Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA KLIEN DENGAN CEDERA KEPALA

BERAT DI RUANG ICU

RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

SETAP

ADIATMA

070112b065

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN
2013
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
1. Anatomi Fisiologi Otak 
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100
triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri.
Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area
motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur 
 parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi
sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area
sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks
 penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
 posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
 penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
 pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
 penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal
yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi
 pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan
kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
 pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan
 pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai
ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
2. Sirkulasi Darah Otak 
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen
total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua
 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga
kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis,
yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-
kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan
bercabang kira-kira setinggi chiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan
media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti
nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan
 bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus
temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
 pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris,
arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang
menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah
dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,
aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus
sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena
 jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. (Harsono, 2000)
3. Defenisi Stroke
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
 berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
 penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Perdarahan intracerebral adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan
olek karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler. (UPF, 1994).
Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda
dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam
 beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda
yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,
2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State.
Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75  – 85
tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).
B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
a. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
 b. Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a. TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
 beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
 b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
 permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.

C. ETIOLOGI
1. Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling
sering.
Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi selebral adalah penyebab
utama trombosis selebral, yang adalah penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
 pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan
umum lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding
 pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak 
 berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi
menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel  –  sel ototnya menghilang. Lamina
elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh
materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat
– tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat  –  tempat khusus
tersebut. Pembuluh  –  pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang
makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas
dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
 pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin
difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya
seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2. Embolisme
Embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama
stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
 jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari
plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian  – 
 bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah
arteria sereberi media, terutama bagian atas.
3. Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua
kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga
 jaringan yang terletakdi dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar 
 perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi.
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah ( makin lambat atau cepat )
 pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler ) atau oleh
karena gangguan umum ( hipoksia karena gangguan paru dan jantung ).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari
dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus
mengakibatkan :
1) Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2) Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
 beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan CVA.
Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada
 pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik, dan hipertensi
 pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
 bervariasi salah satunya cardiac arrest.
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400
mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-
arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus dan cabang-
cabang paramedian arteria vertebro-basilar mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang
sama. Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara
mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai
dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan
menimbulkan gejala klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat
masuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan
ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada
 perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen
magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
 perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah
dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila
volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan
volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf Misbach, 1999)
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan. Bila terjadi
hipoksia seperti halnya pada stroke, metabolisme di otak segera mengalami perubahan,
kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi antara 3-10 menit. Tiap kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan anoksia (kekurangan oksigen
 jaringan yang tersedia bagi proses metabolic). Hipoksia menyebabkan iskemia otak,
Iskemia otak dalam waktu singkat (kurang dari 10-15 menit) menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Iskemia dalam waktu yang lama menyebabkan
sel mati permanen dan berakibat terjadi infark otak yang disertai udem otak.
Dengan stroke trombotik dan embolik maka besarnya bagian otak yang mengalami
iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan meluas setelah
serangan pertama. Dapat terjadi edema serebral masif dan peningkatan TIK, pada titik 
herniasi dan kematian setelah trombolik terjadi pada area yang luas. Prognosisnya
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya serangan.

E. MANIFESTASI KLINIS
Stroke menyebabkan berbagi defisit neurologis ,bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat ), ukuran area perfusinya tidak adekuat, dan
 jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).Fungsi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.
1. Kehilangan motorik 
Stroke adalah penyakit mtr neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas,gangguan
kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada
neuron motor atas pada sisi yang berlawanan pada dari otak. Disfungsi motor yang
 paling umum adalah hemiplegia(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh, adalah
tanda yang lain.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut :
a. Disatria (kesulitan berbicara),ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti
yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk menghasilkan
 bicara.
 b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara),yang terutama
ekspresif atau represif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya),seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir
rambutnya.
3. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual,gangguan dlam hubungan visual
– spasial dan kehilangan sensori.
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan
tangan anda di atas bagian bawah tulang dada korban. Kedua siku anda tetap
tegak lurus dengan posisi kedua bahu korban tepat di atas kedua tangan anda.
Tekanlah kebawah sekitar 3 sampai 5 cm dengan kecepatan 80 sampai 100 kali
 permenitnya. Usahakan penekanan dan pelepasan pada setiap siklus sama
durasinya. Jangan mengentak ke bawah , lalu istirahat.
 b. Setelah melakukan 15 kali penekanan, embuskan napas anda dalam mulut
korban sebanyak 2 kali. Setiap 4 siklus dengan 15 kali penekanan, dan 2 kali
embusan napas. Periksa apakah sudah ada denyutan napas. Teruskan tindakan
 penyelamatan selama korban belum bernapas atau belum ada denyut jantungnya
3. Pengobatan
Bila gejala –  gejala stroke yang dialami penderita berlangsung dalam kurun
waktu yang relatif tidak lama, misalnya selama seminggu sudah seminggu sudah
menunjukan kemajuan yang pesat, kemungkinan besar penderita akan pulih sama
sekali tanpa cacat. Terapi bila setelah dua minggu keadaan pendrita belum
menunjukan kemajuan. Penderita perlu waktu lebih lama di rawat dirumah sakit.
Makin lama penderita dalam keadaan tidak sadar atau koma, semakin kecil
 peluangnya untuk pulih total
Umumnya terapi obat merupakan penanganan yang paling paaling lazim
diberikan selama perawatan di rumah sakit maupun setelahnya. Obat apa yang
diberikan tergantung dari jenis stroke yang di alami apakah iskemik atau hemoragik.
Kelompok obat yang paling populer untuk menangani stroke adalah :
a. Antitrombotik 
Kelompok antitrombotik diberikan untuk mencegah pembentukan
gumpalan darah yang mungkin tersangkut di pembuluh darh serebral dan
menyebabkan stroke. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
 b. Antiplatelet
Adalah jenis obat  –  obatan yang sifatnya mencegah penggumpalan
dengan mengurangi kegiatan platelet (sel darah) yang sifatnya merangsang
terjadinya penggumpalan. Para dokter memberikan jenis ini untuk mencegah
terjadinya stroke iskemik . obat antiplatelet yang akrab di telinga kita karena
terjual bebas adalah aspirin. Jenis antiplatelet lainnya yang sering diresepkan
oleh dokter adalah clopidogrel dan ticlopidine
c. Antikoagualan
Jenis obat ini digunakan untuk mendurangi resiko stroke dengan
merendam sifat penggumpalan pada darah. Obat anti koagulan yang paling
 populer adalah warfarin (dikenal juga sebagai coumadin) dan heparin
d. Trombolitik 
Obat trombolitik digunakan untuk mengalami stroke iskemik yang parah
dan berlanjut. Obat – obatan ini dimaksudkan untuk menghentikan stroke dengan
melarutkan gumpalan darah yang menyumbat aliran darah dari jantung ke otak.
Dari kelompok trombolitik, senyawa rt  –  PA (recombinant tissue
 plasminogen activator ) merupakan bentuk rekayasa genetika dari t  –  PA, zat
trombolitik yang dibuat oleh tubuh. Senyawa ini memberikan efek yang opyimal
 bila diberikan melalui infus dalam batas waktu 3 jam setalah memastiakn
 bahwa pasien itu benar menderita stroke iskemik sehingga keefektifannys
 berkurang
Masalahnya, obat trombolitik dapat meningkatakan pendarahan dan tidak 
 boleh diberikan untuk kasus stroke hemoragik. Oleh karena itulah, obat ini hanya
 boleh digunakan setelah pasien dipastikan secara seksama benar mengalami
stroke iskemik, bukan stroke hemoragik 
e.  Neuroprotektif 
Obat neuroprotektif digunakan untuk melindungi kerusakan lebih lanjut
dari sel saraf otak karena akibat ikutan dari stroke . kelompok ini harus
digunakan dengan sangat hati  –  hati, karenaefek sampingnya juga berbahaya.
Misalnya, nimodipine, salah satu antagonis kalsium bekerjamengurangi resiko
kerusakan saraf(vasospasme cerebral). Pad pendarahan di dalam
otak (subarachnoid) dengan menghambat kalsium yang berfungasi sebagai pengirim
 pesan pada jaringan saraf otak 
4. Pembedahan
 pembedahan dpat disarankan untuk mencegah stroke , menindak stroke yang
