Anda di halaman 1dari 11

INOVASI PENINGGIAN SPILLWAY MORNING GLORY

BENDUNGAN IR. H. DJUANDA DALAM MENAMBAH KAPASITAS


TAMPUNGAN AIR UNTUK MENGANTISIPASI BANJIR DAN KEKERINGAN

Makalah disampaikan dalam rangka :


Seminar Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan 2018
Batam, Oktober 2018

Oleh :
Harry M. Sungguh1) & Reni Mayasari2)

Abstrak

Perubahan iklim telah menyebabkan fluktuasi curah hujan tinggi dan mengubah pola
hujan yang berdampak pada perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu
udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki 2 buah pelimpah, yakni pelimpah utama yang
berada di bendungan utama dan pelimpah bantu yang berada di Bendungan Pelana Ubrug.
Pelimpah utama memiliki desain yang unik, yang mengacu pada bentuknya dinamakan
pelimpah tipe morning glory. Pelimpah ini berbentuk menara yang berada di bagian udik
bendungan, dengan tinggi 110 m, diameter terluar 90 m, elevasi mercu pada +107 m, dan
panjang mercu pelimpah 151,5 m. Memiliki 14 buah jendela dengan kapasitas maksimum
3.000 m3/s pada elevasi banjir maksimum.
Peningkatan kapasitas spillway dilakukan dengan menambah tinggi spillway dengan
prinsip cara tersebut dilakukan untuk menambah kapasitas volume waduk serta elevasi
puncak spillway.

Kata kunci: Inovasi peninggian spillway, volume waduk, penambahan kapasitas tampung,

1)
Anggota KNIBB
2)
Perum Jasa Tirta II

1
I. PENDAHULUAN
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah
mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan
permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca
yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini
menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat
panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi
(Armi Susandi, 2008).
Perubahan iklim telah menyebabkan fluktuasi curah hujan tinggi dan mengubah pola
agihan hujan dengan kecenderungan daerah yang basah semakin basah, dan daerah yang
kering semakin kering.
Indonesia memiliki potensi sumber daya air nomor 5 terbesar di dunia dengan potensi
mencapai 2,7 triliun meter kubik pertahun, namun distribusinya Salah satu akibat dari
pemanasan global yang saat ini terjadi adalah pola cuaca dan iklim yang tidak beraturan. Hal
ini berdampak pada perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara,
serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan.
Waduk merupakan salah satu tampungan aliran air. Air yang masuk ke waduk
berbeda-beda sesuai dengan intensitas hujan. Adanya perbedaan intensitas tersebut,
menyebabkan aliran masuk waduk tidak menentu. Jika intensitas hujan meningkat
menyebabkan aras (level) muka air waduk naik secara cepat. Keadaan ini harus dihindari
karena dapat membahayakan konstruksi bendungan.
Untuk menghindari kerusakan konstruksi bendungan diperlukan kapasitas pelimpah
(spillway) yang cukup memadai. Bangunan pelimpah (spillway) adalah bangunan pelengkap
suatu bendungan yang berfungsi untuk mengalirkan air banjir agar tidak membahayakan
tubuh bendungan (Chanson, 1994). Terdapat berbagai tipe bangunan pelimpah yang paling
umum dipergunakan pada bendungan urugan yaitu pelimpah terbuka dengan ambang tetap.

Umumnya pelimpah direncanakan berdasarkan debit rencana pada besaran tertentu.


Namun, dengan adanya peningkatan intensitas hujan sangat dimungkinkan kapasitas
spillway yang ada kurang memenuhi, sehingga kenaikan aras muka air lebih cepat dari yang
diperkirakan. Kenaikan aras muka air secara cepat ini belum diantisipasi sehingga aras muka
air dapat mencapai puncak tubuh bendungan secara cepat dan pada akhirnya dapat

2
menimbulkan kerusakan total. Untuk mengantisipasi kenaikan yang begitu cepat diperlukan
peningkatan kapasitas spillway yang ada.
Peningkatan kapasitas spillway dilakukan dengan menambah tinggi spillway dengan
prinsip cara tersebut dilakukan untuk menambah kapasitas volume waduk serta elevasi
puncak spillway.

