Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

JADWAL INDUK PRODUKSI

4.1 Definisi Jadwal Induk Produksi


Pada dasarnya jadwal induk (master production schedule) merupakan
suatu pernyataan tentang produksi akhir (termasuk parts pengganti dan suku
cadang) dari suatu perusahaan industri menufaktur yang merencanakan
memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. Dengan kata
lain jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang
mengidentifikasikan kuantitas dari item tetentu yang dapat dan akan dibuat oleh
suatu perusahaan manufaktur dalam satuan waktu (Gaspersz, 2002).
Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas
melakukan empat fungsi utama yaitu:
a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan
kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements
planning).
b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and
purchase orders) untuk item-item JIP.
c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk
(delivery promises) kepada pelanggan.
Adapun beberapa yang menjadi tujuan jadwal induk produksi diantaranya
yaitu:
a. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen.
b. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi.
c. Mencapai target tingkat produksi.
Dalam jadwal induk produksi terdapat kriteria-kriteria dasar yaitu:
a. Jenis item tidak terlalu banyak.
b. Dapat diramalkan kebutuhannya.

IV-1 Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-2

c. Mempunyai bill of material sehingga dapat ditentukan komponen dan bahan


bakunya.
d. Dapat diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan kapasitas.
e. Menyatakan konfigurasi produk yang dapat dikirim (produk akhir tertentu
atau koponen berlevel tinggi dari produk akhir tertentu).
Sebagai suatu aktivitas proses, jadwal induk produksi (JIP) membutuhkan
lima input utama diantaranya yaitu:
a. Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses jadwal
induk produksi yang berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecasts) dan
pesanan-pesanan (order).
b. Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok
yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-
pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and
purchase orders), dan firm planned order.
c. Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada JIP. JIP harus
menjumlahkan untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-
sumber daya lain dalam rencana produksi itu.
d. Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang
harus digunakan, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time).
e. Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk
mengimplementasikan JIP menjadi salah satu input bagi JIP.

4.2 Metode Jadwal Induk Produksi


Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan jadwal induk
produksi yaitu metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode
mix strategy, dan metode transportasi. Adapun dari masing-masing metode
tersebut terdapat penjelasan yang berbeda-beda.

4.2.1 Metode Tenaga Kerja Tetap


Metode tenaga kerja tetap adalah metode perencanaan produksi agregat,
dimana jumlah tenaga kerja tidak mengalami perubahan (tetap). Metode tenaga

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-3

kerja tetap mempunyai kecepatan produksinya konstan, yaitu operator atau


pekerja bekerja tidak teralu cepat dan bekerja secara lambat.
Metode tenaga kerja tetap melakukan variasi tingkat persediaan dengan
cara mempertahankan rata-rata tingkat produksi yang tetap dan menyimpan
kelebihan produksi pada bulan-bulan tertentu untuk digunakan pada bulan-bulan
lain yang mengalami kelebihan permintaan. Apabila jumlah produksi lebih tinggi
dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan. Jika jumlah
produksi lebih kecil daripada permintaan, kekurangan produksi diambil dari
persediaan.

4.2.2 Metode Tenaga Kerja Berubah


Metode tenaga kerja berubah adalah metode perencanaan produksi
agregat, dimana jumlah tenaga kerja mengalami perubahan. Rencana produksi
metode tenaga kerja berubah dibuat sesuai kebutuhan (demand) dengan
menambah tenaga kerja jika kekurangan tenaga kerja atau mengurangi tenaga
kerja jika kelebihan tenaga kerja. Metode tenaga kerja berubah berupa strategi
melakukan variasi jumlah tenaga kerja dengan cara menambah atau mengurangi
sejumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan kapasitas produksi pada bulan
yang bersangkutan.

4.2.3 Metode Mix Strategy


Metode mix strategy adalah metode perencanaan produksi agregat yang
menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah.
metode mix strategy hanya menggabungkan nilai-nilai yang didapat pada metode
tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. Penggabungan terletak pada 6
metode awal menggunakan metode tenaga kerja tetap dan 6 metode akhir
menggunakan metode tenaga kerja berubah.

4.2.4 Metode Transportasi


Metode transportasi merupakan metode perencanaan produksi agregat
yang berfungsi untuk menentukan rencana pengiriman barang dengan biaya

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-4

minimal. Masalah transportasi membahas pendistribusian suatu komoditas dari


sejumlah sumber (supply) ke sejumlah tujuan (demand) dengan tujuan untuk
meminimumkan biaya yang terjadi dari kegiatan tersebut, karena ide dasar dari
masalah transportasi adalah meminimasi biaya total transportasi. Ciri dari masalah
transportasi yaitu:
a. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan.
b. Kuantitas komoditas sumber tujuan besarnya tertentu.
c. Jumlah pengiriman komoditas sesuai kapasitas sumber atau tujuan.
d. Biaya yang terjadi besarnya tertentu.
Dalam metode transportasi terdapat beberapa cara untuk memecahkan
permasalahan yang timbul. Metode tersebut antara lain yaitu metode northwest
corner, metode least cost, metode aproximasi vogel (VAM), dan metode
aproksimasi russel.

4.3 Pembahasan
Pada modul ini membahas tentang jadwal induk produksi dengan
menggunakan perhitungan metode tenaga kerja tetap, tenaga kerja berubah, sub
kontrak dan transportasi. Dari metode yang terpilih, maka hasil perhitungannya
akan digunakan untuk menentukan perencanaan produksi agregat.

4.3.1 Data-Data Jadwal Induk Produksi


Jadwal induk produksi adalah suatu perencanaan yang mengidentifikasi
kuantitas dari item tertentu yang didapatkan dan akan dibuat oleh suatu
perusahaan manufaktur. Data yang digunakan untuk membuat jadwal tersebut
adalah menggunakan data hasil peramalan permintaan dengan metode regresi
linier dan data hari kerja yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun data
permintaan regresi dan data hari kerja terdapat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-5

Tabel 4.1 Data Permintaan Regresi Linier


Periode Permintaan
1 117
2 117
3 117
4 117
5 117
6 117
7 117
8 117
9 117
10 117
11 117
12 117
Total 1404

Tabel 4.2 Ketentuan Hari Kerja


Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
HK 20 19 22 21 19 22 22 21 19 21 21 21

Selain data-data tersebut diperlukan juga data lain yang dapat menunjang
dalam pembuatan JIP ini. Adapun data-data tersebut yaitu:
Inventory : 50 Unit
Waktu Baku : 3 Jam
Jam Kerja/Hari : 8 Jam
Maximum Lembur : 25%
Regular Time Cost : Rp. 2500,-per unit
Over Time Cost : Rp. 4500,-per unit
Sub Contract Cost : Rp. 5500,-per unit
Lay Off Cost : Rp. 1.050.000,-per unit
Hiring Cost : Rp. 1.050.000,-per unit
Under Time Cost : Rp. 5000,-per jam orang
Holding atau Inventory Cost : Rp. 250,-per unit
Kapasitas Sub Kontrak : Diasumsikan 25% dari kapasitas
perusahaan.
Dari data-data tersebut dapat dilakukan perhitungan JIP menggunakan 4
metode, yaitu metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode sub

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-6

kontrak dan metode trasportasi. Dari empat metode tersebut dapat dipilih
perencanaan yang tepat dilihat dari total produksi pada setiap metode.

4.3.2 Menentukan Rencana Kebutuhan Produksi Agregat


Langkah pertama dalam merancang jadwal induk produksi adalah
menentukan rencana kebutuhan produksi agregat. Adapun hasil dari perencanaan
kebutuhan agregat tersebut dapat diliha pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rencana Kebutuhan Produksi Agregat
Bulan Inventori Permintaan Safety Kebutuhan Inventori
Awal (forecast) Stock Produksi Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 50 117 30 97 30
2 30 117 30 117 30
3 30 117 30 117 30
4 30 117 30 117 30
5 30 117 30 117 30
6 30 117 30 117 30
7 30 117 30 117 30
8 30 117 30 117 30
9 30 117 30 117 30
10 30 117 30 117 30
11 30 117 30 117 30
12 30 117 30 117 30
Total 380 1404 360 1384 360

Keterangan dari perhitungan masing-masing kolom yaitu:


Kolom 1 : Periode 1-12 merupakan jumlah bulan dalam satu tahun
Kolom 2 : Inventori Awal. Untuk periode 1 diperoleh dari data inventori,
untuk periode berikutnya diperoleh dari inventori akhir di
sebelumnya.
Kolom 3 : Permintaan (Forecast). Diperoleh dari data peramalan
Kolom 4 : Safety Stock. Diasumsikan nilainya 25% dari permintaan
25%*117 = 30
Kolom 5 : Kebutuhan Produksi. Kolom 3 + Kolom 4 – Kolom 2
117 + 30 – 50 = 97
Kolom 6 : Inventori Akhir. Kolom 2 + Kolom 5 – Kolom 3
50 + 97 – 117 = 30
4.3.3 Metode Tenaga Kerja Tetap

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-7

Perhitungan untuk Metode Tenaga Kerja Tetap, tenaga kerja yang dipilih
adalah yang total ongkosnya paling kecil. Adapun perhitungan dari penentuan
tenaga kerja yaitu:
Wbx (∑Demand − Inventory ) 2.18 (1384 − 50 )
∑TK =
( ∑HKxJK )
=
248 x8
=1.47

Hasilnya dibulatkan ke atas dan ke bawah, maka:


TK a : 1
TK b : 2
Dengan TK a:
Total Produksi RT = (a x JK x ΣHK)/Wb = (1 x 8 x 248) / 2.18
= 910,09 unit unit
Kekurangan Produksi = (Σ Demand - Inventory ) – Total Produksi RT
= (1384 - 50) - 911 = 423 unit
Ongkos RT = Total Produksi RT x Ongkos RT/Unit = 911 x
2500 = Rp. 2.277.500
Ongkos OT = Kekurangan Produksi x Ongkos OT = 423 x
4500 = Rp. 1.903.500
Total Ongkos = Ongkos OT + Ongkos RT = Rp. 1.903.500 +
Rp. 2.277.500 = Rp. 4.181.000
Dengan TK b:
Total Produksi RT = (b x JK x ΣHK)/Wb = (2 x 8 x 248) / 2.18
= 1820.18 unit unit
Inventory = Total Produksi RT - (Σ Demand - Inventory )
= 1821 – (1384 – 50) = 487
Ongkos RT = (Σ Demand – Inventori) x Ongkos RT
= (1384 – 487) x 2500 = Rp. 2.242.500
Ongkos Inventory = Inventory x Ongkos Inventory
= 487 x Rp. 250 = Rp. 121.750
Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos Inventory
= Rp. 2.242.500 + Rp. 121.750
= Rp. 2.364.250
Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-8

Dari perhitungan diatas maka tenaga kerja yang dipilih adalah tenaga kerja
dibulatkan keatas yaitu b, karena mempunyai total ongkos yang lebih kecil. Jadi
tenaga kerja yang dipakai dalam perhitungan JIP ini sebesar 2 orang. adapun tabel
perhitungan JIP dengan metode tenaga kerja tetap dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Metode Tenaga Kerja Tetap

Over Man Unit Sub Inventory


Periode Demand HK RMH UPRT
Hour Produksi OT kontrak Akhir
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]
1 97 20 320 147 80 0 0 100
2 117 19 304 140 76 0 0 73
3 117 22 352 162 88 0 0 95
4 117 21 336 155 84 0 0 88
5 117 19 304 140 76 0 0 73
6 117 22 352 162 88 0 0 95
7 117 22 352 162 88 0 0 95
8 117 21 336 155 84 0 0 88
9 117 19 304 140 76 0 0 73
10 117 21 336 155 84 0 0 88
11 117 21 336 155 84 0 0 88
12 117 21 336 155 84 0 0 88
Total 1384 248 3968 1828 992 0 0 1044

Adapun keterangan dari setiap kolomnya dan juga contoh perhitungannya


yaitu:
a. Kolom 1 = Periode 1 -12
b. Kolom 2→ Demand = Hasil peramalan Regresi
c. Kolom 3→ HK = Hari Kerja yang telah ditentukan
d. Kolom 4 → RMH = ∑ TK x HK x JK
= 2 x 20 x 8
= 320 Jam
e. Kolom 5 → UPRT = RMH / Wb
= 320 / 2.18 = 147 unit

f. Kolom 6→ OMH = Kapasitas Lembur 25% x RMH


= 0.25 x 320
= 80 Jam

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-9

g. Kolom 7→ UPOT = Demand – UPRT – Inventory Awal


= 97 – 147 – 50 = -100 = 0
h. Kolom 8→ SC = (25% x UPRT) – Demand – UPRT
= (0.25 X 147) – 97 – 147
= -207.25 = 0
i. Kolom 9→ Inv. Akhir = UPRT + Inventory – Demand
= 147 + 50 – 97 = 100 unit
Ongkos RT = Σ UPRT x Ongkos RT
= 1828 x Rp. 2500 = Rp. 4.570.000
Ongkos OT = Σ Unit Produksi OT x Ongkos OT
= 0 x Rp. 4500 = Rp. 0
Ongkos Inventory = Σ Inventory x Ongkos Inventory
= 1044 x Rp. 250 = Rp. 261.000
Total Ongkos Produksi = Σ Ongkos RT + Σ Ongkos OT +
Σ Ongkos Inventory
= Rp. 4.570.000 + Rp. 0 + Rp. 261.000
= Rp 5.011.000

4.3.4 Metode Tenaga Kerja Berubah


Perhitungan untuk metode tenaga kerja berubah, tenaga kerja dihitung
untuk setiap periodenya. Adapun tabel perhitungan JIP dari metode tenaga kerja
berubah dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perhitungan JIP Metode Tenaga Kerja Berubah


Periode Deman HK ∑TK UPRT RMHP RMH Hirin Lay off Under time
(1) d (3) (4) (5) (6) (7) g (9) (10)

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-10

(2) (8)

1 47 20 1 47 103 160 0 0 57
2 117 19 2 117 256 304 1 0 48
3 117 22 2 117 256 352 0 0 96
4 117 21 2 117 256 336 0 0 80
5 117 19 2 117 256 304 0 0 48
6 117 22 2 117 256 352 0 0 96
7 117 22 2 117 256 352 0 0 96
8 117 21 2 117 256 336 0 0 80
9 117 19 2 117 256 304 0 0 48
10 117 21 2 117 256 336 0 0 80
11 117 21 2 117 256 336 0 0 80
12 117 21 2 117 256 336 0 0 80
Total 1384 248 20 1329 2913 3961 1 0 1039

Adapun keterangan dari setiap kolomnya dan juga contoh perhitungannya


yaitu:
a. Kolom 1 = Periode 1 -12
b. Kolom 2→ Demand = Hasil dari peramalan regresi linier
c. Kolom 3→ HK = Hari Kerja yang telah ditentukan
d. Kolom 4 → Σ TK = Untuk baris pertama rumusnya yaitu:
( ( Demand − inventory ) × Wb )
( Hk × Jk )
( (97 − 50 ) × 2.18 )
= = 0.64 ≈ 1 Orang
( 20 × 8)
Untuk baris kedua dan seterusnya rumusnya yaitu:
( Demand ×Wb )
( Hk × Jk )
( 97 × 2.18 )
=
( 20 ×8) = 1.32 ≈ 2 Orang
e. Kolom 5→ UPRT = Demand kolom (2)
(pada periode pertama dikurangi inventory
50, untuk periode selanjutnya tidak).
f. Kolom 6→ RMHP = UPRT x Wb
= 47 x 2.18 = 102.46 ≈ 103 Unit Jam
g. Kolom 7→ RMH = ∑ TK x HK x JK
Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-11

= 2 x 20 x 8
= 320 jam
h. Kolom 8→ Hiring = Penambahan Tenaga kerja = 1 Orang
i. Kolom 9→ Lay off = Pengurangan Tenaga kerja = 0 Orang
j. Kolom 10→ UT = RMH – RMHP
= 320 - 103
= 217 jam
Adapun perhitungan ongkos produksi dengan menggunakan metode
tenaga kerja berubah dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja berubah

Ongkos Ongkos Lay Ongkos


Periode Ongkos RT
Hiring Off Under Time
1 Rp 117.500 - - Rp 1.085.000
2 Rp 292.500 Rp 1.050.000 - Rp 240.000
3 Rp 292.500 - - Rp 480.000
4 Rp 292.500 - - Rp 400.000
5 Rp 292.500 - - Rp 240.000
6 Rp 292.500 - - Rp 480.000
7 Rp 292.500 - - Rp 480.000
8 Rp 292.500 - - Rp 400.000
9 Rp 292.500 - - Rp 240.000
10 Rp 292.500 - - Rp 400.000
11 Rp 292.500 - - Rp 400.000
12 Rp 292.500 - - Rp 400.000
Total Rp 3.335.000 Rp 1.050.000 - Rp 5.245.000

Adapun contoh perhitungannya yaitu:


a. ∑ Ongkos RT = UPRT x Ongkos RT = 1329 xRp. 2500
= Rp 3.322.500
b. ∑ Ongkos Hiring = Hiring x Hiring Cost
= 1 x Rp 1.050.000 = Rp. 1.050.000
c. ∑ Ongkos Lay Off = Lay Off x Ongkos Lay Off
= 0 x Rp 1.050.000 = Rp. 0
d. ∑ Ongkos Under Time = Under Time x Ongkos Under time
= 1039 x Rp 5000 = Rp 5.195.000
e. ∑ Total Ongkos Produksi = Σ Ongkos RT + Σ Ongkos Hiring +

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-12

Σ Ongkos Lay Off +


Σ Ongkos Under Time
= Rp 3.322.500 + Rp Rp. 1.050.000 +
Rp 0 + Rp 5.195.000 = Rp 9.567.500

4.3.5 Metode Sub Kontrak


Setelah melakukan perhitungan dengan metode tenaga kerja tetap dan
metode tenaga kerja berubah, selanjutnya melakukan perhitungan untuk metode
sub kontrak. Adapun perhitungan metode sub kontrak tersebut yaitu, tentukan
jumlah tenaga kerja yang digunakan dengan rumus:
kebutuhanp roduksiter kecil * ∑ periode *Wb 97 *12 * 2.18
∑TK =
(∑HKxJK )
=
248 x8
= 1.27 ≈ 1

Tabel 4.7 Perhitungan Metode Sub Kontrak


Jam Unit Sub Biaya Sub Biaya Produksi
Periode Demand HK UPRT
produksi kontrak kontrak Reguler
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
1 97 20 776 356 0 0 Rp 1.940.000
2 117 19 936 430 0 0 Rp 2.340.000
3 117 22 936 430 0 0 Rp 2.340.000
4 117 21 936 430 0 0 Rp 2.340.000
5 117 19 936 430 0 0 Rp 2.340.000
6 117 22 936 430 0 0 Rp 2.340.000
7 117 22 936 430 0 0 Rp 2.340.000
8 117 21 936 430 0 0 Rp 2.340.000
9 117 19 936 430 0 0 Rp 2.340.000
10 117 21 936 430 0 0 Rp 2.340.000
11 117 21 936 430 0 0 Rp 2.340.000
12 117 21 936 430 0 0 Rp 2.340.000
Total 1384 248 11072 5086 0 0 Rp 27.680.000

Adapun contoh perhitungan dari kolom tersebut yaitu:


a. Jam Produksi = Kolom 2 x 8 jam/hari x jumlah tenaga kerja
= 97 x 8 x 1 = 776
b. UPRT = Kolom 4 : Wb (dalam jam)
= 776 : 2.18 = 355.96 ≈ 356

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-13

c. Unit Sub kontrak = Demand – UPRT


= 97 – 356 = - 259 ≈ 0
d. Biaya Sub kontrak = Unit Subkontrak * Biaya Sub kontrak
= 0 x Rp 5500 = Rp 0
e. Biaya Produksi Reguler = Jumlah produksi x Biaya reguler time
= 776 x Rp 2500 = Rp 1.940.000
f. Ongkos Produksinya = Σ Biaya Sub kontrak + Σ Biaya reguler time
= Rp 0 + Rp 27.680.000
= Rp 27.680.000

4.3.6 Metode Transportasi


Perhitungan JIP dengan menggunakan metode transportasi, jumlah tenaga
kerja yang dipakai adalah total ongkosnya paling kecil. Adapun perhitungan
tenaga kerjanya yaitu:
Wbx (∑Demand − Inventory ) 2.18 (1384 − 50 )
∑TK =
(∑HKxJK )
=
248 x8
=1.47

Hasilnya dibulatkan ke atas dan ke bawah, maka:


TK a : 1
TK b : 2
Dengan TK a:
Total Produksi RT = (a x JK x ΣHK)/Wb = (1 x 8 x 248) / 2.18
= 910,09 unit unit
Kekurangan Produksi = (Σ Demand - Inventory ) – Total Produksi RT
= (1384 - 50) - 911 = 423 unit

Ongkos RT = Total Produksi RT x Ongkos RT/Unit


= 911 x 2500
= Rp. 2.277.500
Ongkos OT = Kekurangan Produksi x Ongkos OT
= 423 x 4500

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-14

= Rp. 1.903.500
Total Ongkos = Ongkos OT + Ongkos RT
= Rp. 1.903.500 + Rp. 2.277.500
= Rp. 4.181.000
Dengan TK b:
Total Produksi RT = (b x JK x ΣHK)/Wb = (2 x 8 x 248) / 2.18
= 1820.18 unit unit
Inventory = Total Produksi RT - (Σ Demand - Inventory )
= 1821 – (1384 – 50) = 487
Ongkos RT = (Σ Demand – Inventori) x Ongkos RT
= (1384 – 487) x 2500 = Rp. 2.242.500
Ongkos Inventory = Inventory x Ongkos Inventory
= 487 x Rp. 250 = Rp. 121.750
Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos Inventory
= Rp. 2.242.500 + Rp. 121.750
= Rp. 2.364.250
Selanjutnya, menghitung kapasitas tersedia (KT) untuk masing-masing
periode. Adapun perhitungannya untuk kapasitas tersedia terdapat pada Tabel 4.8,
ongkos produksi transportasi terdapat pada Tabel 4.9, dan sumber untuk
transportasi terdapat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.8 Kapasitas Tersedia

Periode ∑ TK HK KT RT KT OT KT SC
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1 2 20 147 37 46
2 2 19 140 35 44
3 2 22 162 41 51

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-15

4 2 21 155 39 49
5 2 19 140 35 44
6 2 22 162 41 51
7 2 22 162 41 51
8 2 21 155 39 49
9 2 19 140 35 44
10 2 21 155 39 49
11 2 21 155 39 49
12 2 21 155 39 49
Total 248 1828 460 576

Tabel 4.9 Onkos Produksi Metode Transportasi


Periode Ongkos RT Ongkos OT Ongkos SC
1 Rp 117.500 - -
2 Rp 292.500 - -
3 Rp 292.500 - -
4 Rp 292.500 - -
5 Rp 292.500 - -
6 Rp 292.500 - -
7 Rp 292.500 - -
8 Rp 292.500 - -
9 Rp 292.500 - -
10 Rp 292.500 - -
11 Rp 292.500 - -
12 Rp 292.500 - -
Total Rp 3.335.000 - -

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-16

Adapun contoh untuk masing-masing perhitungannya yaitu:


a. Ongkos RT = Pengalokasian di RT * Ongkos RT
= 47 * Rp 2500 = Rp 117.500
b. Ongkos OT = pengalokasian di OT * Ongkos OT
= 0 * Rp 4500 = Rp 0
c. Ongkos SC = Pengalokasian di SC * Ongkos SC
= 0 * Rp 5500 = Rp 0

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-17

d. Ongkos KTT = Jumlah KTT * Holding Cost


= 494 * Rp 250 = Rp 123.500
Jadi Ongkos produksinya adalah:
Ongkos Produksi = Total Ongkos RT + Total Ongkos OT +
Total Ongkos SC +Total Ongkos KTT
= Rp 3.335.000 + Rp 0 + Rp 0 + Rp 123.500
= Rp 3.458.500

4.3.7 Perbandingan Ongkos Produksi dan Rencana Produksi Agregat


Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan data penjualan
aktual dari regresi linier selanjutnya membandingkan ongkos tiap metode, ongkos
yang dipilih adalah ongkos produksi terkecil. Dari empat metode tersebut metode
transportasi memiliki ongkos produksi paling kecil. adapun perbandingan ongkos
produksi dari keempat metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Perbandingan Ongkos Produksi
Metode Tenaga Metode Tenaga Metode Sub Metode
Kerja Tetap Kerja Berubah Kontrak Transportasi
Rp 5.011.000 Rp 8.517.500 Rp 27.680.000 Rp 3.458.500

Tabel di atas menunjukkan bahwa ongkos produksi terkecil terdapat pada


metode transportasi. Setelah memilih ongkos terkecil, lalu membuat rencana
produksi agragat, dimana rencana produksi agregat yang terpilih ini akan menjadi
input bagi proses diasgregasi. Adapun tabel rencana produksi agregat dapat dilihat
pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Rencana Produksi Agregat


Data Kapasitas
peramalan RT OT SC
117 47 - -
117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-18

117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -
117 117 - -

4.4 Analisis Jadwal Induk Produksi


Analisa pengolahan data merupakan analisis dari metode-metode jadwal
induk produksi yang telah dilakukan pada pembahasan. Adapun penjelasan dari
masing-masing analisis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode Tenaga Kerja Tetap
∑ Tk yang digunakan adalah Tk b dengan nilai sebesar 2, ini dikarenakan
total ongkos yang didapat lebih kecil dari pada Tk a yaitu sebesar Rp.
2.364.250. Tidak terdapat unit produksi pada kolom UPOT dan sub kontrak
dikarenakan pada kolom inventory akhir nilai yang didapat bernilai positif.
Total ongkos RT yang didapat sebesar Rp. 4.570.000. Total ongkos inventory
yang didapat sebesar Rp. 261.000. Ongkos OT yang didapat 0 karena tidak
ada unit produce over time. Total ongkos produksi yang didapat sebesar Rp
5.011.000.
b. Metode Tenaga Kerja Berubah
Terdapat tabel hiring dan lay off yang artinya menunjukan penambahan dan
pengurangan tenaga kerja. Disini penambahan tenaga kerja didapat sebanyak 1
orang dan tidak ada pengurangan atau 0 karena pada setiap masing-masing
periode, nilai tenaga kerjanya tetap. Under Time didapat dari RMH – RMHP
dan totalnya adalah sebesar 1039. Total ongkos untuk under time sebesar Rp
5.195.000. Total ongkos RT yang didapat sebesar Rp 3.322.500. Total ongkos
hiring didapat sebasar Rp 1.050.000. Adapun total ongkos produksi yang
didapat sebesar Rp 9.567.500.
c. Metode Sub Kontrak
Ketentuan tenaga kerja yang digunakan adalah apabila nilainya terdapat
desimal, maka dibulatkan ke bawah. Tetapi apabila nilai itu 0 desimal, maka
dibulatkan ke atas menjadi 1. Total biaya produksi reguler yang didapat pada

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi
IV-19

metode sub kontrak ini adalah sebesar Rp 27.680.000. adapun total ongkos
produksinya adalah sebesar Rp 27.680.000.
d. Metode Transportasi
Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap. Sama seperti
perhitungan yang ada pada tenaga kerja tetap untuk mencari ongkos terkecil
dari tenaga kerjanya dan didapat tenaga kerja yang b. Pada transportasi,
Inventory tiap baris bertambah Rp 250, dikarenakan adanya ongkos inventory
per unit nya. Ongkos produksi yang didapat pada metode transportasi ini
adalah sebesar Rp 3.458.500.
e. Perbandingan Ongkos Produksi
Perbandingan ongkos produksi dari masing-masing metode didapat ongkos
produksi terkecil dimiliki oleh metode transportasi yaitu sebesar Rp
3.458.500. pada perbandingan tersebut, maka hasil dari metode transportasi itu
dimasukkan kedalam rencana produksi agregat.

Kelompok 5
Praktikum Sistem Produksi

Anda mungkin juga menyukai