akut, memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah, atau cacat bentuk dan di sekitar otak.
Pembedahan dapat dilakukan secara darurat untuk menyelamatkan pasien dari
stroke hemoragik yang parah. Beberapa jenis pembedahan yang dilakukan adalah :
a. Endarterectomy carotid
Pembedahan enderterktomi karotid (endarterectomy carotid) ini
dilakukan untuk membuang endapan lemak penyumbat dari sebelah dalm
 pembuluh karotid, yang berlokasi di leher dan merupakan penyalur darah yang
utama ke otak. Percobaan klinis menunjukan bahwa enderoktoni karotid
merupakan terapi pencegah stroke yang aman dan efektif bagi kebanyakan orang
yang menderita sumbatan pada pembuluh karotid lebih dari 50 persen.
Pembedahan ini lebih efektif bila dilakukan oleh ahli bedah saraf atau pembuluh
darah yang kompeten dan berpengalaman
 b. Bypass EC/IC
Merupakan cara pembedahan untuk memulihkan aliran darah ke bagian
otak yang kehilangan darah, dengan cara mengatur kembali aliran pembuluh
darah yang sehat dalam tempurung otak dari pembuluh darah otak yang
tersumbat
Suatu penelitian klinis memperlihatkan , bahwa pada jangka waktu
 panjang, EC?IC nampaknya tidak menjamin terjadinya stroke susulan pada pasien
yang menderita aterosklerosis. Kadangkala pembedahan ini dilakukan juga pada
 pasien yang menderita gangguan atau kelainan pada pembuluh darahnya
c. Clipping
Merupakan cara pembedahan untuk mengurangi kemungkinan pembuluh
darh pecah dan menyebabkan pendarahan subsrschnoid, yakni menjepit
 pembuluh yang bengkak. Maka sering pembedahan ini disebut penjepitan
d. Teknik kumparan lepas
Teknik baru pembedahan ini mulai mendpat perhatian walaupun tindakan
untuk mengtasi pembengkakan pembuluh darah intrakranial ini beresiko tinggi.
Sebuah kumparan kecil, terbuat dari platina, dimasukan melalui pembuluh di
 paha dan di antar melalui pembuluh  –  pembuluh darah lain ke tempat
 pembengkakan. Kemidian, kumparan itu dilepas setelah berad di dalm pembuluh
darah yang bengkak tersebut.
tumpul,posisi bagian tubuh atau otot,rasa
 berpengaruh buruk terhadap
 persendian.
keseimbangan /posisi tubuh dan
kessesuaian diri dari gerakan yang
menganggu ambulasi,meningkatkan
resiko terjadinya terauma.
6. Berikan stimulasi terhadap rasa
6. Membantu melatih kembali jaras
sentuhan,seperti berikan pasien suatu
sensorik untuk menintegrasikan persepsi
 benda untuk menyentuh,meraba.biarkan
dan interpretasi dan stimulasi.membantu
 pasien menyentuh dinding/ batas-batas
 pasien untuk mengorientasikan bagian
lainnya.
dirinya dan kekuatan penggunaan dari
daerah yang berpengaruh.
7. Lindungi pasien dari suhu yang berlebihan
7. Meningkatkan keamanan pasien yang
,kaji adanya lingkungan yang
menurunkan resiko terjadinya trauma.
membahayakan.rekomendasikan
 pemeriksaan terhadap suhu air dengan
tangan yang normal.
8. Catat terhadap tidak adanya perhatian
8. Adanya agnosia(kehilangan pemahaman
 pada bagian tubuh,segmen
terhadap pendengaran ,penglihatan ,atau
lingkungan,kehilangan kemampuan
sensasi yang lain ,meskipun bagian
untuk mengenali objek yang
sensori masih tetap normal)dapat
sebelumnya di kenal /mampu untuk
mengarah pada /mengakibatkan
mengenal anggota keluarga.
kerusakan unilateral,ketidak mampuan
untuk mengenali isyarat lingkungan
/makna dari objek tempat umum,tidak mampu
mempertimbangkan perawatan
diri dari disorientasi atau perilaku yang
aneh.
9. Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya
9. Penggunaan stimulasi penglihatan dan
 bila perlu dan menyadari posisi bagian
sentuhan membantu dalam
tubuh tertentu.buatlah pasien sadar akan
mengintegrasikan kembali sisi yang sakit
semua bagian tubuh yang terabaikan
dan memungkinkan pasien
,,seperti stimulasi sensorik pada daerah
untuk mengalami kelalaian sensasi dari pola
yang sakit,latihan yang membawa area
gerakan normal.
yang sakit melewati garis tengah,ingatkan
individu untuk berpakaian/merawat sisi
yang sakit
(“buta”)
10. Observasi respon perilaku pasien seperti
10. Respon individu dapat bervariasi tetapi
rasa bermusuhan.menangis,efek tidak 
umumnya yan g terlihat seperti emosi
sesuai,agitasi,halusinasi,(Rujuk pada
labil,ambang frustasi rendah,apatis.dan
DK:Trauma kranioserebral . DK:proses
mungkin juga muncul prilaku
 pikir,perubahan.hal.280.)
inpulsif,mempengaruhi perawatan.
11. Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal
11. Menurut ansietas dan respons emosi yang
yang berlebihan sesuai kebutuhan.
 berlebihan /kebingungan yang
 berhubungan dengan sensori berlebihan.
12. Bicara dengan tenang,perlahan,dengan
12. Pasien mungkin mengalami keterbatasan
menggunakan kalimat yang
dalam rentang perhatian atau masalah
 pendek.pertahan kan kotak mat.
 pemahaman. Tindakan ini dapat
membantu pasien untuk berkomunikasi.
13. Lakukan validasi terdapat persepsi pasien
13. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
secara teratur pada lingkungan,staf,dan
ketidak-konsistenaan dari persepsi dan
tindakan yang akan di lakukan
integrasi dan stimulus dan mungkin
menurunkan distorsipersepsi pada realitas

Diagnosa keperawatan 5
Kurang perawatan diri (higiene,toileting,berpindah,makan) berhubungan dengan
gejala sisa stroke
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan
a. Mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
 perawatan diri.
 b. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
c. Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan 1. Membantu dalam
(dengan menggunakan skala 0-4) mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
untuk melakukan kebutuhan sehari-hari. kebutuhan secara individual.
2. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien . Pasien ini mungkin menjadi sangat
yang dapat di lakukan pasien sendiri ketakutan dan sangat tergantung dan
,tetapi berikan bantuan sesuai kbutuhan. meskipun bantuan yang di berikan
 bermampaat dalam mencegah frustasi
,adalah penting bagi pasien untuk 
melakukan sebanyak mungkin untuk diri
sendiri untuk mempertahankan harga diri
dan meningkatkan pemulihan.
3. Sadari perilaku /aktivitas infulsifkarna . Dapat menunjukkan kebutuhan intervensi
gangguan dalam mengambil keputusan. dan pengawasan tambahan
untuk meningkatkan keamanan pasien.
4. Pertahankan dukungan ,sikap yang tegas . Pasien akan memerlukan empati tetapi pelu
.beri pasien waktu yang cukup u tuk mengetahwi pemberi asuhan yang
untuk mengerjakan tugasnya. akan membantu pasien secara konsisten .
5. Berikan unpan balik yang positif untuk  5. Meningkatkan perasaan makna diri
setiap usaha yang di lakukan atau .meningkatkan kemandirian,dan
keberhasilannya. mendorong pasien untuk berusaha secara
kontinu.
6. Buat rencana terhadap gangguan .
 penglihatan yang ada ;seperti:
a) Letakkan makanan dan alat-alat a) Pasien akan dapat melihat untuk 
lainnya pada sisi pasien yang tidak sakit memakan makananya.
 b) Sesuaikan tempat tidur sehingga sisi
tubuh pasien yang tidak sakit  b) Akan dapat melihat jika naik /turu dari
menghadap ke ruangan dengan sisi tempat tidur ,dapat mengobsevasi orang
menghadap ke dinding. yang dating ke ruangan tersebut.
c) Posisikan perabot menjauh dinding.

c) Memberi keamanan ketika pasien


 bergerak di ruangan untuk menurunkan
5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah


kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
 pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. S. dan Bare B. G. (2002). Buku ajar keperawtan medikal bedah brunner &
Suddarth. Edisi 8. Alih bahasa dr. Kuncoro. Jakarta : EGC.

Sudoyo Aru W dkk. (2006). Buku ajar penyakit dalam. Jilid iii edisi iv. Jakarta : FKUI.

Price S. A. dan Wilson L. M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.


 Edisi 6. Alih bahasa dr. Brahm U. Jakarta : EGC

Doenges M. E. dkk. (2000).  Rencana asuhan keperawatan. Alih bahasa  I Made Kariasa S.
 Kp. Jakarta : EGC

Potter P. A. dan Perry A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan
 praktik. Edisi 4. Alih Bahasa Yasmin asih S. Kp. Jakarta : AGC

Wilkinson J. M. dan Ahern N. R. (2012). Buku saku diagnosis keperawtan nic & noc.
 Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Asty W. S. kep. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai