Energi
Jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan untuk pertumbuhan janin dan
jaringan ibu ialah 80.000 kkal atau 300 kkal per hari di atas kebutuhan wanita tidak hamil. WHO
menganjurkan jumlah tambahan energi sebesar 150 kkal sehari pada trimester I dan 350 kkal
sehari selama trimester II dan III. Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 1998, tambahan energi per hari untuk wanita hamil Indonesia
adalah 285 kkal dibanding sebelum hamil atau sekitar 2500 kkal sehari. Komposisi sumber
energi ini harus seimbang yaitu karbohidrat 55-75 %, lemak 10-30 % dan protein 15-20 %.
Kekurangan energi selama hamil dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau BBLR.
Protein
Kebutuhan protein sehari untuk ibu hamil berdasarkan WKNPG 1998 adalah dengan
tambahan 12 g/hari dari ibu sebelum hamil atau total sehari 60 gram. Protein untuk ibu hamil
sebaiknya sebagian besar berasal dari hewani seperti ikan, telur, susu, daging atau tempe.
Kekurangan protein selama hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dan bayi lahir dengan
lingkar kepala kecil.
Lemak
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan serum kolesterol dan trigliserida masing-masing
25-40 % dan 200-400 %. Pada wanita multipara dan umur agak tua terdapat peningkatan
kejadian angina dan batu empedu kolesterol akibat dari hiperkolesterolemia pada kehamilan.
Oleh karena itu dalam keadaan hamil perlu membatasi konsumsi lemak terutama lemak jenuh.
Pada table tersebut tampak tambahan asam folat dan zat besi pada ibu hamil cukup besar.
Hal ini karena asam folat dan zat besi dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan volume darah
yaitu dalam produksi heme untuk hemoglobin. Selain itu asam folat diperlukan untuk
pembentukan sumsum tulang belakang. Sedangkan zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin
serta persediaan dalam tubuh ibu.
Tambahan asam folat dan besi sebesar itu sulit terpenuhi hanya dari makanan. Apalagi
menu orang Indonesia kurang daging dan buah sehingga masukan besi dan asam folat kurang.
Untuk itu perlu suplementasi selama hamil terutama mulai minggu ke 12 kehamilan sampai 3
bulan setelah melahirkan. Depkes melalui program pelayanan KIA memberikan suplemen tablet
besi folat 200 mg ferrous sulfat setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat per
hari minimal selama 3 bulan kehamilan. Kekurangan asam folat dan zat besi menyebabkan
anemia. Selain itu kekurangan asam folat menyebabkan lelah berat dan kaki kejang pada malam
hari.
Zat gizi lain yang penambahannya besar selama hamil adalah vitamin A, kalsium dan
yodium.. Vitamin A dan kalsium diperlukan untuk pertumbuhan janin, jaringan tubuh ibu,
cadangan pada bayi dan pembentukan ASI. Kadar kalsium dalam darah menurun 5 % dengan
penambahan volume darah selama hamil. Jumlah kalsium yang tertimbun selama hamil 30 g,
dengan kecepatan 7, 110 dan 400 mg masing-masing pada trimester I, II dan III. Sumber kalsium
yang baik adalah susu, ikan dan kacang-kacangan.
Yodium diperlukan dalam pertumbuhan janin dan perkembangan otak. Kekurangan
yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang selanjutnya
berkembang menjadi kretin, suatu keadaan kemunduran fisik dan mental. Kerusakan saraf akibat
hipotirodisme sangat parah apabila berlangsung pada awal kehamilan. Karena itu tambahan
yodium sebaiknya diberikan sejak awal kehamilan. Sumber yodium adalah ikan laut segar dan
garam beryodium, dan bagi penduduk di daerah rawan gondok perlu mendapat suplemen kapsul
yodium.
Perilaku menyusui
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Dalam kitab suci tertulis “Susuilah bayimu
sampai usia dua tahun….”. Namun sayangnya perilaku menyusui bayi terus menurun sejalan
dengan peningkatan pendidikan dan kesibukan bekerja kaum wanita. Data tahun 1988
menunjukkan pemberian susu botol meningkat dari 5 % pada tamatan SD menjadi 56 % pada
tamatan perguruan tinggi. Sebaliknya pemberian ASI menurun dari 89 % pada tamatan SD
menjadi 0 % pada tamatan perguruan tinggi. Juga pemberian ASI ekslusif cenderung menurun
dari 37 % tahun 1987 menjadi 30 % tahun 1992.
Banyak factor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya
ialah karena air susu tidak keluar. Penyebabnya antara lain stress, malnutrisi, penyakit atau
perilaku penyusuan yang salah. Perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir terutama
dikondisikan oleh jaringan pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun memasok
langsung ke rumah sakit. Sekali terpengaruh kondisi ini, jangan diharap air susu akan dapat
mengalir keluar dengan optimal.
Fisiologi menyusui
Kelenjar susu tersusun dari jaringan kelenjar atau parenkim dan penopang atau stroma.
Jaringan kelenjar berisi banyak sekali kantong alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epithel otot
yang bersifat kontraktif. Bagian dalam elveolus dilapisi oleh selapis epithel. Susu dibentuk pada
epitel kelenjar ini.
ASI terbentuk melalaui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian pertama,
susu dieksresikan oleh kelenjar ke dalam lumen alveoli. Proses ini diawasi oleh hormone
prolaktin dan ACTH. Kedua hormone ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada
fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dikumpulkan dalam sinus dan dialirkan ke
putting susu. Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh
pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Setelah partus, kadar hormone ini menyusut drastis,
memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga mengimbas laktogenesis.
Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu refleks produksi susu dan refleks let down.
Manakala bayi mengisap putting susu, serangkaian impuls akan menuju medula spinalis, lalu ke
otak dan menyusup ke dalam kelenjar hipofisis, memicu sekresi oksitosin pada bagian posterior
hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel epithel otot polos yang
membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung di dalamnya tersembur ke setiap
duktus dan sinus.
Penambahan energi sepanjang 6 bulan pertama pascapartum mencapai 700 kkal per hari.
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok sekitar 70 kkal atau
setara dengan 85 kkal dari makanan. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti
mengandung 560 kkal. Sementara itu energi yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak
itu 700 kkal (efisiensi konversi energi makanan menjadi energi susu 80 %). Setelah 6 bulan
menyusui produksi ASI menurun sehingga penambahan energipun berkurang. WNPG
menganjurkan penambahan energi untuk ibu menyusui 700 kkal pada 6 bulan pertama dan 500
kkal untuk periode selanjutnya.
Dalam 6 bulan pertama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein 16 gram di atas
kebutuhan normal. Hal ini berdasar perhitungan tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein
sehingga 800 cc ASI mengandung 9,6 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi
protein susu 70 % sehingga 9,6 g protein susu setara dengan 13,7 g protein makanan. Tambahan
protein selain untuk protein susu juga untuk sintesis hormone prolaktin dan oksitosin. WKN
Pangan dan Gizi menganjurkan penambahan protein 16 g per hari pada 6 bulan pertama
menyusui dan 12 g pada periode selanjutnya. Kebutuhan vitamin dan mineral sehari ibu
menyusui dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 16. Kecukupan Vitamin dan Mineral Ibu Menyusui
No Vitamin/mineral Wanita dewasa Menyusui 6 Menyusui 7-12 bln
bln
1 Vitamin A (RE) 500 + 350 + 300
2 Thiamin (mg) 1 + 1,3 + 1,3
3 Riboflavin (mg) 1,2 + 0,4 + 0,3
4 Niasin (mg) 9 +3 +3
5 Vitamin C (mg) 60 + 15 + 10
6 Asam folat (ug) 160 + 50 + 40
7 Besi (mg) 26 +2 +2
8 Kalsium (mg) 500 + 400 + 400
9 Yodium (ug) 150 + 20 + 20
10 Cairan (gelas) 6–7 +4 +2
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 1998