SOAL BAGIAN A.
1. Jelaskan proses penentuan kapasitas dan spesifikasi motor induk kapal dari proses desain
kapal berdasarkan dimensi, geometri lambung dan kecepatan kapal (40 % - 4 lembaran
jawaban).
Proses penentuan kapasitas dan spesifikasi motor induk kapal dapat dicari dengan
metode Cadwell seperti pada kapal tugboat yang kami desain sebagai contoh
perhitungannya sebagai berikut Dengan menggunakan perhitungan metode cadwell , pada
perhitungan ini akan mendapatkan nilai dari setiap koefisien dengan kecepatan yang bervariasi,
dari setiap koefisien dapat menentukan daya mesin yang akan di cari terhadap tahanan kapal,
di bawah ini adalah hasil pehitungan dari setiap koefisien:
Menentukan minimal lima macam kecepatan kapal dalam satuan knot untuk diselidiki
(catatan : jarak antar tiap kecepatan adalah 1 knot)
Menentukan kecepatan dalam satuan m/s dan mengkuadratkannya
V(knot) = V(knot) × 0,5144
Menentukan luas bidang basah kapal (S)
S = 1,025 x LWL (CB x B + 1,7 x T)
Menentukan Angka Froude (Fn)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 44)
Menurut R.E Froude, hambatan gesek dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
V m
( )
s
Fn=
√ g × LWL
A) Koefisien Tahanan Sisa
Menentukan Koefisien Tahanan Sisa (103 CR1)
LWL
Koefisien Tahanan Sisa (103 CR) dihitung dengan mempertimbangan nilai C R, Dimana CR=
∇1 /3
untuk mendapatkan nilai dari grafik dibuku (Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman
89-90)
103 CF =
0,075 × 1000
¿¿¿
Untuk Menghitung effesiensi dari mesin yang akan di gunakan sehingga dapat
menghasilkan daya yang sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa daya perngertian
mengenai daya yang sering digunakan di dalam melakukan perhitungan terhadap
kebutuhan daya pada sityem penggerak kapal antara lain:
Untuk Kapal Baling-Baling ( twin-screw vessels ) formula dari ( Lewis, 1988 ) wake
fraction ini adalah sebgai berikut :
adalah gaya dorng T yang diperlukan untuk mendorong kapal harus lebih besar dari R
kapal, selisih antara T dengan R = T – R disebut penambahan tahanan yang ada pada
prakteknya hal ini di anggap sebagai pengurangan atau deduksi dalam gaya dorong
propeller kehilangan daya dorong besar ( T-R ) ini dinyatakan dalam fraksi deduksi daya
dorong nilai t dapat dihitung apabila nilai w telah diketahui :menurut buku ( Principles
of Naval Architecture Edward V. Lewis Hal 159 ) k = 0,70 hingga 0,90 untuk kapal yang
dilengkapi dengan rudder double-plate yang dipasang ke pos kemudi persegi
t = kxw
d. Perhitungan Efficiency Propulsive
= 1,0
b) Efficiency propulsi ( ƞ0 )
Open Water Efficiency yaitu Efficiency dari propeller padasaat dilakukan open water
(Edwar V. Lewis Principles Of Naval Architecture Figure 21 Hal 152)
menyatakan bahwah open water test nilainya antara 50 % – 60 %.
= 55%
c) Hull Efficiency ( ƞ H )
Hull Efficiency adalah rasio antara adanya efektif atau PE dan daya dorong PT Hull
Efficiency ini merupakan suatu bentuk ukuran kesesuaian rancangan lambung ( stren )
terhadap propulsor arrangement-nya sehingga Efficiency ini bukanlah bentuk power
conversion yang sebenarnya maka nialai Efficiency lambung inipun dapat lebih dari 1
pada umumnya di ambil angka sekitar 1,1 pada efisiensi lambung, ini tidak terjadi
konversi satuan secara langsung menurut :
1−t
ƞ H =
1−w
d) Efficiency Shaft ( ƞS )
= 0,96
= 0,98
Koefisien propulsi adalah perkalian antara efisiensi lambung kapal, efisiensi propeller
dan efisiensi Relatif-rototif
PC = ƞ0 x ƞ x ƞ xƞs x ƞg
RR H
Ukuran dari daya mesin sebelum adanya kehilangan atau tambahan daya dari gear
box,alternator,dan komponen terkait lainnya.
a) BHPSCR = EHP / PC
b) BHPMCR
BHP- SCR adalah daya output dari motor penggerak pada kondisi Continius Service
Rating ( CSR ) yaitu daya motor pada kondisi 10 % – 15 % dari Maxsimum Continues
Rating ( MCR )-nya artinya daya yang dibutuhkan oleh kapal agar mampu beroprasi
dengan kecepatan service vs adalah cukup diatasi oleh 10 % - 15 % daya motor
( Engine Rated Power ) dan pada kisaran 100 % putaran motor ( Engine Rated Speed )
BHPMCR = BHPSCR + 15 % BHPscr
= BHPMCR / 2
NAMA : DANIEL PUTRA ARDIKA
NIM : 201769036
PRODI : TEKNIK PERKAPALAN
Soal Bagian B
2. Sebagai seorang desainer anda diminta untuk mendesain daya generator yang diperlukan
untuk sistem tenaga listrik di kapal, Jelaskan bagaimana tahapan menghitung kebutuhan
beban listrik di kapal (disertai simulasi contoh beban yang dihitung saat operasi kapal)
sesuai dengan jenis kapal, kondisi operasi kapal dan klasifikasi beban kebutuhan listrik
dari kapal yang anda pilih. (misalnya, kapal penumpang/barang, kapal tug boat, kapal jenis
Ro-ro dll) (30 % - 3 lembar jawaban)
3. Anda diminta mendesain perpipaan sistem bilga dan ballast di kapal dengan
menggunakan standart BKI. Data kapal : L = 98,8 m, B= 14,80 m Dan H = 8,45 m, ,
simulasikan perhitungan dengan memakai tabel dan asumsi data pada lampiran 1 berikut
ini (30 % - jawaban perhitungan detail & terperinci).
a. Diamater dalam pipa dan tebal pipa utama
b. Kapasitas pompa utama
Lampiran 1:
Diketahui:
Load factor peralatan listrik pada kapal Ferry Penumpang Kendaraan dapat
ditentukan berdasarkan dengan kondisi pelayaran dan aktivtas operasional pada kapal
ini sehingga kondisi pelayaran dapat dibagi menjadi 5 bagian :
- Persiapan berlayar
Kondisi ini adalah kondisi pada saat motor induk start sehingga tali tambat dilepaskan
dan kapal meninggalkan pelabuhan.
- Berlayar
Kondisi ini adalah kondisi ketika kapal mulai berlayar sampai kapal berlabu kembali
di pelabuhan.
- Berlayar kembali
Kondisi ini adalah kondisi yang dimulai dari kapal melaju dengan kecepatan dinasnya
setelah bongkar sampai kapal tiba di pelabuhan yang akan menjadi tempat bongkar
muat.
- Emergency
Kondisi ini adalah kondisi ketika kapal mengalami kondisi darurat seperti kebakaran.
Diversity Factor ( Faktor Kesamarataan)
Peralatan listrik diatas kapal memiliki karakter pembebanan yang spesifik dimana
peralatan bekerja tidak pada waktu pemakaian yang teratur dan secara bersamaan.
Adapun jenis pembebanan dalam operasional peralatan listrik diatas kapal dibagi
menjadi.
- Continous Load / CL ( Beban Kontinyu )
Ini merupakan peralatan yang dalam operasionalnya bekerja secara terus menerus
pada kondisi pelayaran normal seperti, lampu-lampu navigasi, pompa uantu CPP, dll.
Contoh : Sebuah kapal berlayar selama 10 Jam , dan memiliki lampu navigasi yang
load faktornya bernilai 0,8 CL . Ini berarti lampu navigasi tersebut selalu menyala
selama 8 Jam pelayaran tanpa berhenti . dan 2 jam mati tanpa berhenti .
- Intermitten Load / IL ( Beban Terputus-putus)
Peralatan yang dalam operasionalnya tidak bekerja secara kontinyu dalam pelayaran
normal, melainkan berkerja secara periodik. Misalnya, pompa transfer bahan bakar,
pompa air tawar, dll. Contoh : Sebuah kapal berlayar selama 10 Jam , dan memiliki
pompa air tawar yang load faktornya bernilai 0,3 IL . Ini berarti pompa air tawar
tersebut di nyalakan selama 3 Jam terputus (nyala selama 1 Jam kemudian mati
selama 2 Jam , kemudian nyala kembali selama 1 Jam kemudian mati kembali selama
2 Jam , dan dinyalakan kembali selama 1 Jam dan akhirnya mati kembali selama 3
Jam)
Faktor kesamarataan ini didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah dari kebutuhan
daya intermitten yang beroperasi selama periode waktu tertentu dengan jumlah dari total
kebutuhan daya listrik. Dalam BKI Vol IV, Bab I,D.1.c, ditetapkan faktor kesamarataan
dengan mempertimbangkan beban tertinggi yang diharapkan terjadi pada waktu yang
sama. Jika penentuan tepat tidaklah mungkin, faktor kesamaan waktunya digunakan tidak
boleh lebih kecil dari 0.5.
Perhitungan Kapasitas
Dalam perhitungan kapasitas selain load faktor dan faktor diversity ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :
a. Kondisi pelayaran kapal,
Kondisi kapal umumnya terdiri dari sandar atau berlabuh, manuver, berlayar, bongkar
muat dan emergency. Berbagai kondisi ini sangat tergantung dari type kapal.
b. Data peralatan.
Data ini dipergunakan untuk mengetahui jumlah daya atau beban yang diperlukan dan
jumlah unit yang tersedia diatas kapal. Data peralatan ini berdasarkan perhitungan dan
telah diverifikasi dengan data yang ada dipasaran.
c. Penggolongan Peralatan
Peralatan digolongkan berdasarkan :
a. Kondisi pelayaran kapal
b. Letak dan fungsi (Hull part, Machinery Part dan Electrical part).
c. Tipe beban (Continuos Load atau Intermitten Load )
Kemudian semua data peralatan dengan memperhatikan beberapa hal diatas dimasukkan
kedalam tabel balans daya.
Perhitungan Electric Balance
a. Pengelompokan Peralatan Listrik
Data peralatan kapal Ferry Penumpang Kendaraan dibedakan berdasarkan fungsi
masing masing peralatan dan terbagi atas :
i. Machinery Part yaitu peralatan berupa mesin mesin listrik yang
menunjang sistem permesian kapal.
ii. Hull Part yaitu peralatan yang terdapat pada geladak lambung kapal.
iii. Electrical part merupakan seluruh peralatan yang berupa penerangan ,
peralatan komunikasi, navigasi dan sistem tanda bahaya.
Contoh siimulasi beban yang dihitung saat operasi kapal sebagai berikut :
Data Utama Kapal
LOA 29,39 M
LBP 25,40 M
Lwl 26,46 M
B 8,00 M
H 4,67 M
T 3,71 M
Vs 12 Knots
V 490,02 m3
Δ 502,26 ton
4 LA MPU KA MA R CA PTA IN 20 20
6 LA MPU KA MA R MA NDI 20 20
7 LA MPU SA LON 40 40
9 LA MPU DA PUR 20 20
15 RA DA R 120 120
24 TV 100 100
Berdasarkan perkiraan selama perencanaan dapat dihitung besarnya nilai faktor beban
(load factor) oprasional pada kapal yaitu dengan cara membandingkan total waktu
pengoprasian peralatan tersebut pada suatu kondisi dengan total waktu dari kondisi
pelayaran (1)
11 POMPA AIR TAWAR 0,125 0,65 - 0,08 0,65 - 0,08 0,65 - 0,081
Tabel 3. Total Total Kebutuhan Daya Kapal Tug Boat Berdasarkan Load Factor dan Diversity
Factor
Dengan demikian besar pemakaian daya yang paling besar yaitu pada saat berlayar dengan
besar daya yaitu 21,80 Kw dengan itu generato servis yang di ambil dengan daya 22 Kw.
Setelah mendapat daya kita dapat menentukan generator yang akan di pake pada kapal yaitu
Merk : YANMAR
Type : 6EY18ALW
Spesifikasi :
Generator I : 22, 5 kW 380/220 V, 50 HZ, 3 PH
Generator I : 22, 5 kW 380/220 V, 50 HZ, 3 PH
Gambar XII.4 Generator
Gambar Diagram Kelistrikan
2. a. Diameter dalam pipa dan tebal pipa utama
Dimana :
L = 98,8 m
B = 14,80 m
H = 8,45 m
Sehingga
dH = 1,68 √ ( 14,80+8,45 ) x 98,8+25 (mm)
So = So + c + b (mm)
Dimana:
(da x Pc)
So = (mm)
( 20 x σperm x V ) + Pc
= 114,3 mm
Pc = Ketentuan Tekanan
= 16 Bar
= 80 N/mm
V = Faktor Efisiensi
= 1,00
c = Corrosive allowance
=0
Sehingga :
(da x Pc)
So = (mm)
( 20 x σperm x V ) + Pc
(114,3 x 16)
So = (mm)
( 20 x 80 x 1 ) +16
(1828,8)
So = (mm)
1616
So = 1,13 (mm)
S = So + c + b ( mm)
S = 1,13 mm + 3 mm + 0 = 4,13 mm
Sehingga menurut Standart Ukuran pipa baja (JIS) direncanakan tebal minimum pipa
bilga utama (S) = 4,2 mm.
Berdasarkan Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia 2014 Vol – III sec.11 N.3.1
= 57,500 m3/jam
Dimana :
pompa + 1 cadangan
= 57,500 m / jam 3