Anda di halaman 1dari 16

Muslichan Noor

DOI: https://doi.org/10.24090/jk.v7i1.2958 e-ISSN 2598-4845; p-ISSN 2355-018X


JK 7 (1) (2019) 141-156

JURNAL KEPENDIDIKAN
http://jurnalkependidikan.iainpurwokerto.ac.id
Jurnal Kependidikan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
International Lisence

Gaya Kepemimpinan Kyai

Muslichan Noor
SMK Al-Hikmah 1 Bumiayu
muslichannoor@gmail.com

Abstract

This study aims at offered to improve quality of Islamic education that is able to develop
abilities optimally, and is able to establish the character and civilization of the school.
Efforts to improve the quality of Islamic education are not at once, but also based on
improving the quality of each component of education. The focus of management for
improving the quality of education lies in the process or system of achieving the goals of
the school organization itself. Management of improving the Islamic education quality in
schools is an effort to improve the quality of Islamic education centered on school
education itself, apply a set of techniques based on the availability of quantitative and
qualitative data, and empower all elements of the school to sustainably increase capacity
and the ability of school organizations to meet the needs of students and the community.
Keywords education management, quality, islamic education

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahu model atau gaya kepemimpinan kehidupan kyai
dan santri yang demikian besar membuat pesantren berfungsi multi dimensi: kyaitidak
hanya berperan sebagai imam di bidang ubudiyah dan ritual upacara keagamaan saja,
namun sering pula diminta kehadirannya untuk menyelesaikan perkara atau kesulitan
yang menimpa masyarakat. Dalam kontek ini peran kyai semakin mengakar di
masyarakat ketika kehadirannya di yakini membawa berkah. Keberadaan struktur dan
gaya kepemimpinan kyai dalam hasanah dunia pesantren tetap berkesinambungan, karena
kyai memliki jarring-jaring sosial yang terikat secara internal di kalangan pesantren
maupun eksternal dengan dunia luar pesantren, meliputi jaringan genealogis, jaringan
ideologis, jaringan intelektual, jaringan teologis dan jaringan spiritual. Gaya kepimpinan
pesantren melihat dari lintasaan sejarah, kebanyakan kepemimpinan pondok
pesantren tradisional dipegang oleh keluarga yang memiliki golongan darah biru,hal ini
membuktikan bahwa hanya dari golongan terdekatlah yang dapat menjadi pemimpin
pesantren. Dari kebanyakan pesantren modern yang ada, sekarang ini cenderung masih
mempergunakan gaya kepemimpinan yang mengarah kepada sistem tradisional,
dan hal ini merupakan ciri dasar utama bagi pesantren, walaupun pada sisi lain

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 141


Gaya Kepemimpinan Kyai

mempergunakan gaya dan desain yang modern hal ini dibuktikan oleh beberapa pondok
pesantren yang ada.
Kata Kunci gaya kepemimpinan kyai

A. Pendahuluan
Pemahaman terhadap pesantren dalam ruang lingkup manajemen
pendidikan, hal ini dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang
yang mengarah pada perspektif seremonial, substansial dan
religiusitas. Dalam perspektif seremonial, pesantren dipandang
sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berkenan
menyelenggarakan sistem pendidikan, seperti layaknya lembaga
pendidikan formal lainnya yang berperan dalam mewujudkan sebagian cita-
cita dan tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional. Aspek yang dikembangkan dalam perspektif seremonial,
pesantren tidak terlepas dari bidang lain sebagai pendukung
kegiatan, yakni aspek material sebagai standar dan ukuran atas
besarnya jumlah dana yang disediakan dalam mengembangkan
program pesantren dan aspek material yang berhubungan
dengan kelengkapan fisik yang dimiliki oleh pesantren dalam
menyelenggarakan program kegiatan belajar-mengajar pada
pesantren terkait yang selaras dengan tujuan pendidikan guna mengarah pada
pencapaian substansial
pesantren. Tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh pesantren,
secara substansial mengarah pada pembentukan kualitas hasil
pendidikan yang dapat dijadikan sandaran bagi kebutuhan umat
(islam) dalam melibatkan diri secara lebih mendalam akan
partisipasinya sebagai stakeholder, sehingga pada gilirannya
pesantren akan muncul sebagai mercusuar yang berkenan
menyinari kebutuhan umat manusia bukan saja pada makna
keberagamaan, tetapi pada sisi lain dari kehidupan serta peradaban manusia.
Dengan mengakar pada substansi pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam, seyogyanya mengarah pada kualitas pendidikan yang
benar-benar dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat. Adapun
aspek yang dikembangkan untuk menjawab tantangan pesantren untuk
menjawab kebutuhan masyarakat, antara lain: (1) aspek
human resources (sumber daya manusia) sebagai perencana, pelaksana, penilai
dan memberikan arah bagi
tindak lanjut program yang dikembangkan oleh pesantren, (2)
aspek budaya organisasi yaitu munculnya nilai dan norma yang yang sekaligus

142 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

menjadi kontrol atas perkembangan dan kemajuan


pesantren agar senantiasa selaras dengan norma keagamaan yang selama ini
berkembang. Oleh sebab itu, tidak heran ketika muncul ke permukaan
tentang salah satu pernyataan yang menjelaskan bahwa
pesantren akan hidup dan mati oleh tingkat kepedulian masyarakatnya .
Dengan kata lain bagi pesantren yang baru tumbuh akan sangat membutuhkan
masyarakat sebagai perpanjangan dari kebijakan pendidikan yang
ditetapkan oleh pesantren, sehingga pesantren ini akan
berkembang pesat sesuai dengan tingkat dan kepedulian masyarakatnya.
Bagi pesantren berkembang, masyarakat akan menjadi
tumpuan atas peningkatan dan pelayanan mutu yang diselenggarakan oleh
pesanten tersebut, sehingga hubungan yang
harmonis akan memberikan dampak yang sangat berarti bagi pemenuhan sarana
dan fasilitas belajar santri dan pada gilirannya santri sebagai peserta didik mampu
menyerap model pengajaran
yang disampaikan oleh para ustadznya sebagai pendidik dan pengajar yang
mengacu kepada isu dasar profesionalis
menya. Prinsip ini pun dapat berlaku bagi ustadznya yang telah
dibekali dengan kemampuan mendidik dan mengajar dengan di
lengkapi oleh fasilitas mengajar yang permanen, sehingga
masukan, proses dan hasil yang dicapai oleh kedua komponen
tersebut akan lebih bermakna bagi keberhasilan dalam kegiatan.
Pesantren dikenal sebagai lembaga dan sistem pendidikan Islam tertua di
Indonesia yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Dalam operasionalnya
pesantren memiliki nilai-nilai pokok yang tidak dimiliki oleh lembaga lain pertama
cara pandang kehidupan yang utuh (Kaffah) adalah sebagai ibadah Kedua, menuntut
ilmu tidak berkesudahan (Long life education) yang kemudian diamalkan. Ilmu dan
ibadah adalah menjadi identik baginya yang dengan sendirinya akan muncul
kecintaan yang mendalam pada ilmu pengetahuan sebagai nilai utama. Ketiga
keihlasan bekerja untuk tujuan bersama.
Modernisasi pendidikan Islam yang merupakan perpaduan antara tradisional dan
modern diharapkan mampu menjadi sarana yang efektif demi menciptakan
masyarakat yang madani. Masih terkait dengan ini, ada peran yang lebih penting
menurut Nurcholish Madjid yaitu mampu menawarkan penyelesaian atas masalah
moral dan etika ilmu pengetahuan modern. Peran yang di ambil oleh pendidikan
islam yang dalam prakteknya diwakilkan pada umat islam mempunyai tanggung
jawabnya sesuai dengan fungsi kekhalifahan.

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 143


Gaya Kepemimpinan Kyai

Tanggung jawab pendidikan umat islam sejalan dengan fungsi kekhalifahan juga
di ungkap oleh Muhammad Kamal Hasan. Kendatipun di dalam beberapa hal tidak
sejalan dengan pemikiran Nurcholis Madjid 1. menulis sebagai berikut:
Terminologi “Pendidikan Islam” berarti suatu proses yang komprehensif dari
pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan yang meliputi intelektual,
spritual, emosi, dan fisik, sehingga seorang muslim disiapkan dengan baik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan kehadirannya sebagai hamba dan wakilnya di dunia. 2

B. Gaya Kepemimpinan
Gaya atau pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Kepemimpinan adalah
suatu proses, perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok dapat
bertindak secara bersama-sama atau secara bekerja sama atau sesuai dengan aturan
atau sesuai dengan tujuan bersama. 3
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat -sifat
kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana
dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh
semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Menurut DR. Hadari Nawawi didalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan
Menurut Islam mengatakan, Kepemimpinan adalah sebagai perihal memimpin berisi
kegiatan menuntun, membimbing, memandu, menunjukkan jalan, mengepalai,
melatih agar orang-orang yang dipimpin dapat mengerjakan sendiri.4
Menurut Wahdjosumidjo dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan
Motivasi, Kepemimpinan adalah: 5
a) Sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat -sifat
tertentu seperti: Kepribadian (personality), Kemampuan (ability), dan Kesanggupan
(capability).
b) Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak
dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu
sendiri.

1
Selanjutnya dapat dilihat dalam Muhammad Kamal Hasan, Muslim Intelektual Responses to”New
Order” Modernization Indonesia,(Kuala Lumpur:Dewan bahasa dan Pustaka, 1982).
2
Lihat Muhammad Kamal Hasan, “Beberapa Demensi Pendidikan Islam di Asia Tenggara”Dalam
Taufiq Abdullah dan Sharon Siddique, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara ,cet. Ke-1,
(Jakarta:LP3ES,1989), h.409.
3
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 40.
4
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada Universiti
Press, 1993), hlm. 28.
5
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 26.

144 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

c) Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan antar interaksi antara


pemimpin, bawahan dan situasi.
Dari berbagai pakar tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
adalah sebuah proses kegiatan mempengaruhi, mengorganisasi, menggerakkan,
mengarahkan, membimbing, mengajak orang lain untuk melaksanakan sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan bersama yang ditetapkan mencakup:
a. Keterlibatan orang lain atau kelompok orang dalam mencapai tujuan.
b. Adanya faktor tertentu yang ada pada pemimpin sehingga orang lain
bersedia digerakkan atau dipengaruhi.
c. Adanya usaha untuk mengarahkan dan mempengaruhi perilaku orang
lain.
Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya
merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan,
serta situasi dimana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. 6
Allah SWT berfirman:
ِ ْ ‫إِ َّن َّللاَّ َ يَأ ْ ُم ُر بِالْ ع َدْ ِل َو‬
‫اْل ْح سَ ا ِن َو إ ِيت َا ِء ذِي الْ ق ُ ْر بَ ٰى َو ي َنْ َه ٰى عَ ِن الْ ف َ ْح شَا ِء َو الْ ُم نْ ك َِر َو الْ بَغْ ي ِ ۚ يَ ِع ظُ كُ ْم‬
‫ل َعَ ل َّكُ ْم ت َذ َكَّ ُر و َن‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepada mu agar kamu dapat mengerti”.
(QS. An-Nahl: 90)
Pola atau gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang dalam
menjalankan suatu kepemimpinan. 7 Dengan berusaha mempengaruhi perilaku
orang-orang yang dikelolanya. 8 Sedangkan Menurut Mulyasa dalam bukunya yang
berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi
mencapai tujuan.
Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinannya dalam meningkatkan
kinerja pegawai. Perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab
mengarahkan apa yang baik bagi pegawainya. Sebagai pemimpin harus memiliki
kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan: a). Pembinaan disi plin, b).
Pembangkitan Motivasi, c). Penghargaan.

6
http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian2003/Dimensi%20&%20Dinamik
a %20KEPIM%20ABAD%2021.doc.
7
Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 48.
8
Agus Darma, Managemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 144.

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 145


Gaya Kepemimpinan Kyai

Sedangkan Mastuhu mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu


seni memanfaatkan seluruh daya (dana, sarana, dan tenaga) pesantren untuk
mencapai tujuan pesantren. “Seni” memanfaatkan daya tersebut adalah cara
menggerakkan dan mengarahkan unsur pelaku pesantren untuk berbuat sesuai
dengan kehendak pemimpin pesantren dalam rangka mencapai tujuan pesantren. 9
Menurut beberapa penelitian ada 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang
memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu:
a. Pemimpin yang menantang proses
b. Memberikan inspirasi wawasan bersama
c. Memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi
d. Mampu menjadi penunjuk jalan
e. Memotivasi bawahan.
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu.
“Tiada seorang manusia pun yang diserahkan Allah tugas memimpin raky at
yang meninggal dunia pada hari kematiannya, padahal dia seorang penipu rakyat
melainkan Allah mengharamkan surga baginya”. (Bukhari dan Muslim)
Pengertian pemimpin (ar ra’i) adalah bahwa sesungguhnya Allah SWT
menyerahkan kepada seseorang urusan pemerintahan rakyat, dengan tugas
menjalankan pemerintahan untuk kemaslahatan mereka dan memberikan kepadanya
kekuasaan mengendalikan urusan mereka.

C. Kepemimpinan Kyai
Kyai sebagaimana kita ketahui merupakan sentra utama berdirinya pondok
pesantren, tidak ada pesantren tanpa kyai. Otoritas kepemimpinan sepenuhnya
berada pada kyai. Oleh karena itu keberadaan dan perkembangan pesantren
ditentukan oleh kekuatan kyai yang bersangkutan. Jika kyai wafat, maka secara
otomatis akan diteruskan oleh para keturunan atau keluarga dekat kyai yang
bersangkutan.
Dalam teori kepemimpinan tipe kepemimpinan kyai adalah tipe kepemimpinan
otoriter, di mana kepemimpinan menempatkan kekuasaan di tangan satu orang.
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, sehingga semua determinasi
“policy” dilakukan oleh sang pemimpin (Sonhaji 2003).

9
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1999), hlm 105.

146 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

Sekalipun akhir-akhir ini di pesantren sudah dibangun struktur organisasi


sebagaimana insitusi pendidikan modern, akan tetapi tampaknya tetap saja kyai
memegang otoritas semua hal yang berkaitan dengan dinamika kehidupan
pesantrennya. Sedemikian kokoh kekuatan kyai pada masing-masing pesantren,
sehinngga organisasi seperti Robithoh Ma’had Islam (RMI) sebagai lem baga
persatuan pondok-pondok pesantren tidak terlalu berkuasa ikut ambil bagian dalam
mengendalikan internal pesantren. Karakter pesantren memang tidak memerlukan
intervensi dari kalanngan eksternal semacam RMI atau pemerintah.
Para pemerhati pondok pesantren mengidentifikasikan pesantren dengan
beberapa karakteristik, bahwa dalam pesantren terdapat rumah kyai, masjid dan
pondokan santri. Hubungan santri dan kyai menyerupai hubungan bapak dan anak.
Kyai tidak saja mengajarkan ilmu pengetahuan agama, tetapi juga membimbing,
memberi contoh atau memberikan teladan, dan “mendoakan” para santrinya.
Hubungan mereka menyeruak ke berbagai aspek kehidupan, baik aspek rasional
maupun spiritual secara mendalam. Kyai memperlakukan santri seperti anak -anak
mereka sendiri dengan membagi rasa kasih sayang dan menjadikan dirinya sebagai
panutan ideal santri.
Masalah kepemimpinan merupakan pembahasan yang paling menarik, karena
menyangkut maju mundur, berkembang dan ketidaknya suatu organisasi.Memang
banyak faktor bagi suatu organisasi atau lembaga untuk dapat mencapai tujuannya,
diantaranya sumber permodalan yang mencukupi, sumber daya manusia yang
handal, struktur organisasi yang tertata, sekalipun semua faktor tersebut sangat
mempengaruhi terhadap berkembang tidaknya sebuah organisasi namun
kepemimpinan juga patut untuk diperhitungkan sebab tanpa kepemimpinan yang
baik, maka organisasi tidak bisa berjalan dengan baik.
Masalah kepemimpinan (Leadership) merupakan pembahasan yang menarik,
karena ia adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi berhasil atau
tidaknya dalam suatu organisasi. 10
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat -sifat
kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana
dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh
semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa 11. Demikian juga
dipondok pesantren, keberadaan seorang kiyai merupakan salah satu el emen yang
penting dalam mengerakan aktivitas dalam pondok pesantren tersebut.

10
Sukamto. Op.Cit. , Hlm:19
11
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet XVI (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2006), hlm 26.

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 147


Gaya Kepemimpinan Kyai

Pembahasan kepemimpinan kyai, Usman berpendapat sebagai mana dikutip


Suprayogo melihat kyai dari tiga demensi, yaitu: Dimensi legitimasi, dimensi
pengaruh, dan dimensi visibilitas. Yang dimaksud dimensi legitimasi adalah melihat
posisi pemimpin dari adpek legalitas. Dimensi pengaruh adalah melihat luas ajang
atau kiprah pemimpin. Selanjutnya, dimensi visibilitas adalah melihat derajat
pengakuan baik dari masa yang dipimpinnya maupun pemimpin-pemimpin
lainnya.12
Untuk melengkapi apa yang dikatakan Suprayogo di atas, Tholhah Hasan
berpendapat bahwa, kepemimpinan kyai umumnya tampil dalam empat dimensi,
yaitu: 1). Sebagai pemimpin masyarakat (Community leadher), jika tampil sebagai
pemimpin organisasi masyarakat atau organisasi politik, 2). Pemimpin keilmuan
(Intellectual leader), dalam kapasitasnya sebagai guru agama, pemberi Fatwa,
rujukan hukum, 3). Pemimpin kerohanian (spritual leader) apabila kyai memimpin
kegiatan peribadatan, menjadi mursyid thariqat, menjadi panutan moral, dan 4).
Pemimpin administratif, jika kyai berperan sebagai penanggung jawab lembaga -
lembaga pendidikan, pondok pesantren atau lembaga-lembaga lainnya. 13 Dengan
beragam dimensi yang melekat pada diri kyai, maka keberadaan seorang kyai
sebagai pemimpin pondok pesantren, di tinjau dari tugas dan fungsinya dapat
dipandang sebagai penomena kepemimpinan yang unik. Sebab, kyai pemimpin
sebuah lembaga pendidikan islam tidak sekedar bertugas menyusun kurikulum,
membuat peraturan tata tertib, merancang sistem evaluasi, sekaligus mengadakan
proses sistem belajar mengajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama di lembaga
yang di asuhnya, melainkan bertugas sebagai pembina dan pendidik umat serta
menjadi pemimpin masyarakat.14 Keunikan lain dari kepemimpinan kyai adalah
dengan kharismanya kyai dalam kepemimpinannya akhirnya berkembang
sebagaimana yang disebut oleh Sidney Jones sebagai sebuah hubungan Patron-client
yang sangat erat, dimana otoritas seorang kyai besar (dari pondok pesantren induk)
di terima di kawasan seluas propinsi, baik oleh pejabat pemerintah, pemimpin
publik, maupun kaum hartawan. 15
Salah satu konsep kepemimpinan dalam islam ada yang disebut Wilayatu al-
Imam, menurut Al-Mawardi kepemimpinan sebagai pengganti kenabian dalam
memelihara agama dan mengatur kehidupan umat di dunia. 16 Konsep kepemimpinan
Wilayatu al-Imam tidak lain merupakan realisasi kongkret dari gaya kepemimpinan

12
Suprayogo. Op. Cit., Hlm:36.

13
Hasan, Tholhah. 1993, Dalam Pengantar Kepemimpinan kyai: Kasus pondok pesantren Tebuireng,
Malang: Kalimasahada, Hlm:xii.
14
Arifin, Imrom. OP. Cit., Hlm:45.
15
Thoha, Zainal Arifin. 2003, Runtuhnya singgasana kyai NU, Yogyakarta:Kutub. Hlm:23.
16
Al-Maardi. Op. Cit., hlm:5.

148 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

nabi Muhammad SAW yang telah di wajibkan menjadi standar bagi setiap pemimpin
umat islam. Hal ini berarti, kepemimpinan tidak sekedar di landasi oleh kemampuan
seseorang dalam mengatur dan menjalankan mekanisme kepemimpinannya,
melainkan menganggap kepemimpinan lebih di landasi oleh nilai-nilai spritual, yang
di miliki otoritas keagamaan di mana imam atau pemimpin di jadikan sebagai medel
yang lain.17
Kepemimpinan seorang kyai di pondok pesantren tidak sama antara kyai yang
satu dengan kyai yang lain, hal ini dapat di mengerti bahwa kepemimpinan kyai di
pondok pesantren banyak di dukung oleh watak sosial di mana beliau berada. Yang
hal itu masih di tambah lagi dengan pengaruh konsep-konsep kepemimpinan islam
Wilayatu al-Imam serta pengaruh ajaran Sufi. 18
D. Gaya Kepemimpinan Kyai
Dari banyak kajian hasil sebuah penelitian ada beberapa model kepemimpinan
kyai di pondok pesantren yaitu:
1. Kepemimpinan Religio- paternalistik dimana adanya suatu gaya interaksi
antara kyai dengan para santri atau bawahan didasarkan atas nilai -nilai agama yang
di sadarkan kepada gaya kepemimpinan nabi Muhammad SAW.
2. Kepemimpinan patenarlistik-otoriter, di mana pemimpin pasif, sebagai
seorang bapak yang memberi kesempatan anak-anaknya untuk berkreasi, tetapi juga
otoriter, yaitu memberi kata-kata final untuk memutuskan apakah karya anak buah
yang bersangkutan dapat di teruskan atau di hentikan. 19
3. Kepemimpinan Legal-Formal, mekanisme kerja kepemimpinan ini
menggunakan fungsi kelembagaan, dalam hal ini masing-masing unsur berperan
sesuai dengan bidangnya, dan secara keseluruhan bekerja mendukung keutuhan
lembaga.20
4. Kepemimpinan bercorak alami, model kepemimpinan ini kyai tidak
membuka bagi pemikir-pemikiran yang menyangkut mentukan kebijakan-kebijakan
pondok pesantren, mengingat hal itu menjadi kewengan mutlak. Jika ada
pengusulan-pengusulan pengembangan yang berasal dari luar yang berbeda sama
sekali dari kebijakan kyai justru di respon secara negatif. 21
5. Kepemimpinan Karismatik-tradisional-rasional, yaitu suatu pola
kepemimpinan yang mengacu pada figur sentral yang di anggap oleh komunitas
pendukungnya memiliki kekuatan supranatural dari Allah SWT, kelebihan berbagai
bidang keilmuan, partisipasi komunitas dalam mekanisme kepemimpinan tidak
diatur secara biokratik, membutuhkan legalitas formal komunitas pen dukungnya

17
Arifin, Imron. Op.Cit., hlm:46.
18
Ibid, Hlm:47
19
Mastuhu. Op. Cit,.Hlm:80.
20 Sukamto. Op.Cit., Hlm:324.
21
Qomar.Op.Cit.,Hlm:40.

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 149


Gaya Kepemimpinan Kyai

dengan cara mencari kaitan geneologis dari pola kepemimpinan karismatik yang ada
sebelumnya, pola kepemimpinan yang bersifat kolektif, dimana tingkat partisifasi
komunitas lebih tinggi, struktur keorganisasian lebih kompleks serta kepemimpinan
tidak mengarah satu individu melainkan lebih mengarah pada kelembagaan, dan
makanisme kepemimpinan diatur secara manajerial. 22
Menurut M. Karyadi dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan menyatakan,
Kepemimpinan adalah memproduksi dan memancarkan pengaruh terhadap
kelompok-kelompok orang-orang tertentu sehingga mereka bersedia (willing) untuk
berubah fikiran, pandangan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya. 23
Dengan kata lain, kepemimpinan dalam suatu organisasi atau lembaga
mempunyai peranan yang sangat vital. Model kepemimpinan yang diterapkan sangat
menentukan intensitas keterlibatan anggotanya dalam kegiatan yang direncanakan.
Bagaimana model keterlibatan anggota dalam kegiatan akan mempengaruhi gerak
langkah organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perlu di sadari
bahwa meskipun semua anggota terlibat dalam kegiatan, faktor kepemimpinan
masih tetap merupakan faktor penentu bagi efektifitas dan efisiensi kegiatan
organisasi 24

E. Konsep Kualitas Pendidikan


1. Pengertian mutu terpadu
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern
Bahasa Indonesia adalah “kualitet”, “mutu, baik buruknya barang” 25 Seperti halnya
yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik
buruk sesuatu atau mutu sesuatu. 26 Sedangkan kalau di perhatikan secara etimologi,
mutu atau kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau
kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu.
Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan di suatu
lembaga, sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu
keberhasilan. 27

22
Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Tpilogi Format pendidikan Ideal Pondok pesantren di Tengah arus
Perubahan.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Hlm:327-328.
23
M. Karyadi, Kepemimpinan, (Bandung: Karya Nusantara, 1989), hlm. 3.
24
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, cet I ( Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1999),
hlm 20.
25
M. Dahlan Al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, (Yogyakarta, 2001), hlm.
329.
26
Quraish. Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, (Bandung, 1999), hlm. 280.
27
Jurnal Ilmu Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Daerah Diseminasi oleh A.
Supriyanto, November 1997, Jilid 4, IKIP, 1997, hlm. 225.

150 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. 28
Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks “proses”
pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif,
afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan
guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dengan adanya manajemen
sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik
antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam
konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang
akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses
belajar pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,
akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil
pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis,
misalnya ulangan umum atau Ujian Nasional. Dapat pula prestasi di bidang lain
seperti di suatu cabang olahraga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan
prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti
suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. 29
Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik
dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara
efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input agar menghasilkan
output yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan
lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti
bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara
memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran
yang baik dan kondusif. Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga
sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang
efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah
sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar
budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat. 30

28
Supranta. J, Metode Riset, PT Rineka Cipta, (Jakarta, 1997), hlm. 288.
29
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan
Menengah dan Umum, April, 1999, hlm. 4.
30
Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No. 142, Juli

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 151


Gaya Kepemimpinan Kyai

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab


berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang
akan datang. Dari sini dapat di simpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan
adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber -
sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau
tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.
Kualitas (mutu) pendidikan pada dasarnya mencakup keseluruhan proses
pendidikan, yaitu: input, proses dan output pendidikan. Untuk menghasilkan input,
proses dan output yang bermutu harus dilakukan dengan manajemen yang baik,
dengan penerapan manajemen yang benar dan baik akan berdampak pada efisiensi
pelaksanaan program dan meningkatnya kualitas dan mutu pendidikan.
Firman Allah SWT.
‫ت لِ غَ ٍد ۖ َو ات َّق ُوا َّللاَّ َ ۚ إِ َّن َّللاَّ َ َخ بِي ٌر ب ِ َم ا ت َعْ َم لُو َن‬ ٌ ْ‫يَا أ َي ُّ َه ا ا لَّ ذِي َن آ َم ن ُوا ات َّق ُوا َّللاَّ َ َو لْ ت َنْ ظُ ْر ن َف‬
ْ ‫س َم ا قَ د َّ َم‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri manusia memperhatikan hal-hal apa yang hendak dilaksanakan bagi
hari esok. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr : 18)

F. Standar Kualitas Pendidikan


Standar atau parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk
menilai atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi
dalam rangka mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu
pada Peraturan Pemerintah (PP.) No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional
pendidikan diatas, ada delapan (8) hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas, yaitu:
a) Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b) Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
c) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
d) Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat

1998, hlm. 39.

152 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat


berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
e) Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
f) Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun.
g) Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik.
Untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan diperlukan upayaupaya,
diantaranya adalah:
a. Peningkatas kualitas guru
Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam
pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan
keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur
sebagai cita-cita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir
dan batin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh
karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik
yang profesional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan
kehidupan sehari-harinya. Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam
pembelajaran, perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut:
1) Mengikuti penataran
Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan
pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan
keterampilan mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dalam bidang-bidang masing-masing. 31 Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri
di tujukan:
a) Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.
b) Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal.
c) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus
globaliasi.

31
Jumhur An Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta, Rajawali Pres), hlm.115

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 153


Gaya Kepemimpinan Kyai

2) Mengikuti kursus-kursus pendidikan


Hal ini akan menambah wawasan, adapun kursus-kursus biasanya meliputi
pendidikan bahasa arab dan bahasa inggris serta komputer.
3) Memperbanyak membaca
Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya
berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang berprofesional haruslah
banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan
disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangan pengetahuan-
pengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang di dalam
mayarakat.
4) Mengadakan kunjungan ke-sekolah lain (studi komparatif)
Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar
sekolah sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan
informasi tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi
pengetahuan yang dimilikinya serta mengetahui permasalahan-permasalahan dan
kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan biasa tercapai
dengan cepat.
5) Mengadakan hubungan dengan wali siswa
Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena
dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan
menjaga peserta didik serta biasa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena
jam pendidikan yang diberikan di sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam
pendidikan di dalam keluarga.
Untuk meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren
Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan, yaitu pola kepemimpinan
demokratis dan pola kepemimpinan kharismatik. Pola kepemimpinan demokratisnya
dituangkan dalam pembentukan sebuah kepanitiaan di setiap pelaksaan kegiatan.
Seperti pelaksaan kegiatan rekrutmen/ penerimaan santri baru. Kepanitiaan ini
bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lancar dan sesuai
dengan tujuan. Seperti kegiatan pelaksaan penerimaan santri baru yang bertujuan
untuk merekrut/ menerima sekaligus menyeleksi santri- santri yang akan masuk ke
pesantren benar- benar calon santri yang berkualitas. Namun terlepas dari hal itu,
dalam perekrutan tenaga pengajarnya sangat bertolak belakang dengan perekrutan
santri barunya. Di pondok pesantren Darul Amanah tidak diadakan perekrutan
tenaga pengajar, melainkan yang ada hanya orang memasukan lamaran. Dan
pengasuh pondok sendiri yang menguji dan memutuskan diterima atau tidak. Dengan
kharisma yang dimiliki oleh seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah,
lingkungan dan masyarakat sekitar sebagian besar mendukung setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh pesantren.

154 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019


Muslichan Noor

G. PENUTUP
Manajemen pesantren modern itu dikelola secara baik, profesional, rapi,
sistematis, dengan mengikuti kaidah-kaidah manajerial umum. Sedangan
manajemen pesantern tradisonal berjalan secara alami tanpa dikelola secara efekfit
yang biasannya dikelola secara tradisi bukan profesionaslisme berdasarkan keahlian
(skil), human skil, concepskill maupun tecnical skill. Secara terpadu.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang kyai untuk
mengelola pesantrennya dengan baik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : (a)
Menerapkan manajemen secara professional, (b) Menerapkan kepemimpinan yang
kolektif, (c) Menerapkan demokratisasi kepemimpinan ,(d)Menerapkan manajemen
struktur, (e) Mengembangakan sentra-sentra perekonomian, (f) Mengadakan
pembaruan secara kesinambungan. Kinerja Manajemen Pesantren meliputi: (a)
perancaan, (b) pengoranisasian, (c) kepemimpinan, (d) pemberian motivasi, (e)
pengawasan.
Model kepimpinan pesantren Melihat
dari lintasaan sejarah, kebanyakan kepemimpinan
pondok pesantren tradisional dipegang oleh keluarga yang
memiliki golongan darah biru, hal ini membuktikan bahwa hanya dari golongan
terdekatlah yang dapat menjadi pemimpinin pesantren. Dari kebanyakan pesantren
modern yang ada, sekarang ini
cenderung masih mempergunakan gaya kepemimpinan yang
mengarah kepada sistem tradisional, dan hal ini merupakan ciri
dasar utama bagi pesantren, walaupun pada sisi lain mempergunakan gaya dan
desain yang modern hal ini dibuktikan oleh beberapa pondok pesantren yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Al Husaini Ibnu Hamzah Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jakarta: Kalam


Mulia, 2005.
An Surya, Jumhur, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta, Rajawali Pres.
Jurnal Ilmu Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Daerah Diseminasi oleh
Supriyanto, November 1997, Jilid 4, IKIP, 1997.
Karyadi, M., Kepemimpinan, Bandung: Karya Nusantara, 1989
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada
Universiti Press, 1993.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XVI, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2006.
Shihab, Quraish., Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999.

Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019 | 155


Gaya Kepemimpinan Kyai

Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, cet I, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES,
1999.
Usman, Husaini, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial Jakarta:
Bumi Aksara, 1996.

156 | Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai