Anda di halaman 1dari 15

Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.

01 (2020) 1-15

HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DAN PEMBANGUNAN


KELUARGA DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SRPJMN 2017)

Mario Ekoriano1, Aditya Rahmadhony1, T.Y. Prihyugiarto1, Omas Bulan Samosir2


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan KS, BKKBN
2
Universitas Indonesia

marioekoriano@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia faces major challenges in achieving national and global development goals. The
population growth rate is relatively high. Fertility was stagnant during 2000-2012 and
contraceptive use increased slowly. This study aims to study the relationship between family
development and contraceptive use in Indonesia. The data used came from the results of the
2017 RPJMN Performance Indicator Survey. The unit of analysis is married or living together
women aged 15-49 years. The data were analyzed descriptively and inferentially.
Descriptively, the contraceptive use patterns and differentials by the quality of family
development and demographic, social and economic factors are presented. Inferentially, a
multivariate analysis of the effect of family development on contraceptive use was carried out,
controlling for the effects of demographic, social and economic factors, employing the binary
logistic regression method. The results of the study show that after controlling for the effects
of demographic, social and economic factors, the probability of using contraception was
higher among women aged 15-49 who were married or living together and had implemented
family functions.

Keywords: Family development, family function, contraceptive use, Indonesia.

1
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

I. PENDAHULUAN sedikit dari 11% pada tahun 2012 menjadi


A. Latar Belakang 10,6% pada tahun 2017. Akan tetapi,
Salah satu tujuan pembangunan nasional tingkat putus pakai alat kontrasepsi sebesar
adalah untuk mencapai penduduk tumbuh 27% pada tahun 2012 dan meningkat
seimbang (PTS) melalui upaya penurunan menjadi 34% pada tahun 2017 (BKKBN,
laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan BPS dan Kemenkes 2018). Untuk
perwujudan keluarga berkualitas. Indikator mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
sasaran Pembangunan Kependudukan dan dan keluarga berkualitas, pemerintah
Keluarga Berencana (KB) yang tertera pada menetapkan kebijakan KB melalui
RPJMN 2015-2019 antara lain adalah penyelenggaraan program KB dan
menurunnya angka kelahiran total (total menetapkan kebijakan pembangunan
fertility rate/TFR), meningkatnya angka keluarga melalui pembinaan ketahanan dan
prevalensi kontrasepsi (contraceptive kesejahteraan keluarga untuk mendukung
prevalence rate/CPR) modern, keluarga agar dapat melaksanakan fungsi
menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak keluarga secara optimal. Kebijakan
terpenuhi (unmet need), meningkatnya program KB dan program pembangunan
peserta KB aktif yang menggunakan keluarga saling terkait, dimana keduanya
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) mengarah kepada tercapainya penduduk
dan menurunnya tingkat putus pakai tumbuh seimbang dan terwujudnya
kontrasepsi (Renstra, BKKBN 2016). keluarga yang berkualitas. Dengan
Semenjak Undang-Undang nomor 32 terkendalinya pertumbuhan penduduk dan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, meningkatnya kualitas keluarga akan
program Kependudukan, Keluarga timbul rasa aman, tenteram, dan harapan
Berencana dan Pembangunan Keluarga masa depan yang lebih baik dalam
(KKBPK) diberlakukan maka kebijakan mewujudkan kesejahteraan lahir dan
pusat tidak lagi dapat diimplentasikan kebahagiaan batin.
hingga kabupaten/kota. Hal tersebut Undang-Undang Republik Indonesia
membuat capaian kinerja program KKBPK Nomor 52 Tahun 2009 tentang
mengalami hambatan, yang hasilnya dapat Perkembangan Kependudukan dan
diketahui melalui hasil survei (SDKI dan Pembangunan Keluarga, mendefinisikan
SRPJMN). bahwa “pembangunan keluarga adalah
Berbagai upaya dan pendekatan program upaya mewujudkan keluarga berkualitas
telah dilakukan, namun pencapaian target yang hidup dalam lingkungan yang sehat.”
sasaran tetap belum memuaskan. TFR Upaya tersebut dilakukan dengan
mengalami stagnasi pada periode 2002- melaksanakan 8 (delapan) fungsi keluarga,
2012 pada tingkat 2,6 anak per perempuan yaitu fungsi agama, fungsi sosial dan
dan turun menjadi 2,4 menurut hasil Survei budaya, fungsi cinta kasih, fungsi
Demografi dan Kesehatan Indonesia perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi
(SDKI) 2017. Sehingga, target TFR sebesar sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi,
2,3 anak per perempuan pada periode 2015- dan fungsi lingkungan (Peraturan
2019 belum tercapai. Sementara itu, CPR Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang
modern sebesar 57,6% pada tahun 2012 dan Perkembangan Kependudukan dan
turun menjadi 57,2% pada tahun 2017. Pembangunan Keluarga, Keluarga
Hasil Survei Indikator Kinerja Program Berencana dan Sistem Informasi Keluarga).
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pelaksanaan fungsi keluarga merupakan
Pembangunan Keluarga pada tahun 2016 salah satu faktor kunci pencapaian target
juga menunjukkan penurunan CPR modern penurunan TFR melalui pemakaian
dari 59,5% menjadi 57,6% pada Survei kontrasepsi.
tahun berikutnya. Selanjutnya, kebutuhan Penelitian tentang faktor-faktor yang
ber-KB yang tidak terpenuhi menurun memengaruhi pemakaian kontrasepsi sudah

2
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

banyak dilakukan (Samosir 1994, Boulay keluarga sejahtera berkualitas (BKKBN,


dan Valente 1999, Manlove dkk. 2008, 2013).
Nonvignon and Nonvignon 2014 dan Beberapa hasil penelitian menunjukkan
Worku dkk. 2014). Hasil studi-studi ini bahwa pemakaian kontrasepsi dapat
menunjukkan bahwa faktor-faktor dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi,
demografi, sosial dan ekonomi, seperti sosial, ekonomi, budaya, dan program yang
umur, tempat tinggal, pendidikan, jumlah berkaitan dengan keluarga berencana.
anak lahir hidup, indeks kekayaan, dan Penelitian yang dilakukan oleh Manlove
status pekerjaan, memiliki pengaruh yang dkk. (2008) menyatakan bahwa keluarga
signifikan secara statistik terhadap yang religious secara tidak langsung
pemakaian kontrasepsi. Akan tetapi, dikaitkan dengan sedikit memiliki sedikit
penelitian tentang hubungan antara pasangan seksual dan secara konsisten
pembangunan keluarga dan pemakaian menggunakan kontrasepsi. Akan tetapi,
kontrasepsi masih terbatas. Sebagai contoh, dijelaskan lebih lanjut bahwa di antara laki-
Furstenberg dkk. (1984) menemukan laki seksual aktif keluarga yang religius
bahwa komunikasi keluarga tentang secara langsung dan negatif dihubungkan
reproduksi dan pengendalian kelahiran dengan pemakaian kontrasepsi secara
mendorong pemakaian kontrasepsi yang konsisten. Kemudian hal serupa juga
efektif di kalangan remaja di Amerika dijelaskan pada penelitian Agadjanian
Serikat. Oleh karena itu, tujuan umum studi (2013) yang menjelaskan keterkaitan antara
ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemakaian kontrasepsi modern dengan
pembangunan keluarga terhadap beberapa penggolongan agama di Afrika
pemakaian kontrasepsi di Indonesia di bagian Selatan. Ia menemukan terdapat
kalangan perempuan usia subur (15-49 hubungan positif antara pemakaian
tahun) yang berstatus kawin atau hidup kontrasepsi modern dan frekuensi yang
bersama. Secara khusus, studi ini bertujuan tinggi dalam kegiatan keagamaan, dimana
untuk mempelajari perbedaan pemakaian wanita yang menggunakan kontrasepsi
kontrasepsi di Indonesia menurut modern 1,6 kali lebih tinggi di antara
pelaksanaan fungsi keluarga dan faktor- wanita yang tidak pernah hadir untuk
faktor demografi, sosial, dan ekonomi mengikuti kegiatan keagamaan. Penelitian
(umur, tempat tinggal, pendidikan, jumlah lain yang dikemukakan oleh Adanu dan
anak lahir hidup, indeks kekayaan, dan Seffah (2009) menemukan bahwa
status pekerjaan) serta mempelajari pendidikan merupakan variabel yang paling
pengaruh pelaksanaan fungsi keluarga berpengaruh dalam menentukan pemakain
terhadap kualitas pemakaian kontrasepsi di kontrasepsi. Alsaawi dan Adamchak (2016)
Indonesia setelah dikontrol terhadap juga menjelaskan tingkat pendidikan, status
pengaruh faktor-faktor demografi, sosial, pekerjaan, tempat tinggal menentukan
dan ekonomi. pemakaian kontrasepsi di Kazakhstan,
B. Tinjauan Literatur walaupun menentukan pemakaian
Keluarga sejahtera merupakan harapan kontrasepsi, namun tidak signifikan.
dan keinginan dari setiap keluarga. Untuk Decker dan Constantine (2018), Addai
mencapai kondisi tersebut bukan sesuatu (1999) juga menemukan bahwa pendidikan
yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap tinggi dan lokasi tempat tinggal secara
keluarga dapat menerapkan fungsi-fungsi signifikan menentukan pemakaian
yang seharusnya berjalan dalam kehidupan kontrasepsi.
berkeluarga. Fungsi yang dimaksud adalah Berdasarkan landasan teoretis dan
“Delapan Fungsi Keluarga.” Delapan tinjauan empiris maka kerangka pikir
fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang analisis dalam studi ini disajikan pada
menjadi prasyarat acuan dan pola hidup Gambar 1. Hipotesis penelitian adalah ada
setiap keluarga dalam rangka terwujudnya hubungan yang signifikan secara statistik

3
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

antara pembangunan keluarga terhadap dikontrol terhadap faktor-faktor demografi,


pemakaian kontrasepsi, bahkan setelah sosial, ekonomi, dan budaya.

Gambar 1
Kerangka Pikir Analisis
Hubungan Pembangunan Keluarga dan Pemakaian Kontrasepsi di Indonesia

Pembangunan Keluarga Pemakaian Kontrasepsi

Faktor Demografi, Sosial dan


Ekonomi

II. METODE PENELITIAN dan inferensial. Secara desktriptif,


Penelitian ini menggunakan data Survei distribusi frekuensi nilai-nilai setiap
Indikator Kinerja Program KKBPK variabel dalam penelitian serta perbedaan
RPJMN (SRPJMN) tahun 2017 yang pemakaian kontrasepsi menurut variabel-
dirancang untuk menghasilkan estimasi variabel bebas penelitian disajikan. Secara
parameter pada level provinsi dan nasional. inferensial, model regresi logistik biner
Survei Indikator Kinerja Program dilakukan yang dikontrol terhadap
Kependudukan, KB dan Pembangunan pengaruh variabel kontrol.
Keluarga merupakan survei yang Variabel tidak bebas dalam penelitian ini
representatif nasional yang mengumpulkan adalah status pemakaian kontrasepsi pada
tentang informasi KB dan pembangunan saat survei (Y), yang dikelompokkan
keluarga. Analisis lanjut data survei menjadi sedang pakai (Y = 1) dan sedang
tersebut diharapkan dapat tidak pakai (Y = 0). Variabel bebas utama
menginformasikan mengenai hubungan adalah pembangunan keluarga yang
pemakaian kontrasepsi dan pembangunan signifikan berhubungan langsung yaitu
keluarga di Indonesia. fungsi agama dan fungsi sosial budaya.
Survei dilaksanakan oleh Badan Variabel bebas kontrol meliputi umur,
Kependudukan dan Keluarga Berencana tempat tinggal, pendidikan, jumlah anak
Nasional (BKKBN) pada bulan Mei sampai lahir hidup, kuintil kekayaan, dan status
dengan Agustus 2017, dengan pekerjaan.
menggunakan instrumen daftar pertanyaan Variabel bebas pembangunan keluarga
terstruktur. Ada 4 (empat) kelompok terdiri dari delapan (8) variabel fungsi
responden dalam SRPJMN 2017, yaitu pembangunan keluarga, yaitu fungsi
rumah tangga, wanita usia subur (15-49 agama, fungsi sosial dan budaya, fungsi
tahun), keluarga dan remaja usia 15-24 cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi
tahun. Secara khusus, 94,3% (67.366 dari reproduksi, fungsi sosialisasi dan
71.467) keluarga dan 94,4% (51.493 dari pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi
54.526) wanita usia subur berhasil lingkungan. Variabel fungsi agama terdiri
diwawancarai. Dalam analisis ini unit dari empat variabel, yaitu upaya-upaya
analisisnya adalah pasangan usia subur untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam
(PUS) berstatus kawin atau hidup bersama keluarga melalui (i) pelaksanaan ibadah
yang berjumlah 40.037 orang. Data dalam (sholat/sembahyang, puasa, mengaji,
penelitian ini dianalisis secara deskriptif berdoa, misal dan lain-lain) (AGAMA1),
(ii) toleransi/tenggang rasa terhadap agama

4
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

lain (AGAMA2), (iii) berbuat baik (SOSDIK3) dan (iv) melatih kreativitas
(menolong orang lain) (AGAMA3) serta anak (SOSDIK4).
(iv) sabar dan ikhlas (AGAMA4). Variabel Variabel fungsi ekonomi terdiri dari
fungsi sosial dan budaya terdiri dari empat empat variabel, yaitu upaya-upaya untuk
variabel, yaitu upaya-upaya untuk menanamkan nilai-nilai ekonomi dalam
menanamkan nilai-nilai sosial dan budaya keluarga melalui (i) hemat (tidak boros)
dalam keluarga melalui (i) pelaksanaan (EKON1), (ii) ulet/kerja keras (EKON2),
gotong royong (SOSBUD1), (ii) (iii) menabung (EKON3) dan (iv) bisa
musyawarah (SOSBUD2), (iii) pelestarian memilih kebutuhan sesuai prioritas
budaya daerah/adat istiadat (SOSBUD3) (EKON4). Variabel fungsi lingkungan
dan (iv) menghargai antar suku, ras, agama terdiri dari empat variabel, yaitu upaya-
dan golongan (SOSBUD4). Variabel fungsi upaya untuk menanamkan nilai-nilai
cinta kasih terdiri dari empat variabel, yaitu lingkungan dalam keluarga melalui (i) tidak
upaya-upaya untuk menanamkan nilai-nilai membuang sampah sembarangan (LING1),
cinta kasih dalam keluarga melalui (i) (ii) membersihkan lingkungan sekitar
pelaksanaan kesetiaan/saling percaya (LING2), (iii) melestarikan lingkungan
(KASIH1), (ii) tidak pilih kasih/adil (penghijauan) (LING3) dan hemat energi
(KASIH2), (iii) menjaga keharmonisan (LING4). Semua variabel pembangunan
keluarga (KASIH3) dan (iv) menunjukkan keluarga, sebanyak 32 variabel, adalah
kasih sayang (KASIH4). variabel boneka, yang bernilai 1 jika fungsi
Variabel fungsi perlindungan terdiri dari keluarga dilakukan dan bernilai 0 jika tidak
empat variabel, yaitu upaya-upaya untuk dilakukan. Namun setelah dilakukan
menanamkan nilai-nilai perlindungan analisis regresi logistik, dari delapan
dalam keluarga melalui (i) perlindungan variabel fungsi keluarga hanya dua variabel
fisik (menggandeng anak/pasangan, fungsi keluarga yang signifikan dilakukan
memeluk dan lain-lain) (LINDUNG1), (ii) analisis lebih lanjut yaitu fungsi agama dan
perlindungan non-fisik (tidak berkata kasar fungsi sosial budaya.
dan lain-lain) (LINDUNG2), (iii) Variabel bebas umur (UMUR) adalah
perlindungan kesehatan (LINDUNG3) dan umur pada saat survei (dalam tahun).
(iv) pemenuhan kebutuhan keluarga Variabel bebas tempat tinggal adalah
(sandang, pangan, dan papan) tempat tinggal pada saat survei (KOTA),
(LINDUNG4). Variabel fungsi reproduksi yang bernilai 1 jika perkotaan dan 2 jika
terdiri dari empat variabel, yaitu upaya- perdesaan. Variabel bebas pendidikan
upaya untuk menanamkan nilai-nilai dasar adalah jenjang sekolah tertinggi yang
fungsi reproduksi dalam keluarga melalui pernah diduduki, yang dikelompokkan
(i) menjaga kebersihan organ reproduksi menjadi rendah (tidak pernah sekolah,
(REPRO1), (ii) memberikan informasi belum sekolah dan SD), menengah (SLTP
kesehatan reproduksi (REPRO2), (iii) dan SLTA) dan tinggi
menghindari pergaulan bebas (REPRO3) (D1/D2/D3/perguruan tinggi). Dua variabel
dan (iv) menikahkan anak pada usia ideal boneka pendidikan dibentuk, yaitu DIDIK1
(perempuan ≥ 21 dan laki-laki ≥ 25 tahun) yang bernilai 1 jika pendidikan rendah dan
(REPRO4). Variabel fungsi sosialisasi dan 0 jika lainnya, DIDIK2 yang bernilai 1 jika
pendidikan terdiri dari empat variabel, yaitu pendidikan sedang dan 0 jika lainnya.
upaya-upaya untuk menanamkan nilai-nilai Variabel bebas jumlah anak lahir hidup
sosialisasi dan pendidikan dalam keluarga (ALH) adalah jumlah anak yang dilahirkan
melalui (i) menjadi panutan/contoh hidup pada saat survei (orang). Variabel
(SOSDIK1), (ii) menyekolahkan/ bebas indeks kekayaan adalah indeks
mengkursuskan anak (SOSDIK2), (iii) kepemilikan barang-barang dan kualitas
mengajarkan anak untuk mandiri, tempat tinggal rumah tangga, yang
bertanggung jawab dan dapat bekerja sama dikelompokkan menjadi rendah (terbawah

5
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

dan menengah bawah), sedang (menengah) lainnya/tidak bekerja. Variabel bebas


dan tinggi (menengah atas dan teratas). Dua tempat tinggal (KOTA) adalah status
variabel boneka dibentuk dari indeks tempat tinggal saat survei, yang bernilai 1
kekayaan, yaitu KAYA1, yang bernilai 1 jika tinggal di kota dan 2 jika tinggal di
jika indeks kekayaan tinggi dan 0 jika desa.
lainnya, dan KAYA2, yang bernilai 1 jika Model regresi logistik pengaruh
indeks kekayaan sedang dan 0 jika lainnya. pelaksanaan pembangunan keluarga
Variabel bebas status pekerjaan (KERJA) terhadap pemakaian kontrasepsi adalah
adalah status pekerjaan pada saat survei, sebagai berikut.
yang bernilai 1 jika bekerja dan 0 jika
 p 
ln    0  11 AGAMA1  12 AGAMA2  13 AGAMA3  14 AGAMA4   21 SOSBUD1   22 SOSBUD2
1 p 
  23 SOSBUD3  124 SOSBUD4   31 KASIH1   32 KASIH 2   33 KASIH 3   34 KASIH 4   41 LINDUNG1
  42 LINDUNG2   43 LINDUNG3   44 LINDUNG4   51 REPRO1   52 REPRO2   53 REPRO3   54 REPRO4
  61 SOSDIK1   62 SOSDIK2   63 SOSDIK3   64 SOSDIK4   71 EKON1   72 EKON 2   73 EKON 3   74 EKON 4
  81 LING1   82 LING2   83 LING3   84 LING4   9UMUR  10 KOTA  111 DIDIK1  112 DIDIK2  12 ALH
 131 KAYA1  132 KAYA2  14 KERJA

dimana p adalah probabilitas pemakaian


kontrasepsi, β0 adalah intersep model
regresi logistik biner dan βkj adalah
parameter regresi untuk variabel bebas ke-k
dan kategor ke-j.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN pelaksanaan fungsi keluarga. Terlihat


Pada Tabel 1 disajikan distribusi bahwa sebagian besar keluarga
persentase karakteristik sosial, ekonomi, melaksanakan fungsi agama ibadah, dan
dan demografi dari wanita usia subur sebagian besar tidak melaksanakan fungsi
(WUS) yang berstatus kawin atau hidup agama toleransi terhadap agama lain,
bersama. Terlihat bahwa sebagian besar berbuat baik (menolong orang lain), dan
WUS dalam studi memiliki 0-2 anak, sabar dan ikhlas. Dalam hal fungsi sosial
berusia 30 tahun ke atas, berpendidikan dan budaya, sebagian besar melaksanakan
menengah, tidak bekerja, dan tinggal di gotong royong, dan sebagian besar tidak
wilayah perdesaan. melaksanakan musyawarah, melestarikan
Perbedaan pemakaian kontrasepsi disajikan budaya daerah/adat istiadat, dan
pada Tabel 2. Terlihat bahwa sebagian menghargai antarsuku dan golongan.
besar WUS berstatus kawin atau hidup Dalam hal fungsi cinta kasih, sebagian
bersama pasangan dalam studi memakai besar melaksanakan menjaga
kontrasepsi. Persentase pemakaian keharmonisan keluarga dan menunjukkan
kontrasepsi lebih tinggi pada mereka yang kasih sayang, dan sebagian besar tidak
mempunyai anak 0-2, berumur 30-44 tahun, melaksanakan kesetiaan/saling percaya dan
berasal dari rumah tangga dengan kuintil tidak pilih kasih/adil. Dalam hal fungsi
kekayaan atas, berpendidikan rendah, tidak perlindungan, sebagian besar
bekerja, dan tinggal di wilayah perdesaan. melaksanakan perlindungan fisik dan
Hal ini dapat disebabkan karena kelompok perlindungan kesehatan, dan sebagian besar
perempuan ini ingin membatasi kelahiran tidak melaksanakan perlindungan non-fisik
dan lebih terpapar pada program KB. dan pemenuhan kebutuhan keluarga
Pada tabel 3 disajikan distribusi (sandang, pangan, dan papan).
pemakaian kontrasepsi menurut

6
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

Tabel 1. Distribusi Persentase Karakteristik Latar Belakang Wanita Usia Subur (WUS)
yang Berstatus Kawin atau Hidup Bersama: Indonesia SRPJMN 2017

Karakteristik Latar Belakang Total (n)

Anak Lahir Hidup (ALH)


0-2 60,2% (24.106)
3-4 31,6% (12.632)
Lebih dari 4 8,2% (3.297)
Kelompok Umur (tahun)
15-19 1,3% (510)
20-24 7,2% (2.890)
25-29 13,5% (5.423)
30-34 19,7% (7.878)
35-39 21,6% (8.667)
40-44 20,6% (8.240)
45-49 16,1% (6.428)
Kuintil Kekayaan
Bawah 37,8% (15.119)
Menengah 19,8% (7.932)
Atas 42,4% (16.986)
Tingkat Pendidikan
Rendah 38,3% (15.316)
Menengah 51% (20.417)
Tinggi 10,8% (4.304)
Kategori pekerjaan
Tidak bekerja 68,9% (26.664)
Bekerja 31,1% (12.039)
Status Tempat Tinggal
Kota 37,8% (15.114)
Desa 62,2% (24.922)
Total 100% (40.037)
Sumber: SRPJMN 2017 (diolah)

Tabel 2. Distribusi Status Pemakaian Kontrasepsi menurut Karakteristik Sosial,


Ekonomi dan Demografi: Indonesia SRPJMN 2017

Memakai Kontrasepsi
Karakteristik Latar Belakang Total (n)
Tidak Ya
Anak Lahir Hidup (ALH)
0-2 43,4% 56,6% 100% (24.106)
3-4 32,6% 67,4% 100% (12.632)
>4 46,9% 53,1% 100% (3.297)
Kelompok Umur
15-19 56,5% 43,5% 100% (510)
20-24 43,6% 56,4% 100% (2.890)
25-29 41,3% 58,7% 100% (5.423)
30-34 37,1% 62,9% 100% (7.878)
35-39 33,9% 66,1% 100% (8.667)
40-44 37,8% 62,2% 100% (8.240)

7
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

Memakai Kontrasepsi
Karakteristik Latar Belakang Total (n)
Tidak Ya
45-49 52,2% 47,8% 100% (6.428)
Kuintil Kekayaan
Bawah
41,0% 59,0%
100% (1.5119)
Menengah 40,2% 59,8% 100% (7.932)
Atas 39,6% 60,4% 100% (16.986)
Tingkat Pendidikan
Rendah 38,2% 61,8% 100% (15.316)
Menengah 39,8% 60,2% 100% (20.417)
Tinggi 49,4% 50,6% 100% (4.304)
Kategori pekerjaan
Tidak bekerja 40,0% 60,0% 100% (26.664)
Bekerja 40,5% 59,5% 100% (12.039)
Status Tempat Tinggal
Kota 42,9% 57,1% 100% (15.114)
Desa 38,7% 61,3% 100% (24.922)
Total 40,3% 59,7% 100% (40.037)
Sumber: SRPJMN 2017 (diolah)

Dalam hal fungsi reproduksi, sebagian bekerja sama, serta melatih kreativitas
besar melaksanakan menjaga organ anak. Dalam hal fungsi ekonomi, sebagian
kebersihan organ reproduksi dan besar melaksanakan hemat (tidak boros)
menghindari pergaulan bebas, dan sebagian dan menabung, dan sebagian besar tidak
besar tidak melaksanakan memberikan melaksanakan ulet/kerja keras dan bisa
informasi kesehatan reproduksi dan memilih kebutuhan sesuai prioritas. Dalam
menikahkan anak pada usia ideal. Dalam hal fungsi lingkungan, sebagian besar
hal fungsi sosial dan budaya, sebagian besar melaksanakan tidak membuang sampah
melaksanakan sembarangan dan membersihkan
menyekolahkan/mengkursuskan anak, dan lingkungan sekitar, dan sebagian besar
sebagian besar tidak melaksanakan menjadi tidak melaksanakan melestarikan
panutan/contoh, mengajarkan anak untuk lingkungan (penghijauan) dan hemat
mandiri, bertanggung jawab dan dapat energi.

Tabel 3. Distribusi Pemakaian Kontrasepsi menurut Pelaksanaan Fungsi Keluarga:


Indonesia SRPJMN 2017

Pemakaian
Total
Menjalankan Kontrasepsi
Delapan Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga
Tidak Ya
Jumlah %
% Row
Fungsi Agama
Tidak 41,7 58,3 1.521 100
Ibadah (sholat, puasa, berdoa dll)
Ya 40,0 60,0 37.960 100
Tidak 39,9 60,1 27.879 100
Toleransi thd agama lain
Ya 40,5 59,5 11.601 100
Tidak 39,2 60,8 21.135 100
Berbuat baik (menolong orang lain)
Ya 41,0 59,0 18.345 100
Tidak 39,9 60,1 30.529 100
Sabar dan ikhlas
Ya 40,6 59,4 8.951 100

8
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

Pemakaian
Total
Menjalankan Kontrasepsi
Delapan Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga
Tidak Ya
Jumlah %
% Row
Fungsi Sosial Budaya
Tidak 40,8 59,2 16.071 100
Gotong royong
Ya 39,5 60,5 23.410 100
Tidak 40,2 59,8 24.114 100
Musyawarah
Ya 39,8 60,2 15.367 100
Tidak 40,1 59,9 21.826 100
Melestarikan budaya daerah/adat istiadat
Ya 40,0 60,0 17.654 100
Tidak 39,2 60,8 25.902 100
Menghargai antar suku dan golongan
Ya 41,7 58,3 13.579 100
Fungsi Cinta Kasih
Tidak 38,7 61,3 20.046 100
Kesetiaan/saling percaya
Ya 41,5 58,5 19.434 100
Tidak 41,2 58,8 22.682 100
Tidak pilih kasih/adil
Ya 38,6 61,4 16.798 100
Tidak 39,9 60,1 17.754 100
Menjaga keharmonisan keluarga
Ya 40,1 59,9 21.726 100
Tidak 40,9 59,1 13.823 100
Menunjukkan kasih sayang
Ya 39,6 60,4 25.657 100
Fungsi Perlindungan
Tidak 40,8 59,2 18.667 100
Perlindungan fisik
Ya 39,3 60,7 20.813 100
Tidak 40,4 59,6 21.501 100
Perlindungan non fisik
Ya 39,6 60,4 17.980 100
Tidak 40,5 59,5 18.413 100
Perlindungan kesehatan
Ya 39,7 60,3 21.067 100
Pemenuhan kebutuhan keluarga Tidak 39,6 60,4 22.192 100
(sandang, pangan, papan) Ya 40,6 59,4 17.288 100
Fungsi Reproduksi
Tidak 40,4 59,6 19.252 100
Menjaga kebersihan organ reproduksi
Ya 39,7 60,3 20.228 100
Memberikan informasi kesehatan Tidak 39,9 60,1 27.436 100
reproduksi Ya 40,4 59,6 12.045 100
Tidak 40,9 59,1 18.992 100
Menghindari pergaulan bebas
Ya 39,2 60,8 20.489 100
Tidak 40,2 59,8 32.278 100
Menikahkan anak pada usia ideal
Ya 39,5 60,5 7.203 100
Fungsi Sosial Budaya
Tidak 39,5 60,5 23.674 100
Menjadi panutan/contoh
Ya 40,9 59,1 15.806 100
Tidak 44,9 55,1 7.212 100
Menyekolahkan/mengkursuskan anak
Ya 39,0 61,0 32.269 100
Mengajarkan anak untuk mandiri, Tidak 41,3 58,7 21.747 100
bertanggungjawab dan dapat bekerjasama Ya 38,5 61,5 17.733 100
Tidak 40,4 59,6 32.292 100
Melatih kreatifitas anak
Ya 38,3 61,7 7.188 100

9
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

Pemakaian
Total
Menjalankan Kontrasepsi
Delapan Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga
Tidak Ya
Jumlah %
% Row
Fungsi Ekonomi
Tidak 40,2 59,8 11.444 100
Hemat (tidak boros)
Ya 40,0 60,0 28.037 100
Tidak 39,8 60,2 23.390 100
Ulet/kerja keras
Ya 40,4 59,6 16.090 100
Tidak 42,0 58,0 3.190 100
Menabung
Ya 39,9 60,1 36.290 100
Tidak 40,8 59,2 24.587 100
Bisa memilih kebutuhan sesuai prioritas
Ya 38,8 61,2 14.893 100
Fungsi Lingkungan
Tidak 40,3 59,7 11.686 100
Tidak membuang sampah sembarangan
Ya 40,0 60,0 27.795 100
Tidak 40,7 59,3 8.854 100
Membersihkan lingkungan sekitar
Ya 39,9 60,1 30.627 100
Tidak 39,8 60,2 29.520 100
Melestarikan lingkungan (penghijauan)
Ya 40,7 59,3 9.961 100
Tidak 40,1 59,9 31.940 100
Hemat energy
Ya 39,7 60,3 7.540 100
Total 40,1 59,9 39.480 100
Sumber: SRPJMN 2017 (diolah)

Pemakaian kontrasepsi berbeda menurut fungsi sosial dan budaya, persentase


pelaksanaan fungsi keluarga. Menurut pemakaian kontrasepsi lebih tinggi pada
pelaksanaan fungsi agama, persentase yang melaksanakan menyekolahkan/
pemakaian kontrasepsi lebih tinggi pada mengkursuskan anak, mengajarkan anak
yang melaksanakan ibadah. Menurut untuk mandiri, bertanggungjawab, dan
pelaksanaan fungsi sosial budaya, dapat bekerjasama, serta melatih kreativitas
persentase pemakaian kontrasepsi lebih anak. Menurut pelaksanaan fungsi
tinggi pada yang melaksanakan gotong ekonomi, persentase pemakaian
royong, musyawarah, dan melestarikan kontrasepsi lebih tinggi pada yang
budaya daerah/adat istiadat. Menurut melaksanakan hemat, menabung, dan bisa
pelaksanaan fungsi cinta kasih, persentase memilih kebutuhan sesuai prioritas.
pemakaian kontrasepsi lebih tinggi pada Menurut pelaksanaan fungsi lingkungan,
yang melaksanakan tidak pilih kasih/adil persentase pemakaian kontrasepsi lebih
dan menunjukkan kasih sayang. Menurut tinggi pada yang melaksanakan tidak
pelaksanaan fungsi perlindungan, membuang sampah sembarangan,
persentase pemakaian kontrasepsi lebih membersihkan lingkungan sekitar, dan
tinggi pada yang melaksanakan hemat energi.
perlindungan fisik, perlindungan non-fisik, Estimasi parameter, kesalahan baku,
dan perlindungan kesehatan. statistik Wald, signifikansi, rasio
Menurut pelaksanaan fungsi reproduksi, kecenderungan, dan interval kepercayaan
persentase pemakaian kontrasepsi lebih 95% untuk rasio kecenderungan untuk
tinggi pada yang melaksanakan menjaga model regresi logistik pengaruh
kebersihan organ reproduksi, menghindari pembangunan keluarga terhadap
pergaulan bebas, dan menikahkan anak pemakaian kontrasepsi dengan dikontrol
pada usia ideal. Menurut pelaksanaan terhadap pengaruh umur, jumlah anak lahir

10
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

hidup, kuintil kekayaan, status pekerjaan, daripada yang lainnya. Hasil ini sesuai
tingkat pendidikan, dan wilayah tempat dengan penelitian yang dilakukan oleh
tinggal disajikan pada Tabel 4. Terlihat Yeatman & Trinitapoli (2008) bahwa
bahwa pembangunan keluarga secara terdapat hubungan yang kuat antara agama
statistik dan signifikan memengaruhi dengan pemakaian kontrasepsi di wilayah
pemakaian kontrasepsi pada WUS berstatus perdesaan Malawi. Penelitian lainnya yang
kawin atau tinggal dengan pasangan, dilakukan oleh Agadjanian (2013) yang
bahkan setelah dikontrol terhadap umur, menjelaskan keterkaitan antara pemakaian
jumlah anak lahir hidup, kuintil kekayaan, kontrasepsi modern dengan beberapa
status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan penggolongan agama di Afrika bagian
wilayah tempat tinggal. Dari 32 faktor Selatan. Ia menemukan terdapat hubungan
fungsi keluarga, terdapat dua fungsi positif antara pemakaian kontrasepsi
keluarga yang signifikan memengaruhi modern dan frekuensi yang tinggi dalam
pemakaian kontrasepsi, yaitu fungsi agama kegiatan keagamaan, nilai rasio
(berbuat baik) dan fungsi sosial budaya kecenderungan wanita yang menggunakan
(menghargai antarsuku, ras, agama, dan kontrasepsi modern 1,6 kali lebih tinggi
golongan). diantara wanita yang tidak pernah hadir
Melaksanakan fungsi agama berbuat untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
baik dan fungsi sosial budaya menghargai Berbuat baik dan menghargai antarsuku,
antarsuku, ras, agama, dan golongan ras, agama dan golongan dapat mendorong
berhubungan positif dengan pemakaian interaksi dengan kelompok masyarakat lain
kontrasepsi. WUS yang berstatus menikah sehingga dapat meningkatkan askes
atau tinggal dengan pasangan yang terhadap informasi dan pelayanan
melaksanakan fungsi agama berbuat baik pembangunan termasuk KB, yang
dan fungsi sosial budaya menghargai selanjutnya dapat meningkatkan pemakaian
antarsuku, ras, agama dan golongan, kontrasepsi.
masing-masing, 1,07 dan 1,09 kali lebih
cenderung untuk memakai kontrasepsi

11
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

Terdapat perbedaan pemakaian Adamchak (2000) turut memperkuat temuan


kontrasepsi berdasarkan karakteristik pada wanita yang bekerja cenderung
kelompok umur. Pada kelompok umur 15-34 menggunakan kontrasepsi, walaupun temuan
tahun menunjukkan pemakaian KB yang ini tidak signifikan pada wanita yang saat
rendah dan meningkat pada umur 35-44 survei sedang menggunakan kontrasepsi
tahun, kemudian menurun kembali pada umur namun sebaliknya pada wanita yang pernah
45 tahun. Temuan ini sesuai hasil Survei menggunakan kontrasepsi.
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun Pada PUS dengan tingkat pendidikan
2017 (SDKI 2017) dan Survei Indikator tertentu ternyata ditemukan hasil yang
Kinerja Program KKBPK (SRPJMN 2017) menarik, kecenderungan untuk menggunakan
yang menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi untuk setiap tingkat pendidikan
kontrasepsi mencapai puncaknya pada dapat diketahui dari nilai koefisien positif
kelompok umur 35-39 tahun dan menurun yang berarti seluruh tingkat pendidikan
kembali hingga menjelang akhir masa mempunyai hubungan yang positif akan
reproduksi wanita yaitu pada kelompok umur pemakaian kontrasepsi. Banyak penelitian
45-49 tahun. yang dilakukan di dunia menunjukkan wanita
PUS dengan status kekayaan (kuintil yang bependidikan tinggi lebih cenderung
kekayaan) secara signifikan juga menentukan untuk menggunakan kontrasepsi
PUS menggunakan kontrasepsi. PUS yang dibandingkan wanita yang berpendidikan
mempunyai kuintil kekayaan tinggi rendah seperti dijumpai pada penelitian yang
mempunyai peluang 1,134 kali lebih tinggi dilakukan Addai (1999), Alsaawi &
untuk menggunakan kontrasepsi daripada Adamchak (2000), Adanu dkk (2009), Decker
PUS dengan status kuintil kekayaan rendah & Constantine (2011). Akan tetapi, hasil
dan PUS dengan status kuintil menengah analisis ini justru wanita yang berpendidikan
mempunyai peluang 1,328 kali lebih tinggi rendah mempunyai kecenderungan
menggunakan kontrasepsi daripada PUS menggunakan kontrasepsi dibandingkan
dengan status kuintil kekayaan rendah. Hasil wanita yang berpendidikan tinggi. Hasil
analisis ini sesuai dengan analisis yang analisis menunjukkan bahwa PUS yang
dilakukan oleh Decker dan Constantine berpendidikan rendah mempunyai peluang
(2018) di Angola dan oleh Adanu dkk. (2009) 1,513 kali lebih tinggi menggunakan
di Ghana setiap peningkatan status ekonomi kontrasepsi dibandingkan PUS berpendidikan
(kuintil kekayaan) maka semakin tinggi pula tinggi dan PUS yang berpendidikan sedang
peluang wanita untuk menggunakan 1,416 kali lebih tinggi menggunakan
kontrasepsi. Bahkan penelitian yang kontrasepsi dibandingkan PUS yang
dilakukan Mwanza & September (2013) berpendidikan tinggi. Temuan ini juga sejalan
menjelaskan bahwa wanita di Mwanza, dengan analisis yang telah dilakukan oleh
Tanzania berpengaruh signifikan antar status Rahayu dkk. (2009) yang menjelaskan bahwa
kekayaan terhadap pemakaian kontrasepsi. wanita dengan tingkat pendidikan rendah
Hal ini berarti bahwa status ekonomi berperan cenderung menggunakan kontrasepsi modern
sangat penting agar wanita dapat dibandingkan wanita yang berpendidikan
menggunakan kontrasepsi. tinggi di Indonesia. Intervensi pemerintah
Seperti yang telah dikemukakan terhadap PUS di Indonesia dengan
sebelumnya bahwa status pekerjaan PUS memberikan pelayanan KB secara gratis dan
ternyata menentukan pemakaian kontrasepsi mayoritas dilakukan di wilayah perdesaan
secara signifikan. Dari hasil analisis mengakibatkan pemakaian kontrasepsi lebih
ditemukan bahwa wanita bekerja cenderung didominasi oleh PUS dengan tingkat
untuk menggunakan kontrasepsi dan pendidikan rendah.
diperoleh peluang PUS yang bekerja Berdasarkan wilayah tempat tinggal, PUS
mempunyai peluang 1,140 kali lebih tinggi yang berdomisili di wilayah perdesaan
untuk menggunakan kontrasepsi mempunyai kecenderungan untuk
dibandingkan PUS yang tidak bekerja. menggunakan kontrasepsi dibandingkan PUS
Penelitian yang dilakukan Alsaawi & yang berdomisili di wilayah perkotaan. Hasil
12
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

uji inferensial diperoleh PUS yang bertempat B. Rekomendasi


tinggal di wilayah perdesaan mempunyai Keberhasilan dalam mewujudkan
peluang 1,199 kali lebih tinggi menggunakan pertumbuhan penduduk yang seimbang,
kontrasepsi dibandingkan PUS yang mengembangkan kualitas penduduk, dan
bertempat tinggal di wilayah perkotaan. PUS kualitas keluarga akan memperbaiki segala
di wilayah perdesaan lebih banyak yang aspek dan dimensi pembangunan. Keluarga
menggunakan kontrasepsi, hal ini tidak berencana adalah upaya mengatur kelahiran
terlepas dari intervensi dan fokus program anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
bagi PUS di wilayah perdesaan dengan mengatur kehamilan melalui promosi,
melakukan pelayanan bergerak (mobile) perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
secara gratis hingga ke pelosok daerah dan reproduksi untuk mewujudkan keluarga
juga pelayanan regular di puskesmas dan berkualitas. Sedangkan pembangunan
pustu. Sehingga pemakaian kontrasepsi lebih keluarga adalah upaya untuk mewujudkan
banyak ditemui pada PUS di wilayah keluarga berkualitas dalam lingkungan yang
perdesaan. Temuan ini juga sejalan dengan sehat. Oleh karena itu, kebijakan nasional
wanita di Kazakhstan yang menggunakan pembangunan keluarga dimaksudkan untuk
kontrasepsi mempunyai peluang 1,02 kali memberdayakan keluarga agar dapat
lebih tinggi dibanding wanita yang melaksanakan fungsi keluarga secara optimal.
berdomisili di perkotaan. Kebijakan Keluarga Berencana dilakukan
melalui upaya peningkatan keterpaduan dan
IV. KESIMPULAN peran serta masyarakat, adanya pembinaan
A. Kesimpulan terhadap keluarga, dan pengaturan kehamilan
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan memperhatikan agama, kondisi
pembangunan keluarga dan pemakaian perkembangan sosial budaya, serta tata nilai
kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) yang hidup dalam masyarakat. Sedangkan,
15-49 tahun yang berstatus kawin atau hidup upaya untuk meningkatkan pemakaian
bersama mempunyai perbedaan yang relatif kontrasepsi dan pelaksanaan 8 (delapan)
tidak berbeda. Distribusi persentase secara fungsi keluarga kepada keluarga dan
deskriptif menunjukkan PUS yang masyarakat. Pertama, melalui sinkronisasi
mengimplementasikan seluruh fungsi-fungsi kebijakan yang terpadu antara pemerintah
keluarga pada kehidupan sehari-hari hampir pusat dan pemerintah daerah dalam hal
60%. Sementara itu, berdasarkan program KB dan pembangunan keluarga;
karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi, Kedua, pelaksanaan Advokasi, Komunikasi,
bagi PUS yang mempunyai pendidikan Informasi, dan Edukasi (KIE) serta
rendah, status ekonomi baik, tinggal di penggerakan di tingkat lini lapangan yang
perdesaan, berusia pada kelompok umur 35- lebih masif dalam pemakaian kontrasepsi
39 tahun mempunyai persentase tertinggi yang merupakan bagian dari penerapan
dalam menggunakan kontrasepsi. delapan fungsi keluarga; dan Ketiga, akses
Hasil penelitian pengaruh pembangunan informasi, promosi, dan sosialisasi melalui
keluarga terhadap pemakaian kontrasepsi media sosial maupun media massa efektif
menunjukkan bahwa probabilitas perempuan perlu ditingkatkan. Disamping itu, tetap
usia 15-49 tahun yang berstatus kawin atau mempertahankan kesertaan dan
hidup bersama yang memakai kontrasepsi meningkatkan kualitas pelayanan KB.
lebih tinggi pada perempuan yang
menjalankan fungsi. agama dan fungsi sosial
budaya. Kedua fungsi keluarga ini secara
signifikan memengaruhi pemakaian
kontrasepsi, bahkan setelah dikontrol dengan
variabel sosial, ekonomi, dan demografi.
Sehingga keluarga perlu menekankan
penerapan delapan fungsi keluarga secara
nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
13
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

V. DAFTAR PUSTAKA Boulay, M. and Thomas W. Valente. (1999).


Adanu, R. M., Seffah, J. D., Hill, Darko, Duda The Relationship of Social Affiliation
R, Anarfi. J K. (2009). Contraceptive and Interpersonal Discussion to Family
use by women in Accra, Ghana: results Planning Knowledge, Attitudes and
from the 2003 Accra Women’s Health Practice. International Family Planning
Survey. African Journal of Perspectives, Vol. 25, No. 3 (Sep.,
Reproductive Health, 13, 123–133. 1999), pp. 112-118+138.
https://doi.org/10.2307/20617099. Decker, M., & Constantine, N. A. (2011).
Addai, I. (1999). Does Religion Matter in Women’s Health and Action Research
Contraceptive Use among Ghanaian Centre (WHARC) Factors Associated
Women ?, Review of Religious with Contraceptive Use in Angola.
Research , Vol.40 , No . 3. pp . 259-277 African Journal of Reproductive Health
Published by : Religious Research / La Revue Africaine de la Santé
Association, Inc . Stable URL : Published by : Women’s Health and
http://ww. (2016), 40(3), 259–277. Action Research Centre (WHARC)
Stable URL :
Alsaawi, M., & Adamchak, D. J. (2000). https://www.jstor.org/stable/41762365
Women’s status , fertility and Factors Associated with Contraceptive
contraceptive use in Kazakhstan Stable Use in Angola, 15(4), 68–77.
URL :
http://www.jstor.org/stable/29788631, Furstenberg, Jr., F.F., Herceg-Baron, R.,
Vol. 56(1), 99–113. Shea, J. and Webb, D. (1984). Family
Communication and Teenagers’s
Agadjanian, V. (2013). Religious Contraceptive Use. Family Planning
Denomination, Mozambique Religious Perspectives, Vol. 16, No. 4, pp.163-
Involvement, and Modern 170.
Contraceptive Use in Southern The
association between and reproduction. Mahmood, N., & Ringheim, K. (1996).
Population Council, 44(3), 259–274. Factors Affecting Contraceptive Use in
Pakistan. The Pakistan Development
Badan Kependudukan dan Keluarga Review , Vol . 35 , No . 1 ( Spring
Berencana Nasional, Badan Pusat 1996 ), pp . 1-22 Published by :, 35(1),
Statistik, Kementerian Kesehatan 1–22.
(2013). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Manlove, Jennifer. Cassandra L, Moore K,
BKKBN. Ikramullah E. (2008). Pathways from
Family Religiosity to Adolescent
Badan Kependudukan dan Keluarga Sexual Activity and Contraceptive Use.
Berencana Nasional. Rencana Strategis Perspectives on Sexual and
Badan Kependudukan dan Keluarga Reproductive Health. Vol. 40, Issue 2,
Berencana Nasiona 2015-2019. Jakarta. hal. 105-117.
2016.
Mwanza, C., & September, N. (2013).
Badan Kependudukan dan Keluarga Women’s Health and Action Research
Berencana Nasional, Badan Pusat Centre (WHARC) Communication ,
Statistik, Kementrian Kesehatan (2018). Knowledge, Social Network and Family
Survei Demografi dan Kesehatan Planning Utilization among URL :
Indonesia 2017. Jakarta. BKKBN. http://www.jstor.org/stable/23485713
Badan Kependudukan dan Keluarga Communication , Knowledge.
Berencana Nasional (2018). Survei Njogu, W. (1991). Trends and Determinants
Indikator Kinerja Program KKBPK of Contraceptive Use in Kenya URL :
Tahun 2017. Puslitbang KB dan KS. http://www.jstor.org/stable/2061337
Jakarta. BKKBN. Trends and Determinants of
Contraceptive Use in K. 28(1), 83–99.
14
Ekoriano, M, et.al. / Jurnal Keluarga Berencana Vol.5 No.01 (2020) 1-15

Nonvignon, J. and J. Nonvignon. (2014). Multivariate Decomposition


Trend and determinants of Analysis.DHSWorkingPapersNo.103,(
contraceptive use among women of August),37.https://doi.org/http://dx.doi.
reproductive age in Ghana. African org/10.1371/journal.pone.0116525.
Population Studies. Vol. 28 No. 2. Yeatman, S. E., & Trinitapoli, J. (2008).
Supplement July 2014. Beyond denomination: The relationship
Palamuleni, M. E. (2013). Socio-Economic between religion and family planning in
and Demographic Factors Affecting rural Malawi. Demographic Research,
Contraceptive Use in Malawi URL : 19 December 2008, 1851–1881.
http://www.jstor.org/stable/23485716 https://doi.org/10.4054/DemRes.2008.1
Socio-Economic and Demographic 9.55.
Factors, 17(3), 91–104.
Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014
Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga.
Rahayu, R., Utomo, I., & Mcdonald, P.
(2009). Contraceptive Use Pattern
among Married Women in Indonesia.
International Conference on Family
Planning: Research and Best Practices,
36.
https://doi.org/10.14456/jhr.2015.22.
Samosir, O.B. 1994. Contraceptive Use in
Indonesia. Unpublished dissertation at
the Departament of Social Statistics,
Faculty of Social Sciences, University
of Southampton, United Kingdom.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
Wirdhana Indra, Muin E, Windrawati W,
Hendardi A, Nuranti A, Triantoro T,
Wijaya A, Isyanah A, Suparyati R,
Marifah K, Kusumastuti I, Suharno R,
Soestriningsih, Zuhdi A, Setiadi E,
Susilo P.(2013). Buku Pegangan Kader
BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga.
BKKBN. Jakarta.
Worku, A. G., Tessema, G. A., Zeleke A.A.
(2014). Trends and Determinants of
Contraceptive Use among Young
Married Women (Age 15-24) Based on
the 2000, 2005, and 2011 Ethiopian
Demographic and Health Surveys: A
15

Anda mungkin juga menyukai