Kelompok 3 - L - Chapter 9 - Resume
Kelompok 3 - L - Chapter 9 - Resume
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 / KELAS L
Perusahaan besar dengan banyak unit operasi di lokasi yang berbeda telah menggunakan
sistem perusahaan untuk menerapkan praktik dan data standar sehingga setiap orang
melakukan bisnis dengan cara yang sama di seluruh dunia.
2. Sistem Informasi dan Manajemen Rantai Pasokan atau Persediaan (Supply Chain)
Inefisiensi dalam rantai pasokan, seperti bagian kekurangan, kapasitas pabrik kurang
dimanfaatkan, persediaan barang jadi berlebihan, atau biaya transportasi yang tinggi,
disebabkan oleh informasi yang tidak akurat atau terlalu cepat. Sebagai contoh, produsen
dapat menyimpan terlalu banyak bagian dalam persediaan karena mereka tidak tahu persis
kapan mereka akan menerima pengiriman berikutnya dari pemasok mereka. Pemasok dapat
memesan terlalu sedikit bahan baku karena mereka tidak memiliki informasi yang tepat pada
permintaan. Inefisiensi rantai pasokan ini buang sebanyak 25 persen dari biaya operasional
perusahaan.
Jika produsen memiliki informasi yang sempurna tentang persis berapa banyak unit
pelanggan produk inginkan, ketika mereka ingin mereka, dan ketika mereka bisa diproduksi,
akan ada kemungkinan untuk menerapkan strategi yang sangat efisien just-in-time.
Komponen akan tiba tepat pada saat mereka dibutuhkan dan barang jadi akan dikirim saat
mereka meninggalkan jalur perakitan.
Informasi Dari Sistem Manajemen Rantai Pasok membantu perusahaan dalam
memutuskan kapan dan apa untuk memproduksi, menyimpan, dan memindahkan
3.Bullwhip Effect
Bullwhip Effect adalah gangguan yang terjadi pada supply chain yang bisa membuat
permintaan tidak akurat, sehingga terjadi permintaan yang tidak stabil atau mengalami perubahan.
Bullwhip effect juga menjadi salah satu pendorong untuk mendorong aktivitas ketidakefisiennya
permintaan dalam kesejahteraan ekonomi perusahaan atau distorsi. Adanya distorsi membuat
perusahaan labil dalam mengkodisikan ekonomi. Jika permintaan naik turun yang tidak menentu
akan membuat pemasokan barang pada penyimpanan menumpuk membuat penambahan biaya,
belum tentu juga jika penyimpanan dapat tersimpan dengan baik, apabila tidak tersimpan dengan
baik akan membuat barang menjadi rusak atau masih banyak faktor lain yang terjadi.
Secara khusus, penyebab utama bullwhip effect, dibagi menjadi 2 yaitu:
Penyebab keperilakuan
1. Penyalahgunaan kebijakan dasar persediaan. Hal ini berkenaan dengan perilaku
dalam mengambil keputusan yang tidak bijak dan salah dalam penggunaan
mengenai stock yang akan di produksi akan mengakibatakan kekurangan.
2. Kesalahan persepsi tentang feedback umpan balik dan penundaan waktu. Pada
feedback yang baik terjadi adanya keuntungan yang dapat menguntuntungkan
semua pihak, apabila terjadi feedback yang tidak baik antar pihak membuat adanya
perilaku yang menyimpang dan untuk waktu akan menjadi tidak tepat pada
waktunya, seperti keterlambatan pendistribusian barang.
3. Tidak mempersiapkan kemungkinan terburuk seperti permintaan tidak terpenuhi.
Dalam penyebab keprilakuan ini memerlukan sikap yang siap untuk mengalami
kemungkinan hal buruk terjadi. Apabila tidak ada kesiapan akan membuat tidak
adanya alternative lain yang dapat digunakan untuk menghadapi masalah yang
terjadi, karena tidak setiap saat permintaan akan selalu sama dan dapat terpenuhi
setiap saatnya.
4. Salah mepersepsikan bounded rationality dari pihak lain. Bounded rationality ini
merupakan sikap pengambilan keputusan, apabila salah mempersepsikannya akan
membuat kesalahpahaman antar pihak terkait.
5. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang “bermain aman” tampaknya
berperforma lebih buruk daripada orang-orang yang pengambil risiko dalam
lingkungan supply chain. Orang dengan efikasi diri yang tinggi, kurang mampu
menangani masalah bullwhip effect dalam sebuah supply chain.
Penyebab operasional
1. Pengolahan permintaan yang masih bergantung pada pihak lain/dependen.
Ketergantungan ini dikarenakan adanya kerjasama antar pihak dalam supply chain,
apabila pihak yang terkait ada salah satu yang mengalami masalah akan berdampak
pula pada operasional atau proses permintaan.
2. Kesalahan dalam forecasting. Dalam kesalahan forecating ini biasanya terjadi
strategi perkiraan yang tidak sesuai dengan apa yang sudah dibuat, banyak faktor
yang mempengaruhinya dan membutuhkan analisa untuk mengetahui bagaimana
kondisi kedepannya.
3. Penyesuaian parameter pengendalian persediaan pada setiap permintaan. Paramater
memang tidak dapat kita tentukan secara langsung besar, melainkan perlu adanya
pengendalian agar tidak terjadi kesalahan.
4. Kesalahan dalam perkiraan lead time, yaitu apabila berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan persediaan untuk permintaan secara kuantitas. Untuk itu,
perlu adanya integritas pada supply chain.
5. Sinkronisasi pemesanan (motif transaksi, diskon kuantitas, diskon pembelian). Jika
tidak sinkron pada pemesanan akan membuat permintaan operasional transaksi
akan mengalami ketidakakuratan.
6. Antisipasi kelangkaan/shortage. Apabila tidak adanya antisipasi dalam
mengahadapi kelangkaan akan membuat permintaan menjadi menurun, dalam
menghadapi hal ini lebih baik membuat strategi alternative lain yang dapat
digunakan.
1. Melakukan penerapan information sharing, hal ini dapat dilakukan dengan mudah apabila
terjadi hubungan yang baik antar semua pihak dan melakukan pengumpulan informasi
sebanyak-banyaknya agar tidak terjadi miss communication atau kesalahpahaman.
2. Dengan cara memperpendek atau melakukan pengubahan struktur supply chain. Cara ini
agar mempermudah dalam menganalisis data dan melakukan distributor barang secara
akurat sesuai supply product yang diminta oleh consumer dan apabila adanya pengubahan
struktur juga membantu dalam melakukan pengubahan kinerja yang ada.
3. Melakukan pengurangan pada fixed cost. Melalui pendekatan ini dapat mempermudah kita
menjalankan anggaran biaya yang sudah ditetapkan tidak mengalami pemborosan secara
signifikan, dikarenakan adanya perbedaan permintaan consumer yang berbeda.
Pengurangan fixed cost juga dapat diartikan sebagai startegi dalam melakukan penekanan
biaya yang mengalami pelonjakkan untuk memaksimalkan biaya yang lainnya.
4. Pendekatan dengan cara stabilitas data. Stabilitas data adalah batas kemampuan produk
sepanjang periode yang telah ditetapkan untuk penyimpanan atau penggunaan. Dalam hal
ini data harus secara valid agar akurat. Pada stabilitas data juga harus memperhatikan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya agar tidak terjadi kendala baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
5. Adapun pendekatan lainnya adalah melakukan pendekatan memperpendek lead time. Lead
time merupakan waktu untuk pemesanan atau pengirimian produk secara berkala. Dalam
hal ini harus memperhatikan permintaan coustomer agar tidak terjadi over cost. Selain itu,
perlu adanya integrasi pada supply chain. Integrasi pada waktu untuk memproduksi barang,
memproses barang, dan memproses pemesanan.