TUGAS
KONTRASEPSI
Oleh :
M. Dhendhi Pranata, S.Ked
1730912310070
Pembimbing :
dr. M. Robyanoor Ahyadi Radam, M.Kes, Sp.OG, Subsp. KFM
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KONTRASEPSI
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.1
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1)dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3)
daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan
sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6)
mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan1.
B. Akseptabilitas
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada
efek sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah
penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini
terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang
bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau
jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau
oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.1
C. Metode kontrasepsi
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan
adalah :
1.
Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2.
Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3.
Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4.
Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5.
Kontrasepsi dengan AKDR
6.
Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).7
D. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat-Alat/ Obat-Obatan
1. Senggama terputus (coitus interuptus)
3
adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat
mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan
pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat
dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.2,8
Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada
wanita menyusui
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi Progestin √ √
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi kombinasi √
a.
Metode suhu basal tubuh
b.
Metode lendir serviks
c.
Metode sympthotermal
d.
Metode kalender.9
2. Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil
daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri
seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk
kontrasepsi. 4
G. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan
implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya
progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung
progestin atau kombinasi estrogen dan progestin.12
1. Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)
Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per
oral, suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering
digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan
prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti
selama 1 minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari
uterus. 5
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)1.
Terdapat 2 jenis cara kerja pil estrogen kombinasi:
1.
Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7
9
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil.5,11
Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal. Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi
dihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan
halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya. 5
Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko
independen. Ada 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan
kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang
berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok. 5,12
Nyeri kepala migren
e. Efek pada reproduksi
Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.
Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.
f. Efek lain
Mukorea
Kloasma
Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian
kontrasepsi oral
Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
14
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau
lebih
B. Kontrasepsi progestasional
1. Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena
insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan
yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat
penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks
yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.6,13
Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum
terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi. 6,13
Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista
ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu
yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun
hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain
sebagai tambahan. 6,13
Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. 6,12
hari pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam
siklus menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini
selama sekitar 10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut
10 sampai 20 hari pasca penyuntikan. 6,13
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya
perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian,
ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya
kesuburan setelah penghentian berlangsung cepat, dengan hampir 83%
wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah penghentian. Angka pemulihan
kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian dengan suntikan
Depomedroksiprogesteron asetat. 6
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :
Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai
mempunyai neoplasma dependen estrogen
Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus
setelah menggunakan pil
Adenoma atau karsinoma hati
Diketahi atau dicurigai hamil.10
4. Implan progestin
Gambar 5. AKDR
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan
adanya AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus
pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang
mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya
3
Jenis-jenis AKDR
2.
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular
6
Seksual)9
3.
Adanya tumor ganas pada traktus genitalis6.
4.
Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5.
Pasangan yang tidak lestari/harmonis6.
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari
terakhir haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena
serviks saat itu sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa
keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa
dirasakan, kemungkinan pemasangan pada uterus yang sedang hamil
tidak ada7.
Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga
bulan setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah
masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat
tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus7.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu
setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR
ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika
pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu
keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar 7.
Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari
segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi,
septic abortion merupakan kontraindikasi
Syarat medik.8
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk
mencapai tuba falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti
laparotomi, mini laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan
transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan
transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.8
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba
dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving,
cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak
dipotong. Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan
dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring,
Yoon ring, dll8.
10
B. Vasektomi
Gambar 9. Vasektomi
J. KONTRASEPSI DARURAT
Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah, kontrasepsi yang
dapat mencegah kehamilan bula digunakan setelah berhubungan seksual.
”Kondar” disebut juga “kontrasepsi pascasenggama”, “morning after pills”
atau “morning after treatment”. Kondar digunakan berdasarkan
pertimbangan beberapa aspek seperti, aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan
agama. Berikut adalah indikasi pemggunaan kontrasepsi darurat9:
1.
Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:
Kondom bocor, lepas, atau salah dalam penggunaan
Kegagalan senggama terputus
AKDR ekspulsi
Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
Terlambat lebuh dari 1 minggu untuk suntik kb yang setiap
bulan, dan terlambat suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik KB
tiga bulanan
2.
Perkosaan
11
3.
Tidak menggunakan kontrasepsi9.
Kontrasepsi yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat:
1. AKDR
Satu-satunya AKDR yang dapat digunakan adalah AKDR
yang mengandung tembaga ( Copper). Jika dipasang dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah senggama, AKDR mampu mencegah
kehamilan dengan cara:
Mencegah sperma masuk ke tuba falopii, dan mengganggu
mobilitas sperma
Mencegah implantasi, dengan merubah suasana endometrium.
Kegagalan cara ini < 0,1%, dan AKDR tersebut dapat
dipertahankan sampai masa aktifnya habis 9.
2. Pil KB
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan pil KB sebagai
kontrasepsi darurat:
Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan Pil KB dengan kandungan 50 mg
etinil estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel
per pil. Kondar harus digunakan dalam 3 x 24 jam pertama pasca
senggama. Berikan 2 pil kontrasepsi sebagai dosis awal,
kemudian berikan lagi 2 pil setelah 12 jam pil pertama
diberikan9.
Pil KB progestin (Postinor)
Pada berbagai penelitian, efektivitas pil KB progestin dan
metode yuzpe hampir setara, Namun keunggulan pil progestin
terletak pada minimnya efek samping, karena menggunakan
hormon tunggal dengan dosis yang lebih kecil9
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Subair, N., Haris, R., & Nur, S. (2019). Faktor penyebab rendahnya
jumlah pria dalam mendukung penggunaan alat kontrasepsi. UNM
Environmental Journals, 1(3), 67-71
2. World Population Data Sheet.2018.World Population Datasheet:
With a Special Focus on Changing Age Structures
3. BKKBN. 2016. Kebijakan Program Kependudukan , Keluarga
Berencana , dan Pembangunan Keluarga. Jakarta:
4. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. 2005. Metode Barier. Dalam:
Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman
pelayanan kontrasepsi darurat. Jakarta : Departemen Kesehatan
bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia dan WHO,
6. Cunningham F G, Gant NF. 2006. Williams Obstetri. Edisi ke-
21.Volume 2. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Notoharjo Riono. 2002. Reproduksi kontrasepsi dan keluarga
berencana. Jakarta: Kanisius. Pp 330-350.
8. Martini E. 2008. Kontrasepsi. Jakarta selatan; redaksi gagas
media.pp 200-250.
9. Albar E. 2011. Kontrasepsi tanpa menggunakan Alat. Dalam:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, dan Rachimhadhi T, eds. Ilmu
kandungan Edisi 2 Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo FK UI. h. 535-539.
10. Rekomendasi Praktik pilihan untuk Penggunaan kontrasepsi.
2002. Edisi 2. Buku Kedokteran EGC
11. Singarimbun M. 2011. Kontrasepsi dalam Rangka Keluarga
Berencana Pencegahan Kehamilan. Bandung. Bharata. Pp 8-25.
12. David K et all, Reversing the United states Stenlization
Paradox by Increasing Vasectomy Untilization: Association of
Reproductive
Health Professionals. April 2011.
13. Jessica A, Puting the Pill to Work: Association of Reproductive
health professionals.Desember 2010
14. Manuaba IBG. 2001. Pelayanan Keluarga Berencana. Dalam:
Manuaba IBG. (eds). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. 715-719