II. PEMBAHASAN
2.1 Tata Letak Bendungan Ir. H. Djuanda
Bendungan Ir. H. Djuanda terletak di Desa Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur,
Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta
II dan dibangun dari tahun 1957 s/d 1967. Waduk Ir. H. Djuanda berada pada DAS Citarum
di Kabupaten Purwakarta, dibangun untuk mencukupi kebutuhan bahan pangan nasional
yaitu beras, disamping penyediaan air baku untuk berbagai kepentingan bagi Provinsi Jawa
Barat dan DKI Jakarta serta pengendalian banjir. Waduk ini merupakan danau buatan yang
mempunyai daya tampung air yang terbesar di Indonesia lebih kurang 3 milyar m3 dan
merupakan asset nasional yang strategis dan telah terbukti manfaatnya selama 51 tahun
terutama dalam menunjang ketahanan pangan nasional.

Tabel 1.
Data Hidrologi Bendungan Ir. H. Djuanda

Data hidrologi Keterangan


Anak Sungai Cisomang, Cilalawi
Induk Sungai Citarum
Luas Daerah Aliran Sungai (km2) 4,500 km2
Curah hujan tahunan (mm) 2,040 mm
Curah hujan desain (mm) 3,290 mm
Debit desain pengelak (m3/dt) 1,500 m3/det
Sumber: Perum Jasa Tirta II , 2018
2.2 Konstruksi Bendungan Ir. H. Djuanda
Bendungan Ir. H. Djuanda diklasifikasikan sebagai bendungan besar dengan volume
tampungan total sebesar 3 x 109 m3 dan tampungan efektif sebesar 1.8 x 109 m3. Luas
genangan sebesar 83 km2 pada elevasi normal 107 dpl. Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki
3
struktur yang unik, dengan menara serbaguna yang berada di hulu bendungan berfungsi
sebagai underground power-house beserta intake dengan pipa pesat (penstock), pelimpas
tipe ogee, dan bottom outlet (intake irigasi), dengan struktur cyclus-deical. Bendungan dan
PLTA Ir. H. Djuanda dibangun dengan membendung Sungai Citarum, sungai terbesar di
Jawa Barat, dengan kapasitas terpasang sebesar 187.5 MW. Air dikeluarkan melalui saluran
tertutup ganda dengan kapasitas maksimum masing-masing saluran sebesar 1.500 m3/detik.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki 2 buah pelimpah, yakni pelimpah utama yang
berada di bendungan utama dan pelimpah bantu yang berada di Bendungan Pelana Ubrug.
Pelimpah utama memiliki desain yang unik, yang mengacu pada bentuknya dinamakan
pelimpah tipe MORNING GLORY. Pelimpah ini berbentuk menara yang berada di bagian
udik bendungan (lihat foto kiri), dengan tinggi 110 m, diameter terluar 90 m, elevasi mercu
pada +107 m, dan panjang mercu pelimpah 151,5 m. Memiliki 14 buah jendela dengan
kapasitas maksimum 3.000 m3/s pada elevasi banjir maksimum.
Bendungan Ir. H. Djuanda terkenal akan tata letaknya yang tidak umum (istimewa),
yang dikenal sebagai bendungan tipe kombinasi PLTA-bendungan, dengan PLTA di bawah
tanah (dam-power house combined type) (Nigam, 1985).
Suatu menara beton dengan diameter 90 m, tinggi 100 m, dibangun dengan intake
berada disekelilingnya. Pada bagian dalam menara terdapat ruangan yang didalamnya adalah
gedung untuk intake turbin, pelimpas, intake irigasi, dan juga gedung pembangkit (power
house). Blok menara yang disebut “morning glory” ini merupakan silinder dengan sumbu
vertikal yang berlaku sebagai bendungan busur yang tipis (thin arch dam) dengan
keseluruhan struktur dikelilingi oleh air.
Enam intake turbin dengan ketinggian yang berbeda-beda berada disekeliling menara
morning glory dengan lingkaran luar dari menara tersebut dirancang sebagai pelimpas bebas
(free flow spillway) untuk mengalirkan ke permukaan mangkuk yang dibentuk oleh
permukaan menara tersebut. Stasiun pembangkit berbentuk lingkaran berada di bawah
mangkuk di dalam menara, dimana intake untuk turbin mengalir melalui dinding menara,
dan menara dalam hal ini berlaku sebagai peredam gelombang raksasa (giant surge shaft).
Aliran air yang melalui menara, antara lain dari turbin dan/atau dari intake irigasi, atau dari
limpasan dialirkan melalui dua terowongan air berbentuk tapal kuda berukuran 10.20 x 11
m secara paralel di bawah bendungan sepanjang 240 m dari menara ke arah hilir.
Pelimpas dengan jenis ogee memiliki kapasitas sebesar 3000 m3/detik dengan
ketinggian air dari elevasi 107 dpl s.d. 111.60 dpl untuk pengaliran banjir. Intake irigasi

