Anda di halaman 1dari 20

TEORI AKUNTANSI : PENDAPATAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teori Akuntansi

Oleh :
Anshila Marynda Pijar (4.44.18.1.02)
Eurico Ramantika (4.44.18.1.11)
Regita Nur Zakiya (4.44.18.1.20)

Jurusan Akuntansi
Program Studi Akuntansi Manajerial
Politeknik Negeri Semarang
2021 / 2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan Akuntansi
kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita jalani, apakah
memperoleh laba atau menderita kerugian.dengan akuntansi kitapun dapat memperoleh
informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya,baik itu pihak ekstern maupun intern.
Dengan adanya informasi ini kita juga bisa membayar pajak kepada pemerintah demi
kesejahteraan sosial.Semua informasi dia tas terkait halnya dengan sebareba banyak
pendapatan yang kita peroleh dari kegiatan perusahaan kita, kerana pendapatan adalah
sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan.Tanpa ada pendapatan mustahil akan
didapat penghasilan atauearnings .Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa(fees), bunga,
dividen,royalti dan sewa.Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 adalah sebagai berikut:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan?
2. Apa saja karakteristik pendapatan?
3. Apa landasan pikiran dan kriteria pengakuan pendapatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pendapatan
2. Mengetahui karakteristik pendapatan
3. Mengetahui landasan pikiran dan kriteria pengakuan pendapatan
PEMBAHASAN

A. Masalah Teoritis

B. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin
besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan
yang tersaji dalam laporan laba rugi. Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah
darah kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba, tanpa laba,
maka tidaka ada perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh
pendapatan dari hasil operasi perusahaan.
Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada
beberapa pandangan yang menegaskan arrti konseptual dari pendapatan. Sebelum
penulis lebih lanjut menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka terlebih dahulu
perlu diketahui mengenai konsep kesatuan usaha.
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK)
No. 23 mendefinisikan pendapata sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
Disamping definisi yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, berikut ini
akan dicantumkan pendapat-pendapat mengenai Pendapatan yang diambil dari berbagai
macam bacaan.
Menurut Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting merumuskan
pengertian pendapatan adalah:
“Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badn usaha atau
pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang
merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama adan usaha”
Menurut M. Munandar ( 1981 : 16 ) yang mengemukakan bahwa pendapatan
adalah:
“Sutau pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi
bukan karena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula merupakan
pertambahan assets yang disebabkan karena betambahnya liabilities”

Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan


bahwa pendapatan adalah:
“Pendapatan (revenue” dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu
perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku.
Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya
telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan”

Disamping definisi yang dinyatakan diatas terdapat definisi pendapatan dari C.


Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess ( 1992:56-57):
“Pendapatan merupakan kenaikan kotor atau garis dalam modal pemilik yang dihasilkan
dari penjualan barang dagangan, pelayanan jasa kepada klien, penyewaan harta,
peminjaman uang dan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.
Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah :
“Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada
langganan/mereka yang menerima”.
Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai berikut:
“Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan
barang dan jasa selama jarak waktu tertentu”.

Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang pendapatan


yaitu sebagai berikut:
a. Konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil
dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai
inflow of net asset.
b. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa
serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap
pendapatan sebagai outflow of good and services.
Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus dinyatakan
dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva benar-benar
terjadi.
Konsep dasar pendapatan yang diungkapkan oleh Patton dan Littleton dinamakan
sebagai produk perusahaan yang menekankan bahwa pendapatan merupakan arus yaitu
penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan.

Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik - karakteristik atau kata -
kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk
pengertian pendapatan dan untung adalah :
a. Aliran masuk atau kenaikan aset
b. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
c. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
d. Suatu entitas
e. Produk perusahaan
f. Pertukaran produk
g. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
h. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari
atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8)
sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik
sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2)
merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.

2. Kenaikan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi
atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada
batasan bahwa aset harus berupa kas atau alat likuid yang lain. Akan tetapi, tidak semua
kenaikan aset dapat menimbulkan pendapatan. Paton dan Lat tleton menyebutkan
bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai
berikut:
a. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi, atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada.
e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa).
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan
konsep aliran masuk (inflow concept of revenue). Konsep ini mempunyai kelemahan
karena pendapatan dianggap harus ada setelah transaksi penjualan terjadi. Dengan kata
lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan
karena proses selama suatu periode. Konsep ini memerlukan pernyataan tentang mana
aliran masuk yang merupakan pendapatan dan mana yang bukan. Hal ini dilakukan
FASB dengan menyebutkan bahwa kenaikan aset berasal dari pengiriman barang atau
pelaksanaan jasa, ini berarti kenaikan aset yang berasal dari pelanggan atau pembeli.
IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah yang menaikkan ekuitas
kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Konsep kenaikan aset mengalami
masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari
pelanggan. Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama
perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap
pendapatan.

3. Operasi Utama Berlanjut


Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi
dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan
mengirim berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan
berbagai jasa.
Pengertian operasi utama menunjuk kegiatan sebagaimana pengertian operasi
dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi
(operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing Dengan demikian, yang
disebut pendapatan adalah kenaikan aset yang berkaitan dengan operasi utama ini dan
bukan dengan investasi dan pendanaan.
Operasi dan Nonoperasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidental sering dianggap sebagai
pos pendapatan "nonoperasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu
tetapi mengklasifikasinya sebagai nonoperasi dapat menyesatkan dalam pengukuran
kinerja atau daya melaba perusahaan.
Pengelolaan perusahaan meliputi usaha untuk mengendalikan perusahaan
terhadap pengaruh berbagai faktor secara keseluruhan. Oleh karena itu, Paton dan
Littleton (1970) berpendapat kahwa pemisahan laha atau rugi sebagai pos operasi dan
nonoperasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugl tersebut benar-benar luar biasa
dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi,
istilah "nonperasi" kurang deskriptif untuk mengklasifikasi beberapa pendapatan atas
untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas. Bila tidak
bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain
dan untung (other revenues and gains).

4. Penurunan Kewajiban
Pendapatan tidak hanya didefinisi dari sudut kenaikan aset tetapi juga dari
penurunan atau pelunasan kewajiban. Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami
kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan.
Penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan
prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah
rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan takterhak (unearned
revenues) atan pendapatan tangguhan (deferred revenue) yang statusnya adalah
kewajiban sampai ada prestasi dari perusahaan berupa pengiriman barang atau
pelaksanaan jasa.
Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang
menimbulkan pendapatan. Kejadian (event) pengiriman barang mengubah kewajiban
menjadi pendapatan. Jadi, alih-alih kenaikan aset, pendapatan dapat didefinisi sebagai
penurunan kewajiban. Timbulnya pendapatan yang berasal dari turunnya kewajiban
banyak dipicu oleh penyesuaian akhir tahun. Asas akrual menimbulkan kenaikan aset
yang memenuhi definisi sebagai pendapatan misalnya piutang pendapatan bunga,
piutang dreiden, dan semacamnya.

5. Suatu Entitas
Dimasukkannya kala entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan
bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisi sebagai
kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih meskipun kenaikan aset tersebut
akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah
yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Telah disebutkan,
dengan konsep kesatuan usaha, ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan
kepada pemilik. Oleh karena itu, naiknya aset karena pendapatan akan mengakibatkan
naiknya ekuitas. Ekuitas naik karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan
konsekuensi bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisi
sebagai kenaikan ekuitas.

6. Produk Perusahaan
Definsi yang netral terhadap konsep aliran adalah definisi oleh Paton dan Littleton
yang menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini, pendapatan
didefinisi cara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan
Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan
itu sendiri, produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah yang merupakan
pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (effort
and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian dari upaya produktif
perusahaan.
FASB menyebutkan bahwa untuk disebut pendapatan kenaikan aset harus berasal
dari penyerahan barang atau pelaksanaan jasa Jadi harus ada aliran keluar suatu barang
atau jasa yang menandai atau memicu terjadinya pendapatan. Ini berarti FASB juga
menganut konsep aliran keluar (outflow concept of revenue) walaupun sifatnya
sekunder dibanding konsep aliran masuk. Kelemahan konsep aliran keluar adalah
bahwa pendapatan baru dikatakan terjadi setelah ada penyerahan barang. Hal ini
menghalangi pengakuan pendapatan sebelum harang diser ahkan misalnya dalam
metoda persentase penyelesaian (percentage of completion method) untuk perusahaan
konstruksi.
Bila beberapa definisi di atas digabung, memang ada dua aliran yang ber kaitan
dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan moneter. Pendapatan merupakan aliran masuk
aset (unit moneter) dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan
produk (output) perusahaan. Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan
apakah pendapatan itu objek (object) atau kejadian (event), Untuk menjawab hal
tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran (fisis dan moneter) tersebut yaitu:

 Aliran fisis berupa:


1) Kejadian memproduksi dan menjual produk (output).
2) Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
 Aliran moneter berupa:
3) Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan
produk ke konsumer.
4) Objek, yaitu jumlah rupiah (kos atau nilai) aset atau produk yang dihasil kan
atau dijual.
Kam menyatakan bahwa pendapatan adalah kejadian (yaitu kenaikan) bukan objek
itu sendiri dan kenaikkan tersebut harus berkaitan dengan nilai sehingga bersifat
moneter. Walaupun aset merupakan objek, pendapatan berkaitan dengan kenaikkan nilai
aset. Jadi, pendapatan adalah kejadian moneter naiknya nilai pe rusahaan karena
produksi atau penjualan produk. Oleh karena itu, butir (1) dan (3) merupakan esensi
untuk mendefinisi pendapatan sedangkan butir (2) dan (4) hanyalah konsep pendukung.

7. Pertukaran
Paton dan Littleton memasukkan kata pertukaran (exchange) dalam definisinya
karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk di catat
dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah
rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.
Dengan konsep dasar penghargaan sepakatan (measured consider ation), pendapatan
dinyatakan dalam jumlah rupiah penghargaan dalam transaksi penjualan yang besarnya
sama dengan harga jual per satuan dikalikan kuantitas terjual. Pendapatan untuk suatu
perioda merupakan akumulasi pendapatan yang diukur secara objektif tersebut.
8. Berbagai Bentuk dan Nama
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perda gangan,
misalnya, disebut dengan penjualan. Untuk perusahaan jasa, pendapatan dapat diberi
pewatas untuk menunjukkan kegiatan atau jenis jasa yang diberikan misalnya
pendapatan sewa, pendapatan jasa angkutan, pendapatan bunga, dan sebagainya.

9. Untung
Banyak argumen diajukan mengenai perlu atau tidaknya pendapatan dibedakan
dengan untung FASB membatasi pengertian pendapatan hanya untuk kenaikan aset
yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral. Sementara itu, IAI dan APB tidak
membedakan untung dan pendapatan dan keduanya digabung dalam konsep penghasilan
(income). Seperti pendapatan, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian untung
adalah:
a. Kenaikan ekuitas (aset bersih).
b. Transaksi periferal atau insidental.
c. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Untung perlu didefinisi dan dibedakan dengan pendapatan oleh FASB karena
adanya karaktistik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Dua hal yang
menyebabkan bahwa transakai atau kajadian berbeda dengan operasi utama yaitu yang
bersifat terkendali (ikutan/periferal dan insidentall dan di luar kendali atau antisipasi
manajemen FASB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang
menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu (SPAC No. 6, prg.
85)
a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat surat berharga,
penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfers): dengan pihak lain misalnya
hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi
pemenangan tuntutan perkara hukum
c. Penahanan aset (holding assets): misalnya kenaikan harga sekuritas investasi,
kenaikan nilai tukar valute asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding
gains).
d. Faktor lingkungan: misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang melebihi kos
aset yang rusak.
FASB sendiri mengakui bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimak sudkan
untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk
membedakan secara tegas karakteristik antara pendapatan dan untung.
Hendriksen dan van Breda (1991) lebih menyaran kan untuk mengabaikan perbedaan
tersebut tetapi lebih menganjurkan untuk memperlakukan berbagai kenaikan aset di atas
sebagai jenis atau klasifikasi pendapatan dan dilaporkan demikian untuk memberi
gambaran operasi perusahaan yang setepat-tepatnya. Kalau toh harus diklasifikasi,
Hendriksen dan van Breda menganjurkan untuk mengklasifikasi pendapatan menjadi
pendapatan umum yang berasal kegiatan penciptaan kemakmuran (wealth-producing
activi ties) dan pendapatan khusus yang berasal dari transfer kemakmuran tak terduga
(unexpected transfer of wealth) yang berupa hadiah (gifts) dan hal-hal luar biasa
(windfalls). Hadiah sendiri dapat diperlakukan sebagai laba/pendapatan atau ekuitas
bergantung pada kepentingan pemberi, kondisi yang melingkupi, dan definisi laba itu
sendiri.

C. Pengakuan Pendapatan
1. Pembentukan Pendapatan
Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya
pendapatan. Konsep ini berdasrkan pada asumsi bahwa semua kegiatan opoerasi yang
diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi,
pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi terhadap hasil akhir
pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahaan tersebut
melakukan kegiatan produksi.

2. Realisasi Pendapatan
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau
terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas dkontrak penjualan. Jadi,
pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang
atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak penjualan
mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi,
karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.
Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:
 Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses
penjualan yang sah atau semacamnya.
 Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar.

3. Kriteria Pengakuan Pendapatan


FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya
harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau
ditukarkan dengan kas atau klai atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi
bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi
kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.
b. Terbentuk atau terhak
Pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk bilamana perusahaan telah
melakukan upaya dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada
pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu keadaan tertentu
dapat berbeda. Kam, 1990:243-252 dalam Suwardjono, 2005:368 mengemukakan
kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui setelah syarat-syarat
berikut :
 Keterukuran nilai aset
 Adanya suatu transaksi
 Proses penghimpunan secara substansial telah selesai.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)

D. Saat Pengakuan Pendapatan


1. Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi perusahaan telah menandatangani kontrak penjualan dan bahkan
sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai
memproduksi barang (ada di titik A). Pada titik ini pendapatan sudah terrealisasi tetapi
belum terbentuk. Karena hanya satu kriteria yang dipenuhi, jelas pendapat an tidak
dapat diakui pada saat tersebut. Pengakuan harus menunggu sampai proses
penghimpunan cukup selesai yaitu di tahap penjualan (antara P dan T). Sementara itu,
pembayaran di muka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa
diserahkan kepada pembeli. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk
perusahaan yang memproduksi barang konsumsi (consumer's goods) dan jarak antara
penandatanganan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu
tahun).

2. Selama Proses Produksi Secara Bertahap


Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :
a. Akresi
Merupakan pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah
lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah
bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif.
Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum
terealisasi.  Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses
produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset
lancar baru. Oleh karena itu, tidak selayaknya karesi dianggap sebagai pendapatan.
b. Apresiasi
Merupakan selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku
aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi definisi
pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih
berkaitan dengan kondisi pasar.
c. Penghematan Kos
Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian. Hal ini bukanlah
suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi
yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam
pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap labayang akhirnya diperoleh.
Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu realisasi penjualan.

3. Pada Saat Produksi Selesai


Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat diang gap
layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan dasar seperti
timah, tembaga, gandum, beras, emas dan sebagainya biasanya mempunyai pasar yang
luas dan harga yang sudah pasti. Kondisi ini memungkin kan untuk menaksir dengan
cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu se diaan barang jadi ada pada tanggal
tertentu. Jadi, kondisi ini dapat mengganti kriteria cukup pasti terrealisasi (realizable)
sehingga pada saat selesainya produk si kedua kriteria pengakuan dianggap telah
terpenuhi.
Contoh yang menguatkan kelayakan dasar pengakuan ini adalah pertambang an
emas. Produk akhir industri ini, baik dalam bentuk serbuk atau batangan, merupakan
aset yang sangat likuid dengan harga jual yang pasti. Jadi, layaklah untuk menganggap
bahwa pendapatan terrealisasi pada saat produksi selesai bu kannya pada saat produk
tersebut terjual dan diserahkan kepada konsumen.
Dengan karakteristik industri semacam itu, kegiatan produksilah yang meru pakan
faktor penentu dalam menghasilkan pendapatan dan bukan kegiatan pen jualan. Dengan
demikian, pendapatan dapat diakui berdasarkan banyaknya barang yang diproduksi
bukannya banyaknya unit barang yang benar-benar telah terjual.
Argumen lain adalah kesulitan penentuan kos produksi untuk menentukan kos
sediaan. Kalau karakteristik industri sedemikan sehingga kos tidak cukup praktis dan
teliti ditentukan, pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai lebih praktis dan tepat
dibanding penentuan kos secara arbitrer.
Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai mem
punyai alasan logis yang kuat untuk industri ekstraktif, penggunaannya secara umum
kurang dapat diterima bahkan dalam industri ekstraktif sekalipun. Dengan kata lain,
kegiatan produksi itu sendiri tanpa adanya penguatan yang berasal dari penjualan
dengan harga yang disepakati tidak dapat selalu dijadikan penguji yang obyektif dan
menentukan untuk dasar pencatatan dan pengakuan pendapatan. Kalau pendapatan
diakui atas dasar produksi dalam kasus-kasus khusus seperti dibahas di muka, hal
tersebut merupakan suatu penyimpangan dari standar peng akuan atas dasar saat
penjualan. Oleh karena itu, pengakuan semacam itu menuntut alasan yang kuat sesuai
dengan keadaan yang melingkupinya. State men keuangannya juga menuntut penjelasan
(pengungkapan) yang jelas mengenai kondisi yang melandasi penyimpangan dari
standar umum (penjualan)

4. Pada Saat Penjualan


Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan
kriteria penghimpunan dan realisasi telah dipenuhi. Kriteria terealisasi telah dipenuhi
karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan
secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam
operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan.
Lebih-lebih untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi atau perdagangan
barang, kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti
keuangan yang paling berharga dibandingkan dengan kegiatan lain dalam operasi
perusahaan. Kegiatan penjualan menjadi puncak kegiatan dan merupakan tujuan akhir
yang mengarahkan setiap upaya yang dilakukan pe rusahaan. Pada saat terjadi penjualan
jumlah rupiah harga telah disepakati dan produk telah keluar dari perusahaan
Masalah pengakuan saat penjualan :
a. Kembalian dan Potongan Tunai
Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat
penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan
hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau
syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6):
 Harga jual cukup pasti
 Pembeli sudah membayar kepada penjual
 Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan
atau kerusakan fisis produk.
 Pembeli benar-benar ada secara substantif
 Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan
di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual
produk bersangkutan
 Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat
penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan
tetapi berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.
b. Kos Purnajual
Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan
penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin
akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut.
Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah
mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui
penyesuaian akhir tahun.
c. Kerugian Piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa
piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan.
Alasannya, piutang tersebut bukan merupakan sarana atau medium yang dapat
digunakan sebagai alat pembayaran sehingga sangat kurang tepat digunakan
sebagai pengukur pendapatan. Meskipun pendapat ini cukup beralasan, seperti juga
pada masalah kos pasca-jual, keberatan ini tidak mempengaruhi validi tas penjualan
sebagai dasar pengakuan pendapatan.
Piutang dagang dan piutang wesel adalah benar-benar merupakan aset yang
diperoleh perusahaan dari kegiatan usaha dan merupakan kekayaan yang sah dari
segi yuridis. Lagi pula, sebagai ketentuan umum, aset baru tersebut cukup likuid
dan dalam keadaan tertentu da pat dijadikan sumber dana melalui proses
penggadaian atau pendiskunan.
Jadi, tidak mengakui bahwa penjualan kredit dapat mengukur pendapatan sama
saja dengan tidak mengakui adanya pos aset lancar penting dan sah sebagai bagian
dari kelompok aset perusahaan. Juga, dalam hal perusahaan jasa, sama saja dengan
tidak mengakui bahwa penyerahan jasa merupakan suatu peristiwa yang menandai
perubahan keuangan perusahaan secara nyata dan objektif.
Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos-
purna jual yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian
pendapatan dapat disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang be nar-benar
dapat direalisasi (net realizable value). Kerugian piutang yang ditaksir tersebut
dapat disajikan dalam kelompok biaya dalam statemen laba-rugi sebagai biaya
penjualan yang bersangkutan dengan pengumpulan piutang atau dapat juga sebagai
pengurang langsung pos pendapatan (misalnya Penjualan).
d. Transaksi Penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi per tukaran barang atau jasa hasil
produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas. Secara teknis, transaksi
penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu
sendiri. Penjualan dikatakan telah terjadi se cara teknis bila produk (dan risiko yang
melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapatkan
kas atau klaim atas kas.
Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum
dapat dikatakan sebagai transaksi penjualan betapapun perusahaan telah meneri ma
uang muka. Namun, secara konseptual kontrak penjualan dapat dipandang sebagai
realisasi pendapatan. Sebaliknya, pengiriman barang tanpa kontrak penjualan juga
tidak dapat disebut sebagai transaksi penjualan (misalnya pengi riman barang dalam
pengkonsignaan atau consignment). Walaupun secara konseptual kontrak penjualan
dengan harga pasti telah menandai realisasi pendapatan, secara teknis penjualan
belum terjadi kalau belum ada pertukaran sehingga pendapatan belum dapat diakui
sebelum barang dikirim.
Jadi, kriteria realisasi telah terpenuhi pada saat penjualan hanya kalau telah
terjadi transfer atau pengiriman barang takbersyarat (unconditional transfer of
goods). Pada saat barang ditransfer, proses pembentukan pendapatan secara
substansial dianggap telah selesai sehingga kriteria pembentukan automatis telah
terpenuhi pada saat penjualan (pertukaran) sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi.
Masalah lebih banyak terletak pada kriteria realisasi.
Dengan dasar pikiran ini, melalui PSAK No. 23, IAI membuat ketentuan untuk
dapat mengakui pendapatan dari penjualan harang sebagai berikut (pasal 13 atau
38):
a) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah men. Jahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual.
c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir ke perusahaan tersebut.
e) Binya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.

Untuk dapat mengakui pendapatan dari penjualan, semua ketentuan di atas


harus dipenuhi. Ketentuan (a) dan (b) sebenarnya merupakan penjabaran teknis
mengenai apa yang disebut pertukaran atau transfer tak bersyarat yang merupa kan
bukti realisasi pendapatan. Secara implisit (tersirat), transaksi penjualan pada
umumnya merupakan transfer hak milik atas aset sehingga ketentuan (a) dan (b)
dengan sendirinya terpenuhi. Ketentuan (c), (d), dan (e) merupakan keten tuan
untuk meyakinkan kriteria cukup pasti terrealisasi (realizable) terpenuhi atau untuk
mengukur dengan cukup pasti nilai realisasi neto (net realizable value) dari nilai
kontrak penjualan.

5. Pada Saat Kas Terkumpul


Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan
pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas (cash basis). Sebagai penyimpangan dari
standar pengakuan seluruh pendapatan pada saat penjualan, penerapan dasar kas paling
banyak dijumpai dalam perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan
secara angsuran. Berbeda dengan pengakuan pada saat kontrak yang barangnya belum
diserahkan, pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau
jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala
dalam waktu yang cukup panjang.
Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolek
tibilitas ateu ketertagihan piutang. Dengan cara ini, pendapatan diakui sejumlah kas
yang diterima pada saat kas diterima atau terkumpul (sampai akhir perioda) dan baru
kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan dasar kas tersebut.
Dengan kata lain, pendapatan suatu perioda diakui secara propor sional atas dasar kas
yang telah diterima dalam perioda tersebut. Bila dibanding dengan metoda persentase
penyelesaian kemajuan kegiatan, dasar ini dapat dise but sebagai pengakuan pendapatan
atas dasar persentase kas.
Bila dikaitkan dengan kriteria pengakuan pendapatan, dasar ini sangat mene
kankan bahwa pendapatan hanya dapat diakui kalau pendapatan tersebut cukup pasti
terrealisasi (realizable). Validitas dasar ini cukup didukung untuk perusa haan jasa yang
umumnya menentukan tarif dan menagih (to bill) atas dasar jasa yang telah diberikan.
Jumlah tagihan pada umumnya proporsional dengan jasa yang telah dilaksanakan dari
seluruh nilai kontrak. Ini berarti, jumlah rupiah tagihan sejalan atau sinkron dengan
kemajuan pekerjaan. Namun, kelayakan tersebut bergantung pada lamanya jasa
diserahkan dan dikonsumsi.

E. Saat Pengakuan Penjualan Jasa


Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang
melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoretis yang dihadapi
lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. Yang sering
sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegia tan yang menandal bahwa penyerahan
jasa telah terjadi dan selesai.
Dalam hal jasa yang dilaksanakan dalam jangka panjang, pendapatan dapat diakui
bersamaan kemajuan pelaksanaan berdasarkan penagihan periodik (periodic billings).
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:
1. Jika pemberian jasa (performance) terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan
(act), pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan. Sebagai
contoh, biro jasa jual-beli tanah akan mengakui pendapatan komisi pada saat transaksi
jual beli telah selesai atau tuntas.
2. Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara
bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.
3. Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara
bertahap pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan
bila kondisi berikut dipenuhi:
a. Proporsi jasa vang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya
sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir
dilaksanakan.
b. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditentukan di muka
selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk
menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
4. Jika terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagilian atau
kolektibilitas pendapatan jasa pendapatan haru diakui setelah kas terkumpul.

Dalam PSAK No 23. IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar
kemajuan pelaksanaan merupakan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan
pengecualian dari kaidah ini. Selain IAI juga menetapkan yang disebut dengan kos
terpulihkan (recoverable cost) sebagai pengecualian dari dasar kemajuan pelaksanaan jasa
Hal ini dinyatakan dalam PSAK No. 23 berikut:
“Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan cukup
andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca (pasal 19 atau 39)”.
“Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat
diperoleh kembali (pasal 25 atau 40)”.
IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi keterterapan pengakuan atas dasar
kemajuan pelaksanaan yaitu:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal.
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.

F. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan


Dari uraian tentang karakteristik, pengukuran, penghimpunan, dan realisasi pendapatan di
atas beserta konsekuesinya terhadap saat pengakuan, dapat disusun suatu pedoman umum
pengakuan pendapatan termasuk untung dan rugi FASB meringkas pedoman umum ini
dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut (yang dasar pikiran atau penalarannya telah
dibahas di atas):
a. Kriteria terbentuk dan terrealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang
dagangan diserahkan atau jasa diberikan kepada konsumer. Oleh karena itu, pendapatan
dari kegiatan produksi dan pemasaran serta untung dan rugi dari penjualan aset lainnya
pada umumnya diakui pada saat penjualan (dalam arti pertukaran atau pengiriman
barang)
b. Jika kontrak penjualan atau penerimaan kas atau keduanya mendahu lui produksi dan
pengiriman (seperti dalam kasus berlangganan majalah dengan pembayaran di muka),
pendapatan dapat diakui pada saat terhak (eurned) dan pengiriman (delivery).
c. Jika produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap
dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan taksiran yang
layak atas hasil pada saat penyelesaian dan taksiran kemajuan produksi dapat diukur
dengan cukup andal.
d. Jika jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara menerus
(kontinus) selama suatu perioda (misalnya, bunga atau sewa) dengan kontrak harga
yang pasti, pendapatan dapat diakui (menjadi terhak) bersamaan dengan berjalannya
waktu.
e. Jika produk atau aset lain dapat segera terrealisasi karena dapat dijual dengan harga
yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti (misal nya produk pertanian
tertentu, logam mulia, dan surat-surat berharga). Pendapatan dan beberapa untung atau
rugi dapat diakui pada saat sele sainya produksi atau pada saat harga aset tersebut
berubah.
f. Jika produk, jasa, atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak segera
dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung atau rugi dapat diakui pada saat
telah terbak atau pada saat transaksi telah selesai (tuntas) asalkan nilai wajar aset
nonmoneter yang terlibat dapat ditentukan dalam kisar yang layak.
g. Jika ketertagihan (kolektibilitas) aset yang diterima untuk produk, jaan. atau aset lain
meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

G. Prosedur Pengakuan
Saat atau kaidah pengakuan pendapatan di atas merupakan ketentuan pada level penetap
standar. Agar dapat di laksanakan di level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan
secara teknis dan prosedural dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan
akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat
digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi. Misalnya, bila ditentukan
bahwa saat penjualan digunakan sebagai dasar pengakuan pendapatan atas dasar kegiatan
mana dan bukti apa bagian akuntansi dapat mencatat atau menjurnal pendapatan dari
penjualan tersebut. Pengertian penjualan yang dibahas di atas adalah pengertian ekonomik
atau bisnis. Pengertian yuridis penjualan adalah terjadinya peralihan hak milik atas barang.
Arti penting kriteria ini secara umum dapat diterima. Akan tetapi, peralihan hak milik
merupakan proses yang sangat teknis dan pelik sebagai dasa pencatatan akuntansi Konsep
substansi di atas bentuk (substance over form) menyarankan agar pembukuan pendapatan
sehari-hari tidak terlalu menekankan pada aspek yuridis formal.
KESIMPULAN

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan berdasarkan beberapa definisinya memiliki
karakteristik yaitu :
a. Aliran masuk atau kenaikan aset
b. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
c. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
d. Suatu entitas
e. Produk perusahaan
f. Pertukaran produk
g. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
h. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Adapun untuk memahami landasan pikiran perlu memahami dua konsep yaitu pembentukan
pendapatan dan realisasi pendapatan. Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang
berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan
menjadi ada. Sedangkan, realisasi pendapatan merupakan konfirmasi proses penghimpunan dana.
Agar pengakuan dapat diakui, FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan
untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu terealisasi atau cukup pasti terealisasi dan terbentuk
atau terhak.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai