Anda di halaman 1dari 7

KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI

A.    KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL

Masalah gizi pada ibu hamil


Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 373 per 100.000 (SKRT 1995),
padahal di Eropa hanya 30 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah
ekslampsi, perdarahan dan infeksi. Ketiganya erat kaitannya dengan rendahnya status gizi dan
pelayanan antenatal. Menurut SKRT 1995 ibu hamil yang anemia 51 % dan pelayanan antenatal
lengkap hanya 50 %. Disamping itu sekitar 24 % ibu hamil menderita kurang energi
kronis(LILA <23,5 cm). Sebagian kecil ibu hamil menderita buta senja dan osteoporosis.
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mengakibatkan kelemahan fisik, mudah sakit dan
membahayakan jiwa ibu saat melahirkan. Disamping itu kurang gizi mengancam kesehatan dan
keselamatan janin serta menyebabkan kelahiran prematur, kelahiran cacat, BBLR dan kematian
neonatal. Kurang gizi yang terjadi pada triw I lebih berbahaya, dapat menyebabkan kerusakan
otak, sumsum tulang serta cacat pada janin, sedangkan kurang gizi pada triwulan III
menyebabkan lahir prematur dan BBLR.
Kehamilan yang normal berlangsung selama 38-40 minggu. Seorang wanita baru dapat
dipastikan hamil jika telah ada tanda-tanda seperti suara detak jantung, dapat melihat dan meraba
bentuk janin (dengan USG) dan pemeriksaan kadar HCG (human chorionic gonadotropin) dalam
urin. Kadar HCG urin paling baik dilakukan pada 4 minggu sesudah hari pertama haid terakhir.

Hubungan status gizi ibu dengan status gizi bayi


Status gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil merupakan salah factor
yang berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi ibu baik dan status kesehatannya
selama hamil tidak buruk serta bukan pecandu alcohol dan rokok maka status gizi bayi pada saat
dilahirkannya juga baik. Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama bulan
pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum
tulang, karena system saraf pusat masih sangat peka. Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu
terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan BBLR.
Penelitian lain menemukan ada hubungan kuat antara keadaan gizi ibu sebelum hamil
dengan berat bayi lahir (BBL). Bayi dengan BBL < 2500 gram mempunyai resiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya.
Lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara penilaian status gizi ibu yang mudah
dilakukan. Ibu-ibu yang mempunyai LILA <23,5 cm digolongkan sebagai kurang energi kronis
dan cenderung melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Pertambahan berat badan


Kenaikan berat badan yang baik selama hamil untuk orang barat antara 11,5-16,0 kg.
Zeman & Denise, 1988 membedakan pertambahan BB selama hamil menurut BMI sebelum
hamil. Pertambahan BB ibu dengan BMI rendah (<19,8) diharapkan 12,5-18,0 kg, ibu yang
normal (19,8-26,0) bertambah 11,5-16,0 kg dan ibu yang obes (> 26,0) bertambah 7,0-11,5 kg.
Untuk orang Indonesia Depkes, 1992 menyarankan kenaikan berat badan selama hamil
10-12,5 kg. Selama trimester I kisaran pertambahan berat sebaiknya 700-1400 g (70-110 g/mg),
sementara trimester II & III sekitar 340-400 g tiap minggu. Pertambahan BB yang berlebihan
setelah minggu ke 20 menyiratkan terjadinya retensi air dan juga berkaitan dengan janin besar
dan risiko penyulit disproporsi kepala panggul. Retensi berlebihan juga merupakan tanda awal
preeklampsi.
Sebaliknya pertambahan berat < 1 kg selama trimester II atau III jelas tidak cukup dan
dapat memperbesar resiko kelahiran BBLR dan kemunduran pertumbuhan janin. Pertambahan
BB selama hamil disesuaikan pula dengan TB ibu dan janin kembar. Pada wanita pendek (<150
cm) penambahan BB diupayakan sekitar 8,8-13,6 kg dan pada janin kembar dibatasi sekitar 15,4-
20,4 kg.
Meskipun laju pertambahan berat ibu pada trimester II dan III hampir sama, namun
penimbunan jaringan ibu dan pertambahan jaringan janin tidak berlangsung serentak.
Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester II , sementara pertambahan
janin, plasenta dan cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III. Menurut
penelitian William (1967), berat janin bertambah sebesar 5 g sehari pada minggu ke 14-15 dan
menjadi 10 g pada minggu ke 20. Kecepatan tumbuh sebesar 30-35 g sehari berlangsung pada
minggu ke 32-34 dan berubah menjadi 230 g seminggu pada minggu ke 33-36. Memasuki
minggu ke 41 pertambahan tidak terjadi lagi. Tambahan berat total selama 40 minggu kehamilan
12,5 kg.
Kenaikan BB selama hamil terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik pada janin
maupun ibu. Perubahan yang terjadi pada janin sebagai berikut :
1.      Dua minggu setelah konsepsi, terjadi proliferasi dari sel-sel dengan cepat, plasenta terbentuk.
Pada tahap ini belum diperlukan suplementasi zat gizi khusus
2.      Minggu kedua sampai kedelapan, sebagian besar organ-organ mulai terbentuk, seperti jantung,
ginjal, paru-paru, hati dan rangka, sehingga bila kekurangan zat gizi akan terjadi kelainan cacat
bawaan.
3.      Mulai minggu kedelapan sampai lahir terjadi pertumbuhan janin yang cepat serta terbentuknya
cadangan pada ibu untuk mempersiapkan kelahiran dan produksi ASI.
Pada ibu terjadi penambahan cairan intra dan ekstraseluler secara bertahap sampai
kelahiran bayi, penambahan volume darah mencapai 33 %. Akibatnya darah menjadi encer
sehingga kadar albumin, Hb dan zat lain dalam darah menurun. Selain itu terjadi penurunan
eksresi pada akhir kehamilan sehingga sering terjadi pembengkakan.

Kebutuhan gizi ibu hamil

Energi
Jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan untuk pertumbuhan janin dan
jaringan ibu ialah 80.000 kkal atau 300 kkal per hari di atas kebutuhan wanita tidak hamil. WHO
menganjurkan jumlah tambahan energi sebesar 150 kkal sehari pada trimester I dan 350 kkal
sehari selama trimester II dan III. Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 1998, tambahan energi per hari untuk wanita hamil Indonesia
adalah 285 kkal dibanding sebelum hamil atau sekitar 2500 kkal sehari. Komposisi sumber
energi ini harus seimbang yaitu karbohidrat 55-75 %, lemak 10-30 % dan protein 15-20 %.
Kekurangan energi selama hamil dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau BBLR.

Protein
Kebutuhan protein sehari untuk ibu hamil berdasarkan WKNPG 1998 adalah dengan
tambahan 12 g/hari dari ibu sebelum hamil atau total sehari 60 gram. Protein untuk ibu hamil
sebaiknya sebagian besar berasal dari hewani seperti ikan, telur, susu, daging atau tempe.
Kekurangan protein selama hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dan bayi lahir dengan
lingkar kepala kecil.

Lemak
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan serum kolesterol dan trigliserida masing-masing
25-40 % dan 200-400 %. Pada wanita multipara dan umur agak tua terdapat peningkatan
kejadian angina dan batu empedu kolesterol akibat dari hiperkolesterolemia pada kehamilan.
Oleh karena itu dalam keadaan hamil perlu membatasi konsumsi lemak terutama lemak jenuh.

Vitamin, mineral dan cairan


Dalam WKNPG 1998 angka kecukupan vitamin dan mineral (kecuali cairan) yang
dianjurkan untuk ibu hamil sebagai berikut.
Tabel 15 Kecukupan Vitamin dan Mineral Ibu Hamil
No Vitamin/mineral Wanita dewasa Wanita Hamil
1 Vitamin A (RE) 500 + 200
2 Thiamin (mg) 1 + 0,2
3 Riboflavin (mg) 1,2 + 0,2
4 Niasin (mg) 9 + 0,1
5 Vitamin C (mg) 60 + 10
6 Asam folat (ug) 160 + 150
7 Besi (mg) 26 + 20
8 Kalsium (mg) 500 + 400
9 Yodium (ug) 150 + 25
10 Cairan (gelas) 6 -7 +2

Pada table tersebut tampak tambahan asam folat dan zat besi pada ibu hamil cukup besar.
Hal ini karena asam folat dan zat besi dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan volume darah
yaitu dalam produksi heme untuk hemoglobin. Selain itu asam folat diperlukan untuk
pembentukan sumsum tulang belakang. Sedangkan zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin
serta persediaan dalam tubuh ibu.
Tambahan asam folat dan besi sebesar itu sulit terpenuhi hanya dari makanan. Apalagi
menu orang Indonesia kurang daging dan buah sehingga masukan besi dan asam folat kurang.
Untuk itu perlu suplementasi selama hamil terutama mulai minggu ke 12 kehamilan sampai 3
bulan setelah melahirkan. Depkes melalui program pelayanan KIA memberikan suplemen tablet
besi folat 200 mg ferrous sulfat setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat per
hari minimal selama 3 bulan kehamilan. Kekurangan asam folat dan zat besi menyebabkan
anemia. Selain itu kekurangan asam folat menyebabkan lelah berat dan kaki kejang pada malam
hari.
Zat gizi lain yang penambahannya besar selama hamil adalah vitamin A, kalsium dan
yodium.. Vitamin A dan kalsium diperlukan untuk pertumbuhan janin, jaringan tubuh ibu,
cadangan pada bayi dan pembentukan ASI. Kadar kalsium dalam darah menurun 5 % dengan
penambahan volume darah selama hamil. Jumlah kalsium yang tertimbun selama hamil 30 g,
dengan kecepatan 7, 110 dan 400 mg masing-masing pada trimester I, II dan III. Sumber kalsium
yang baik adalah susu, ikan dan kacang-kacangan.
Yodium diperlukan dalam pertumbuhan janin dan perkembangan otak. Kekurangan
yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang selanjutnya
berkembang menjadi kretin, suatu keadaan kemunduran fisik dan mental. Kerusakan saraf akibat
hipotirodisme sangat parah apabila berlangsung pada awal kehamilan. Karena itu tambahan
yodium sebaiknya diberikan sejak awal kehamilan. Sumber yodium adalah ikan laut segar dan
garam beryodium, dan bagi penduduk di daerah rawan gondok perlu mendapat suplemen kapsul
yodium.

Gangguan pada kehamilan


Selama hamil sering terjadi gangguan karena kehamilan itu sendiri, misalnya :
1.      Timbulnya rasa mual dan muntah-muntah (emesis) serta penurunan napsu makan, terjadi pada
beberapa minggu awal kehamilan. Gejala ini timbul ketika bangun tidur kadar progesterone
meningkat sementara kadar gula darah dan pergerakan usus menurun. Untuk mengatasinya perlu
variasi makanan guna menjaga selera makan, makanan bentuk kering, makanan porsi kecil tetapi
sering diberikan dan hindari makanan berlemak/berminyak.
2.      Rasa kepenuhan atau kenyang. Oleh karena itu hindari pemberian kafein, makanan banyak
lemak, banyak bumbu atau yang menimbulkan gas.
3.      Konstipasi sering terjadi pada keadaan hamil tua, yang merupakan akibat dari kegiatan ibu
semakin berkurang, tekanan berat janin terhadap kolon, peningkatan progesteron merelaksikan
otot pencernaan, kurang cairan atau makanan kurang serat. Untuk mengatasinya harus banyak
minum, makanan tinggi serat dan sedikit latihan.
4.      Kegemukan terjadi setelah masa mual/emesis hilang, napsu makan kembali normal bahkan lebih
besar. Pengurangan kalori pada kehamilan tidak dianjurkan karena dapat merugikan janin,
namun dapat dilakukan pengaturan kenaikan berat badan.
5.      Keracunan kehamilan (toksemia) merupakan penyakit hipertensi akut yang terjadi pada sekitar
minggu ke 20 (trimester III) disertai dengan kenaikan berat badan yang pesat dan adanya odem.
Keadaan ini juga terjadi pada ibu hamil yang kurang konsumsi protein. Pada keadaan tanpa
kejang disebut preeklampsi, bila disertai kejang disebut eklampsi. .
6.      Penyakit jantung dan kencing manis. Penyakit ini kadang baru timbul pada saat kehamilan. Pada
ibu-ibu yang menderita gangguan jantung, kehamilan merupakan beban tambahan bagi kerja
jantung, sehingga pengawasan berat badan perlu diperhatikan. Pada ibu hamil yang menderita
kencing manis harus mendapat pengobatan yang memadai dan dipantau secara teratur keadaan
gula darahnya.

B.     KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI

Perilaku menyusui
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Dalam kitab suci tertulis “Susuilah bayimu
sampai usia dua tahun….”. Namun sayangnya perilaku menyusui bayi terus menurun sejalan
dengan peningkatan pendidikan dan kesibukan bekerja kaum wanita. Data tahun 1988
menunjukkan pemberian susu botol meningkat dari 5 % pada tamatan SD menjadi 56 % pada
tamatan perguruan tinggi. Sebaliknya pemberian ASI menurun dari 89 % pada tamatan SD
menjadi 0 % pada tamatan perguruan tinggi. Juga pemberian ASI ekslusif cenderung menurun
dari 37 % tahun 1987 menjadi 30 % tahun 1992.
Banyak factor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya
ialah karena air susu tidak keluar. Penyebabnya antara lain stress, malnutrisi, penyakit atau
perilaku penyusuan yang salah. Perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir terutama
dikondisikan oleh jaringan pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun memasok
langsung ke rumah sakit. Sekali terpengaruh kondisi ini, jangan diharap air susu akan dapat
mengalir keluar dengan optimal.

Fisiologi menyusui
Kelenjar susu tersusun dari jaringan kelenjar atau parenkim dan penopang atau stroma.
Jaringan kelenjar berisi banyak sekali kantong alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epithel otot
yang bersifat kontraktif. Bagian dalam elveolus dilapisi oleh selapis epithel. Susu dibentuk pada
epitel kelenjar ini.
ASI terbentuk melalaui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian pertama,
susu dieksresikan oleh kelenjar ke dalam lumen alveoli. Proses ini diawasi oleh hormone
prolaktin dan ACTH. Kedua hormone ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada
fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dikumpulkan dalam sinus dan dialirkan ke
putting susu. Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh
pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Setelah partus, kadar hormone ini menyusut drastis,
memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga mengimbas laktogenesis.
Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu refleks produksi susu dan refleks let down.
Manakala bayi mengisap putting susu, serangkaian impuls akan menuju medula spinalis, lalu ke
otak dan menyusup ke dalam kelenjar hipofisis, memicu sekresi oksitosin pada bagian posterior
hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel epithel otot polos yang
membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung di dalamnya tersembur ke setiap
duktus dan sinus.

Cara menyusukan yang baik


Menyusui memerlukan persiapan sejak hamil, terutama pengetahuan tentang cara
memberikan ASI pertama, cara memperbanyak ASI serta perawatan payudara sebelum dan
setelah melahirkan. Setelah bayi dilahirkan hendaknya disusui sedini mungkin bahkan sejak ibu
masih di kamar bersalin. Dalam 1-3 jam bayi baru lahir harus sudah dicoba untuk disusui
walaupun ibu belum mengeluarkan ASI. Duduklah dengan enak di kursi dengan senderan.
Gerakan putting di ujung mulut bayi untuk merangsangnya hingga putting dimasukkan dalam
mulutnya dan mulai mengisap. Seluruh puting harus berada dalam mulutnya dengan bibir
menutupi areolanya, akan tetapi jangan sampai lobang hidungnya tertutup hingga bayi sukar
bernapas. Mungkin ASI belum keluar, akan tetapi pengisapan ini memberi rangsangan bagi
pembuatan ASI.
Dalam empat hari pertama produksi ASI belum banyak hingga menyusui cukup beberapa
menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama
10-15 menit dari tiap buah dada. Gunakan kedua buah dada untuk memelihara fungsi payudara.
Jumlah ASI yang diisap bayi pada 5 menit pertama sekitar 112 cc, pada 5 menit kedua sekitar 64
cc dan pada 5 terakhir sekitar 16 cc. Jadwal menyusui hendaknya disesuaikan dengan aktivitas
sehari-hari misalnya tiap 3 jam.

Pengaruh status gizi ibu terhadap ASI


Komposisi zat gizi di dalam ASI wanita yang makannya kurang tidak jauh berbeda
dengan ASI dari wanita yang makannya cukup. Status gizi ibu tidak berpengaruh besar terhadap
mutu gizi ASI kecuali kadar vitamin dan mineral sedikit lebih rendah. Yang tidak sama hanya
volume ASI yang berkurang pada ibu kurang gizi. Rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi
baik sekitar 800 cc sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya 500-600 cc sehari.

Pengaruh menyusui terhadap kesehatan ibu


Ketika melahirkan maka berat wanita akan menyusut 5 kg. Dengan keteraturan
memberikan ASI apalagi jika disertai senam akan terjadi penyusutan lemak tubuh. Berat badan
wanita menyusui umumnya berkurang 0,5-1 kg/bulan, namun kehilangan ini tidak lebih dari 1 kg
per bulan. Perangsangan putting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke
dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus dan juga timbunan lemak,
kembali ke ukuran sebelum hamil.
Pemberian ASI secara ekslusif dapat menjadi alternative kontrasepsi. Pemberian ASI
akan merangsang sekresi hormone prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin berkemampuan
menekan ovulasi yaitu menghambat kegiatan ovarium dalam sekresi hormone luteinizing dan
GRH (gonadotropin releasing hormone). Oksitosin berfungsi memicu dan memacu involusi
uterus. Dengan ibu memberi ASI ekslusif akan mempunyai daya lindung kontrasepsi sampai 98
% dan ibu tidak mengalami haid.

Kebutuhan gizi ibu menyusui

Penambahan energi sepanjang 6 bulan pertama pascapartum mencapai 700 kkal per hari.
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok sekitar 70 kkal atau
setara dengan 85 kkal dari makanan. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti
mengandung 560 kkal. Sementara itu energi yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak
itu 700 kkal (efisiensi konversi energi makanan menjadi energi susu 80 %). Setelah 6 bulan
menyusui produksi ASI menurun sehingga penambahan energipun berkurang. WNPG
menganjurkan penambahan energi untuk ibu menyusui 700 kkal pada 6 bulan pertama dan 500
kkal untuk periode selanjutnya.
Dalam 6 bulan pertama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein 16 gram di atas
kebutuhan normal. Hal ini berdasar perhitungan tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein
sehingga 800 cc ASI mengandung 9,6 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi
protein susu 70 % sehingga 9,6 g protein susu setara dengan 13,7 g protein makanan. Tambahan
protein selain untuk protein susu juga untuk sintesis hormone prolaktin dan oksitosin. WKN
Pangan dan Gizi menganjurkan penambahan protein 16 g per hari pada 6 bulan pertama
menyusui dan 12 g pada periode selanjutnya. Kebutuhan vitamin dan mineral sehari ibu
menyusui dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 16. Kecukupan Vitamin dan Mineral Ibu Menyusui
No Vitamin/mineral Wanita dewasa Menyusui 6 Menyusui 7-12 bln
bln
1 Vitamin A (RE) 500 + 350 + 300
2 Thiamin (mg) 1 + 1,3 + 1,3
3 Riboflavin (mg) 1,2 + 0,4 + 0,3
4 Niasin (mg) 9 +3 +3
5 Vitamin C (mg) 60 + 15 + 10
6 Asam folat (ug) 160 + 50 + 40
7 Besi (mg) 26 +2 +2
8 Kalsium (mg) 500 + 400 + 400
9 Yodium (ug) 150 + 20 + 20
10 Cairan (gelas) 6–7 +4 +2
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 1998

Anda mungkin juga menyukai