4
terdiri dari 2 pintu dengan sistem pintu hollow jet dengan ketinggian intake berada pada
elevasi +49 dpl mengarah pada waduk memiliki kapasitas maksimum sampai dengan 186
m3/detik dengan 100% bukaan pada elevasi muka air di waduk +102 dpl yang memberikan
tambahan air untuk irigasi. Gedung pembangkit (power house) yang berada di bagian bawah
terdiri dari 6 (enam) buah turbin tipe Francis dengan kapasitas 31 MVA dimana 5 dari enam
pembangkit tersebut telah ditingkatkan kapasitasnya (uprating) menjadi 35 MVA pada tahun
1998. Akses ke gedung pembangkit melalui terowongan dengan lebar 5.40 m dan tinggi 5.00
yang berada di atas tailrace dengan pintu masuk dari hilir bendungan.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki tinggi 105 m dengan panjang 1220 m dengan
tanggul tumpukan batu (rockfill dam) dengan inti tanah liat yang miring (inclined clay core).
Kemiringan tanggul hulu adalah 1 (V) : 1.35 (H), kemiringan yang agak curam, untuk
memperkuat stabilitas tanggul, karena pada saat pembangunan pada tahun 1963 ditemukan
soft clay seams pada pondasi. Volume bendungan termasuk bendungan pengelak
(cofferdam) adalah 9.1 x 109 m3.

Gambar 1.
Struktur Bangunan Bendungan Ir. H. Djuanda

2.3 Potensi Sumber Daya Air (SDA) di Bendungan Ir. H. Djuanda


Potensi SDA di Sungai Citarum sebesar 6.0 x 109 m3 dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan di hilir sebagai produk samping (by product) pembangkitan

5
tenaga listrik, karena prioritas utama dari operasi waduk kaskade Citarum adalah untuk
pemenuhan kebutuhan air di hilir waduk Jatiluhur. Dengan belum adanya tampungan-
tampungan untuk sumber-sumber air setempat, maka dari potensi SDA sebesar 6.95 x 10 9
m3 hanya dapat dimanfaatkan sebesar 1.65 x 109 m3. Pemanfaat terbesar adalah untuk irigasi
sebesar 87% dari keseluruhan air yang dapat diatur. Potensi air belum dapat dimanfaatkan
ini, dapat dilakukan inovasi penambahan kapasitas tampungan di Waduk dengan melakukan
peninggian spillway dari saat ini kondisi normal TMA +107 mdpl menjadi TMA +108 mdpl.
Hal ini bertujuan untuk menambah kapasitas volume tampungan air di Bendungan Ir. H.
Djuanda pada saat musim kemarau dan sekaligus pengendalian banjir pada saat musim
hujan.

2.4 Operasi Bendungan Ir. H. Djuanda


Operasi bendungan meliputi; a) operasi normal, untuk memenuhi kebutuhan air di
hilir, b) operasi banjir, untuk pengendalian muka air banjir di waduk dan pengendalian banjir
daerah hilir, dan c) operasi darurat, untuk penurunan muka air waduk secara cepat pada
kondisi darurat.
Dalam hal terjadi keadaan darurat atau situasi luar biasa, operasi bendungan beserta
waduknya diutamakan untuk tujuan keamanan bendungan dan keselamatan lingkungan
hidup. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya untuk
bendungan pengelolaan sumber daya air harus sesuai dengan pedoman operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta waduknya serta pola operasi waduk.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki kapasitas tampung bersih sebesar 2.0 x 109 m3,
dimana tampungan bersih ini ditentukan dari elevasi mercu pelimpah dan elevasi minimum
tampungan (pada waduk Jatiluhur batas minimum operasi PLTA). Dengan aliran tahunan
Citarum di Jatiluhur sebesar ± 5.75 x 109 m3 setara dengan 49% kapasitas tampung bersih,
mengindikasikan bahwa waduk kaskade Citarum ini tidak dirancang untuk memberikan
tampungan cadangan pada kondisi kekeringan yang panjang.
Pengoperasian Bendungan Ir. H. Djunda tidak dapat terlepas dari data-data hidrologi
dan patokan yang terpenting adalah data Tinggi Muka Air (TMA) yang di amati setiap hari.
Pengamatan data TMA Waduk dalam kondisi normal diamati setiap 2 kali dalam sehari yaitu
pukul 07.00 dan pukul 00.00. Apabila terjadi kondisi diluar normal (kondisi musim hujan
dan kekeringan) pengamatan TMA diamati setiap jam, hal ini untuk mengantisipasi

6
terjadinya kondisi keamanan bendungan. Data TMA Bendungan Ir. H. Djuanda disajikan
pada Grafik 1.
Grafik 1.
Tinggi Muka Air (TMA) Bendungan Ir. H. Djuanda
Tahun 2000 - 2018

Sumber: Perum Jasa Tirta II , 2018

Dalam grafik terlihat TMA tertinggi selama kurun waktu 18 tahun (Tahun 2000 s.d
2018) adalah TMA +108,42 m.dpl (terjadi pada tanggal 25 Maret 2010) dan TMA terendah
terjadi adalah TMA + 77,04 m.dpl (29 September 2003). Untuk TMA datas normal (lebih
tinggi dari TMA +107 m.dpl hampir terjadi di setiap tahun), dan hal ini mengakibatkan
terjadinya limpasan air melalui spillway (pelimpah) dan tidak berpotensi menjadi energi
listrik.
Operasi tahunan kaskade Citarum ini dibuat dengan memperkirakan kebutuhan air,
data statistik aliran masuk ke ketiga waduk dengan total energi yang dihasilkan oleh sistem
tersebut dioptimalkan dengan prioritas utama didasarkan pada pemenuhan kebutuhan air di
hilir waduk Jatiluhur. Kebutuhan air di hilir waduk Jatiluhur utamanya untuk pemenuhan
pasok air baku kebutuhan pokok sehari-hari (air baku DKI Jakarta dan kabupaten/kota),
irigasi, industri dan lainnya.

2.4 Potensi Peninggian Spillway Bendungan Ir. H. Djuanda.


7
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki jenis Spillway tidak terkendali dan tidak
memiliki pintu, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2. Ketika air melampaui puncak
spillway, air dari waduk mulai mengalir. Semua volume penyimpanan dalam waduk di atas
puncak spillwayhanya digunakan untuk penyimpanan sementara air, sehingga waduk
sebagai pengendali banjir dapat berfungsi.
Pelimpah jenis ini disebut morning glory karena bentuknya mirip dengan bunga
kecubung. Disamping dikenal sebagai pelimpah morning glory, dikenal juga sebagai
pelimpah bell-mouth, karena mirip dengan mulut lonceng. Pelimpah morning glory
dibangun dengan mempertimbangkan beda tinggi antara daerah hulu dan hilir serta
manfaatnya bagi daerah sekitar. Pelimpah morning glory ini memiliki kapasitas debit yang
lebih besar dibandingkan dengan spillway yang lain. Pelimpah ini dapat melimpahkan air
yang lebih besar karena memiliki lebar lintasan pelimpah yang besar. Limpasan air yang
besar menghasilkan energi yang besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang lain,
seperti PLTA, penyediaan air untuk irigasi dan air baku yang cukup besar.

Gambar 2.
Spillway Morning glory pada Bendungan Ir. H. Djuanda

Sumber: Perum Jasa Tirta II , 2018

Mercu bulat adalah bentuk mercu yang lazim digunakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan:
1. Bentuknya sederhana sehingga mudah dalam pelaksanaannya.
2. Lebih tahan terhadap benturan batu, karena mempunyai bentuk mercu yang
besar.

8
3. Bentuk mercu bendung diperkuat oleh pasangan batu candi atau beton sehingga tahan
terhadap goresan dan abrasi.
Berdasarkan hasil pengamatan data TMA dan volume tampungan di Bendungan Ir.
H. Djuanda memiliki potensi untuk dilakukan peninggian spillway setinggi 1 meter, dari
posisi TMA +107 m.dpl menjadi TMA +108 m,dpl, dengan tambahan volume air yang
tertampung di waduk sebesar ± 83 juta m3, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2, air yang
tertampung ini dapat dimanfaatkan untuk cadangan air dimusim kemarau dan juga untuk
pengendalian banjir.
Tabel 2.
TMA dan Volume Efektif Bendungan Ir. H. Djuanda
TMA Normal TMA Terendah Volume efektif
(+..m.dpl) (+..m.dpl) (juta m3)
107 75 1868,94
108 75 1952,60
Sumber: Perum Jasa Tirta II , 2018
III. KESIMPULAN
Salah satu akibat dari pemanasan global yang saat ini terjadi adalah pola cuaca dan
iklim yang tidak beraturan. Hal ini berdampak pada perubahan pola curah hujan, kenaikan
muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan
kekeringan.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki jenis Spillway tidak terkendali dan tidak
memiliki pintu. Ketika air melampaui puncak spillway, air dari waduk mulai mengalir.
Semua volume penyimpanan dalam waduk di atas puncak spillwayhanya digunakan untuk
penyimpanan sementara air, sehingga waduk sebagai pengendali banjir dapat berfungsi.
Pelimpas dengan jenis ogee memiliki kapasitas sebesar 3000 m3/detik dengan ketinggian
air dari elevasi 107 dpl s.d. 111.60 dpl untuk pengaliran banjir.
Potensi SDA di Sungai Citarum sebesar 6.0 x 109 m3 dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan di hilir sebagai produk samping (by product) pembangkitan
tenaga listrik, karena prioritas utama dari operasi waduk kaskade Citarum adalah untuk
pemenuhan kebutuhan air di hilir waduk Jatiluhur. Dengan belum adanya tampungan-
tampungan untuk sumber-sumber air setempat, maka dari potensi SDA sebesar 6.95 x 10 9
m3 hanya dapat dimanfaatkan sebesar 1.65 x 109 m3. Pemanfaat terbesar adalah untuk irigasi
sebesar 87% dari keseluruhan air yang dapat diatur. Potensi air belum dapat dimanfaatkan
9
ini, dapat dilakukan inovasi penambahan kapasitas tampungan di Waduk dengan melakukan
peninggian spillway dari saat ini kondisi normal TMA +107 mdpl menjadi TMA +108 mdpl.
Hal ini bertujuan untuk menambah kapasitas volume tampungan air di Bendungan Ir. H.
Djuanda pada saat musim kemarau dan sekaligus pengendalian banjir pada saat musim
hujan.

IV. REFERENSI

10
Investor daily Indonesia, Mengantisipasi Kekeringan. Harjoko Sangganagara. 23
Agustus 2015. Jakarta.
Perusahaan Umum Jasa Tirta II , Pemeruman Waduk Ir.H.Djuanda. Laporan Akhir
Desember 2000. Purwakarta.
Penerbit Universitas Indonesia, Pembangkit Listrik Tenaga Air. Dandekar, M.M. &
Sharma, K.N., 1991. Jakarta.
Penerbit Gunadarma. Irigasi dan Bangunan Air. Hadidahardjaja, J., 1997, . Jakarta.
ISBN: 979-8382-463,
Penerbit Erlangga, Teknik Sumber Daya Air . Linsley, Ray K. & Franzini, Joseph B.,
1995, ,
Penerbit Erlangga, Hidrologi Teknik . Soemarto, C.D., 1995. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai