Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SRI EWIN RAYHMAN

KELAS : III C
NIM : 751440119092
1. Perhitungan Tenaga Perawat
A. Metode Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal
yang diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah.
Metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa
mengetahui produktifitas SDM rumah sakit, dan kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan.
Bisa digunakan bila; kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan
personal terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relative stabil.
Tujuan dari metode ini adalah merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan
dengan membandingkan ketersediaan tempat tidur di unit-unit perawatan sesui
dengan tipe institusi layanan kesehatan yang tersedia.
Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkn surat keputusan
menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan
standar sebagai berikut:

Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT


A dan B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 ½ 1/6 2/3
Khusus Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan
Keterangan:

TM = Tenaga Medis

TT = Tempat Tidur

TPP = Tenaga Para Medis Perawat Tane

TPNP = Tenaga Para Medis Non Perawatan

TNP = Tenaga Non Medis


Contoh:

Suatu RS tipe B dengan jumlah tempat tidur 300 buah, maka


seorang pemimpin tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah
tenaga keperawatan sebagai berikut:

3/2 x 300 = 450

4/2 x 300 = 600

Maka jumlah tenaga perawat yang di butuhkan adalah 100


orang, bila rumah sakitnya tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah,
maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah:

½ x 75 = 37,5

Maka jumlah tenaga perawat yang di butuhkan adalah 40


orang

B. Metode Gillies
a) Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan disatu
unit perawatan adalah sebagai berikut:
Keterangan

A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari

B = rata-rata jumlah pasien perhari

C = Jumlah hari/tahun

D = Jumlah hari libur masing-masing perawat

E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun

G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun

H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut


b) Gillies (1994) menggunakan rumus Kebutuhan Tenaga Keperawatan adalah
sebagai berikut:
Keterangan
TP : Tenaga Perawat
A : Rata-rata jam perawatan/hari
B : Sensus harian rata-rata (Rumus sensus hsrian: TT x BOR)
C: Jam hari libur

365 : Jumlah hari kerja selama setahun

Contoh :
Gilies (1999):
Tenaga Perawat (TP)= AxBx365
(365-C) x jam kerja / hari
RS dengan ∑ tempat tidur 100, BOR 70%
 Waktu perawatan 6 jam/hari
 Jam kerja 6 jam/hari
 Libur per tahun= 76 hari
Hitung: tenaga perawat menurut formula Gsillies

TP = A x B x 365
(365 – C) x jam kerja/hari

= 6 x (0,7 x 100) x 365


(365 – 76) x 6

= 6 x 70 x 365
289 x 6
= 153.300
1734
= 88 orang

C. Metode Douglas
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu
pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut:
1) Perawtan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu: 3-4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori
tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut


di atas adalah sebagai berikut:

a. Kategori I : Self Care/perawatan mandiri (minimal)


Keterangan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara
umum baik, tidak ada reaksi emosianal, pasien memerlukan orientasi
waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya
ringan dan simple

Asuhan keperawatan minimal mempunyai criteria sebagai berikut:

1) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri


2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulansi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap hari jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b. Kategori II: intermediet Care/ perawatan sedang (partial)
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu
makan,, member dorongan agar mau makan,, eliminasi dan kebutuhan
diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk kekamarmandi,
penampilan pasien sakit sedang. Tindakan keperawatan pada pasien ini
monitor tanda-tanda vital, periksa urine reduksi , fungsi fisiologis,
status emosional kelancaran drainage atau infuse, pasien memerluksn
bsntusn pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/sift atau
30-60 menit/shifidengan mengobservasi side efek obat atau reaksi
energy.
Asuhan keperawatan persial mempunyai criteria sebagai berikut:
1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vita setiap 4 jam sekali
3) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake
output cairan dicata/dihitung.
c. Kategori III: Intensive Care/Perawatan Total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu
oleh perawatpenampian sakit berat. Pasien memerlukan observasi
terus-menerus.
asuhan keperawatan total mempunyai criteria sebagai berikut:
1) Semua keperluan pasien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap
jam
3) Makan melalui slang (NGT/Pipa lambung). Terapi intervena
4) Dilakukan pengisapan lender (suction)

Berdasarkan kategori tersebut di dapatkan jumlah perawat yang di


butuhkan pada pagi,sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasie:

Klasifikasi pasien
Minimal Parsial Total
No
Pag Siang Mala Pagi Sian Malam Pagi Sian Malam
i m g g
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,21 0,45 0,30 1.08 0,90 0,60
dst
Sumber: Douglas (1984)

Contoh :

Ruang rawat dengan 22 klien (3 klien dengan perawatan minimal, 14


klien dengan perawatan parsial dan 5 klien dengan perawatan total) jumlah
perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:

3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,80
Jumlah 6.09 → 6 orang

D. Perencanaan Karir Saya


Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bekerja di rumah
sakit, mempunyai peranan penting untuk memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas, tentunya sebagai tujuan rumah sakit dalam upaya mencapai
keberhasilan memberikanpelayanan kesehatan bagi masyarakat. Untuk
mencapai itu semua diperlukan seorang perawat yang benar-benar memiliki
kompetensi sesuai dengan area tanggung jawabnya, dan kompetensi tersebut
harus selalu di pertahankan dan dikembangkan. Maka diperlukan suatu
sistem yang dapat dilaksanakan oleh rumah sakit sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Kementrian Kesehatan RI,2013).
Perencanaan karir saya dalam lima tahun kedepan yakni sebagai berikut:
Visi :
Meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan, baik kepada klien,
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara produktif serta
menunjukan perilaku yang propesional serta tumbuh berkembang dan
mengambil kesempatan untuk menjadi perawat professional yang berprestasi
dan melakukan penelitian karir ke jenjang yang lebih tinggi.
Misi :
1. Bekerja secara produktif loyal serta meningkatkan pengalaman kerja
dalam bidang keperawatan.
2. Menunjukan prestasi kerja dengan melakukan pekerjaan secara efektif dan
efesien di bidang keperawatan.
3. Meningkatkan kemampuan intelektual serta menunjukan keterampilan/skil
layaknya seorang perawat professional.
Filosofi tujuan:
Meningkatkan kesadaran diri, memahami diri dan mempersiapkan diri
pada penempatan yang memadai serta mengefesienkan waktu untuk berusaha.
Menjadi tenaga perawat professional yang unggul, humanis dan berjiwa
mengabdi pada kehidupan serta berdaya saing internasional.

E. Analisi SWOT Pada Diri Saya


1) Saya memiliki kemampuan (Strengths) dalam diri saya yang bisa di
manfaatkan secara maksimal, yakni saya dengan cepat beradaptasi
dengan teman atau lingkugan baru, serta punya kemampua
mempengaruhi lingkugan sekitar dan bisa melaksanakan suatu
pekerjaan dengan efektit dan penuh tanggung jawab selain itu saya
juga orang bisa yang di percaya dan disiplin serta memiliki badan yang
sehat.
2) Di sisi lain saya juga mempunyai kelemahan (Weakness) dalam diri
saya yakni biasanya saya cepat lelah dalam melakukan suatu pekerjaan
yang menguras tenaga kemudian kelemahan saya yang kedua adalah
saya biasanya cepat lupa jika begitu banyak hal yang membebani
fikiran saya. Dan yang ketiga adalah saya mudah boros ketika
mempunyai uang lebih dari hasil usaha saya. Namun saya selalu
berusaha mengantisipasi kelemahan tersebut agar tidak mempersulit
diri saya di kemudian hari.
3) Saya pandai melihat dan membaca peluang atau kesempatan
(Opportunites) di lingkungan sekitar dan biasanya saya manfaatkan
untuk mengembangkan potensi pada diri saya seperti berorganisasi dan
biasanya saya mengikuti lomba sesuai dengan potensi dan bakat saya.
Selain itu saya juga menjalankan bisnis sampingan.
4) Adapun ancaman dari luar diri saya yakni kondisi keuangan orang tua
saya semakin menipis karena hasil pemasukan kurang dalam hal sering
gagal panen selain itu saya tidak mempunyai mentor dalam
menjalankan bisnis. Mengingat juga biaya pendidikan untuk
melanjutkan s1 masih terbilang tinggi, tentunya hal ini menjadi
ancaman bagi saya untuk melanjutkan pendidikan di jenjang lebih
tinggi. Namun saya tetap semangat dan terus berusaha. Karena pada
dasarnya setiap ada kemauan pasti ada jalan

Anda mungkin juga menyukai