Pengertian Hukum Tata Negara
Pengertian Hukum Tata Negara
a) Dalam arti luas : meliputi juga Hukum Administrasi Negara(yang mencakup Hukum Tata
b) Dalam arti sempit : dalam bahasa Prancis disebut Droit Constituonnel atau Verfassungsrecht
(bahada Jerman), bahasa Belanda umumnya memakai istilah “staatsrech” yang dibagi menjadi
staatsrech in ruimere zin (dalam arti luas) dan staatsrech In engere zin (dalam arti
zin adalah hukum yang membedakan Hukum Tata Negara dari Hukum Administrasi Negara,
Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum Tata Pemerintah. Di Inggris pada umumnya memakai
istilah “Contitusional Law”, penggunaan istilah tersebut didasarkan atas alasan bahwa dalam
1. Hukum Tata Negara adalah salah satu cabang ilmu hukum, yaitu hukum kenegaraan yang
2. Definisi hukum tata negara telah dikembangkan oleh para ahli, sehingga tidak hanya mencakup
kajian mengenai organ negara, fungsi dan mekanisme hubungan antar organ negara itu, tetapi
3. Hukum tata negara tidak hanya merupakan sebagai recht atau hukum dan apalagi
sebagai wet atau norma hukum tertulis, tetapi juga merupakan sebagailehre atau teori,
4. Hukum tata negara dalam arti luas mencakup baik hukum yang mempelajari negara dalam
keadaan diam (staat in rust) maupun mempelajari negara dalam keadaan bergerak (staat in
beweging)
1. Sumber hukum Materiil : sumber hukum yang menentukan isi kaidah HTN, meliputi
dasar dan pandangan hidup (Pancasila)
kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan kaidah HT (Konstitusi)
2. Sumber Hukum Formil berupa :
Undang-Undang Dasar 1945 :
a. Ketetapan MPR
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
Sumber Hukum Administrasi Negara dibedakan menjadi dua yaitu : Sumber Idiil dan sumber-
sumber faktual.
1. Sumber idiil : sumber yang terletak pada wewenang yang ada pada negara . Timbulnya
HAN tergantung pada cita-cita yang ada pada suatu kelompok penguasa tersebut seperti
Pancasila.
Fungsi dari HAN yaitu:
a. Mengatur hubungan-hubungan dalam masyarakat
b. Mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat
c. Menjaga agar pelaksanaan administrasi negara berjalan sebagaimana mestinya
d. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan
e. Menciptakan peraturan – peraturan yang berupa ketentuan – ketentuan abstrak yang
berlaku umum.
f. Menciptakan ketentuan – ketentuan yang berupa ketentuan konkrit untuk subyek
tertentu, di bidang :
g. Bestuur, yang berbentuk : perijinan, pembebanan, penentuan status atau kedudukan,
pembuktian, pemilikan dalam penggandaan dan pemeliharaan perlengkapan
administrasi.
h. Politie, mencakup proses pencegahan dan penindakan.
i. Rechtspraak, mencakup proses pengadilan, arbitrase, konsiliasi dan mediasi.
3. PERBEDAAN
A. Kewenangan
B. Legal Standing
Permohonan judicial review ke Mahkamah Konstitusi dapat dilakukan oleh pihak yang
menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya
undang-undang, yaitu:
a. Perorangan warga negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang;
c. Badan hukum publik atau privat; atau
d. Lembaga negara. (Pasal 51 ayat (1) UU MK)
Permohonan judicial review ke Mahkamah Agung hanya dapat dilakukan oleh pihak
yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang, yaitu:
a. Perorangan warga negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang; atau
c. Badan hukum publik atau badan hukum privat. (Pasal 31A ayat (2) UU 3/2009)
Setelah berkas permohonan Judicial Review masuk, maka dalam 14 hari kerja setela
registrasi ditetapkan Hari Sidang I (kecuali perkara Perselisihan Hasil Pemilu) akan
ditetapkan jadwal sidang. Para pihak berperkara kemudian diberitahu/dipanggil, dan
jadwal sidang perkara tersebut diumumkan kepada masyarakat.
2.
2. Judicial Review Mahkamah Agung:
Permohonan judicial review ke MA diatur lebih rinci dalam Perma No. 1 Tahun 2004
tentang Hak Uji Materiil dengan menggunakan terminologi Permohonan Keberatan.
Permohonan keberatan diajukan kepada MA dengan cara:
a. Langsung ke MA; atau
b. Melalui Pengadilan Negeri yang membawahi wilayah hukum tempat kedudukan
Pemohon.
c. Permohonan Keberatan diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
d. Pemohon membayar biaya permohonan pada saat mendaftarkan permohonan
keberatan yang besarnya akan diatur tersendiri.
e. Dalam hal permohonan keberatan diajukan langsung ke Mahkamah Agung:
1) Didaftarkan di Kepaniteraan Mahkamah Agung;
2) Dibukukan dalam buku register permohonan;
3) Panitera Mahkamah Agung memeriksa kelengkapan berkas dan apabila terdapat
kekurangan dapat meminta langsung kepada Pemohon Keberatan atau kuasanya yang
sah;
f. Dalam hal permohonan keberatan diajukan melalui Pengadilan Negeri (Pasal 4
Perma 1/2004):
1) Didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri;
2) Permohonan atau kuasanya yang sah membayar biaya permohonan dan diberikan
tanda terima;
3) Permohonan dibukukan dalam buku register permohonan;
4) Panitera Pengadilan Negeri memeriksa kelengkapan permohonan keberatan yang
telah didatarkan oleh Pemohon atau kuasanya yang sah, dan apabila terdapat
kekurangan dapat meminta langsung kepada pemohon atau kuasanya yang sah.
A. Asas Pancasila
Setiap negara didirikan atas filsafah bangsa. Filsafah itu merupakan perwujudan
dari keinginan rakyat dan bangsanya. Dalam bidang hukum, pancasila merupakan
sumber hukum materil, karena setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengannya dan jika hal itu terjadi, maka peraturan tersebut harus
segera di cabut. Pancasila sebagai Azas Hukum Tata Negara dapat dilihat dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
D. Asas Demokrasi
Adalah suatu pemerintahan dimana rakyat ikut serta memerintah baik secara
langsung maupun tak langsung. Azas Demokrasi yang timbul hidup di Indonesia
adalah Azas kekeluargaan.
E. Asas Kesatuan
Adalah suatu cara untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu dan damai tanpa
adanya perselisihan sehingga terciptanya rasa aman tanpa khawatir adanya
diskriminasi. Asas Negara kesatuan pada prinsipnya tanggung jawab tugas-tugas
pemerintahan pada dasarnya tetap berada di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi,
sistem pemerintahan di Indonesia yang salah satunya menganut asas Negara
kesatuan yang di desentralisasikan menyebabkan adanya tugas-tugas tertentu yang
diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang melahirkan
hubungan kewenangan dan pengawasan.
G. Asas legalitas
Dimana asas legalitas tidak dikehendaki pejabat melakukan tindakan tanpa
berdasarkan undang-undang yang berlaku. Atau dengan kata lain the rule of law not
of man dengan dasar hukum demikian maka harus ada jaminan bahwa hukum itu
sendiri dibangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi.
Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.