Anda di halaman 1dari 8

Nama : Jeriko Silaban

Nim : 2010117415

Semester/Kelas : III/Pagi Sore

Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata/3 sks

Dosen : Alexander Sebayang, S.H., M.H.

1. Surat Gugatan yang dibuat haruslah memenuhi syarat-syarat pokok surat gugatan
karena kurangnya satu unsur saja akan berdampak besar terhadap putusan pengadilan
berupa “Gugatan Tidak Dapat Diterima” hingga “Gugatan Ditolak”. Pasal 8 Nomor 3
Reglement Op de Burgerlijke Rechtsvordering (RV) menyebutkan suatu surat gugatan
harus memuat setidaknya:
a. Identitas Para Pihak, meliputi nama lengkap, alamat tempat tinggal, tanggal
lahir, pekerjaan, agama, kewarganegaraan (jika perlu). Penyebutan pihak-
pihak terlibat juga harus disertai posisinya masing-masing, misalnya apakah
bertindak sebagai Penggugat, Tergugat, Pemohon atau Termohon.
b. Alasan-Alasan Gugatan (Fundamentum Petendi atau Posita), meliputi uraian
fakta hukum (fetelijkegronden) dan uraian dasar hukum (rechtgronden).
c. Tuntutan (Petitum), terdiri atas:
• Tuntutan Pokok, yaitu merupakan hal yang dituntutkan sebagaimana
uraian pada posita.
• Tuntutan Tambahan, yaitu tuntutan yang tidak berhubungan langsung
dengan pokok perkara misalnya berupa pembebanan biaya perkara
kepada Tergugat, tuntutan untuk melaksanakan putusan terlebih dahulu
meskipun ada upaya hukum lanjutan, tuntutan moratoir, dwangsom,
dan sebagainya.
• Tuntutan Subsider/Pengganti, hal ini dilakukan sebagai bentuk
antisipasi apabila Tuntutan Pokok dan Tuntutan Tambahan tidak
dikabulkan oleh Majelis Hakim. Biasanya berbunyi “Ex Aequo Et
Bono” atau “Mohon putusan yang seadil-adilnya”.
2. Penggugat yang sengaja tidak hadir dalam sidang pertama, padahal ia yang
mempunyai inisiatif mengajukan gugatan, sikap Penggugat yang demikian dapat
dinilai oleh Hakim bahwa Penggugat beritikad buruk, sedangkan Tergugat telah hadir
artinya Tergugat dapat dinilai oleh Hakim ia telah beritikad baik untuk menyelesaikan
perkaranya, maka oleh Hakim dapat menyatakan gugatannya digugurkan dan
Penggugat dihukum mebayar biaya perkara;
Tergugat yang sengaja tidak hadir dalam sidang pertama, padahal ia telah
dipanggil secara sah dan patut, Penggugat telah mengeluarkan biaya dan hadir di
persidangan, oleh Hakim Tergugat dinilai beritikad buruk, maka oleh Hakim dapat
menyatakan gugatan Penggugat dikabulkan dengan verstek (tanpa hadirnya
Tergugat);
Dalam sidang pertama apakah Penggugat atau Tergugat yang tidak hadir
dalam persidangan, Hakim jika perlu dapat menunda sidang dengan memerintahkan
memanggil kepada pihak yang tidak hadir, jadi jika dalam sidang pertama Penggugat
yang tidak hadir atau Tergugat yang tidak hadir Hakim masih memberi kesempatan
yang sama untuk memanggil lagi;
Dalam sidang pertama Penggugat hadir Tergugat hadir, namun dalam sidang
berikutnya Tergugat tidak hadir, maka Hakim wajib memanggil Tergugat untuk hadir
dalam sidang berikutnya;
Tujuan adanya pasal 126 HIR ini adalah untuk memberikan kelonggaran bagi
para pihak dan supaya Hakim tidak tergesa-gesa dalam memberikan putusan
dikarenakan adanya kemungkinan para pihak tidak datang karena ada halangan-
halangan tertentu (misalnya, salah satu pihak tersebut tidak mengetahui adanya
panggilan tersebut).
Namun apabila setelah dua kali persidangan dan pihak Tergugat tidak hadir
juga setelah dipanggil dengan patut, maka mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang ada, seharusnya persidangan dapat dilanjutkan.

3. > Posita :
a) Memet tidak mengembalikan uang yang sudah disepakati.
b) Melanggar perjanjian yang sudah di tandatangani.
c) Tidak lancar membayar.
d) Merasa dirugikan oleh memet.
e) Hanya membayar 3 bulan saja selama jangka waktu yang sudah dijanjikan.
➢ Petitium :
a) Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan,
barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai
memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang
waktu yang telah dilampaukannya. Dasar hukumnya Pasal 1243 Kitab
Undang-Undang Hukm Perdata (KUHPer).
b) Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak
dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal
yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak
ada itikad buruk kepadanya. Dasar Hukumnya Pasal 1244 KUHPerdata.
c) Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang
lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi
hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 378 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
d) Memei harus terlebih dahulu melakukan tindakan yaitu memberikan teguran
atau peringatan (surat somasi) kepada Memet, sebagaimana hal tersebut diatur
dalam Pasal 1238 KUHPerdata. Dalam surat somasi, Memei memberitahukan
kepada Memet bahwa Memet telah lalai terhadap perjanjian pinjam meminjam
uang dan belum membayar hingga waktu yang telah ditentukan atau utang
telah jatuh tempo. Jika pada kenyataannya Memet tidak juga melakukan
pembayaran, maka Memei dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan. Pada
tahap pengadilan, permasalahan tetap dapat diselesaikan dengan mediasi
(musyawarah).
e) Dalam surat peringatan (surat somasi) maupun mediasi, Memei dapat
memberikan pilihan kepada Memet untuk melakukan restrukturisasi
pembayaran atau melakukan perbaikan jadwal pembayaran dari Memet
sebagai debitur kepada Memei sebagai kreditur. Dengan memberikan pilihan
tersebut, hubungan Memei dan Memet tetap baik dan utang yang dimiliki
Memet kepada Memei dapat diselesaikan dengan win-win solution.
4. Menurut saya diketahui bahwa asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan pada
kasus Putusan Nomor 246 K/Pid/2017 tidak memberikan pengaruh bagi pencarian
keadilan. Hal demikian dikarenakan para pencari keadilan menggunakan haknya
secara penuh sehingga seluruh upaya hukum baik itu banding maupun kasasi
ditempuh. Telaah terhadap sisi idealitas asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya
ringan sebenarnya bisa ditempuh dengan hakim harus memberikan argumentasi yang
sangat kuat sehingga meskipun tuntutannya itu tidak dipenuhi lebih dari 2/3 tuntutan
tetapi dengan argumentasi yang jelas dari hakim tingkat banding itu untuk
memberikan alasan yang kuat bagi para pencari keadilan bahwa proses yang dia
laksanakan itu sudah tepat dengan putusan Judex Factie yang pertama. Ketika asas
tidak berpengaruh, berarti ada masalah dalam penegakan hukum. Dengan demikian,
saran yang dapat diajukan adalah:
a) Penegak hukum perlu mendapatkan pembelajaran lebih lanjut agar
pemahaman mengenai asas bisa benar-benar teraplikasi dalam penegakan
hukum. Alangkah demikian dapat ditempuh dengan studi lanjut.
b) Sosialisasi dari Mahkamah Agung kepada hakim-hakim ditingkat pertama
maupun ditingkat banding perlu dilakukan agar untuk kasus-kasus yang
dengan kerugian yang tidak begitu besar sebaiknya tidak berlarut-larut sampai
upaya hukum kasasi atau tingkat Mahkamah Agung.

5. A. Permohonan kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara tertulis atau


lisan melalui Panitera Pengadilan Tingkat Pertama yang telah memutus perkaranya,
dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan
Pengadilan yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon. Apabila tenggang
waktu 14 (empat belas) hari tersebut telah lewat tanpa ada permohonan kasasi yang
diajukan oleh pihak berperkara, maka pihak yang berperkara dianggap telah
menerima putusan. Setelah pemohon membayar biaya perkara, Panitera tersebut ayat
(1) mencatat permohonan kasasi dalam buku daftar, dan pada hari itu juga membuat
akta permohonan kasasi yang dilampirkan pada berkas perkara. Selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi terdaftar,
Panitera Pengadilan Dalam Tingkat Pertama yang memutus perkara tersebut
memberitahukan secara tertulis mengenai permohonan itu kepada pihak lawan.
Dalam pengajuan permohonan kasasi pemohon wajib menyampaikan pula
memori kasasi yang memuat alasan-alasannya, dalam tenggang waktu 14
(empat belas) hari setelah permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku
daftar. Panitera Pengadilan yang memutus perkara dalam tingkat pertama memberikan
tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan menyampaikan salinan
memori kasasi tersebut kepada pihak lawan dalam perkara yang dimaksud
dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari. Pihak lawan berhak
mengajukan surat jawaban terhadap. memori kasasi kepada Panitera sebagaimana
dimaksudkan ayat (1), dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya salinan memori kasasi. Setelah menerima memori kasasi dan jawaban
terhadap memori kasasi
sebagaimana dimaksudkan Pasal 47, Panitera Pengadilan yang memutus
perkara dalam tingkat pertama, mengirimkan permohonan kasasi, memori kasasi,
jawaban atas memori kasasi, beserta berkas perkaranya kepada Mahkamah Agung
dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari. Panitera Mahkamah Agung
mencatat permohonan kasasi tersebut dalam buku daftar dengan membubuhkan
nomor urut menurut tanggal penerimaannya, membuat catatan
singkat tentang isinya, dan melaporkan semua itu kepada Mahkamah Agung.
B. Pembatasan ini di samping dimaksudkan untuk mengurangi kecenderungan setiap
perkara diajukan ke Mahkamah Agung sekaligus dimaksudkan untuk mendorong
peningkatan kualitas putusan Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat
Banding sesuai dengan nilai-nilai hukum dan keadilan dalam masyarakat.

6. A. Pembuktian Mencari dan Mewujudkan Kebenaran Formil Sistem pembuktian yang


dianut oleh hukum acara perdata tidak bersifat stelsel negatif menurut undang-undang
( Negatif Wettelijk Stelsel) seperti dalam proses pemeriksaan hukum acara pidana,
dimana harus dibuktikan berdasarkan alat buktu yang mencapai batas minimal
pembuktian yakni sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan memenuhi syarat
formil dan materil. selain mencapai batas minimum juga harus berdasarkan keyakinan
hakim, sistem pembuktian inilah yang dianut oleh pasal 183 KUHAP. Beda hal dalam
proses peradilan perdata dimana kebenaran yang dicari dan diwujudkan hakim hanya
kebenaran formil saja hal ini ditegaskan dalam putusan MA no.3136k/pdt/1983.
Pengakuan Mengakhiri Pemeriksaan Perkara Pada prinsipnya , pemeriksaan perkara
sudah berakhir apabila salah satu pihak memberikan pengakuan yang bersifat
menyeluruh terhadap materi pokok perkara. Apabila tergugat mengakui scara bulat
dan murni atas materi pokok yang didalilkan penggugat, dianggap perkaran yang
disengketakan telah selesai hal ini sejalan dengan ketentuan pasal 164 HIR.284 RBG
jo. Pasal 1866 KUH Perdata dimana salah satu alat bukti dalam hukum acara perdata
ialah pengakuan.

B. Berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud maka yang wajib membuktikan


adalah : orang yang mengaku mempunyai hak, orang yang membantah dalil gugatan,
orang yang menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya. Hal
sebagaimana diuraikan tersebut dalam hukum acara perdata disebut dengan
pembuktian.

7. Alat Bukti :

a) Perjanjian secara tertulis.


b) Saksi mata.

Kekuatan Pembuktian :
a) Perjanjian secara tertulis yang sudah ditandatangai keduabelah Pihak.
b) Saksi matanya ialah teman-teman yang ikut menandatangani jual-bli jeruk
sambas tersebut.

8. A. BUKTI TERTULIS
Alat “bukti tertulis” atau surat atau akta dalam hukum acara perdata suatu
yang utama sebab hukum acara perdata menekankan pembuktian secara formil,
contohnya saja ketika seseorang medalilkan dirinya sebagai pemilik sebidang tanah
maka ia wajib menghadirkan asli Sertifikat Hak Milik (SHM) yang benar diterbitkan
oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) maka hakim akan membenarkan
kepemilikannya itu. Jenis-jenis “bukti tertulis” atau surat atau akta yang telah diatur di
dalam hukum acara perdata membagi ke dalam tiga jenis dan memiliki nilai
pembuktian yang berbeda.
B. BUKTI SAKSI
Saksi yang dihadirkan di hadapan hakim bertujuan untuk menguatkan
peristiwa yang didalilkan di depan persidangan. Jumlah saksi yang dihadirkan dapat
minimal dua orang dewasa dan cakap hukum, keterangan satu saksi di depan
persidangan tidak dapat dipercaya sepanjang tidak didukung dengan alat bukti yang
lain, sesuai ketentuan Pasal 1905 KUH Perdata yang menyatakan “keterangan seorang
saksi saja tanpa alat pembuktian lain, dalam Pengadilan tidak boleh dipercaya”.
Kualitas keterangan saksi harus dipertimbangkan dengan seksama. Kualitas dimaksud
berkaitan dengan cara bagaimana saksi mengetahui peristiwa, asal muasal
pengetahuannya, sumber kesaksiannya harus jelas dan benar sehingga keterangannya
dapat diterima oleh hakim untuk menetapkan suatu peristiwa. Keterangan saksi tidak
dibenarkan berasal dari dugaannya atau pemikirannya atau pendapatnya, sesuai
dengan ketentuan Pasal 1907 KUH Perdata. Karena keterangan saksi itu seperti
pendapat ahli hukum Darwan Prinst diatas yakni yang diketahui, lihat sendiri, dengar
sendiri atau alami sendiri. Keterangan saksi-saksi harus mempunyai korelasi atau
hubungan antara keterangan satu dengan yang lainnya, jangan sampai masing-masing
berdiri sendiri tidak saling menguatkan peristiwa yang diterangkan. Dan harus
dihindari keterangan saksi yang saling bertolak belakang atau saling bantah-bantahan.
C. PERSANGKAAN
Persangkaan hakim adalah kesimpulan yang ditarik oleh hakim dari suatu
peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum,
seperti fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang dijadikan dasar hakim untuk
menyusun pertimbangan hukum di dalam putusannya, dari fakta itu hakim akan
meletakan hukumnya dan menjatuhkan putusan. Sedangkan persangkaan undang-
undang telah dimaksudkan di dalam Pasal 1916 KUH Perdata yang menerangkan
bahwa persangkaan undang-undang ialah persangkaan yang berdasarkan suatu
ketentuan khusus untukdang-undang, dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan
tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu.
D. PENGAKUAN
Pengakuan seperti yang dimaksud di dalam Pasal 176 HIR mengandung asas
“onsplitbaar aveu” atau pengakuan yang tidak boleh dipisah-pisah, yaitu tiap-tiap
pengakuan harus diterima segenapnya dan hakim tidak bebas akan menerima
bagiannya saja dan menolak bagian yang lain sehingga menjadi kerugian kepada
orang yang mengaku itu melainkan jika oarang yang berutang untuk melepaskan
dirinya menyebutkan bersama pengakuan itu beberapa perbuatan yang nyata palsu.
E. SUMPAH
Sumpah sebagai alat bukti adalah suatu keterangan atau pernyataan yang
dikuatkan atas nama Tuhan dengan tujuan agar orang yang bersumpah dalam
memberi keterangan atau pernyataan itu, takut atas murka Tuhan apabila dia
berbohong, dan Takut kepada murka atau hukuman Tuhan dianggap sebagai daya
pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai