Anda di halaman 1dari 31

1

TUGAS

KONTRASEPSI

Oleh :
M. Dhendhi Pranata, S.Ked
1730912310070

Pembimbing :
dr. M. Robyanoor Ahyadi Radam, M.Kes, Sp.OG, Subsp. KFM

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
ULM/RSUD ULIN BANJARMASIN
Januari, 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
1

BAB I
PENDAHULUAN

Keluarga berencana adalah suatu cara yang memungkinkan orang mencapai


jumlah anak sesuai dengan yang mereka inginkan dan menentukan jarak kehamilan,
dimana hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan
infertilitas2
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencapai penduduk
tumbuh seimbang melalui upaya penurunan laju pertumbuhan penduduk dan
perwujudan keluarga berkualitas. Indikator sasaran Pembangunan Kependudukan dan
Keluarga Berencana antara lain adalah menurunnya angka kelahiran total, meningkatnya
angka prevalensi kontrasepsi modern, menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak
terpenuhi, meningkatnya peserta KB aktif yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang dan menurunnya tingkat putus pakai kontrasepsi3
Pencapaian pelaksanaan program KB dapat dikatakan berhasil dengan adanya
peningkatan jumlah Pasangan Usia Subur dalam ber KB. Namun terdapat ketimpangan
dalam jumlah pengguna alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur antara Wanita dan
Pria. Menurut penelitian Nurlina dkk data status pemakaian kontrasepsi tahun 2017
masih terdapat 36,4% masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah di Indonesia masih dibawah 8 % dari
yang ditargetkan pemerintah.1
2

BAB II
KONTRASEPSI

A. Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.1
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1)dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3)
daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan
sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6)
mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan1.
B. Akseptabilitas
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada
efek sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah
penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini
terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang
bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau
jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau
oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.1
C. Metode kontrasepsi
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan
adalah :
1.
Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2.
Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3.
Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4.
Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5.
Kontrasepsi dengan AKDR
6.
Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).7
D. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat-Alat/ Obat-Obatan
1. Senggama terputus (coitus interuptus)
3

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi


ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi
disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada
waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini
dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya,
cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi
kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.9
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun). Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:
a.
Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus);
b.
Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
c.
Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.7.9
2. Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan
larutan obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah
lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk
mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah
untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga asiditas vagina.8.9
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam
batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan,
spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki servik uteri.9
3. Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)

Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi


sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan
waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat
mencapai 98 %.1,7
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan
4

adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat
mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan
pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat
dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.2,8
Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada
wanita menyusui
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi Progestin √ √
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi kombinasi √

4. Pantang berkala (rhythm method)


Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi
dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita
tersebut berada dalam masa tidak subur.2
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit
untuk ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari
pertama haid yang akan datang. Untuk memprediksi timbulnya ovulasi
dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut:
5

Gambar 1. Metode penentuan masa ovulasi

a.
Metode suhu basal tubuh
b.
Metode lendir serviks
c.
Metode sympthotermal
d.
Metode kalender.9

E. Kontrasepsi Secara Mekanis


1. Pria
a. Kondom
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina.
Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung
yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih
kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat
spermatisid. 4,9

Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat


memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin. Kekurangannya ialah
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut
6

sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-


sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau
tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis
segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali
jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet. 4
2. Wanita
a. Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan
kontrasepsi. Secara umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan,
yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2) cervical cap. 4
1. Diafragma vaginal

Gambar 2. Diafragma vaginal

Diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk


mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat
dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat
halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. 4,10
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk
menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk
memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam
mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering
dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :
1.
keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2.
jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak
dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus.
3.
jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karena sesuatu sebab. 4,11
7

Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat


dibenarkan, misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3)
fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus. 4
Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi
perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika
diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ4. Efektivitas nya
sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.

2. Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil
daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri
seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk
kontrasepsi. 4

Gambar 3. Cervical cap

F. Kontrasepsi Dengan Obat-Obat Spermatisida


Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2
komponen, yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan
vehikulum yang nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau
cream/jelly.
8

Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam


bentuk :
1. Suppositorium
Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan
sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif
setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam. 4
2. Jelly atau cream
1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly,
2) Delfen vaginal cream. 4
Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam
vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20
menit sampai 1 jam. 4
3. Tablet busa
Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih
dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina
sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit. 4

G. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan
implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya
progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung
progestin atau kombinasi estrogen dan progestin.12
1. Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)
Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per
oral, suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering
digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan
prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti
selama 1 minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari
uterus. 5
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)1.
Terdapat 2 jenis cara kerja pil estrogen kombinasi:
1.
Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7
9

tablet tanpa hormon aktif. Jenis monofasik paling banyak digunakan


saat ini. Setiap tabletnya mengandung 30 -100 μ g etinilestradiol (di
beberapa negara terdapat pula tablet dengan 10 dan 20 μ g) dan
gestagen sintetik dengan dosis yang berbeda-beda. Kebanyakan efek
samping yang timbul disebabkan oleh kandungan estrogen sehingga
saat ini hampir semua pil kontrasepsi mempunyai kadar estrogen yang
rendah (20-35 μ g etinilestradiol). Dari sebagian besar penelitian,
pemberian dosis 50 μ g menimbulkan efek samping yang sangat
rendah.5,12
2.
Pil sekuensial ( bifasik/ trifasik): Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet, mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis
yang yang berbeda ( dua atau tiga dosis), dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif. Cara kerjanya mirip dengan suatu siklus haid normal,
khasiat kontrasepsi hanya berdasarkan pada hambatan ovulasi oleh
estrogen dalam fase pertama dan pada fase kedua gestagen hanya
berguna untuk menimbulkan perdarahan yang teratur. Pil sekuensial
tidak seefektif pil kombinasi oleh karenanya angka kegagalan relatif
tinggi. Di Indonesia sediaan ini tidak pernah beredar. 5,12

No Nama Dagang Progesteron Estrogen


1 (Jenis Kombinasi)
Microgynon 30 150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordette 28 150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordial 28 250 mcg Levonorgestrel 50 mcg Etinilestradiol
Mercilon 28 150 mcg Levonorgestrel 20 mcg Etinilestradiol
Marvelon 28 150 mcg Desogestrel 30 mcg Etinilestradiol
Ovostat 28 1 mg Linestrenol 50 mcg Etinilestradiol
Lyndiol 2,5 mg Linestrenol 50 mcg Etinilestradiol
Gynera 75 mcg Gestroden 30 mcg Etinilestradiol
Diane 35 2 mg Siproterone asetat 35 mcg Etinilestradiol
2 (jenis kombinasi
bertingkat) 50 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Triquilar ED 75 mcg Levonorgestrel 40 mcg Etinilestradiol
125 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
10

50 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol


Trinordial 75 mcg Levonorgestrel 40 mcg Etinilestradiol
125 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
3 Exluton 28 0,5 mg Linestrenol
Tabel 2. Macam-macam Pil kontrasepsi kombinasi
Mekanisme kerja
Efek terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Hal ini dapat menghambat
sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis.5,12

Estrogen akan menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.


Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah
pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum. namun,
progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam
mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas. 5
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi
kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga
dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.5,12
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma
oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua
mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin,
apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi
terhadap kehamilan yang hampir absolute. 5
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel
paling efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-
tahun atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah
kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia
berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang
berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista ovarium fungsional sampai 80%
dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker
11

endometrium dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara


jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan
aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan
perbaikan rematoid artritis10.
Kemungkinan efek yang merugikan
a. Efek metabolik
 Lipoprotein dan lemak

Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol


total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya.
Hal ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit
pembuluh arteri. 5,12
 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah
pemakai dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi
sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin
biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin.
Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang
sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu
memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi
efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel
apabila kontrasepsi oralnya dihentikan. 5
 Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X,
XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden
kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen. 5
b. Penyakit hati
c. Neoplasia
d. Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad
12

pemakaian kontrasepsi hormonal.


 Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena
diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
13

pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil.5,11
 Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal. Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi
dihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan
halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya. 5
 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko
independen. Ada 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan
kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang
berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok. 5,12
 Nyeri kepala migren
e. Efek pada reproduksi
 Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.
 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.
f. Efek lain
 Mukorea
 Kloasma
 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian
kontrasepsi oral

 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
14

retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau
lebih

B. Kontrasepsi progestasional
1. Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena
insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan
yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat
penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks
yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.6,13
 Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum
terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi. 6,13
 Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista
ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu
yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun
hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain
sebagai tambahan. 6,13
 Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. 6,12

2. Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang
setara dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek
bertahan lama dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan
laktasi yang minimal. Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan
Noretindron etantat (Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh
dunia, mekanisme kerja kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi
ovulasi, peningkatan kekentalan mukus serviks, dan pembentukan
endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum. 6,13
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral.
Kekurangannya mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus
selama dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian
kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada
pemakaian jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi
kolesterol LDL tidak meningkat, hanya terjadi sedikit modifikasi
metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menurun. Disamping itu
terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. 6
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar
atas bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara
perlahan- lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari. 3,12
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis
200mg, tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari. 6
3. Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat

Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini


mengandung 25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat
yang dipasarkan dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. 6,12
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan
proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4
1

hari pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam
siklus menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini
selama sekitar 10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut
10 sampai 20 hari pasca penyuntikan. 6,13
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya
perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian,
ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya
kesuburan setelah penghentian berlangsung cepat, dengan hampir 83%
wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah penghentian. Angka pemulihan
kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian dengan suntikan
Depomedroksiprogesteron asetat. 6

Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :
 Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
 Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
 Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
 Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
 Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai
mempunyai neoplasma dependen estrogen
 Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
 Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus
setelah menggunakan pil
 Adenoma atau karsinoma hati
 Diketahi atau dicurigai hamil.10

4. Implan progestin

Gambar 4. Kontrasepsi implan


Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik
yang diimplantasikan dijaringan subdermal. Terdapat beberapa jenis
2

kontrasepsi implant seperti:


a.
Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel
dan lama kerjannya 5 tahun.
b.
Implanon. Terdiri dari datu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dengan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjannya 3 tahun.
c.
Jadena, dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. 6

Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral,


kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah
pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan
pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna,
tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk
diabetik. Setelah pencabutan implant, kesuburan dapat kembali segera. 6

H. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Gambar 5. AKDR
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan
adanya AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus
pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang
mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya
3

kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi.


Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut.7
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga
oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai
pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling
efektif ialah ion logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan
berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).7

Jenis-jenis AKDR

Gambar 6. Jenis-jenis AKDR


Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi
yang paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR
jenis copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran
adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT),
tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan
adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).6

AKDR Dengan Progestin


Mirena, adalah contoh AKDR yang mengandung
levonorgestrel ( progesteron) yang memiliki bentuk T, yang melepaskan 20
mcg levonorgestrel perhari ke dalam rongga uterus, dengan masa aktif
sekitar 5 tahun. Mekanisme kerja Mirena, hampir sama dengan AKDR pada
umumnya, namun Mirena memiliki efek dari pelepasan progesterone
intrauterin, sehingga memiliki efek sistemik dari progesteron yang sangan
kecil. Berikut adalah kelebihan AKDR dengan Progestin:
- Mengurangi nyeri dan jumlah perdarahan saat haid
- Diberikan pada wanita perimenopause, dan diberikan dengan
4

estrogen untuk mencegah hiperplasia endometrium


- Dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk mengurangi
perdarahan uterus disfungsional

- Tidak mengganggu fungsi hati, sehingga dapat digunakan


bersama- sama dengan pasien yang sedang menjalani pengobatan
TB, atau epilepsi.6
Kelemahan AKDR dengan progestin:
- Mahal
- Memiliki sedikit efek progesteron sistemik, seperti meningkatkan
resiko trombosis, menurunkan kadar HDL darah, memperburuk
perjalan kanker payudara dan miom.6
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1.
Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan
demikian satu kali motivasi
2.
Tidak menimbulkan efek sistemik
3.
Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4.
Efektivitas cukup tinggi
5.
Reversibel
6.
Tidak ada pengaruh terhadap ASI.6
Efek samping AKDR
 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri) .6
Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,
umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunakan disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin
disebabkan oleh sudah
5

adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis


sebelum pemasangan AKDR6,7.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun
bisa terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera
dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu
pula dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan
dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi
ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan
linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan
dengan segera.6
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan
dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi
jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya
masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan
terjadinya abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada
dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya
dibiarkan saja berada dalam uterus6,7.
Kontraindikasi pemasangan AKDR
Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu
kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1.
Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2.
Insufisiensi serviks uteri
3.
Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC,
enukleasi mioma, dsb.
4.
Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones
uteri.6 Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1.
Kehamilan

2.
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular
6

Seksual)9
3.
Adanya tumor ganas pada traktus genitalis6.
4.
Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5.
Pasangan yang tidak lestari/harmonis6.
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari
terakhir haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena
serviks saat itu sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa
keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa
dirasakan, kemungkinan pemasangan pada uterus yang sedang hamil
tidak ada7.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga
bulan setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah
masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat
tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus7.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu
setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR
ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika
pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu
keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar 7.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari
segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi,
septic abortion merupakan kontraindikasi

 Beberapa hari setelah haid terakhir


Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama
sebelum AKDR dipasang.
7

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk


AKDR yang dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan
dijelaskan pula kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti
perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

Teknik pemasangan AKDR

Gambar 7. Pemasangan AKDR

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis


AKDR, tapi disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop
karena yang paling banyak digunakan di Indonesia7.
Tekniknya berupa :
 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas
meja ginekologi dalam posisi litotomi.
 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan
betadine

 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan


besar uterus
 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan
dengan larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan
porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk
menentukan arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum
uteri.
 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
8

 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah


sehingga AKDR bebas.
 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan
tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3
cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat7.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilepaskan lebih awal apabila diinginkan.11

Cara mengeluarkan AKDR


Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang
AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan
pinset, atau dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium
uteri eksternum. Tidak terlihatnya benang oleh karena :
 Akseptor menjadi hamil
 Perforasi usus
 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga
uterus, seperti adanya mioma uterus7.

I. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI


DAN VASEKTOMI)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii
wanita sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak
menyebabkan kehamilan lagi.1
A. Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian
saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut
dapat dilakukan setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah
dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara
permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan
ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah
dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam
9

pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih


tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval8.
Keuntungan tubektomi ialah :
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang
berulang- ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada8.
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak
reversibel, walaupun ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada
mereka yang masih menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi8.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi
permanen8. Syarat-syarat
tubektomi :
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia

 Syarat medik.8
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk
mencapai tuba falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti
laparotomi, mini laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan
transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan
transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.8
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba
dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving,
cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak
dipotong. Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan
dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring,
Yoon ring, dll8.
10

B. Vasektomi

Gambar 9. Vasektomi

Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak


menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan
kontrasepsi dilakukan pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada,
kecuali bila ada kelainan lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka
operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan dahulu.8,11
Keuntungan vasektomi :
 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit.8,11

J. KONTRASEPSI DARURAT
Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah, kontrasepsi yang
dapat mencegah kehamilan bula digunakan setelah berhubungan seksual.
”Kondar” disebut juga “kontrasepsi pascasenggama”, “morning after pills”
atau “morning after treatment”. Kondar digunakan berdasarkan
pertimbangan beberapa aspek seperti, aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan
agama. Berikut adalah indikasi pemggunaan kontrasepsi darurat9:
1.
Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:
 Kondom bocor, lepas, atau salah dalam penggunaan
 Kegagalan senggama terputus
 AKDR ekspulsi
 Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
 Terlambat lebuh dari 1 minggu untuk suntik kb yang setiap
bulan, dan terlambat suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik KB
tiga bulanan
2.
Perkosaan
11

3.
Tidak menggunakan kontrasepsi9.
Kontrasepsi yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat:
1. AKDR
Satu-satunya AKDR yang dapat digunakan adalah AKDR
yang mengandung tembaga ( Copper). Jika dipasang dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah senggama, AKDR mampu mencegah
kehamilan dengan cara:
 Mencegah sperma masuk ke tuba falopii, dan mengganggu
mobilitas sperma
 Mencegah implantasi, dengan merubah suasana endometrium.
Kegagalan cara ini < 0,1%, dan AKDR tersebut dapat
dipertahankan sampai masa aktifnya habis 9.
2. Pil KB
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan pil KB sebagai
kontrasepsi darurat:
 Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan Pil KB dengan kandungan 50 mg
etinil estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel
per pil. Kondar harus digunakan dalam 3 x 24 jam pertama pasca
senggama. Berikan 2 pil kontrasepsi sebagai dosis awal,
kemudian berikan lagi 2 pil setelah 12 jam pil pertama
diberikan9.
 Pil KB progestin (Postinor)
Pada berbagai penelitian, efektivitas pil KB progestin dan
metode yuzpe hampir setara, Namun keunggulan pil progestin
terletak pada minimnya efek samping, karena menggunakan
hormon tunggal dengan dosis yang lebih kecil9

Pil mini ( levonorgestrel 0,75 mg) diberikan dalam 3x 24


jam pascasenggama sebagai dosis aman, kemudian berikan dosis
ulangan (1 pil) , 12 jam setelah dosis awal diberikan9.
Efek samping yang ditimbulkan sama seperti efek samping
penggunaan pil progestin lainnya, seperti mual, muntah, dan
timbulnya gangguan perdarahan. Apabila terjadi muntah setelah 2
jam pemberian, maka pemberian pil tersebut harus diulangi, dan
sebaiknya diberikan obat anti muntah terlebih dahulu9.
12

BAB III

KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya


kehamilan. Dan usaha –usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat
juga bersifat permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam
menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok
untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya
cocok untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi,
maka masyarakat harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi
dari masing- masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB
tersebut.
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Subair, N., Haris, R., & Nur, S. (2019). Faktor penyebab rendahnya
jumlah pria dalam mendukung penggunaan alat kontrasepsi. UNM
Environmental Journals, 1(3), 67-71
2. World Population Data Sheet.2018.World Population Datasheet:
With a Special Focus on Changing Age Structures
3. BKKBN. 2016. Kebijakan Program Kependudukan , Keluarga
Berencana , dan Pembangunan Keluarga. Jakarta:
4. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. 2005. Metode Barier. Dalam:
Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman
pelayanan kontrasepsi darurat. Jakarta : Departemen Kesehatan
bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia dan WHO,
6. Cunningham F G, Gant NF. 2006. Williams Obstetri. Edisi ke-
21.Volume 2. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Notoharjo Riono. 2002. Reproduksi kontrasepsi dan keluarga
berencana. Jakarta: Kanisius. Pp 330-350.
8. Martini E. 2008. Kontrasepsi. Jakarta selatan; redaksi gagas
media.pp 200-250.
9. Albar E. 2011. Kontrasepsi tanpa menggunakan Alat. Dalam:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, dan Rachimhadhi T, eds. Ilmu
kandungan Edisi 2 Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo FK UI. h. 535-539.
10. Rekomendasi Praktik pilihan untuk Penggunaan kontrasepsi.
2002. Edisi 2. Buku Kedokteran EGC
11. Singarimbun M. 2011. Kontrasepsi dalam Rangka Keluarga
Berencana Pencegahan Kehamilan. Bandung. Bharata. Pp 8-25.
12. David K et all, Reversing the United states Stenlization
Paradox by Increasing Vasectomy Untilization: Association of
Reproductive
Health Professionals. April 2011.
13. Jessica A, Puting the Pill to Work: Association of Reproductive
health professionals.Desember 2010
14. Manuaba IBG. 2001. Pelayanan Keluarga Berencana. Dalam:
Manuaba IBG. (eds). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. 715-719

Anda mungkin juga menyukai