Oleh :
Harry M. Sungguh1) & Reni Mayasari2)
Abstrak
Perubahan iklim telah menyebabkan fluktuasi curah hujan tinggi dan mengubah pola
hujan yang berdampak pada perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu
udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki 2 buah pelimpah, yakni pelimpah utama yang
berada di bendungan utama dan pelimpah bantu yang berada di Bendungan Pelana Ubrug.
Pelimpah utama memiliki desain yang unik, yang mengacu pada bentuknya dinamakan
pelimpah tipe morning glory. Pelimpah ini berbentuk menara yang berada di bagian udik
bendungan, dengan tinggi 110 m, diameter terluar 90 m, elevasi mercu pada +107 m, dan
panjang mercu pelimpah 151,5 m. Memiliki 14 buah jendela dengan kapasitas maksimum
3.000 m3/s pada elevasi banjir maksimum.
Peningkatan kapasitas spillway dilakukan dengan menambah tinggi spillway dengan
prinsip cara tersebut dilakukan untuk menambah kapasitas volume waduk serta elevasi
puncak spillway.
Kata kunci: Inovasi peninggian spillway, volume waduk, penambahan kapasitas tampung,
1)
Anggota KNIBB
2)
Perum Jasa Tirta II
1
I. PENDAHULUAN
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah
mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan
permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca
yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini
menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat
panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi
(Armi Susandi, 2008).
Perubahan iklim telah menyebabkan fluktuasi curah hujan tinggi dan mengubah pola
agihan hujan dengan kecenderungan daerah yang basah semakin basah, dan daerah yang
kering semakin kering.
Indonesia memiliki potensi sumber daya air nomor 5 terbesar di dunia dengan potensi
mencapai 2,7 triliun meter kubik pertahun, namun distribusinya Salah satu akibat dari
pemanasan global yang saat ini terjadi adalah pola cuaca dan iklim yang tidak beraturan. Hal
ini berdampak pada perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara,
serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan.
Waduk merupakan salah satu tampungan aliran air. Air yang masuk ke waduk
berbeda-beda sesuai dengan intensitas hujan. Adanya perbedaan intensitas tersebut,
menyebabkan aliran masuk waduk tidak menentu. Jika intensitas hujan meningkat
menyebabkan aras (level) muka air waduk naik secara cepat. Keadaan ini harus dihindari
karena dapat membahayakan konstruksi bendungan.
Untuk menghindari kerusakan konstruksi bendungan diperlukan kapasitas pelimpah
(spillway) yang cukup memadai. Bangunan pelimpah (spillway) adalah bangunan pelengkap
suatu bendungan yang berfungsi untuk mengalirkan air banjir agar tidak membahayakan
tubuh bendungan (Chanson, 1994). Terdapat berbagai tipe bangunan pelimpah yang paling
umum dipergunakan pada bendungan urugan yaitu pelimpah terbuka dengan ambang tetap.
2
menimbulkan kerusakan total. Untuk mengantisipasi kenaikan yang begitu cepat diperlukan
peningkatan kapasitas spillway yang ada.
Peningkatan kapasitas spillway dilakukan dengan menambah tinggi spillway dengan
prinsip cara tersebut dilakukan untuk menambah kapasitas volume waduk serta elevasi
puncak spillway.
II. PEMBAHASAN
2.1 Tata Letak Bendungan Ir. H. Djuanda
Bendungan Ir. H. Djuanda terletak di Desa Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur,
Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta
II dan dibangun dari tahun 1957 s/d 1967. Waduk Ir. H. Djuanda berada pada DAS Citarum
di Kabupaten Purwakarta, dibangun untuk mencukupi kebutuhan bahan pangan nasional
yaitu beras, disamping penyediaan air baku untuk berbagai kepentingan bagi Provinsi Jawa
Barat dan DKI Jakarta serta pengendalian banjir. Waduk ini merupakan danau buatan yang
mempunyai daya tampung air yang terbesar di Indonesia lebih kurang 3 milyar m3 dan
merupakan asset nasional yang strategis dan telah terbukti manfaatnya selama 51 tahun
terutama dalam menunjang ketahanan pangan nasional.
Tabel 1.
Data Hidrologi Bendungan Ir. H. Djuanda
4
terdiri dari 2 pintu dengan sistem pintu hollow jet dengan ketinggian intake berada pada
elevasi +49 dpl mengarah pada waduk memiliki kapasitas maksimum sampai dengan 186
m3/detik dengan 100% bukaan pada elevasi muka air di waduk +102 dpl yang memberikan
tambahan air untuk irigasi. Gedung pembangkit (power house) yang berada di bagian bawah
terdiri dari 6 (enam) buah turbin tipe Francis dengan kapasitas 31 MVA dimana 5 dari enam
pembangkit tersebut telah ditingkatkan kapasitasnya (uprating) menjadi 35 MVA pada tahun
1998. Akses ke gedung pembangkit melalui terowongan dengan lebar 5.40 m dan tinggi 5.00
yang berada di atas tailrace dengan pintu masuk dari hilir bendungan.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki tinggi 105 m dengan panjang 1220 m dengan
tanggul tumpukan batu (rockfill dam) dengan inti tanah liat yang miring (inclined clay core).
Kemiringan tanggul hulu adalah 1 (V) : 1.35 (H), kemiringan yang agak curam, untuk
memperkuat stabilitas tanggul, karena pada saat pembangunan pada tahun 1963 ditemukan
soft clay seams pada pondasi. Volume bendungan termasuk bendungan pengelak
(cofferdam) adalah 9.1 x 109 m3.
Gambar 1.
Struktur Bangunan Bendungan Ir. H. Djuanda
5
tenaga listrik, karena prioritas utama dari operasi waduk kaskade Citarum adalah untuk
pemenuhan kebutuhan air di hilir waduk Jatiluhur. Dengan belum adanya tampungan-
tampungan untuk sumber-sumber air setempat, maka dari potensi SDA sebesar 6.95 x 10 9
m3 hanya dapat dimanfaatkan sebesar 1.65 x 109 m3. Pemanfaat terbesar adalah untuk irigasi
sebesar 87% dari keseluruhan air yang dapat diatur. Potensi air belum dapat dimanfaatkan
ini, dapat dilakukan inovasi penambahan kapasitas tampungan di Waduk dengan melakukan
peninggian spillway dari saat ini kondisi normal TMA +107 mdpl menjadi TMA +108 mdpl.
Hal ini bertujuan untuk menambah kapasitas volume tampungan air di Bendungan Ir. H.
Djuanda pada saat musim kemarau dan sekaligus pengendalian banjir pada saat musim
hujan.
6
terjadinya kondisi keamanan bendungan. Data TMA Bendungan Ir. H. Djuanda disajikan
pada Grafik 1.
Grafik 1.
Tinggi Muka Air (TMA) Bendungan Ir. H. Djuanda
Tahun 2000 - 2018
Dalam grafik terlihat TMA tertinggi selama kurun waktu 18 tahun (Tahun 2000 s.d
2018) adalah TMA +108,42 m.dpl (terjadi pada tanggal 25 Maret 2010) dan TMA terendah
terjadi adalah TMA + 77,04 m.dpl (29 September 2003). Untuk TMA datas normal (lebih
tinggi dari TMA +107 m.dpl hampir terjadi di setiap tahun), dan hal ini mengakibatkan
terjadinya limpasan air melalui spillway (pelimpah) dan tidak berpotensi menjadi energi
listrik.
Operasi tahunan kaskade Citarum ini dibuat dengan memperkirakan kebutuhan air,
data statistik aliran masuk ke ketiga waduk dengan total energi yang dihasilkan oleh sistem
tersebut dioptimalkan dengan prioritas utama didasarkan pada pemenuhan kebutuhan air di
hilir waduk Jatiluhur. Kebutuhan air di hilir waduk Jatiluhur utamanya untuk pemenuhan
pasok air baku kebutuhan pokok sehari-hari (air baku DKI Jakarta dan kabupaten/kota),
irigasi, industri dan lainnya.
Gambar 2.
Spillway Morning glory pada Bendungan Ir. H. Djuanda
Mercu bulat adalah bentuk mercu yang lazim digunakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan:
1. Bentuknya sederhana sehingga mudah dalam pelaksanaannya.
2. Lebih tahan terhadap benturan batu, karena mempunyai bentuk mercu yang
besar.
8
3. Bentuk mercu bendung diperkuat oleh pasangan batu candi atau beton sehingga tahan
terhadap goresan dan abrasi.
Berdasarkan hasil pengamatan data TMA dan volume tampungan di Bendungan Ir.
H. Djuanda memiliki potensi untuk dilakukan peninggian spillway setinggi 1 meter, dari
posisi TMA +107 m.dpl menjadi TMA +108 m,dpl, dengan tambahan volume air yang
tertampung di waduk sebesar ± 83 juta m3, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2, air yang
tertampung ini dapat dimanfaatkan untuk cadangan air dimusim kemarau dan juga untuk
pengendalian banjir.
Tabel 2.
TMA dan Volume Efektif Bendungan Ir. H. Djuanda
TMA Normal TMA Terendah Volume efektif
(+..m.dpl) (+..m.dpl) (juta m3)
107 75 1868,94
108 75 1952,60
Sumber: Perum Jasa Tirta II , 2018
III. KESIMPULAN
Salah satu akibat dari pemanasan global yang saat ini terjadi adalah pola cuaca dan
iklim yang tidak beraturan. Hal ini berdampak pada perubahan pola curah hujan, kenaikan
muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan
kekeringan.
Bendungan Ir. H. Djuanda memiliki jenis Spillway tidak terkendali dan tidak
memiliki pintu. Ketika air melampaui puncak spillway, air dari waduk mulai mengalir.
Semua volume penyimpanan dalam waduk di atas puncak spillwayhanya digunakan untuk
penyimpanan sementara air, sehingga waduk sebagai pengendali banjir dapat berfungsi.
Pelimpas dengan jenis ogee memiliki kapasitas sebesar 3000 m3/detik dengan ketinggian
air dari elevasi 107 dpl s.d. 111.60 dpl untuk pengaliran banjir.
Potensi SDA di Sungai Citarum sebesar 6.0 x 109 m3 dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan di hilir sebagai produk samping (by product) pembangkitan
tenaga listrik, karena prioritas utama dari operasi waduk kaskade Citarum adalah untuk
pemenuhan kebutuhan air di hilir waduk Jatiluhur. Dengan belum adanya tampungan-
tampungan untuk sumber-sumber air setempat, maka dari potensi SDA sebesar 6.95 x 10 9
m3 hanya dapat dimanfaatkan sebesar 1.65 x 109 m3. Pemanfaat terbesar adalah untuk irigasi
sebesar 87% dari keseluruhan air yang dapat diatur. Potensi air belum dapat dimanfaatkan
9
ini, dapat dilakukan inovasi penambahan kapasitas tampungan di Waduk dengan melakukan
peninggian spillway dari saat ini kondisi normal TMA +107 mdpl menjadi TMA +108 mdpl.
Hal ini bertujuan untuk menambah kapasitas volume tampungan air di Bendungan Ir. H.
Djuanda pada saat musim kemarau dan sekaligus pengendalian banjir pada saat musim
hujan.
IV. REFERENSI
10
Investor daily Indonesia, Mengantisipasi Kekeringan. Harjoko Sangganagara. 23
Agustus 2015. Jakarta.
Perusahaan Umum Jasa Tirta II , Pemeruman Waduk Ir.H.Djuanda. Laporan Akhir
Desember 2000. Purwakarta.
Penerbit Universitas Indonesia, Pembangkit Listrik Tenaga Air. Dandekar, M.M. &
Sharma, K.N., 1991. Jakarta.
Penerbit Gunadarma. Irigasi dan Bangunan Air. Hadidahardjaja, J., 1997, . Jakarta.
ISBN: 979-8382-463,
Penerbit Erlangga, Teknik Sumber Daya Air . Linsley, Ray K. & Franzini, Joseph B.,
1995, ,
Penerbit Erlangga, Hidrologi Teknik . Soemarto, C.D., 1995. Jakarta
11