau usaha
pengolahan hasil perkebunan tidak akan mempertimbangkan alias mengabaikan
apa yang ada di Pasal 45 UU Perkebunan tersebut yaitu izin lingkungan,
kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah, dan kesesuaian dengan rencana
Perkebunan. Nanti orang pecinta UU Cipta Kerja alias buzzeRp mengatakan izin
usaha kan akan diatur oleh PP. Apa Anda yakin PP ini akan dibuat untuk mengatur
hal tersebut? Mulut ngomongnya gampang akan dibikin PP. Padahal menurut Saya
Pasal 45 UU Perkebunan yang mengatur izin usaha kegiatan usaha budi daya
tanaman perkebunan dan/atau usaha pengolahan hasil perkebunan sudah tepat.
Terakhir, Pasal 67 UU Perkebunan yang diubah dengan Pasal 29 angka 21 UU
Cipta Kerja menyebutkan:
(1) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan wajib memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Tetapi sayangnya Pasal 67 ayat (3) UU Perkebunan ditiadakan oleh Pasal 29 angka
21 UU Cipta Kerja. Pasal 67 ayat (3) UU Cipta Kerja menyebutkan:
Untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), sebelum memperoleh izin Usaha Perkebunan, Perusahaan
Perkebunan harus:
a. membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup;
b. memiliki analisis dan manajemen risiko bagi yang menggunakan hasil rekayasa
genetik; dan
c. membuat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan sarana, prasarana, dan
sistem tanggap darurat yang memadai untuk menanggulangi terjadinya
kebakaran.
Menurut Saya Pasal 67 ayat (2) UU Perkebunan yang diubah dengan Pasal 29
angka 21 UU Cipta Kerja yang mengatur ketentuan lanjutan yang diatur oleh PP ini
bisa saja tidak akan diwujudkan alias hanya omdo. Sama seperti yang Saya bilang
tadi mengenai ketentuan lanjutan dari izin usaha tadi yang akan diatur oleh PP.
Pasal 68 UU Perkebunan menyebutkan:
Setelah memperoleh izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
67 ayat (3), Pelaku Usaha Perkebunan wajib menerapkan:
a. analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup;
b. analisis risiko lingkungan hidup; dan
c. pemantauan lingkungan hidup.
Pasal 68 UU Perkebunan ini ditiadakan oleh Pasal 29 angka 22 UU Cipta Kerja.
Lalu si buzzeRp akan bantah lagi dengan bilang “Kan Pasal 29 angka 4 UU Cipta
Kerja mengatur bahwa pejabat dilarang melakukan penerbitan Perizinan Berusaha
Perkebunan di atas Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat serta bakal diberi
sanksi pidana penjara 5 tahun atau denda 5 miliar sebagaimana yang diatur oleh
Pasal 29 angka 31 UU Cipta Kerja”. Kalo buzzeRp bertanya seperti itu maka Saya
akan ketawa besar. Kenapa? Tanah hak ulayat masyarakat hukum adat alias tanah
girik TIDAK AKAN BERLAKU LAGI kedepannya. Mengapa bisa begitu? Jokowi
sudah mengatakan bahwa seluruh tanah di RI harus sudah bersertifikat di 2025.
Jadi Pasal 29 angka 4 dan 31 UU Cipta Kerja yang mengatur hal yang berkaitan
dengan tanah girik ini HANYA AKAN MENJADI PAJANGAN tahun 2025.
Lalu apa kesimpulan dari keseluruhan pembahasan Pasal 29 UU Cipta Kerja
mengenai UU Perkebunan?
1. Perusahaan asing mempunyai izin melakukan usaha perkebunan tanpa
melibatkan perusahaan dalam negeri.
2. Izin usaha tidak akan memperhatikan lagi dalam hal:
-) analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
-) analisis risiko lingkungan hidup
-) pemantauan lingkungan hidup
-) memiliki analisis dan manajemen risiko bagi yang menggunakan hasil rekayasa
genetik
-) membuat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan sarana, prasarana, dan
sistem tanggap darurat yang memadai untuk menanggulangi terjadinya
kebakaran.
3. Pengalihan kepemilikan perusahaan perkebunan kepada penanam modal asing
itu dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan pemerintah pusat tetapi
pemerintah pusat tidak mempertimbangkannya dalam rangka “kepentingan
nasional” (suatu pendekatan yang bertujuan menjaga stabilitas politik, ekonomi,
sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan).
4. Tanah girik yang diatur Pasal 29 UU Cipta Kerja hanya akan menjadi pajangan
saja di 2025 alias aturan mengenai tanah girik tidak akan dipakai lagi.
Bukankah 4 poin kesimpulan ini akan mempermulus jalannya Agenda 21 ini bukan
dan mengapa dianggap mempermulus?
1. Jika kondisi dunia dalam keadaan darurat krisis pangan termasuk di Indonesia,
maka UU Cipta Kerja ini melonggarkan perusahaan asing untuk mudah masuk ke
Indonesia tanpa melibatkan perusahaan dalam negeri dan dapat menempati lahan
perkebunan walau ada jangka waktunya juga.
2. Tidak adanya izin usaha yang mempertimbangkan hal² yang disebutkan pada
poin ke 2 kesimpulan ini jelas akan membuat perusahaan² baik asing maupun
dalam negeri akan mengabaikan dampak lingkungan serta risikonya dan tentu saja
akan menyebabkan bahaya pada lingkungan karena tidak mempertimbangkan hal
tersebut.
3. Pengalihan kepemilikan perusahaan perkebunan tanpa memperhatikan
“kepentingan nasional” (sudah dijelaskan definisi ini tadi di kesimpulan) membuat
penanam modal asing dapat memiliki perusahaan perkebunan dalam situasi tidak
darurat sekalipun. Segala monopoli² dan kesewenang²annya akan lahan
perkebunan dan hasil perkebunannya sangat berpotensi dilakukan penanam
modal asing meskipun ada sanksi²nya yang diatur di Pasal 29 UU Cipta Kerja
maupun beberapa Pasal² di UU Perkebunan yang masih berlaku dan belum
dicabut atau diubah oleh Pasal 29 UU Cipta Kerja. Namun sanksi²nya tidak tegas
seperti layaknya UU² lainnya yang dibuat.
4. Untuk urusan tanah girik, kembali lagi ke Tujuan ke 11 Agenda 21 yaitu Kota dan
Komunitas yang Berkelanjutan.
Btw Saya hanya mengupas UU Perkebunan saja dalam UU Cipta Kerja. Mengapa
tidak UU yang berkaitan pertanian dll? Baru membahas satu UU saja sudah
panjang apalagi UU Cipta Kerja yaitu susunan file PDF nya acakadut sehingga
setiap orang yang membacanya jadi pusing kepala. Apalagi bahasa yang ada di UU
Cipta Kerja ada silat² lidah.
Jadi Saya heran mengapa UU Cipta Kerja yang susunan dalam file pdf nya
acakadut, sistem kejar kebut semalam, diskusinya diam² tersembunyi,
pengesahannya terburu², dan beberapa pasal ada yang typo; mengapa gitu loh kok
bisa dibela mati²an sama buzzeRp? Oh ya kan buzzeRp memang dibayar untuk
membela UU Cipta Kerja yang berantakan.
Kemudian Kepala Program Pangan Dunia, David Beasley mengatakan bahwa
dunia akan menghadapi pandemi kelaparan di 2021. Beasley mengatakan
“harapan besar” -nya adalah para miliarder yang mendapat untung dari rantai
pasokan yang terganggu akan melangkah maju dengan sumbangan untuk program
makan siang sekolah global. Apakah ini yang dimaksud dari harapan besar para
miliarder penanam modal asing akan masuk ke Indonesia dengan jalur via
omnibus law? Apakah karena ini juga, World Bank sampai menelpon Lord Luhut
(oligarki tambang berpengaruh) dan mengucapkan selamat atas sahnya omnibus
law UU Cipta Kerja?
Kalau seperti itu maka:
Bye² kedaulatan pangan
Bye² back to nature
Bye² kesejahteraan rakyat dan pangannya
Sungguh mengecewakan bahwa UU Cipta Kerja yang menjadi jalan masuknya
Agenda 21 milik elit global justru dijilat dan dibela mati²an sama pengkhianat
bangsa. UU memang dibuat oleh manusia dan memang ada plus dan minus.
Namun kalau UU tersebut menjadi batu loncatan bagi Agenda 21, sudah
seharusnya UU tersebut dihapus dari perundang²an Indonesia.

Part 3
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 9 “Infrastruktur, Inovasi dan Industri” = Digitalisasi & Hutang²


Infrastruktur Berujung Penyatuan Mata Uang Tunggal & Pemerintahan Tunggal
Buka link dokumen TPBYPDOPD dan unduh dokumen tersebut di Part 1 dan
kemudian buka halaman 13 nya mengenai tujuan ke 9 Agenda 21 yaitu
“membangun infrastruktur, berketahanan mendukung
industrialisasi yang inkulsif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.”
Apa yang ada di halaman 13 ini? Saya kutip penggalan singkatnya.
A. “Membangun infrastruktur yang berkualitas, dapat diandalkan, berkelanjutan
dan berketahanan, termasuk infrastruktur wilayah dan lintas batas, untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dengan fokus
pada AKSES YANG TERJANGKAU DAN SAMA RATA BAGI SEMUA.”
Apa maksud dari penggalan ini? Biar supaya rakyatnya dapat sejahtera dan
mendapatkan akses ekonomi, maka dibutuhkanlah pembangunan infrastruktur.
Anda tahu bahwa oligarki ini tabiatnya suka berhutang ke negara² lain dengan
alibi demi pembangunan infrastruktur. Itulah jebakannya sebenarnya. Dengan
adanya tujuan ke 9 Agenda 21 maka demi mewujudkannya, oligarki ini secara
terburu² mau hutang untuk bisa dikorupsi sekaligus di waktu bersamaan
membangun infrastruktur dengan hutang² itu. Akibatnya apa? Kalau semua
negara tidak melunasi hutangnya maka akan digiring ke mata uang tunggal dunia.
Lalu untuk apa membangun infrastruktur lintas batas (contohnya Indonesia –
Malaysia, Indonesia – Timor Leste, Indonesia – Papua Nugini)? Disinilah letak
ketakutan dari para elit. Ini diproyeksikan untuk mencegah agar beberapa rakyat
Indonesia yang tidak menerima mark of the beast itu susah untuk kabur dan
keluar dari negara ini biar supaya mudah dilacak dan dikontrol serta diberi
hukuman otoriter.
B. “Meningkatkan AKSES TERHADAP TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI secara signifkan dan berupaya untuk menyediakan AKSES
INTERNET yang terjangkau dan universal di negara-negara terbelakang pada
tahun 2020”
Selain itu sebenarnya pembangunan infrastruktur ini demi membuka keran² akses
digitalisasi yang ujung²nya dapat mengendalikan Kita. Nanti si buzzeRp bilang
“elu sensi amat sama digital tapi kok masih pakai medsos? Munafik lu!” Dan si
buzzeRp tidak mengerti bahwa sebenarnya digitalisasi ini dapat membuat rakyat
gampang dikontrol dan justru pengontrolannya melalui pusat big data yang nanti
implementasi tahap akhirnya ke chip yang dipasang sebagai pengganti mata uang
kertas dan KTP.
Coba lihat apa dampak dari digitalisasi ini? Ketika prankdemic masuk ke
Indonesia maka semua orang dirumahkan dan otomatis orang² yang dirumahkan
itu banyak mengakses internet. Sedangkan Gugel, Pesbuk, IG, dan sekelompoknya
telah memainkan algoritmanya untuk ujung²nya memunculkan postingan atau
artikel yang berisi seluruh propaganda ketakutan kopit. Seperti yang Pak Dharma
Pongrekun bilang bahwa alat ini (benda digital) ini dibuat untuk mengontrol
penggunanya dan karena itulah Pak Dharma menentang Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) karena merusak sel² tubuh dari anak yang menjalankan PJJ itu.
Sudah kelihatan dari rencana dibangunnya infrastruktur menara 5G dimana² Kita
lihat dan server cloud² digital kedepannya di Indonesia.
1. https://tekno.kompas.com/read/2020/03/04/18054197/server-cloud-google-
di-indonesia-bakal-ditempatkan-di-3-zona (Google Cloud)
2. https://money.kompas.com/read/2020/11/16/144009626/ridwan-kamil-sebut-
amazon-akan-bangun-data-center-senilai-rp-40-triliun-di (Amazon Data Center)
Terakhir, UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) ini
sebenarnya mendorong pembangunan 5G. Apa buktinya? UU No 36 Tahun 1999
yang Pasal 60A nya sudah ditambahkan oleh Pasal 72 angka 8 UU Cipta Kerja
bersabda:
(1) Penyelenggaraan penyiaran dilaksanakan dengan mengikuti perkembangan
teknologi, termasuk migrasi penyiaran dari teknologi analog ke teknologi digital.
(2) Migrasi penyiaran televisi terestrial dari teknologi analog ke teknologi digital
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penghentian siaran analog (analog
switch off) diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun sejak mulai berlakunya
Undang-Undang ini.
Yang tidak mengerti tentang perbedaan televisi analog dengan televisi digital, baca
artikel dalam kurung ini
(https://aquajapanid.com/article/detail/199/Perbedaan+TV+Digital+dan+Analog
+Yang+Perlu+Kamu+Ketahui). Mengapa tv analog harus beralih ke digital?
Karena tv analog ini boros frekuensi sehingga untuk menghemat frekuensi perlu
memindahkan seluruh tv yang menggunakan analog untuk beralih ke digital. Lalu
frekuensi tv analog yang sudah tidak dipakai tv² nasional mau diapakan? Untuk
dialihkan ke penggunaan 5G
(https://m.antaranews.com/berita/1545748/kominfo-tv-analog-ambil-banyak-
frekuensi-untuk-spektrum-5g). Lagi pula Menkominfo Johny Plate sudah pernah
ngomong kalau UU Cipta Kerja mempercepat pembangunan 5G.
Jadi yang termakan propaganda UU Cipta Kerja dan Agenda 21 dan malah
menganggap Kami sebuah sebagai teori kontrasepsi, Kalian saja yang menikmati
dan Kami sendiri tidak mau menikmati Agenda 21 dan UU Cipta Kerja yang dibuat
sebagai jembatan nekolim untuk menuju kontrol otoriter.

Part 4
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 16 “Perdamaian, Keadilan, Dan Kelembagaan yang Kuat” =


Memberantas Agama dengan Perdamaian Semu dan Kontrol Otoriter via
Digitalisasi
Buka link dalam kurung (https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/—asia/—ro-
bangkok/—ilo-jakarta/documents/publication/wcms_646001.pdf) dan unduh
dokumen tersebut yang diterbitkan oleh International Training Centre kemudian
buka halaman 86 nya mengenai tujuan ke 16 Agenda 21 yaitu “perdamaian,
keadilan, dan kelembagaan yang kuat”.
Apa yang ada di halaman 86 tersebut? Inilah penggalannya yaitu “Memperkuat
lembaga² nasional yang relevan, termasuk melalui kerjasama internasional untuk
membangun kapasitas di semua tingkatan, khususnya di negara berkembang,
untuk mencegah kekerasan serta memerangi terorisme.”
Sebenarnya dari kata² “memerangi terorisme” saja Kita sudah harus hati².
Kenapa? Ingat siapa yang buat ISIS? Nekolim melalui kaki tangannya, USA / AS.
Ingat kata Pak Dharma Pongrekun di video viralnya tanggal 21 September 2019
mengenai pihak di belakang terkait seluruh aksi teroris di Indonesia? Nekolim juga
ujung²nya. Sedangkan di dokumenter “Inside Indonesia’s War on Terror”, aksi
teror bom bali menurut Gus Dur dalangnya adalah aparat (baju coklat) ujung²nya.
Artinya apa? Baju coklat secara tidak langsung menjadi kaki tangan nekolim dalam
melancarkan aksi teror bom bali ini.
Saat ini memang ada upaya untuk memancing kemarahan umat Islam agar marah
dan kemudian menimbulkan PD3 yang ujung²nya agar supaya ramalan Albert Pike
tahun 1800an mengenai PD3 Zionisme vs Islam dan zionisme menang serta semua
agama terhapus dapat terwujud.
Kejadian pembunuhan Samuel Paty oleh seorang oknum yang tidak mau
agamanya dihina oleh Samuel Paty di Prancis tahun 2020 menyebabkan si Macron
Presiden Prancis ini mengatakan bahwa pembunuhan Samuel ini adalah serangan
teroris. Kemudian pemerintahan Macron merencanakan RUU baru untuk
memerangi kelompok Islamis. Macron mengatakan bahwa kelompok Islamis telah
menciptakan budaya paralel di Perancis yang menolak nilai-nilai, adat istiadat,
dan hukum negara tersebut.
Kita harus berwaspada dan terus mengikuti perkembangan politik dan sosial serta
kondisi² internasional maupun nasional mengenai keberadaan teroris
mengatasnamakan agama yang ditunggangi oleh nekolim karena mungkin antara
besok, bulan depan, tahun depan, atau beberapa tahun lagi akan ada upaya untuk
menggerakkan teroris² ini agar supaya nama agama tercoreng dan bisa saja
menimbulkan PD3.
Selain itu Saya memohon kepada kalian yaitu umat Islam khususnya agar jangan
terpancing marah dan melakukan hal² yang melanggar hukum negara karena
keamanan seluruh agama dan umatnya bergantung kepada kalian selaku umat
Islam. Jika kalian terpancing maka PD3 nanti bukan hanya Islam saja yang akan
hilang namun seluruh agama di muka bumi juga kena getahnya.
Terakhir, penggalan lainnya selain masalah terorisme yang ada di halaman 86
adalah “Pada 2030, memberikan identitas yang syah bagi semua, termasuk
pencatatan kelahiran.” Artinya adalah memberikan identitas digital (diproyeksikan
digital ini berbentuk Mark of The Beast) bagi semua warga. Mari Saya kutip
mengenai aplikasi dari Joseph Thompson dan hubungannya dengan identitas
digital.
Dikutip dari link dalam kurung
(https://www.weforum.org/agenda/2020/11/legal-identity-id-app-aid-tech?
utm_source=twitter&utm_medium=social_scheduler&utm_term=Digital+Identit
y&utm_content=22/11/2020+14:30), Aplikasi Thompson menggunakan
blockchain untuk menjaga identitas digital pengguna dari gangguan, membuatnya
hanya dapat diakses oleh orang yang ID-nya dimilikinya. Sebagai solusi digital, ini
sejalan dengan berapa banyak orang di negara berkembang yang mengelola
keuangan mereka menggunakan smartphone.
Sebuah studi terhadap 15 negara berkembang mengidentifikasi 600 juta orang
yang memiliki ponsel cerdas tetapi tidak memiliki rekening bank. Banyak dari
orang-orang ini menggunakan aplikasi pembayaran digital untuk mengelola uang
mereka dan transaksi ini dapat digunakan untuk memverifikasi identitas mereka
secara digital.
Kemudian, dengan membuat transaksi digital, amal tidak hanya dapat melihat
bahwa donasi mencapai penerima yang dituju tetapi, dengan menggunakan
blockchain, seluruh sistem jauh lebih aman daripada mengirim uang tunai.
Selanjutnya dikutip dari link dalam kurung (https://uncut-
news.ch/2020/11/30/mark-of-the-beast-un-fuehrt-biometrische-digitale-id-
geldboerse-und-reisepass-ein/), PBB baru-baru ini mengumumkan pengenalan
dompet ID digital biometrik untuk karyawannya, Waking Times melaporkan pada
19 November. Dompet digital biometrik ini dapat digunakan untuk data yang
terkait dengan sumber daya manusia, status medis, perjalanan, penggajian dan
pensiun”. Menurut laporan terpisah dari BiometricUpdate.com, ID digital
dikatakan mengurangi fragmentasi data sambil merampingkan proses.
Dompet ID biometrik dikembangkan oleh Pusat Solusi Digital PBB (UN DSC) –
proyek percontohan Program Pangan Dunia dan Komisaris Tinggi PBB untuk
Pengungsi, dengan dukungan operasional dari Organisasi Organisasi Badan Dunia
lainnya.
Jadi, selamat datang di era pengontrolan otoriter melalui digitalisasi.

Part 5
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 4 “Pendidikan Bermutu” = Doktrinasi Atheisme dan Liberalisme


Seperti biasa lagi. Unduh dokumen TPBYPDOPD (link unduhnya ada di part 1)
tersebut yang diterbitkan oleh UCLG kemudian buka halaman 8 nya mengenai
tujuan ke 4 Agenda 21 yaitu “pendidikan bermutu”.
Yang ada di halaman 8 tersebut adalah:
A. “Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan dan
menjamin AKSES YANG SAMA TERHADAP SEMUA TINGKATAN PENDIDIKAN
dan pelatihan kejuruan bagi mereka yang rentan, termasuk penyandang
disabilitas, masyarakat adat dan anak-anak yang berada dalam situasi rentan.”
Perhatikan kata² “menjamin akses yang sama terhadap semua tingkatan
pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi masyarakat adat”. Apa maksud dari kata²
ini? Kita tahu bahwa pola pikir masyarakat adat kalau di desa tidak begitu liberal
pemikirannya. Di kota itu ada pemikiran² liberal yang disuntik setiap mau masuk
sekolah. Kemudian kurikulum sekolah yang ada pun juga liberal (adapun mata
pelajaran agama dalam kurikulum, itu semua cuman kedok). Dengan membawa
akses pendidikan dengan pola pikir yang liberal dari kota ke desa untuk
masyarakat adat menyebabkan nilai² asli baik moral maupun spiritual dari
masyarakat adat menghilang.
B. “Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua pelajar mendapatkan
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan, melalui PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN dan gaya hidup berkelanjutan, hak asasi manusia, kesetaraan
gender, mementingkan budaya perdamaian dan anti kekerasan, kependudukan
global serta apresiasi terhadap keragaman budaya dan kontribusi budaya.”
Sebenarnya kalimat ini adalah upaya untuk mendoktrinasi para pelajar agar
senantiasa:
1. Menjunjung tinggi HAM & Apreasiasi keragaman budaya yang amoral
Ingat HAM versi Barat dengan HAM versi yang sudah disaring dengan nilai²
Pancasila dan agama² itu berbeda. Contohnya LGBT yang dianggap sebagai
sebuah kelompok dan budaya yang harus dijunjung tinggi dan dianggap bagian
dari HAM sedangkan agama² mengharamkan LGBT karena tidak fitrah.
2. Mementingkan budaya perdamaian dan anti kekerasan versi atheisme
Sudah dijelaskan di postingan part 4 bahwa perdamaian yang dimaksud adalah
bebasnya dunia dari terorisme. Sedangkan terorisme yang buat adalah sebuah
kelompok deep state yang juga buat Agenda 21 ini agar ketika terorisme mewabah
dan menimbulkan PD3, agama² akan dihapuskan. Jadi yang namanya perdamaian
yang diperjuangkan di Agenda 21 justru ada perdamaian akan paham atheisme.
3. Membudayakan Gaya Hidup Berkelanjutan
Anda tahu ketika tahun depan (2021) akan terjadi krisis pangan, Kita harus
membudayakan gaya hidup berkelanjutan ini. Dengan terjadinya krisis pangan
tentu Kita disuruh harus menghemat² untuk makan. Bukankah hal seperti ini akan
membuka jalan monopoli pangan? Itu baru pangan, belum lagi isu global warming
hoax dan sebagainya. Menghemat itu tidak salah tapi kalo sifat menghemat yang
Kita miliki ini dimanfaatkan para kartel elit global untuk memonopoli, apakah Kita
rela?

Part 6
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan ke 17 “Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan” = MembumiHangusKan


Kedaulatan Negara
Buka link dalam kurung (https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/—asia/—ro-
bangkok/—ilo-jakarta/documents/publication/wcms_646001.pdf) dan kemudian
unduh dokumen dari International Training Center ini. Selanjutnya buka halaman
94-95 mengenai tujuan ke 17 Agenda 21 yaitu “kemitraan untuk mencapai
tujuan”. Serta buka link dalam kurung
(https://www.uclg.org/sites/default/files/tujuan-sdgs.pdf) dan unduh dokumen
dari UCLG ini dan buka halaman 22.
Apa yang menjadi sorotan dari tujuan ke 17 Agenda 21? Ini sorotannya:
A. “Membantu negara berkembang untuk mendapatkan keberlanjutan utang
jangka panjang melalui kebijakan² yang terkoordinasi yang ditujukan untuk
membantu pembiayaan utang, keringanan utang, dan restrukturisasi utang, yang
sesuai, dan menyelesaikan utang luar negeri dari negara miskin yang berutang
besar untuk mengurangi tekanan utang” & “Mengadopsi dan melaksanakan
pemerintahan yang mempromosikan investasi bagi negara kurang berkembang”
Perhatikan kalimat “mendapatkan keberlanjutan utang jangka panjang” dimana
negara ini akan dibikin ketergantungan utang terus menerus hingga tidak bisa lagi
melunasi utangnya dan ujung²nya sebagai jalan untuk menuju penyatuan mata
uang global. Aneh dari kalimat “mendapatkan keberlanjutan utang jangka
panjang” kemudian lanjut ke kalimat “membantu pembiayaan utang, keringanan
utang, dan restrukturisasi utang, yang sesuai, dan menyelesaikan utang luarx
negeri” yang artinya kalimat² ini bermakna double speak (search arti kata double
speak). Artinya apa? Badan suci IMF dan World Bank (jika negara² maju yang
kasih utang ke negara berkembang / miskin tidak bisa memberi solusi) bisa saja
akan memberi solusi untuk melunasi utang, salah satunya penyatuan mata uang
global.
Terakhir kalimat penggalan “melaksanakan pemerintahan yang mempromosikan
investasi bagi negara kurang berkembang” dimana sebenarnya si negara maju ini
atau perusahaan² asing ini dapat membantu negara asalkan diberikan kemudahan
berinvestasi. Nah UU Cipta Kerja ini sebagai jalan untuk mempermulus investasi
kelompok “mereka” (Anda tahu siapa yang dimaksud oleh kelompok ini) ini.
Ketika keseluruhan poin A ini sudah Saya bahas, Saya jadi teringat dengan artikel
di link dalam kurung (https://www.sott.net/article/302670-A-Doublespeak-
translation-of-Agenda-2030-and-the-UNs-new-sustainable-development-goals)
mengenai tafsir ganda dari tujuan ke 17 Agenda 21 yaitu “Hapus kedaulatan
nasional di seluruh dunia, promosikan globalisme di bawah “otoritas” dan
membengkak, birokrasi Orwellian PBB”
B. “Menguatkan pergerakan sumber daya dalam negeri, termasuk melalui bantuan
luar negeri untuk negara-negara berkembang dalam meningkatkan kapasitas
negara terkait PENGUMPULAN PAJAK DAN SUMBER PENDAPATAN
LAINNYA.”
Contohnya Lord Luhut di berita dalam kurung
(https://kabar24.bisnis.com/read/20201117/15/1318802/luhut-ke-imf-dan-
world-bank-kalian-jangan-ajari-kami-soal-lingkungan) memang menolak bantuan
World Bank dan IMF untuk penanganan kopit. Tapi Lord Luhut sebagai gantinya
meminta bantuan untuk peremajaan mangrove sekitar 630.000 hektare dan
akhirnya kedua badan suci ini mau. Apakah pertanda kawasan mangrove sekitar
630k hektar itu akan dikuasai sebagai tujuan untuk memenuhi Agenda 21?
Sebenarnya bantuan luar negeri, investasi, dan utang itu serupa namun tak sama
alias cuman ganti baju saja namun tubuhnya tidak berubah. Balik lagi ke poin A di
atas tadi.
C. “Pada 2020, meningkatkan dukungan pengembangan kapasitas untuk negara
berkembang, termasuk negara kurang berkembang dan negara berkembang pulau
kecil, untuk meningkatkan secara signifikan ketersediaan data berkualitas tinggi,
tepat waktu dan dapat dipercaya, yang terpilah berdasarkan pendapatan, gender,
umur, ras, etnis, status migrasi, disabilitas, lokasi geografis dan karakteristik
lainnya yang relevan dengan konteks nasional”
Wah kalimat ini sebenarnya sudah meramal kondisi 2020 saat ini. Kalimat ini ada
di dokumen dari International Training Center halaman 95 sedangkan dokumen
ini sendiri terbit tanggal 1 Oktober 2018 yang artinya adalah dokumen ini meramal
apa yang terjadi 2 tahun kemudian (2020). Jika Anda bisa menangkap maksud
dari kalimat ini maka Anda akan tahu bahwa sebenarnya kalimat ini
membicarakan tentang keberadaan identitas digital dari segi pendapatan, gender,
umur, ras, etnis, status migrasi, disabilitas, lokasi geografis di tahun 2020. Apakah
hal seperti ini sudah ada dan negara² maju itu membantu negara berkembang
untuk ke tahap seperti ini? Monggo di-cek negara²nya tapi perlu diingat kalau
sebenarnya kalimat itu ditulisnya tahun 2020 mungkin agak meleset sedikit dan
seharusnya ditulisnya tahun 2021, 2022 atau seterusnya tergantung
pengembangan vaksin dan sertifikasi digital kopit sampai tahap mana.

Part 7
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 3 “Kesehatan yang Baik Dan Kesejahteraan” = Mempermulus Kelinci


Percobaan Vaksinasi Untuk Rakyat² di Negara Berkembang
Buka link dalam kurung (https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/—asia/—ro-
bangkok/—ilo-jakarta/documents/publication/wcms_646001.pdf) dan kemudian
unduh dokumen dari International Training Center ini. Selanjutnya buka halaman
14-15 mengenai tujuan ke 3 Agenda 21 yaitu “kesehatan yang baik dan
kesejahteraan”.
Sebagaimana yang Kita ketahui di postingan part 6 kemarin bahwa dokumen dari
International Training Center ini (yang terbit tanggal 1 oktober 2018) telah
meramal bahkan memerintahkan di tahun 2020 untuk meningkatkan ketersediaan
data berkualitas tinggi yang terpilah berdasarkan umur, ras, etnis, status migrasi,
disabilitas, lokasi geografis dan karakteristik lainnya yang relevan dengan konteks
nasional. Maksud ketersediaan data yang terpilah berdasarkan apa yang sudah
disebutkan tadi adalah berhubungan dengan identitas digital.
Kemudian dokumen ini meramalkan hal yang serupa juga, yaitu “pada 2020,
mengurangi hingga setengah jumlah kematian global dan cedera akibat kecelakaan
lalu lintas” dan ternyata ramalan ini terwujud dengan lockdownnya banyak kota²
di berbagai negara (kecuali Indonesia yang lebih memilih PSBB dan mau
menyelenggarakan pilkada 2020 serta masih banyak yang tidak social distancing
dan bahkan kendaraan² akhir² ini ramai).
Kemudian rencana kedepan dari Agenda 21 adalah “pada 2030, mengakhiri
epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, dan
memerangi hepatitis, penyakit bersumber air serta penyakit menular lainnya.”
Apakah akan berakhir? Mungkin saja berakhir tapi Saya sudah beritahu dari awal
bahwa tahun 2030 bisa saja pengalihan. Kemungkinan berakhirnya pada saat
NWO berdiri. Mungkin ya, gak tahu pastinya.
Terakhir, yang menjadi sorotan dari Agenda 21 ini adalah “mendukung penelitian
dan pengembangan vaksin serta obat penyakit menular dan tidak menular yang
terutama berpengaruh terhadap negara berkembang…”
Kalimat sorotan ini sudah tidak perlu ditanya lagi. Kalimat seperti ini sudah jelas²
mempermulus rakyat secara massal untuk dijadikan kelinci percobaan di negara²
berkembang oleh korporasi² seperti milik globalis.

Part 8
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 10 “Mengurangi Ketimpangan” = Dilema Pilihan Antara Kesejahteraan


Rakyat Atau Pertumbuhan Ekonomi
Buka link dalam kurung (https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/—asia/—ro-
bangkok/—ilo-jakarta/documents/publication/wcms_646001.pdf) dan kemudian
unduh dokumen dari International Training Center ini. Selanjutnya buka halaman
56-57 mengenai tujuan ke 10 Agenda 21 yaitu “mengurangi ketimpangan”.
Apa yang menjadi sorotan dari tujuan ke 10 Agenda 21?
A. “Menjamin kesempatan yang sama dan mengurangi kesenjangan hasil,
termasuk dengan menghapus hukum, kebijakan dan praktik yang diskriminatif,
dan mempromosikan legislasi, kebijakan dan tindakan yang tepat terkait legislasi
dan kebijakan tersebut.”
Perhatikan kata² “mengurangi kesenjangan hasil” disini. Apakah Anda menjamin
bahwa hasil (sebutan umumnya adalah gaji) Anda ini yang diseimbangkan juga
bersama teman² pekerja Anda beserta pekerja² di perusahaan² lainnya dalam satu
provinsi atau satu kota akan cukup memenuhi kebutuhan hidup? Belum tentu.
Kenapa? Mari Kita berbicara dalam konteks UU Cipta Kerja di Indonesia.
Mari Kita buka Pasal 89 ayat (1) – (3) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) sebagai berikut:
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat
terdiri atas :
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada
pencapaian kebutuhan hidup layak.
(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi
dan/atau Bupati/Walikota.
Perhatikan Pasal 89 ayat (2) UU Ketenagakerjaan dimana upah minimum tersebut
diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak dan Pasal 89 ayat (3) UU
Ketenagakerjaan dimana penetapan upah minimum oleh gubernur harus
memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota. Namun sayangnya keseluruhan Pasal 89 ini (yang paling penting
sebenarnya Pasal 89 ayat (2) dan (3) UU Ketenagakerjaan) dihapus oleh Pasal 81
angka 26 UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja). Berarti UU
Cipta Kerja ini asal saja menyamaratakan gaji² perkota atau perprovinsi kepada
seluruh pekerja sekota atau seprovinsi tanpa memperhatikan pencapaian
kebutuhan hidup layak dan selain itu, UU Cipta Kerja juga dapat memberi ruang
bagi Gubernur untuk menaikkan upah minimum kota dan provinsi tanpa
memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota. Sedangkan bupati/walikota lebih mengetahui sendiri (walaupun
beberapa memang tidak tahu) mengenai para pekerjanya di daerah perkotaannya
seperti apa dibanding gubernurnya.
Tidak sampai disitu. Bahkan Pasal 81 angka 25 UU Cipta Kerja telah menyisipkan
Pasal 88C ke dalam UU Ketenagakerjaan yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi.
(2) Gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/ kota dengan syarat
tertentu.
(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.
(4) Syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pertumbuhan
ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan.
Perhatikan Pasal 81 angka 25 (Pasal 88C UU Ketenagakerjaan) UU Cipta Kerja
yang menyebutkan bahwa penetapan upah minimum kota dan provinsi
dipertimbangkan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan. Kemudian
upah minimum kota itu sendiri dapat ditetapkan dengan syarat pertumbuhan
ekonomi daerah atau inflasi pada kota/kabupaten yang bersangkutan. Apakah
berarti sebuah rakyat sejahtera itu selalu diukur dari pemerataan ekonomi?
Menurut Saya seharusnya tidak boleh seperti itu. Untuk apa ekonomi bertumbuh
tapi rakyatnya tidak sejahtera? Beda ya antara ekonomi yang tinggi dengan
kesejahteraan rakyat. Contohnya Jepang dimana negaranya boleh saja maju
perekonomiannya tapi kesejahteraan rakyatnya ada yang kurang sehingga bunuh
diri yang terjadi di Jepang itu sebagian besar berputar kepada masalah ekonomi.
Jadi sebenarnya mengurangi kesenjangan hasil yang dimaksud dalam sorotan
Agenda 21 ini bukan berarti memperhatikan kesejahteraan kebutuhan hidup yang
layak.
B. “Mendorong bantuan pembangunan dan arus keuangan yang resmi, termasuk
investasi asing secara langsung, ke negara-negara yang paling membutuhkan,
terutama negara kurang berkembang, negara-negara Afrika, negara berkembang
pulau kecil, dan negara terkurung daratan, sesuai dengan rencana dan program
nasional mereka.”
Sudah Saya jelaskan di part 6 tadi bahwa bantuan pembangunan seperti investasi
asing pada realitanya justru untuk mencengkram negara yang diinvestasi atau
dibantukan tersebut untuk menguasai negara tersebut dan juga tahap finalnya
adalah penyatuan mata uang global. Selengkapnya ke postingan part 6.
C. “Memfasilitasi migrasi dan mobilitas manusia yang teratur, aman, berkala dan
bertanggungjawab, termasuk melalui penerapan kebijakan migrasi yang terencana
dan terkelola dengan baik.”
Hubungan dari kalimat tanda kutip ini adalah manusia akan bermigrasi dengan
serangkaian aturan² ketat. Maksudnya apa? Anda akan bermigrasi atau berwisata
dengan syarat memakai paspor imunitas kopit sebagaimana yang sudah
diterapkan di negara Inggris atau Britania Raya.
Selain paspor imunitas, ada juga social credit di China yang diterapkan sebagai
syarat untuk bepergian keluar negeri. Apa itu social credit atau sistem kredit
sosial? Dikutip dari link dalam kurung (https://m.kumparan.com/ricky-
suwarno/sistem-kredit-sosial-china-1rntuNHiuSO/full), kredit adalah penilaian
kata yang janjikan. Semakin tinggi kredit anda, semakin tinggi nilai janji ini. Boleh
dibilang kredit sosial ini seperti rating bintang dari si penumpang terhadap supir
ojek online. Kalau supirnya bintangnya jelek maka akibatnya seperti apa akan
terjadi.
Jika kredit sosialnya jelek apa yang terjadi? Salah satunya adalah dilarang naik
transportasi kereta cepat atau pesawat terbang. Menurut data otoritas, di tahun
2017 ada 7,33 juta orang di China dilarang membeli tiket pesawat, dan ada 2,76
juta orang dilarang membeli tiket kereta cepat. Jumlah ini sekarang bahkan
semakin meningkat.

Part 9
Con SpirareApril 30, 2021

Tujuan Ke 12 “Konsumsi Dan Produksi Yang Bertanggungjawab” = Monopoli


Dagangan Menjadi Langka
Buka link dalam kurung (https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/—asia/—ro-
bangkok/—ilo-jakarta/documents/publication/wcms_646001.pdf) dan kemudian
unduh dokumen dari International Training Center ini. Selanjutnya buka halaman
66-67 mengenai tujuan ke 12 Agenda 21 yaitu “konsumsi dan produksi yang
bertanggungjawab”.
Apa yang ada di halaman 66-67 tersebut?
A. “Pada 2030, mencapai pengelolaan berkelanjutan dan pemanfaatan sumber
daya alam secara efisien.” & “Merasionalisasi subsidi bahan bakar fosil tidak
efisien yang mendorong pemborosan konsumsi dengan menghilangkan distorsi
pasar, sesuai dengan keadaan nasional…..”
Sebenarnya keseluruhan dari kalimat tanda kutip ini adalah mau menjadi kartel
minyak seketat²nya. Sebenarnya minyak sudah dimonopoli sejak si kartel
Rockefeller mengatakan bahwa minyak itu bahan fosil (padahal sebenarnya
minyak bukan bahan dari fosil). Coba tonton Episode 13 FE101 (buka di fe101.org)
mengenai minyak bukan hasil fosil. Cuman dengan adanya kalimat seperti ini di
Agenda 21 membuat minyak menjadi dimonopoli lebih ketat dibandingkan
Rockefeller dulunya. Itu sebabnya kendaraan² listrik akan menjadi kendaraan
pengganti kendaraan² bensin di masa depan.
Ingat dengan UU No 3 / 2020 (UU Minerba Baru) yang dibuat oleh para oligarki
tambang dan sebagai tujuan dari Agenda 21 dimana:
1. Pasal 22: Menetapkan WPR telah membuka ruang bagi penambangan di sungai
dengan luas maksimal 100 hektar, setelah mengubah luas maksimal sebelumnya
25 hektar.
2. Pasal 42 dan Pasal 42A: Penguasaan lahan oleh kartel/oligarki tambang dalam
jangka waktu yang lebih lama untuk keperluan eksplorasi. Sebelumnya waktu yang
diberikan untuk eksplorasi adalah 2 tahun. Dengan UU baru, pengusaaan tanah
dalam skala besar oleh pengusaha tambang setidaknya 8 tahun dan dapat
diperpanjang satu tahun setiap kali perpanjangan. Penguasaan lahan lebih lama
ini dinilai berpeluang untuk land banking.
3. Dihapusnya Pasal 165 UU Minerba Lama: Pasal 165 dalam UU Minerba lama
memuat sanksi pidana bagi pejabat yang korupsi Izin Usaha Pertambangan (IUP),
Izin Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
dengan pidana penjara paling lama 2 tahun. Namun ketentuan ini hilang dalam
UU baru. Sejumlah pihak menilai hilangnya UU ini membuka celah bagi korupsi di
bidang minerba.
Jadi UU Minerba ini sejalan dengan tujuan kartel dari oligarki tambang sekaligus
Agenda 21.
B. “Pada 2030, menjamin bahwa masyarakat dimanapun memiliki informasi yang
relevan dan kesadaran terhadap pembangunan berkelanjutan dengan gaya hidup
yang selaras dengan alam”
Maksudnya apa? Perhatikan kata² “gaya hidup yang selaras dengan alam” dimana
kata² ini bisa jadi tujuan untuk memonopoli sesuatu misalnya monopoli barang
dagangan alias makanan daging. Artinya mayoritas dunia akan vegetarian di 2030.
Dikutip dari link dalam kurung (https://www.weforum.org/agenda/2016/11/8-
predictions-for-the-world-in-2030/) tentang prediksi dunia di 2030, seperti kakek
nenek kita, kita akan memperlakukan daging sebagai suguhan daripada makanan
pokok, tulis Tim Benton, Profesor Ekologi Populasi di Universitas Leeds,
Inggris. Bukan pertanian besar atau produsen pengrajin kecil yang menang,
melainkan kombinasi keduanya, dengan kenyamanan makanan yang didesain
ulang agar lebih sehat dan tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.
Daging memang berperan pada karbon dioksida namun jangan salah bahwa
daging itu banyak nutrisi yang baik pada tubuh manusia. Tapi ya hewan² seperti
sapi, kambing, dan ayam dalam keadaan tidak langka akan dibuat seolah² menjadi
langka. Itulah kartel dunia perdagingan.
Sebenarnya Saya juga menghargai orang vegetarian seperti nenek Saya yang sudah
puluhan tahun vegetarian dan umurnya panjang. Namun yang Saya tolak disini
adalah monopoli perdagingan.
Mungkin selain daging, bahan² makanan lainnya atau benda² lainnya bisa juga
dimonopoli dengan alasan karbon dioksida atau mengancam lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai