menggunakan alat core drill, yang dilanjutkan dengan percobaan ekstraksi untuk
g. Kehilangan berat ( A – F)
IV-1
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal
Yang dimaksud berat jenis fraksi agregat adalah data berat jenis masing -
masing fraksi (fraksi 3/4, fraksi 1/2, fraksi dust dan fraksi pasir) yang digunakan
sebagai bahan campuran beraspal yang datanya diperoleh dari pengujian terdahulu
(data sekunder), yang terdiri dari pemeriksaan berat jenis (bulk spesific gravity), berat
jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
pendahuluan terhadap material yang diambil dari stock Stone Crusher Lolioge.
IV-2
4.3. Mix Design dan Parameter Kinerja Campuran
agregat kasar (CA), agregat halus (FA), dan filler (FF), yang dipaparkan pada Tabel
4.3. Variasi komposisi setiap fraksi agregat dan nilai Gse yang dihasilkan juga
Guna mengetahui nilai Gse maka proporsi agregat kasar (CA), agregat halus
(FA) dan filler (FF) harus ditentukan terlebih dahulu. Adapun persentase CA, FA dan
dilaksanakan. Demikian pula penentuan berat jenis bulk, SSD, dan apparent fraksi
agregat CA, FA, dan FF. Perhitungan Gse akan dilakukan dengan Metode Individu
IV-3
Tabel 4.4 Penentuan Berat Jenis dengan Metode Individual Fraksi
Berat Jenis
Proporsi
Curah Semu
Fraksi Agregat Efektif Terhadap
(Bulk) (Apparent)
Total Agregat
A B C = (A – B)/2
Agregat ¾” 2,743 2,797 2,770 10
Agregat 3/8” 2,824 2,878 2,851 35
Abu Batu 2,558 2,751 2,655 50
Pasir 5% 2,626 2,737 2,682 5
Sumber : Data Sekunder
Dari data berat jenis masing-masing agregat pada tabel di atas, akan diperoleh
100
Gsb = =2,667
10 35 50 5
+ + +
2,743 2,824 2,558 2,626
100
Gsa = =2,798
10 35 50 5
+ + +
2,797 2,878 2,751 2,737
2,667+2,798
G se = =2,733
2
berbagai parameter atau data yang dibutuhkan untuk menghitung VMA & Sme
IV-4
campuran beraspal AC WC. Data yang dimaksud adalah persen kadar aspal (Wb),
persen kadar agregat (Wa), berat jenis maksimum teoritis (the actual specific gravity
of the compacted specimen) atau Gmb, dan berat jenis efektif campuran fraksi agregat
(Gse). Ini berarti bahwa untuk mengetahui nilai Gse, maka sebelumnya harus tersedia
data - data proporsi/persentase fraksi: agregat kasar (CA), agregat halus (FA), dan
Filler (FF), dengan terlebih dahulu melakukan pemilihan tipe gradasi dan mix design
campuran. Juga harus diketahui nilai berat jenis (specific gravity) masing – masing
antara lain: VMA, VIM, VFB, dan VFWB. Pemahaman yang benar terhadap istilah –
istilah di atas perlu diketahui sehingga tidak terjadi kerancuan dalam penggunaanya.
Sebagai contoh, yang dimaksud dengan Voids in mineral aggregate (VMA) = 17,52
%, adalah bahwa terdapat 17,52 % rongga udara, baik yang ada diantara agregat
maupun yang ada pada permukaan agregat dalam campuran beraspal yang telah
dipadatkan.
adalah bahwa dari 17,52 % rongga yang ada, hanya tersisa 5,80 % yg tidak diisi oleh
aspal, artinya terdapat 17,52 % - 5,80 % = 11,72% yang terisi aspal sehingga Voids
Adapun makna Voids Filled Bitumen (VFB) = 66,91 %, itu artinya bahwa
IV-5
demikian VMA terdiri dari VIM dan VFWB, atau: VMA = VIM + VFWB = 5,8 % +
11,72 % = 17,52 %.
Yang sering kacau pemahamannya adalah VFB dan VFWB. VFB adalah
persentase dari VMA yang terisi aspal, sementara VFWB adalah banyaknya atau
sebelumnya kita membutuhkan nilai Kadar aspal yang disingkat Mb atau (wa) akan
gunakan dalam penelitian ini adalah sebesar = 6,5% (hasil uji ekstraksi), dan kadar
agregat yang disingkat dengan MA atau (wa) = 93,5%. Dengan demikian untuk
perhitungan menentukan nilai modulus elastis untuk lapisan beraspal (Sme) pada
pembahasan selanjutnya.
Spesifikasi: VIM (3 - 5 %), VMA (Min 15 %), dan VFB (75 - 85 %).
Diketahui :
h = 100 mm
v = 60 kph
pi = 67 mm
T = 25oC
IV-6
a. Pr = 0,65 pi
Pr = 0,65 x 67 = 43,55
27 log Pi−21,65
d. PIr ¿
76,35 log Pi−232,82
27 log 67−21,65
= = -0,296
76,35 log 67−232,82
agregat dan aspal dilakukan, diikuti dengan pemadatan dan analisis volumetrik
IV-7
campuran. Nilai VMA yang didapat, yaitu 20,185 %, memenuhi Spesifikasi Umum
Divisi 6, 2018 (minimum 15%), Spesifikasi Asphalt Institute, 2001 (minimum 14%)
maupun Spesifikasi Nottingham University, 1982 (12% < VMA < 30%).
disajikan pada Tabel 4.5 di atas dan data VMA yang sudah didapatkan pada
4 x 104
n = 0,83 log [ ]
Sb
4 x 104
n = 0,83 log [ ]
18,33
n = 2,771
sehingga :
257,5−2,5(VMA )n
[
Sme = Sb 1+ n(VMA−3) ]
257,5−2,5( 20,185) 2,771
[
Sme = 18,330 1+ 2,771(20,185−3) ]
Sme = 1.909,874 Mpa = 276.798,002 Psi
IV-8
4.347 1,909.874
Sumber : Hasil Analisis, 2020
yang digunakan untuk mengetahui kararteristik tanah dasar dan lapis perkerasan
lentur konstruksi jalan sebagaimana yang tertera dalam AASHTO Guide for the
memperkirakan sifat elastis material pada kondisi stress atau temperatur yang
resilien AC dengan kondisi pemadatan yang baik jika dihitung pada temperatur 68 0F
Untuk survey LHR pada Jl. Jabal Nur yang dilakukan pada hari Sabtu &
Senin (Lampiran 01), maka pada kedua hari survey tersebut, diambil LHR yang
tertinggi baik untuk MC, LV, HV maupun AU, dimana: MC = 2827 LV = 2457 HV
= 196 dan AU = 12. Untuk HV = 196 merupakan penjumlahan dua jenis HV, yaitu:
HV1 = 169 dan HV2 = 27. Untuk kategori MC, karena tidak ada dalam daftar beban,
Dalam perencanaan tebal perkerasan jalan lentur, beban yang menjadi acuan
adalah jumlah beban gandar tunggal standar komulatif selama umur rencana (Wt).
Penentuan jumlah beban gandar yang dimaksud memerlukan data beban gandar
standar komulatif selama setahun pada lajur rencana (W18), umur layanan yang
IV-9
direncanakan untuk kontruksi yang akan dibangun, serta prediksi perkembangan lalu
Adapun beban gandar standar komulatif selama setahun dapat diketahui jika
data beban gandar standar kumulatif untuk dua arah (ŵ18) tersedia, dan dengan
memperhitungkan faktor distribusi arah (DD) dan faktor distribusi lajur (DL). Untuk
mengetahui data beban gandar standar kumulatif untuk dua arah (ŵ18) terlebih
dahulu harus dilakukan survey lalu lintas dua arah selama 16 jam atau 24 jam.
angka ekivalen masing-masing jenis kendaraan. Untuk itu kita membutuhkan data-
IV-10
a. Mobil Penumpang
b. Truk Ringan
c. Truk Selanjutnya, distribusi beban gandar untuk beberapa jenis kendaraan
dilakukan dengan memperhatikan persentase beban gandar depan, tengah dan beban
dan Prasarana Wilayah. 2002). Perhitungan nilai ekivalen tiap jenis kendaraan
beban gandar kendaraan yang bergerak, seperti metode weight in motion (WIM),
karena kekurangan sumber daya peralatan, dan sebagai gantinya maka klasifikasi
beban kendaraan yang dimaksud dilakukan dengan asumsi bahwa berat setiap
kendaraan yang disurvey sedikit tidaknya akan sesuai dengan klasifikasi distribusi
atau pengelompokan beban gandar yang sudah dibuat sebelumnya oleh para ahli
sebagaimana disajikan pada Lampiran 3. Semakin berat bobot suatu jenis kendaraan,
IV-11
semakin besar pula nilai E nya, yang berarti bahwa semakin besar efek kerusakan
persentase distribusi beban pada gandar depan, tengah dan belakang juga turut
Beban gandar komulatif harian maupun bulanan (ŵ18) dihitung untuk 2 arah,
karena mixed traffic (berat dan ringan) semua masuk pada setiap lajur jalan.
Berdasarkan survey 1 hari saja, apakah 16 jam atau 24 jam, jadi bukan pada lajur
rencana tetapi pada lajur 2 arah. Berikut ini adalah contoh bagaimana besaran ini
dihitung:
Hasil perhitungan disatukan pada Tabel 4.8 dan secara detail disajikan pada
Lampiran 06.
IV-12
To
5 Bus 1.2 (AU) 9 12 4,541
n
Sumber : Hasil Analisis
Beban gandar standar komulatif (W18) merupakan komulatif lalu lintas pada
lajur rencana, baik W18 dalam 1 hari maupun W18 dalam 1 tahun. Dalam
kenyataannya, kendaraan berat cenderung melintas pada lajur tertentu saja yang
dijadikan sebagai lajur rencana, sehingga dalam perhitungan besaran ini harus
dikalikan dengan faktor distribusi arah (DD) dan faktor distribusi lajur (DL) sebelum
dijadikan sebagai w18, atau dengan rumus: w18 = DD x DL x ŵ18. Dalam hal ini
nilai DD antara 0,3 hingga 0,7 (diambil 0,5), sementara untuk DL diambil 1,
sehingga:
Contoh perhitungan:
dan umur rencana konstruksi, maka komulatif beban gandar tunggal standar (Wt)
IV-13
Tabel 4.9 Perhitungan Beban Gandar (Wt)
B= Wt
No A = (1+g)n C = B/g g N Wt = w18 x C
A-1 (Msa)
0,131
1 1,131408213 4 5,256328516 2,5% 5 228.184,23 0,23
0,280
2 1,280084544 1 11,20338177 2,5% 10 486.353,74 0,49
0,448
3 1,448298166 3 17,93192666 2,5% 15 778.448,84 0,78
0,638
4 1,63861644 6 25,54465761 2,5% 20 1.108.927,64 1,11
Rata - rata 0,65
0,276
5 1,276281563 3 5,52563125 5,0% 5 239.875,02 0,24
0,628
6 1,628894627 9 12,57789254 5,0% 10 546.023,08 0,55
1,078
7 2,078928179 9 21,57856359 5,0% 15 936.754,21 0,94
1,653
8 2,653297705 3 33,0659541 5,0% 20 1.435.437,14 1,44
Rata - rata 0,79
0,435
9 1,435629326 6 5,808391016 7,5% 5 252.150,00 0,25
10 2,061031562 1,061 14,1470875 7,5% 10 614.143,93 0,61
1,958
11 2,958877353 9 26,1183647 7,5% 15 1.133.833,03 1,13
3,247
12 4,2478511 9 43,30468134 7,5% 20 1.879.913,94 1,88
Rata - rata 0,97
0,610
13 1,61051 5 6,1051 10,0% 5 265.030,53 0,27
IV-14
1,593
14 2,59374246 7 15,9374246 10,0% 10 691.864,85 0,69
3,177
15 4,177248169 2 31,77248169 10,0% 15 1.379.285,78 1,38
5,727
16 6,727499949 5 57,27499949 10,0% 20 2.486.384,07 2,49
Rata - rata 1,21
Sumber : Hasil Analisis Data, 2020
4.8. Model Matematis Hubungan Design Traffic (YE4) dan Total Ketebalan
Konstruksi (H-Tot)
ketebalan total lapis perkerasan lentur berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan nilai
design traffic (YE4) yang dikehendaki. Pada grafik ini terdapat beberapa opsi CBR
yang dapat digunakan mulai dari 2%, 3% hingga 10%, sementara untuk design traffic
alternatif yang tersedia mulai dari 1 msa, 2 msa sampai dengan 10 msa. Untuk dapat
mengaplikasi nomogram ini, baik nilai CBR maupun nilai YE4 harus ditentukan
terlebih dahulu, kemudian keduanya di plot pada nomogram. Plotting data harus
dilakukan dengan hati - hati agar angka total ketebalan perkerasan yang didapat benar
- benar akurat.
hati agar hasil yang didapatkan rasional. Mendapatkan metode yang lebih sederhana
dengan hasil yang lebih akurat sangat diperlukan untuk membantu menghindari
kesalahaan seminimal mungkin dalam memplot data CBR dan data design traffic
pada nomogram. Untuk itu perlu mentejemahkan nomogram tersebut kedalam bentuk
IV-15
persamaan atau model matematis sehingga akan dengan mudah dan lebih fleksibel
dalam menetukan angka total ketebalan perkerasan yang dicari. Untuk maksud
Tarik garis dari bawah ke atas (garis vertikal) dimulai dari design traffic 1
msa, 2 msa dan berakhir pada 10 msa hingga terhenti di satu titik pertemuan pada
garis lengkung CBR yang ditinjau, mulai dari CBR 2%, 3% sampai dengan CBR
10%. Pada setiap titik pertemuan, tarik garis horizontal ke arah kiri dan berhenti pada
Tabel 4.10 Total Tebal Perkerasan (cm) dengan Variasi CBR dan Design
Traffic (YE4), Pengembangan Grafik IRC: 37-2001
Design Traffic, Wt (msa)
CBR
1 (juta) 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 6.60 7.20 7.50 7.75 7.85 8.00 8.10 8.30 8.40 8.50
3 5.50 6.10 6.50 6.75 6.90 7.10 7.25 7.40 7.50 7.60
4 4.70 5.40 5.75 6.05 6.35 6.45 6.60 6.70 6.85 7.05
5 4.35 4.85 5.30 5.55 5.70 5.95 6.10 6.30 6.40 6.50
6 3.90 4.50 4.85 5.20 5.35 5.50 5.60 5.80 6.00 6.20
7 3.70 4.25 4.55 4.80 5.00 5.20 5.35 5.50 5.60 5.70
8 3.60 3.90 4.30 4.50 4.75 4.90 5.05 5.30 5.40 5.50
9 3.30 3.60 4.00 4.30 4.50 4.60 4.75 4.90 5.10 5.30
10 2.85 3.40 3.75 4.10 4.25 4.35 4.50 4.60 4.80 5.00
Sumber : IRC : 37-2001
IV-16
Pada garis vertikal ini berisi angka - angka total ketebalan konstruksi
perkerasan sesuai dengan CBR design tanah dasar yang ditinjau. Buat catatan, angka
berapa yang ditunjuk pada setiap poin H-tot yang didapat, untuk kemudian seluruh
angka - angka tersebut diresume dalam satu tabel, sebagaimana pada Tabel 4.10.
Setiap angka dalam tabel tersebut akan merefleksi hubungan antara design traffict dan
total ketebalan konstruksi pada CBR tanah dasar yang ditinjau. Langkah yang sama
kembali dilakukan untuk setiap nilai CBR tanah dasar yang ada pada nomogram
tersebut.
Pada prinsipnya, tabel berisi 3 jenis data, yaitu: 1) YE4 yang terdiri dari 10
bagian, 1 msa, 2 msa, sampai dengan 10 msa, 2) data CBR tanah dasar yang meliputi
9 data: CBR 2%, CBR 3% hingga CBR 10%. dan, 3) data - data total ketebalan
konstruksi, yang besarnya tergantung pada nilai design traffic dan CBR design.
Berdasarkan data YE4 dan total ketebalan pada setiap nilai CBR, dibuat grafik XY
scatter, dengan data pada sumbu X adalah design traffic sementara data pada sumbu
Y adalah total ketebalan konstruksi. Selanjutnya titik - titik scatter yang terbentuk
(sebagaimana disajikan pada lampiran 10) yang tersedia pada aplikasi excel, dipilih
IV-17
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Traffic Design (Wt) dengan
Total Ketebalan Konstruksi (H-Tot)
Persamaan matematis yang telah dipilih (sebagaimana pada Gambar 4.3) akan
berdasarkan design traffic (YE4) yang telah dihitung sebelumnya. Dari ke-5 fungsi
alternatif, yang memberkan nilai yang rasional (untuk CBR 4%) adalah Fungsi
Power. Pada penelitian ini, istilah design traffic pada Nomogram IRC: 37-2001,
digunakan simbol YE4, atau singkatan dari yearly eqivalent dengan damage faktor 4,
sementara pada metode analisa komponen, simbol YE4 diganti dengan Wt.
Besarnya H tot atau ∑ hi tergantung pada design traffic (Wt) dan nilai CBRSG.
persamaan pada grafik tersebut. H-tot yang sudah diketahui, dimasukkan dalam
"Tabel Analisis" pada lampiran 12. Nilai ini kemudian digunakan untuk menghitung
total ketebalan konstruksi, dan X adalah design traffic. Hasil perhitungan H-Tot
tebal perkerasan yang dibutuhkan berdasarkan data komulatif beban gandar standar
IV-18
kendaraan hasil survey (YE4 = Wt). Ketebalan yang diperoleh berfariasi tergantung
pada daya dukung tanah dimana konstruksi perkersan direncanakan untuk dibangun.
Pada nomogram tersebut tersedia 9 jenis nilai CBR, mulai dari yang terkecil 2%
sampai dengan yang terbesar CBR 10% yang masing – masing darinya dapat
diketahui seberapa besar total kebutuhan ketebalan konstruksi perkerasan yang akan
persamaan matematis Y = 0,4566 X0,1697 untuk CBR tanah dasar 4% maka variabel
tak bebas Y = ketebalan total konstruksi = H-Tot dapat ditentukan berdasarkan data
design traffic yang tersedia sebagai variabel bebas X = Wt. Hasil perhitungan total
ketebalan konstruksi disajikan pada Tabel 4.11. Pada tabel tersebut, disajikan data
total ketebalan konstruksi pavement diikuti dengan informasi ketebalan setiap lapis
permukaan, lapis agregat base dan lapis sub base untuk setiap prediksi persentase
pertumbuhan lalu lintas versus rencana umur layanan konstruksi. Ketebalan setiap
lapis perkerasan didapat berdasarkan ketentuan AASHTO 1986 yang memuat data
tebal minimum; lapis permukaan AC dan lapis agregat base. Data ketebalan tersebut
disusun berdasarkan komulatif desain traffic kelas jalan yang akan dibuat.
IV-19
Tabel 4.11 Hasil Prediksi Tebal Total Konstruksi Pavement menggunakan Model
Matematis untuk CBR 4%.
PREDIKSI PERTUMBUHAN LALU LINTAS % (g)
CBR 2,5% 5% 7,5% 10%
Wt 228.184,23 239.875,02 252.150,00 265.030,53
Tot 370,54 373,70 376,88 380,07
5 Thn
meningkatnya beban gandar standar (Wt). Rata - rata ketebalan konstruksi (H-tot)
terbesar 471,48 mm tercatat berada pada kategori 10% yang terjadi pada komulatif
IV-20
Tabel 4.12 Hubungan antara Wt dan H-Tot untuk g = 10%
Wt vs H-tot (g = 10 %)
600.00
550.00
500.00
H-tot (mm)
450.00
400.00
350.00
konstruksi. Selisih yang terbesar 58,55 mm atau 13,54% terdeteksi pada kategori
pertumbuhan lalu lintas 10%, sementara yang terkecil 28,51 mm atau 7,05% tercatat
pada kategori 2,5%. Ketebalan total konstruksi terbesar pada setiap kategori
persentase pertumbuhan lalu lintas terjadi masing- masing pada kategori 20 tahun
IV-21
umur rencana konstruksi yaitu berturut - turut 484,57 mm, 506,26 mm, 529,98 mm
dan 555,73 mm. Informasi lebih lengkap disajikan pada Lampiran 16.
tahun), terlihat kecendrungan penurunan umur layanan hingga retak halus (TYN)
tahun, dengan rata-rata Wt 0,25 msa TYN akan terjadi setelah 3,76 tahun konstruksi
perkerasan dibuka untuk umum, sementara pada n = 20 tahun, TYN akan lebih cepat
Umur layanan terlama hingga terjadinya retak halus (TYN) = 3,76 tahun
terjadi pada kelompok umur rencana konstruksi n = 5 tahun (Tabel 4.13), yaitu pada
saat beban gandar tunggal standar (Wt) rata - rata sebanyak 0,25 msa. Adapun masa
tersingkat terjadinya TYN adalah 0,98 tahun, terjadi pada kelompok umur rencana
konstruksi n = 20 tahun, dengan beban gandar tunggal standar (Wt) rata- rata 1,73
msa.
IV-22
Wt vs TYN, CBR 4% (n = 5 Thn)
3.90
TYN (Thn)
3.70
3.50
0.23 0.24 0.25 0.27
Komulatif beban axle standar, wt (msa)
Perbedaan antar beban gandar standar pada setiap kelompok umur rencana
konstruksi menyebabkan terjadinya selisih TYN. Persentase rata - rata selisih TYN
terbesar 29,69% terjadi pada kelompok umur rencana 20 tahun, hal mana diakibatkan
oleh komulatif beban gandar rata - rata sebesar 1,73 msa. Adapun rata -rata selisih
TYN terkecil 1,75% terdeteksi pada kelompok umur 5 tahun, yang terjadi sebagai
akibat dari komulatif beban gandar standar rata- rata sebesar 0,25 msa. Informasi
lengkap tentang hubungan kedua variabel ini disatukan pada Lampiran 17.
(mulai dari g = 2,5% sampai dengan 10%), umur layanan hingga retak halus (TYN)
(Wt). Selisih penurunan TYN berbeda - beda pada setiap umur layanan konstruksi.
IV-23
Persentase selisih rata - rata penurunan terbesar 46,83 % tercatat pada kelompok
pertumbuhan lalu lintas 10%, sementara penurunan terkecil 26,42 % terjadi pada
kelompok pertumbuhan lalu lintas 2,5% (table 4.14). Informasi tentang hubungan
(TYN) yang terlama, yaitu rata - rata 2,57 tahun, yang diakibatkan oleh komulatif
beban gandar standar rerata 0,65 msa. Sebaliknya, periode tersingkat hingga
terjadinya retak halus TYN 1,93 tahun terjadi pada kelompok persentase
pertumbuhan lalu lintas 10%, sebagai akibat repetisi beban komulatif beban gandar
3.00
2.00
1.00
0.23 0.49 0.78
1.11
Komulatif beban axle standar, wt (msa)
IV-24
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Wt dan
TYN pada g = 2,5%
1,93 tahun yang diakibatkan oleh komulatif beban gandar standar Wt sebanyak 1,21
msa. Sementara itu, untuk kelompok umur layanan n = 5 hingga 20 tahun pada
pertumbuhan lalu lintas 2,5 % mengakibatkan periode TYN terpanjang yakni rata-
rata 2,57 tahun yang terjadi setelah repetisi Wt terjadi secara berulang sebanyak 0,65
msa.
layanan hingga retak halus (TYN) dengan bertambahnya komulatif beban gandar
tunggal standar (Wt). Pada n = 5 tahun, dengan rata-rata Wt 0,25 msa TYN akan
terjadi setelah 3,76 tahun konstruksi perkerasan dibuka untuk umum, sementara pada
n = 20 tahun, TYN akan lebih cepat terlihat yaitu hanya setelah konstruksi perkerasan
4.12. Penentuan Kooefisisen Relatif Lapis Perkerasan (a1, a2, dan a3)
koefisien relatif dan X adalah modulus elastisitas campuran beraspal (lampiran 20).
IV-25
Modulus elastisitas baru bisa ditentukan setelah terlebih dahulu serangkaian
pengujian laboratorium terhadap agregat, bahan pengikat serta benda uji (bricket)
Sebagai contoh perhitungan digunakan design traffic (Wt) 0,93 msa untuk 5
Wt = YE4 = 1,11 msa Yearly traffic (untuk 20 thn design life & 2,5% traffic growth).
diketahui nilai modulus elastisitas campuran beraspal (Sme). Adapun nilai Sme yang
Psi. Maka :
y = 7E-07x + 0,158
y = 7E-07(276.798,002 ) + 0,158
y = 7E-07(276.798,002 ) + 0,158
y = 0.194 + 0,158
y = 0.352
Untuk lapis base, a2 dapat ditentukan jika nilai CBR lapis tersebut sudah
diketahui terlebih dahulu. Juga terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk
IV-26
menghitung nilai a2, yaitu dengan menggunakan persamaan matematis yang
menyatakan hubungan antara a2 tersebut dengan modulus elastisitas lapis base (E2).
Hal yang sama juga tersedia dua jenis persamaan matermatis untuk menentukan
koofisien relatif lapis subbase (a3), persamaan pertama terkait hubungan antara a3
dan CBR lapis subbase tersebut, sementara model matematis yang lainnya merupakan
a2 = 0,13
(C Chart, pg 333 Huang) > Modulus (Psi) = 28000 > Modulus (Mpa) = 193,2
Juga tersedia persamaan utk menentukan "Structural Cooficient" lapis base sebagai
alternatif nomogram.
E2 = 28000
Hal yang sama juga tersedia dua jenis persamaan matermatis untuk
menentukan koofisien relatif lapis subbase (a3), persamaan pertama terkait hubungan
IV-27
antara a3 dan CBR lapis subbase tersebut, sementara model matematis yang lainnya
a3 = 0,01 + 0,065(1,78)
a3 = 0,01 + 0,065(1,78)
a3 = 0,13
hal 333.
a3 = 0,1
Dalam menentukan umur layanan hingga terjadinya retak halus (TYN), ada
dua parameter yang harus diketahui terlebih dahulu, antara lain: SNC dan komulatif
beban gandar tunggal selama umur rencana (Wt). Besaran Wt didapatkan dengan
mengalikan beban gandar standar komulatif pada lajur rencana (W18) dengan besaran
pertumbuhan lalu lintas (g = traffic growth) pada tahun yang direncanakan. Adapun
IV-28
nilai SNC dipengaruhi oleh total hasil kali antara stuctural koofisien (ai) dan
ketebalan setiap lapis perkerasan (hi), serta structural number tanah dasar (SNsg).
Parameter teknis yang terakhir ini nilainya tergantung pada besarnya CBR tanah
SNC=0,04 ∑ ai hi +SNsg SNsg = 3,51 log CBR - 0,85 (log CBR)2 - 1,43
SNC=0,04 (79,38 )+ 0,38 SNsg = 3,51 log 4 - 0,85 (log 4)2 - 1,43
SNsg = 0,38
IV-29
TYN = 4,21 exp (-1,02)
RDM = 1,0 AGER 0,166 SNC -0,502 COMP -2,30 NE4 ERM
Pada perhitungan sebelumnya didapatkan nilai TYN = 1,53 tahun (Narrow Cracks),
maka:
Nilai CBR tanah dasar yang digunakan dalam contoh perhitungan adalah 4%
RH = 0
RDM = 1,0 AGER 0,166 SNC -0,502 COMP -2,30 NE4 ERM
RDM = 1,0 (1,53) 0,166 (3,55) -0,502 (1) -2,30 (664.815,81) ERM
RDM = 1,0 (1,073) (0,529) (1) (5,91)
IV-30
RDM = 3,36 mm
yaitu 3,36 mm. Berikut grafik yang menunjukan kedalaman rutting dengan nilai CBR
tanah dasar yang bervariasi yakni mulai dari 2% hingga 10%, pada umur layanan 20
Gambar 4.5 Grafik Hubungan antara CBR Tanah Dasar (%) dan Kedalaman
Rutting (mm) pada umur layanan 20 tahun
Pada umur layanan 20 tahun dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas (g) 2,5%
serta nilai CBR tanah dasar yang bervariasi yaitu 2% hingga 10% dapat diketahui
bahwa semakin besar nilai CBR tanah dasar maka kemungkinan terjadinya rutting
semakin kecil. Namun, seiring bertambahnya umur layanan (n) dan pertumbuhan lalu
lintas (g), bisa saja kedalaman rutting itu akan bertambah besar seperti terlihat pada
tingkat perumbuhan lalu lintas 7,5% dan 10% pada umur layanan yang sama yakni 20
IV-31
Hubungan antara CBR tanah dasar (%) dan Rutting (mm)
3.00
2.80
Rutting (mm)
2.60
2.40
2.20
2.00
2 3 4 5 6 7 8 9 10
CBR tanah dasar (%)
IV-32
Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara CBR Tanah Dasar (%) dan Kedalaman
Rutting (mm) pada pertumbuhan lalu lintas 10%
Pada grafik di atas (gambar 4.6 dan 4.7) menunjukan bahwa semakin
bertambahnya umur layanan dan pertumbuhan lalu lintas maka kedalaman rutting
juga akan bertambah besar meskipun nilai CBR tanah dasar besar. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa umur layanan (n) dan pertumbuhan lalu lintas (g) juga
IV-33