Anda di halaman 1dari 13

HEMODIALISA

A. Definisi
dari dua kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput permeriabel buatan
dengan kompartemen dialisat yang dialiri oleh cairan dialisis yang bebas pirogen
berisi cairan dengan komposisi elektrolit mirip asam normal dan tidak
mengandung sisa Dialisis adalah gerakan cairan dan butir-butir ( partikel)
melalui gerakan permeabel. dialisis merupakanan suatu tindakan yang dapat
memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan
asam basa dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan bahan toksik dari tubuh (
Baredero, 2014).
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal
buatan ( dialiser) yang terdiri metabolisme nitrogen. (Smettser & Bare 2015)
Cairan dialisat dan darah yang terpisah ah akan mengalami perubahan
konsentrasi yang tinggi ke arah konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi
terlarut sama di kedua kompartemen n. pada proses dialisis zat terlarut ( air) juga
dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan
cara menaikkan tekanan hidrostatik komponen dialisat.
Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah
dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut
dan gagal ginjal kronik. (Smettser & Bare 2015)
B. Fungsi sistem ginjal buatan
1. membuang produk metabolisme protein seperti urea kreatinin dan asam urat.
2. membuang ke kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
air dan bagian cairan. biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah
dan tekanan negatif ( pertisap) Dalam kompartemen dialisis ( proses
ultrafiltrasi).
3. mempertahankan atau mengembalikan sistem nafas tubuh.
4. mempertimbangkan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
C. Tujuan Hemodialisa
Secara umum tujuan Hemodialisa adalah mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. dialisis dilakukan pada
gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang yang
dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. dialisis juga
dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel,
hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia.
D. Prinsip dialisis
Baradero 2014 menyebutkan ada tiga prinsip yang mendasari dialisis
yaitu disfusi, osmosis, dan ultrafiltrasi pada saat dialisis, prinsip osmosis dan
disfungsi atau ultrafiltrasi digunakan secara stimulasi atau bersamaan.
1. Disfusi adalah pergerakan butir-butir partikel dari tempat yang
berkonsentrasi rendah dalam tubuh manusia sia hal ini terjadi melalui
membran permeabel difusi menyebabkan urea, Kreatinin, dan asam urat dari
darah pasien masuk ke dalam dialisat walaupun konsentrasi dan protein
dalam darah tinggi, materi ini tidak dapat menembus membran
semipermeabel karena eritrosit dan protein memiliki molekul yang besar.
2. Osmosis mengangkut pergerakan air melalui membran semipermeabel dari
tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi.
( osmolaritas).
3. Ultrafiltrasi adalah Pergerakan cairan dari membran permeabel sebagai
tekanan gradien buatan. kan an-nur Adin buatan dapat bertekanan positif
( didorong) atau negatif ( ditarik). ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosis
dalam mengambil cairan dan ditetapkan dalam Hemodialisa.
E. Metode dialisis
Nursalam 2012 menyebutkan bahwa metode dialisis terdiri dari tiga metode
meliputi :
1. Dialisis peritoneum
Pada dialisis peritoneum, membran peritonium penderita digunakan sebagai
bagai sawar permeabel alami larutan dialisat yang telah dipersiapkan
sebelumnya sekitar 2 liter dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui
kateter menetap yang diletakkan di bawah kulit abdomen. larutan dibiarkan
berada di bawah rongga abdomen ( peritoneum) cara selamat waktu yang
ditentukan biasanya antara 4 sampai 6 jam. nursalam 2012 membagi dialisis
peritoneum ke dalam tiga jenisl :
a. dialisis peritoneum intermiten ( GGK/GGA)
b. dialisis peritoneum ambulator kontinue (CAPD)
Merupakan suatu bentuk dialisis yang dilakukan pada banyak pasien
penyakit Renal stadium terminal. pada keadaan ini ditanamkan sebanyak
2 liter larutan glukosa isotonik atau hipertonik dalam rongga peritoneal
pasien melalui pemasangan kateter silastik permanen terjadi equilibrium
cairan melalui membran peritoneal seluas 2 m. dengan daerah kapiler
peritoneum. Setelah beberapa jam cairan yang mengandung sisa buangan
toksik ditarik keluar. prosedur ini diulang 3-4 kali sehari.
c. dialisis peritoneum siklus continue
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau
pasien dengan penyakit ginjal Stadium Akhir yang memerlukan terapi
jangka panjang atau terapi permanen.
d. terapi pengganti Renal continue
Transplantasi ginjal adalah terapi pemulihan yang sebagian besar pasien
namun terbatas karena sedikitnya suplai Organ Donor.
F. Indikasi Hemodialisa
Secara umum dialisis pada gagal ginjal kronik adalah bila laju filtrasi
glomelurus sudah berkurang dari 5 l per menit pasien-pasien tersebut
memerlukan Hemodialisa apabila terdapat kondisi sebagai berikut:
1. hiperkalemia
2. asidosis
3. kegagalan terapi konservatif
4. kadar ureum dan Kreatinin tinggi dalam darah
5. kelebihan cairan
6. mual dan muntah hebat
7. anuria berkepanjangan

G. kontra indikasi Hemodialisa


Pada proses Hemodialisa darah dialirkan keluar tubuh dan disaring dalam
ginjal buatan an-najah yang kemudian disaring kemudian dialirkan kembali ke
dalam tubuh rata-rata manusia mempunyai sekitar 5,6 sampai 68 liter darah .dan
selama proses dialisis hanya sekitar 0,5 liter yang berada diluar tubuh. untuk
proses Hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh
dapat keluar dan disaring oleh dialiser. kemudian kembali ke dalam tubuh.
terdapat tiga jenis akses yaitu arteriovenous fistula (AV), graf, dan central venous
catheter.
AV fistula adalah akses vaskuler yang paling direkomendasikan karena
cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien sebelum melakukan proses
Hemodialisa Perawat akan memeriksa ttv klien untuk memastikan Apakah pasien
layak untuk menjalankan Hemodialisa. Selain itu pasien memerlukan timbangan
badan untuk menentukan jumlah cairan di dalam tubuh yang harus dibuang pada
saat terapi langkah selanjutnya adalah menghubungkan pasien dengan mesin cuci
darah dengan memasang Blood Line ( selang darah) dan jarum ke akses vaskuler
pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialiser dan akses untuk masuk ke
dalam tubuh. setelah semua terpasang maka proses terapi Hemodialisa dapat
dimulai.
Pada proses Hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin
hemodialisis. melainkan hanya melalui selang darah dan dialiser. mesin
Hemodialisa sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa di mana
mesin Hemodialisa mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran
darah, tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan
serta informasi vital lainnya. mesin Hemodialisa juga mengatur cairan dialisat
yang masuk di dialiser, dalam cairan tersebut membantu mengumpulkan racun-
racun dari darah. pompa yang ada dalam mesin Hemodialisa berfungsi untuk
mengalirkan darah dari tubuh ke dialiser dan mengembalikan kembali ke dalam
tubuh.
H. Komplikasi
Menurut Tara 2016 selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan
komplikasi yang terjadi, antara lain:

a. Kram otot
kram otot terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa.
b. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat, rendahnya
dialisat natrium,penyakit jantung ateroklerosis, neuropatik otonomik dan
kelebihan tambahan cairan (berat)
Aritmia
Hipoksia,hipotensi, penghentian obat atau aritmia selama dialisis,penurunan
kalsium, magnesium, kalium dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
c. Sindrom keseimbangan cairan
Dipercaya secara primer yang mengakibatkan oleh osmol-osmol lain dari otak
dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah. Yang
mengakibatkan suatu grdian osmotik. Dan menyebabkan odema serebri,
sindrom ini biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama.
Dengan azetmia berat.
d. Hiposekmia
Selama hemodialisa merupakan hal yang sangat penting yang perlu dimonitor
pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonal
e. Pendarahan
Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit, dapat di nilai dengan
mengukur waktu pendarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga
meupakan faktor resiko terjadinya pendarahan.
f. Gangguan pencernaan
Yangsering terjadi adalah mual dan muntah yang disebebkan oleh
hipeglikemia, gangguan pencernaan yang sering disertai dengan sakit kepala.
g. Pembekuan darah
Dapat terjadi karena pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan
darah lambat.
I. Peralatan hemodialisa
1. Arterial Blood Line (AVPOL)
a. Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing line plastik yang menghubungkan darah dari tubing akses
vasekuler tubuh pasien menuju dialiser, disebut inlet ditandai dengan
warnah merah.
b. Venous blood line
Adalah tubing line plastik yang menghubungkan dari dialiser ke tubing
akses vasekuler menuju tubuh pasien printing volume AVBL antara
100-50ml. printig volume cairan cairan yang diisikan pertama kali pada
AVBL dan komponen dialiser.
c. Dialiser atau ginjal buatan
Adalah suatu alat dimana proses dialiser terjadi dari 2 ruangan atau
kompertemen yaitu komportemen darah ruang yang berisi darah dari
komportemen yang berisi dialisat. Kedua komportaemen dipisahkan
oleh membran semi permiabel dialiser mempunyai 4 lubang yaitu ujung
untuk keluar masuk darah dan 2 lubang samping untuk keluar masuk
dialisat.
d. Air water tritmen
Air dalam hemodialisa dipakai sebagai pecampuran dialisat peka. Air ini
dapat berawal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur,
yang harus dimurnikan sehingga memenuhi standar. Jumlah air yang
diperlukan untuk 1 kali dedion hemodialisis seorang pasien sekitar 120
liter.
e. Larutan dialisat
Cairan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertrntu,
dipasarkan beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
bikarbonat
f. Mesin hemodialisa
Ada beberapa mesian sesuai dengan mereknya. Tetapi prinsipnya sama
yaitu blood pump, sistem pengaturan larutan dialisat, sistem pemantauan
terdiri dari blood circuit dan dialisit circiut dan sebagai monitor sebagai
deteksi adanya kesalahan dan komponen tambahan seperti heparin
pump, tombol bicarbonat, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,
akteter vena dan blood kateter.
J. Prosedur Hemodialisa
1. Persiapan pasien meliputi :
a. Surat dari dokter nefrologi untuk tindakan hemodialisis (instruksi
dokter)
b. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan hemodialisa
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
d. Keadaan umum pasien
e. Keadaan pisikososial
f. Keadaan fisik seperti : status pasien ( cairan), bendungan vena jugularis,
ukur ttv, bb, warna kulit,mata ,suara nafas, ekstermitas edema, turgor
dan vasekuler akses yang berbed, dari infeksi dan pendarahan.
g. Data laboratorium : HB,kreatinin, ureum dan HbsAg.
2. Persiapan Mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diolah dengan cara
1) Filtrasi
2) Softening
3) Deionisasi
4) Reverse dialiset
c. Sistem srikulasi dialiset
1) Propotioning sistem
2) Asetat bikarbonat
d. Sistem sirkulasi darah
1) dializer/hollofiber
2) priming
3. persiapan sebelum hemodialisa
a. seting dan priming
1) mesin dihidupkan
2) lakukan seting dengan cara
a) keluarkan dialiser dan AV blood line dari pembungkusnya juga
selang infus set dan NaClnya (perhatikan sterilisasinya)
b) dengan teknik aseptik hubungkan ujung AVBL pada dialiser
c) pasang alat tersebut pada dialiser (mesin) sesuai dengan
tempatnya
d) hubungkan NaCl melalui infus set bebas dari udara dengan
mengisinya terlenih dahulu
e) tempatkan ujung vena pada blood line dalam penampungan
hindarkan kontaminasi dengan penampung dan jangan
terendam dengan air keluar.
3) Lakukan priming dengan posisi dialiser biru di atas dan yang mera
dibawah :
a) Alirkan NaCl ke dalam sirkulasi dengan kecepatan 100
cc/menit.
b) Udara dikeluarkan dari sirkulasi
c) Setelah semua sirkuit terisi dan bebas dari udara. Pompa
dimatikan klem kedua ujung AVBL hubungkan ujung arteri
blood line dengan memakai konektor dan klem di buka
kembali
d) Sembungkan cairan dialiset dengan dialiset dengan posisi
outlet dibawah dan inlet di atas.
e) Lakukan sirkulasi 5-10 menit.
f) Masukan heparin 1500 ul dalam sirkulasi.
4. Memulai hemodialisa
Sebelum dilakukan pungsi dan memulai hemodialisa ukur TTV berat
badan dan pre hemodialisa pelaksanaannya
a) Setelah selesai pungsi sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan ujung
AVBL di klem
b) Sambungan AVBL di lepas kemudian ABL di hubungkan debfan
punksi outlet ujung AVBL di tempatkan.
c) Buka semua klem dan putar pompa perlahan lahan sampai 100 cc/
menit untuk mengalirkan darah.
d) Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pubel tiap VBL kemudian
pompa dimatikan dan VBL di klem
e) Ujung VBL dihapus kemudian di hubungkan
f) Putar pompa dengan Qb 100cc/ menit kemudian naikkan perlahan
antara 150-200cc/ menit
g) Viksasi VBL agar tidak menganggu pergerakan
h) Hidupkan heparin pump sesuai dengan jam nya
i) Buka klem monitor AV
j) Hidupkan detektor udara
k) Ukur ttv
l) Cek mesin dan sirkulasi dialiser
m) Cek posisi dialiser
n) Observasi kesadaran den keluhan pasien
o) Programkan hemodialisa
p) Rapikan alat
5. Tahap akhir hemodialisa
a) Persiapan alat
b) Lama menit sebelum hemodialisa berakhir kecepatan aliran
darah,diturunkan, TMP dinaikan
c) Lama menit sebelum hemodialisa berakhir
d) Kecepatan aliran darah dinolkan, ujung arteri line dan fistula darah
diturunkan (puncket) diklem kemudian sembungan lepas
e) Fistula dihubungkan ke spuit darah di dorong masuk ke udarah
f) Pompa di matikan ujung venus line dan fistula di klem sambungan di
lepas
g) Ukur TTV
h) Jika hasil bagus jarum puksi di cabut bekas puksi di tekan dengan kasa
betadien 10 menit
i) Jika darah sudah tidak keluar tutup pakai pan aid
j) Pasang balutan dengan perban
k) Timbang berat badan
l) Rapikan tempat tidur dan alat
m) Cuci tangan
n) Mesin dibersihkan dan desinfektan
o) Bersihkan ruangan hemodialisa.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero. 2014. Definisi Akurenal Failure Halaman 75-74. Editor Pinsky M.

Jakarta

Havens. L. 2016. Hemodialisis Halaman 23-28. Https: www. KidneyaHas.Org

Nursalam. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sistem Perkemihan. Jakarta:


Selemba Medika

Smeltser & Bare. Teks Boks Of Medical Surgikal (Penyakit Ginjal Kronik) Nursing
Vol 2 Jakarta: Salemba Medika
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.M DENGAN KASUS
HIPOTENSI INTRADIALISIS DIRUANGAN HEMODIALISIS
RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU

Askep Seminar

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Srirahayu
2. Nena Hepriana
3. Ifan Perdana Putra
4. Rahmat Ezan Putera

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai