Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fadel Muhammad Akbar

Kelas : 4TKG2
NIM : 1801421015

UJIAN AKHIR SEMESTER


MATA KULIAH ETIKA PROFESI & HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. Tentang Omnibus Law


Indonesia mengalami hiperregulasi yang juga mengalami tumpang tindih pada
Peraturan Perundang-Undangan yang ada. Omnibus Law yang berarti peraturan yang
mengatur segalanya dapat menjadi solusi atas terjadinya hiperregulasi dan
ketumpangtindihan peraturan perundang-undangan.

2. Jumlah Undang-Undang yang dirangkum yaitu sebanyak 79 Undang-Undang

3. Jumlah Cluster yang dirangkum dalam UU Ciptakerja sebanyak 11 Cluster

4. Jumlah Pasal Pada UU Cipta Kerja yaitu 186 Pasal

5. Kelebihan Omnibus Law


- Mengurangi Hiperregulasi karena Indonesia merupakan termasuk negara yang
memiliki peraturan undang-undangan yang terbanyak. Sehingga terjadi tumpang
tindih dan tidak harmonis. Omnibus law mengurangi dampak itu agar terjadi
keselarasan peraturan dan tidak terjadi multiinterpretasi.
- Efisiensi Proses Perubahan/Pencabutan Undang-Undang karena perumusannya
yang langsung berdampak pada banyak sector sehingga proses perubahan pasal atau
ayat bisa dilakukan secara bersamaan.
- Menghilangkan Ego Sektoral yang Terkandung dalam Berbagai Peraturan
Perundang-Undangan karena tiap Undang-Undang dibahas oleh Komisi yang
berbeda dengan kelompok yang berbeda dan akan menyebabkan tumpang tindih.
Kekurangan Omnibus Law
- Karena membahas banyak peraturan maka dapat terjadi kesalahan dalam perumusan
bila tidak dilaksanakan secara hati-hati. Terdapat pasal-pasal yang merujuk ke
ayat tertentu tetapi tidak ada ayat bersangkutan
- Bisa terjadi pembentukan yang tidak demokratis karena terlalu banyak bidang yang
diatur sehingga perlu mendengar pendapat dari berbagai macam kelompok
- Terbukti berdasarkan putusan MK bahwa UU Cipta Kerja yang merupakan omnibus
law terjadi CACAT FORMIL DALAM PENYUSUNANNYA yaitu dilanggarnya
asas partisipasi publik artinya tidak membuka partisipasi publik yang cukup padahal
merevisi 79 Undang-Undang
- DIREVISI SETELAH DIUNDANGKAN terjadi pada UU Cipta Kerja

6. Pertama, Jaminan Korban PHK. UU ini akan melindungi pekerja korban PHK,
dengan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Program ini berupa pemberian
insentif uang tunai dan program pelatihan kerja bagi para korban PHK. Bila mau mencari
pekerjaan pun bisa mendapatkan akses ke pasar tenaga kerja. Program JKP tidak akan
mengurangi manfaat jaminan kecelakaan kerja hingga jaminan pensiun yang sudah ada.
Jaminan ini juga tidak akan membebani iuran tambahan, baik untuk pekerja maupun
pengusaha yang memberi kerja.
Kedua, Tidak Hilangkan Hak Cuti Haid dan Hamil. Dalam UU Cipta Kerja, hak cuti
haid dan hamil tidak dihapuskan. Cuti haid dan hamil tetap mengacu pada undang-undang
ketenagakerjaan

7. UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan memuat 193 pasal

8. Secara umum UU Ketenagakerjaan mengatur agar melindungi pekerja dalam artian


mengatur kesejahteraan pekerja secara umum. Secara khusus kesejahteraan pekerja diatur
dalam BAB X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan pasal 67 s.d. pasal 101. Pada
BAB ini mengatur tentang hak-hak pekerja, baik pekerja laki-laki, perempuan, dan bila anak-
anak menjadi pekerja. Telah diatur juga bagaimana pengupahan, cuti, jaminan kesejahteraan,
dan lain-lain. Pasal-pasal yang ada sudah mengatur dengan baik.
Dalam UU Cipta Kerja terjadi perubahan yang ditolak oleh buruh yaitu penghapusan
Pasal 89 ayat 1 huruf b yaitu penghapusan upah minimum sektoral dan dianggap oleh buruh
sebagai kebijakan yang tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai