Anda di halaman 1dari 3

KEBUTUHAN GIZI USIA LANJUT

Populasi usia lanjut


Batasan usia lanjut menurut WHO adalah orang yang telah berusia 65 tahun ke atas.
Sedangkan Depkes menggunakan batasan usila yaitu usia 60 tahun ke atas. Durmin, 1992
membagi usila menjadi 2 kelompok yaitu young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 th ke
atas).
Jumlah usia lanjut (usila) semakin meningkat seiring dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat, tercermin dari meningkatnya umur harapan hidup dan menurunnya angka kematian
kasar. Rata-rata umur harapan hidup orang Indonesia tahun 1967 adalah 45,7 tahun, tahun 1990
menjadi 61,5 tahun. Jumlah usila 65 tahun ke atas tahun 1971 adalah 2,98 juta (2,5 %), dan tahun
1990 menjadi 6,96 juta (3,8 %). Rasio usila terhadap umur 20-64 tahun juga semakin meningkat,
dimana tahun 1990 adalah 12 % dan tahun 2000 menjadi 13,2 %.
Usia lanjut tergolong resiko tinggi bila memenuhi salah satu atau beberapa criteria
berikut: usia > 80 tahun, hidup sendiri, depresi, gangguan intelektual, jatuh beberapa kali,
inkontinensia urin atau tak dapat menyesuaikan diri.

Masalah kesehatan dan gizi


Masalah kesehatan pada usia lanjut dapat mempengaruhi status gizi dan sebaliknya status
gizi yang jelek dapat mempengaruhi kesehatan.
1.      Gangguan kesehatan mulut : gangguan gigi, gusi, sulit menelan, mulut kering menyebabkan cita
rasa menurun sehingga malas makan.
2.      Lambung menipis dan sekresi HCl dan pepsin menurun mengakibatkan gangguan
pencernaan/penyerapan zat gizi seperti kalsium, zat besi, dan vit. B 12.
3.      Sebagian usila hidup sendiri, merasa diri sehat atau menolak bantuan keluarga. Orang ini sulit
menerima nasehat meskipun untuk kesehatannya sendiri
4.      Sebagian kecil usila tidak dapat melaksanakan sesuatu sendiri sehingga makanannya tergantung
bantuan orang lain, mungkin karena pernah stroke, nyeri tulang, dll.
5.      Pada usia 60 tahun sekresi testosteron, produksi esterogen dan progesterone menurun sehingga
mempengaruhi status kesehatannya misalnya gangguan metabolisme gizi
6.      Penyakit kronis seperti gangguan jantung, hipertensi dan diabetes akan mengganggu kesehatan
dan status gizi usila. Namun timbulnya penyakit kronis ini dipacu pula oleh kegemukan
sebelumnya.
7.      Pada umumnya usila memiliki social ekonomi rendah yaitu tak tamat SD atau kehilangan
penghasilan, sehingga tak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Adapun kasus gizi yang terjadi pada usila adalah :
1.      Osteoporosis, terjadi karena proses demineralisasi tulang disebabkan defisiensi kalsium. Hal ini
karena kurangnya asupan, penurunan penyerapan dan kurangnya cadangan pada tulang. Asupan
kalsium yang baik adalah dari susu dan ikan. Konsumsi susu sejak usia muda menurunkan resiko
osteoporosis. Penyerapan kalsium antara lain dipengaruhi vitamin D, penurunan hormone
esterogen dan kurang kegiatan fisik. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang belakang,
pergelangan tangan (laki) dan paha (wanita).
2.      Anemia gizi karena kurangnya asupan dan gangguan penyerapan zat besi serta kurang vitamin C
dan vitamin B kompleks. Di samping itu pada usila HCl lambung menurun sehingga
mempengaruhi pencernaan protein.
3.      Konstipasi disebabkan kurangnya volume sisa-sisa makanan. Hal ini terjadi karena kurangnya
konsumsi serat, kelemahan tonus dinding saluran cerna dan kurang cairan. Kurangnya konsumsi
serat mungkin disebabkan kurangnya volume makanan terutama yang mengandung serat (biji-
bijian, buah, sayuran). Kelemahan tonus saluran cerna selain disebabkan usia juga karena kurang
vitamin B 1, kalsium, dll.

Penilaian status gizi


Kecukupan gizi pada seorang usila dapat dilihat dari status gizinya. Untuk penilaian
status gizi pada usila antara lain dengan mengukur perubahan komposisi tubuh, tinggi badan,
berat badan dan asupan makanan.
1.      Komposisi tubuh melihat jumlah massa otot dan lemak. Pada usia tua massa otot menyusut
sedangkan massa lemak bertambah 10-15 %. Penyusutan massa otot mencapai 5 kg pada wanita
dan 12 kg pada laki-laki usia 25-70 tahun. Total cairan tubuh berkurang dari 65 % menjadi 60 %.
2.      Tinggi badan menurun dengan kecepatan 0,03 cm/ tahun pada umur 40-45 tahun dan 0,28 cm
/tahun setelah usia itu. Pemendekan ini diduga akibat penipisan lempeng tulang belakang dan
pengurangan massa tulang. Pada keadaan osteoporosis dan kifosis susutan mencapai 12 % untuk
laki-laki dan 25 % untuk wanita.
3.      Perubahan berat badan dapat pula digunakan sebagai indicator kurang gizi. Penyusutan BB 10 %
atau lebih dalam masa < 3 bulan menandakan terjadinya malnutrisi. Oleh karena itu usila yang
dirawat sebaiknya ditimbang setiap minggu sedangkan usila yang sehat dapat ditimbang setiap 2-
3 bulan.
4.      Indeks massa tubuh dapat digunakan dengan mengukur tinggi dan berat badan. TB ditaksir
dengan mengukur tinggi lutut (TL) jika usila tidak dapat berdiri tegak. Pasien ditelentangkan dan
sendi lutut ditekuk sampai 90, diukur menggunakan kaliper. Batang kaliper sejajar tulang tibia.
Perkiraan TB adalah :
Laki-laki : TB = 64,19 – (0,40 x usia) + (2,02 x TL)
Wanita : TB = 84,88 – (0,24 x usia) + (1,83 + TL)
5.      Asupan makanan akan mencerminkan kecukupan makanan seseorang sehingga dapat pula
digunakan untuk memperkirakan status gizinya. Asupan makanan dapat diperoleh dengan recall
konsumsi atau cara penimbangan.

Kebutuhan gizi
1.      Kebutuhan energi usila > 60 tahun 2200 kkal untuk laki-laki dan 1850 kkal untuk wanita.
Kebutuhan energi menurun sejalan dengan pertambahan usia karena metabolisme sel dan
kegiatan otot berkurang. Penurunan kebutuhan energi adalah 5 % per decade. Namun jika masih
aktif bekerja kebutuhan energi relative tidak menurun. Energi ini diperoleh dari karbohidrat 60
%, protein 15 % dan lemak 25 %.
2.      Kebutuhan protein sehari 0,9 g/kg BB. Kebutuhan protein meningkat bila ada stress fisiologis
seperti infeksi, luka bakar, patah tulang dan operasi. Kebutuhan protein menurun bila ada
gangguan ginjal/hati.
3.      Kebutuhan vitamin dan mineral relative sama dengan usia sebelumnya. Namun asupannya perlu
mendapat perhatian karena efisiensi pencernaan menurun. Vitamin dan mineral yang sering
kurang : vitamin A, B, D, kalsium dan zat besi.
4.      Konsumsi serat perlu diperhatikan untuk mencegah konstipasi.
5.      Cairan perlu diperhatikan pada usila untuk membantu system pencernaan dan eksresi yang
lancar. Usila membutuhkan cairan sekitar 1,5 liter atau 7 gelas sehari

Sepuluh langkah hidup sehat bagi usila


1.      Biasakan pola makan yang baik, menarik dan menyenangkan
2.      Makanlah yang memperkuat daya tahan tubuh yang mengandung vitamin & mineral seperti :
vitamin A, vitamin C, Vitamin E, Fe dan Zn
3.      Makanlah yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D sejak usia muda untuk mencegah
tulang keropos dan mengkerut seperti : susu, daging, ikan teri, kedele
4.      Makanlah yang kaya serat agar pencernaan aktif dan teratur : biji-bijian, sayuran
5.      Makanlah makanan untuk keselamatan penglihatan, yang banyak mengandung vitamin A, B
karoten, vitamin B 2 dan Vitamin E. : sayuran, buah-buahan, telur
6.      Batasi makanan tinggi lemak dan kolesterol, untuk mengurangi penyakit jantung
7.      Makanlah sumber vitamin B 6, B 12 dan folat agar ingatan dan syaraf tetap baik.
8.      Makanlah sumber karbohidrat kompleks untuk mempertahankan berat badan normal.
9.      Lakukan olah raga secara rutin untuk menjaga kelenturan otot dan napsu makan.
10.  Tetaplah bekerja setiap hari untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

E.     KEBUTUHAN GIZI BERDASARKAN AKTIVITAS


Penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur,
gender dan aktivitas fisik. Kebutuhan gizi yang sangat terpengaruh aktivitas fisik adalah energi.
Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah angka metabolisme basal (AMB)
dan aktifitas fisik. Komponen lain adalah pengaruh termis makanan, namun karena jumlahnya
relative kecil dapat diabaikan (Almatsier, 2004).

Anda mungkin juga menyukai